NovelToon NovelToon

Perjalanan Hidup Giana

Eps1

Terisak isak gadis kecil berusia tiga belas tahun di balik pintu kamar nya, Di ruang makan sana ia menyaksikan sang kakak makan dengan lahap.

"Kenapa aku tidak dapat?!" Isak giana nelangsa.

Jika sang ayah pulang kerja di hari sabtu seperti ini, Maka indra akan membeli nasi padang dua bungkus untuk oleh oleh kedua putri nya. Padahal putri indra ada tiga.

"Coba lah beli untuk giana juga mas, Kamu sama sekali tidak pernah beli untuk dia." Ujar gayatri sang ibu.

"Itu kan anak mu! Kau minta lah sama pria yang menghamili mu." Sahut indra.

"Cukup mas! Giana juga anak mu, Aku tidak pernah selingkuh dengan pria mana pun." Teriak gayatri.

Plaak.

Enteng sekali indra melepas kan tangan kepada istri nya, Dua puluh lima tahu gayatri menikah dengan indra sudah lama nya. Namun sikap indra tidak pernah berubah, Ia selalu kasar dan main tangan.

"Jangan mengelak kau lacur! Kau kira aku bodoh hah." Indra menginjak perut gayatri.

"Bunuh lah aku, Kau bunuh saja aku." Jerit gayatri.

"Halah! Kau selalu minta ku bunuh, Padahal kau nyata nya takut mati." Cemoh indra meludahi wajah istri nya.

Giana yang mendengar keributan itu pun berlari menghampiri ibu nya, Ia menangis keras melihat sang ibu kesakitan.

"Ibuu.."

"Kau sama saja dengan ibu mu, Entah anak siapa kau ini." Geram indra kepada putri bungsu nya.

"Aku memang bukan anak mu! Tidak perlu aku kau anggap anak." Balas giana berurai air mata.

"Waah! Bagus kau mengakui nya, Demi langit dan bumi aku bersumpah. Tidak akan pernah aku mau jadi wali mu saat kau menikah nanti." Sumpah indra.

Gayatri memeluk anak nya yang tampak akan menghampiri ayah nya, Sekuat tenaga ia menahan giana.

Indra berlalu sambil memandang giana dengan hina, Bahkan dulu giana pernah masuk parit pun indra tidak mau menolong nya.

"Maaf kan ibu yang tidak bisa menjaga mu." Isak gayatri.

"Tidak bu, Aku kuat kok." Sahut giana pelan.

"Nanti kalau ibu punya uang, Kita beli nasi bungkus ya nak." Janji gayatri.

"Enggak! Aku tidak pengen kok bu." Tolak giana cepat.

"Benarkah?!"

Giana pandai menyembunyi kan perasaan yang sebenar nya terhadap orang lain, Bahkan gayatri pun percaya ketika giana bilang tidak pengen.

"Ibu masuk kamar saja sana, Biar aku yang cuci piring." Ucap giana.

"Nanti biar kakak mu saja yang cuci piring." Larang gayatri.

"Tidak masalah bu, Aku bisa kok." Kekeh giana.

Melihat giana yang sangat ingin mencuci piring pun gayatri terpaksa mengizin kan nya, Biasa nya giana paling malas jika masalah mencuci piring.

Ketika putri nya sudah kedapur untuk mencuci, Gayatri mengikuti nya pelan pelan untuk melihat. Betapa kaget nya ia melihat apa yang di lakukan giana.

"Ya allah nak." Gayatri bergetar pelan sembari menangis.

Ternyata giana ingin memakan sisa ayam dari nasi bungku milik kakak nya, Walau pun hanya tinggal tulang tanpa daging sedikit pun.

"Ya allah."

Terasa sesak dada gayatri melihat pemandangan memilu kan ini, Bahkan tubuh nya merosot kebawah.

"Huu, Huuu."

Ibu mana yang tidak hancur hati nya melihat sang anak yang mencari sisa makanan, Bahkan tulang itu pun sampai mengkilat bersih.

Giana makan juga nasi yang berceceran di pinggir bungkus, Walau pun air mata nya juga ikut turun. Biar bagai mana pun ia hanya lah gadis kecil berusia tiga belas tahun.

...****************...

Giana yang memang tidak sekolah pun hanya diam di rumah, Padahal ia pernah sekolah hingga kelas lima dasar.

Atas perintah dari indra pun giana terpaksa berhenti sekolah, Walau begitu giana adalah anak yang pintar dan cepat tanggap

"Lagi ngapain tu gi?" Tanya tetangga yang lewat.

"Buat cerita bude." Jawab giana di bawah pohon jambu.

"Yang bagus kalau buat cerita, Siapa tahu jadi penulis skenario nanti kalau udah besar." Ujar tetangga.

Giana hanya tersenyum mendengar ucapan tetangga nya, Tulisan nya sangat rapi tersusun.

"Mau kemana buk?" Tanya giana melihat sang ibu akan pergi.

"Mau setrika baju nya bude lasmi gi, Kamu jaga rumah ya." Pamit gayatri.

"Baik."

"Nanti mau ibu beliin apa?" Tawar gayatri.

"Tidak usah buk, Simpan saja duit nya." Tolak giana.

Berbeda dengan dua kakak nya, Giana selalu menolak jika di tawari sesuatu. Apa lagi jika ibu yang menawari nya.

"Kenapa buk?" Tanya giana melihat ibu nya termenung.

"Kamu kau tidak jika pergi bersama ibu?" Tanya gayatri pula.

"Enggak lah, Bude lasmi cerewet buk." Tolak giana.

"Bukan kesana! Tapi tempat yang jauh sekali." Ucap gayatri.

Giana menatap wajah ibu nya yang tampak serius, Tidak ada raut atau pun nada bercanda pada ucapan nya.

"Kemana pun itu, Asal kan aku bersama ibu." Jawab giana mantap.

"Alhamdulilah, Suatu hari nanti kita akan pergi dari sini." Janji gayatri pada putri nya.

"Apa mereka juga akan di ajak?" Tanya giana menunjuk kakak nya.

"Tidak! Hanya kita berdua yang akan pergi." Jawab gayatri.

"Baik lah."

"Jangan kata kan pada siapa pun ya, Rahasia kita berdua." Ujar gayatri.

Giana mengangguk sambil membungkam mulut nya, Tak lama gayatri pun pergi dengan sepeda mini nya.

"Nulis terus! Kaya orang pinter aja." Cemoh wina kakak paling tua.

"Siapa tahu rajin nulis terus jadi pintar ya gi." Sahut asih kakak kedua.

Tidak ada sahutan dari giana, Kedua kakak nya memang sangat mirip dengan sang ayah yang orang pribumi asli. Sementara giana mirip gayatri yang campuran belanda indonesia dan korea.

"Diem terus, Bisu kau." Kesal wina.

"Jangan ganggu aku." Lirih giana

"Widih, Kayak merasa terbully banget kau." Sinis wina.

"Bukan kayak, Kalian memang sering membully ku dengan mengatai mataku seperti mata kucing." Teriak giana.

Mata giana berwarna biru kehijauan sama seperti ibu nya, Kulit giana juga sangat putih hingga membuat iri kedua kakak nya.

"Lepas kan aku!" Teriak giana.

Namun asih dan wina tetap menyeret kaki giana, Mereka melempar kan giana kedalam parit yang penuh lumpur.

"Ahahahaha! Dia sekarang hitam." Wina terbahak bahak.

"Tidak nampak lagi mata kucing mu gi." Ujar asih pula.

Giana menangis sambil berusaha naik dari parit itu, Untung tetangga yang tadi lewat lagi dan berlari membantu nya.

"Ya allah nduk, Kotor semua begini." Ujar bulek rus.

"Nanti aku mandi bulek." Ujar giana pelan

"Kalian itu udah besar! Kenapa tidak bisa berpikir." Sentak bulek rus.

"Suka suka kami lah, Apa urusan nya dengan mu." Sahut wina tengil.

"Kasihan adik nya to win, Kamu kok ya tega banget." Ujar bulek rus.

"Adik apa to bulek? Kata ayah saja dia itu anak haram." Ujar asih.

Semakin sakit hati giana mendengar ucapan dua kakak nya, Langsung giana menyambar buku tebal milik nya dan berlari pergi.

Eps2

Indra pulang dari kerjaan nya sebagai tukang bangunan, Rasa lelah karena seharian berpanasan.

"Buat kah ayah kopi win." Pinta indra pada anak sulung nya.

"Giana saja lah yah, Aku lagi pakai kutek nih." Tolak wina.

"Waduh kuku nya kok jadi warna merah gitu." Indra mendekati anak gadis nya.

"Iya dong, Sebentar lagi aku kan mau nikah." Ujar wina.

"Bagus lah, Kamu harus terlihat cantik." Ucap indra.

Sepuluh hari lagi wina memang akan menikah, Tapi menikah nya hanya ada penghulu dan lima saksi. Itu pun karena wina sudah hamil tiga bulan saat ini.

"Asih kemana nak?" Tanya indra.

"Dia bantu bude lasmi cuci piring, Biar dapat uang kata nya." Sahut wina.

Indra pun berlalu meninggal kan wina yang sibuk berhias, Kalau asih memang masih mau membantu ibu nya mencari uang dengan membantu tetangga.

"Buat kan aku kopi." Suruh indra pada giana yang baru usai nyapu.

"Iya."

"Jangan pahit! Lihat muka mu saja sudah membuat hidup ku pahit." Ketus indra.

Giana berusaha tidak mendengar kan ucapan jahat ayah nya, Gadis kecil ini berlalu kedapur dan menghidup kan kompor untuk merebus air.

Tes.

Walau pun berusaha cuek, Tapi hati gadis kecil ini hancur juga karena merasa sangat di pilih kasih oleh ayah nya. Jangan kan untuk mengelus kepala, Bicara lembut pada nya saja indra tidak pernah.

Giana memasukan kopi setengah sendok dan gula nya dua sendok, Karena indra memang tidak suka kopi pahit.

Saat air nya mendidih giana menyeduh kan kopi, Satu gelas kopi giana antar kan untuk ayah nya.

"Ini kopi nya yah." Ujar giana pelan.

Tidak ada sahutan dari indra, Dengan lagak nya yang sangat belagu. Indra menyeruput kopi dengan perlahan.

"Kurang ajar kau!"

"Aakhhh panas...!!"

Indra begitu tega menyiram kan kopi keperut anak nya, Kopi panas tentu saja membuat perut giana melepuh.

"Rasakan itu! Ku bilang jangan pahit masih saja pahit." Bentak indra.

"Huhuhu!"

Giana hanya bisa menangis kesakitan karena melepuh, Sedang kan indra tidak peduli pada keadaan anak nya.

"Ya allah nak, Kenapa ini?" Kaget gayatri yang baru pulang.

"Kena kopi buk." Sahut giana menangis.

"Kok bisa sih kena kopi, Bawa nya tidak hati hati sih." Ujar asih mengambil gelas kopi di lantai.

"Iya nak, Hati hati kalau bawa barang panas tuh." Ujar gayatri membuka kaos giana.

"Ayah yang menyiram kan pada ku." Lirih giana.

"Apa?!"

Gayatri dan asih kaget mendengar ucapan giana, Langsung saja gaytri masuk kamar mencari suami nya.

"Kenapa kau sangat keterlaluan mas?! Dia itu juga anak mu." Sentak gayatri.

"Apa sih kau ini, Cuma kena kopi saja ribut sekali." Jawab indra santai.

"Itu kopi panas mas, Perut giana melepuh karena kau sialan." Teriak gayatri.

Plaaak.

"Berani kau mengatai ku sialan? Anak mu itu yang membawa sial." Bentak indra.

Lagi dan lagi gayatri di tampar oleh suami nya, Indra yang memang manusia setengah binatang pun tanpa iba malah merobek daster istri nya.

Pria bejat ini melampias kan nafsu nya tanpa peduli dengan perasaan sang istri, Tangis gayatri pecah bahkan saat berhubungan.

"Aakkhh, Uhhh."

Tangis gayatri beriringan dengan suara kepuasan indra, Sementara giana pun masih menangis karena sakit di kulit perut nya.

...****************...

Sekitar pukul sembilan malam gayatri mendatangi giana yang sedang menulis di bawah pohon jambu.

Tempat ini memang favorit giana untuk menyendiri, Hanya cahaya bulan menerangi gadis kecil ini.

"Belum tidur sayang?" Sapa gayatri dengan wajah lelah nya.

"Tidak bisa tidur bu." Jawab giana.

"Sini."

Gayatri memangku kepala giana di paha nya, Elusan lembut membuat giana perlahan memejam kan mata.

Teriris perih hati gayatri membayang kan keras nya hidup giana sejak kecil yang selalu di asing kan oleh indra, Sampai sekarang indra satu kali pun tidak pernah menggendong anak bungsu nya.

Bahkan saat baru melahir kan, Suami nya bulek rus lah yang mengazani giana. Indra sama sekali tidak peduli.

"Bertahan lah sebentar lagi ya nak, Tiba saat nya ibu akan melepas kan penderitaan mu." Janji gayatri.

Tubuh ringkih giana di gendong oleh ibu nya masuk kedalam rumah, Giana tidak memiliki kamar. Di dapur ada ranjang kayu, Tempat itu lah untuk giana tidur.

Kadang gayatri pun ikut tidur di sana, Namun indra menyeret nya masuk kamar. Tinggal lah giana kecil sendirian.

"Mau kemana kamu win?" Tanya gayatri ketika melihat wina bersiap pergi.

"Nonton tivi tempat nya bude lasmi." Sahut wina.

Di tahun dua ribu tiga belas ini, Masih jarang yang punya tivi di daerah sabak ini. Hanya orang yang berduit yang mampu beli.

"Jangan malam malam pulang nya." Ujar gayatri.

"Enggak malam kok, Besok pagi aku pulang nya buk." Sahut wina.

Buk.

Gayatri menepuk lengan wina karena sembarangan saat berkata, Wina meringis karena lengan nga terasa sakit.

"Apaan sih buk?! Aku mau nginap di rumah nya mas adi." Kesal wina.

"Bocah gila! Kamu tuh gadis win, Tidak pantas nginap di rumah duda." Sentak gayatri.

"Sebentar lagi kan aku juga mau nikah sama dia buk, Lagian aku juga udah hamil." Ujar wina tanpa malu.

"Bangga kamu bisa hamil di luar nikah kayak gini?! Di mana otak kamu wina." Teriak gayatri.

Wina lari meningal kan ibu nya yang berteriak, Terus saja ia menuju rumah adi yang tidak jauh dari sana.

Adi seorang duda yang memiliki anak berusia tiga tahun, Istri pertama nya meninggal karena sakit kuning.

Ada yang bilang istri adi pertama meninggal karena makan hati, Adi gemar berselingkuh dengan gadis muda. Salah satu nya adalah wina yang sekarang sampai mengandung.

"Ibuk kenapa?" Tanya asih keluar dari kamar nya.

"Ibuk pusing memikir kan kakak mu sih." Keluh gayatri.

"Abai kan saja dia buk, Sebentar lagi kan dia juga mau menikah." Ujar asih.

"Iya nak, Ibuk berdoa supaya nasib kamu tidak seperti ibuk dan juga kakak mu." Ucap gayatri pelan.

Asih tampak diam, Gayatri tahu jika anak kedua nya ini ada yang ingin di sampai kan. Entah apa yang akan ia dengar.

"Ada apa nak?"

"Aku juga ingin menikah buk, Mas tri mengajak ku menikah." Ujar asih pelan karena takut ibu nya marah.

"Triyoga?"

"Iya buk, Dia kan tampak nya seperti orang baik." Jawab asih.

"Usia kalian jauh beda nya nak, Apa kamu tidak akan menyesal suatu hari nanti?" Tanya gayatri.

"Tidak buk, Ini sudah menjadi pilihan ku sendiri." Jawab asih mantap.

Gayatri pun tidak bisa melarang keinginan anak nya, Asih juga tidak punya pekerjaan tetap. Mungkin akan lebih baik jika ia menikah.

Eps3

Hari pernikahan wina dan adi pun tiba, Walau hanya sederhana dan di hadiri oleh beberapa tetua kampung. Namun gayatri juga sibuk di dapur untuk memasak makanan.

Untung lah mereka punya peliharaan ayam yang bisa di potong untuk di masak, Sehingga hanya perlu beli bumbu saja.

Adi hanya memberi uang tujuh ratus ribu dan hanya cukup untuk membayar penghulu saja, Mau tidak mau gayatri harus rela melepas kan gadis sulung nya untuk pria itu. Walau pun di hati nya sangat lah berat.

"Sudah lah tri, Mungkin jodoh nya wina memang dia." Ujar narti kakak nya gayatri.

"Adi itu duda mbak, Bagai mana nanti jika wina juga di telantar kan seperti istri pertama nya." Cemas gayatri.

"Kita berdoa saja semoga itu tidak terjadi." Hibur narti.

"Dia menurun dariku punya suami duda." Keluh gayatri.

Indra juga seorang duda ketika menikahi gayatri, Istri pertama nya menggugat cerai karena indra ringan tangan dan malas bekerja.

"Mbak pulang dulu ya." Pamit narti yang rumah nya hanya berjarak beberapa meter.

"Iya mbak." Angguk gayatri.

Kini rumah mereka bertambah satu orang lagi, Adi yang tidak punya rumah pun tinggal di sana bersama wina.

Gayatri hanya bisa pasrah saja sambil menunggu saat itu tiba, Ada tekad di dalam hati nya. Tak lama ia pun memberes kan alat yang di pakai saat makan orang orang tadi.

Giana yang di suruh ibu nya mengembalikan baskom besar pun sudah kembali, Ia sebenar nya malas karena sekarang sudah bertambah orang di rumah yang sempit ini.

"Apa sih?!"

Telinga gadis kecil ini mendengar suara yang sangat asing bagi nya, Ia penasaran dan mengintip kekamar ayah dan ibu nya.

"Bulek rumini?!"

Mata gadis kecil ini ternodai karena aksi bejat indra yang sedang bersetubuh dengan selingkuhan nya, Marah dan juga jijik yang giana rasakan saat ini.

"Ibuk! Ibuk..."

"Apa gi? Kok teriak teriak gitu nak." Seru gayatri yang berberes.

"Ayo ikut aku sekarang! Ibuk harus lihat pokok nya." Giana menarik tangan ibu nya.

Namun giana tidak kuat menarik ibu nya masuk kedalam, Karena gayatri menahan gerakan putri kecil nya.

"Biar kan saja ya." Ujar gayatri dengan mata berkaca kaca.

"Ibuk tau dan membiar kan nya?!" Tanya giana bergetar.

"Mau bagai mana lagi gia, Anggap saja tidak ada yang terjadi." Ucap gayatri.

"Sungguh? Kenapa ibu melakukan nya." Setetes air mata gia jatuh.

"Karena ibu tidak ingin terluka secara fisik juga, Cukup hati ibu yang sakit nak."

Gayatri memeluk erat giana sambil menangis, Sudah lama ia tahu jika indra sering mengajak rumini pulang hanya untuk bersetubuh. Pernah gayatri memergoki nya, Namun indra malah menghajar gayatri sampai pingsan.

"Ayo kita pergi saja bu, Aku tidak mau tinggal di sini lagi. Kita merantau saja kekota." Ajak giana.

"Belum saat nya sayang, Tunggu kakak asih menikah ya." Bujuk gayatri.

"Baru kita akan pergi?"

"Jangan katakan pada siapa pun, Ibu akan mengajak mu pergi jauh dan hidup tenang." Janji gayatri.

Betapa girang nya hati giana karena ada harapan untuk meninggal kan rumah ini, Rasa benci nya kepada sang ayah sudah tidak terbendung lagi.

"Kemana kita akan pergi?" Tanya giana penasaran.

"Sangat jauh, Ibu berharap kamu sabar menunggu ya." Pinta gayatri.

"Berapa lama lagi bu?" Tanya giana detail.

"Tidak akan lama lagi, Percaya lah dengan ibu." Ujar gayatri.

Giana mengangguk dan berharap akan ada hari itu tiba, Jika saja bisa ia ingin sekali membunuh ayah nya.

...****************...

Tak lama setelah wina menikah, Asih juga ikut menikah dengan triyoga lelaki pilihan nya sendiri. Walau pun terlihat tua, Namun tri sangat baik kepada asih.

"Saya berniat mengajak asih pindah kekota bu pak." Ujar triyoga ketika sudah menikah.

"Kota? Kota mana." Tanya indra.

"Kota j pak, Lagi pula saya juga punya usaha di sana." Ujar triyoga.

"Ya tidak masalah nak kalau memang mau mengajak istrimu kesana, Lagi pula sekarang asih sudah jadi milik mu." Jawab gayatri.

"Terima kasih bu." Angguk triyoga senang.

"Kalau mau pindah ya kasih lah dulu bapak uang tri." Pinta indra.

"Bapak kenapa minta uang sih?!" Kesal asih karena malu.

"Wajar lah bapak minta uang sih, Selama ini bapak yang membesar kan kamu." Sengit indra.

"Sudah lah dik, Nanti biar mas kasih bapak uang." Lerai triyoga.

Gayatri hanya diam tidak ingin ikut campur jika sudah masalah uang, Yang terpenting kini ia sudah merasa lega karena kedua putri nya sudah ada yang menjaga.

"Ini buat bapak, Besok saya akan langsung membawa asih pindah." Ujar tri memberikan lembarang uang berwarna merah.

"Terima kasih ya, Nanti bapak akan sering main ketempat mu." Girang indra.

"Aku kasih juga lah tri, Bentar lagi mau lahiran nih." Ujar wina.

"Mau lahiran ya minta lah sama suami mu! Kenapa malah minta uang sama mas tri, Maka nya cari suami jangan yang pengangguran!" Sentak asih marah.

"Jaga bicara mu kepada wina sih!" Bentak indra marah.

"Apa?! Ayah tidak terima karena aku menghina nya, Dia kan memang anak kesayangan mu." Cetus asih berani.

Asih berani karena ia merasa akan segera pindah dan tidak numpang hidup lagi dengan ayah nya, Selama ini asih menahan jika ia selalu mengalah kepada wina. Indra memang sangat memanja kan wina anak pertama nya.

"Asih! Kemasi barang mu saja nak." Ajak gayatri menarik anak kedua nya.

"Ayo mas, Jangan kamu kasih dia uang. Biar suami nya yang mencari biaya untuk melahir kan." Asih pun menarik triyoga masuk kamar.

Giana tertawa melihat pertengkaran kedua kakak dan juga ayah nya, Terlalu sering di sakiti oleh kakak dan ayah nya. Gadis ini menjadi cuek dan tidak peduli lagi dengan orang orang ini.

"Kenapa kau tertawa jahanam?!" Bentak indra melempar kan asbak kearah giana.

Tak elak lagi kening giana terkena asbak beling itu, Darah mengalir dari luka nya dan indra sama sekali tidak peduli.

Sedang kan giana dengan santai mengelap darah nya dengan telapak tangan, Seolah itu bukan masalah besar. Padahal ia merasa kan sakit juga.

"Aku tertawa melihat binatang sedang bertengkar dengan anak nya." Ujar giana berlalu pergi.

Darah indra mendidih karena di katai binatang oleh anak yang di benci nya, Bergegas ia mengambil cambuk dan berlari mencari giana.

"Kemana iblis itu pergi?!" Geram indra.

Indra tidak nampak jika giana sedang duduk bersembunyi di bawah pohon pisang yang rimbun, Dia duduk di sana sambil membawa besi runcing jika saja indra sampai mendatangi nya. Maka giana bertekad akan menikam sang ayah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!