NovelToon NovelToon

SISTEM KEKAYAAN AND HAREM 1

Sistem

...Hendra Wijaya, seorang mahasiswa Universitas Serang Raya, memiliki wajah tampan namun tubuhnya kurus tanpa otot sedikit pun. Meski banyak yang bilang ia punya modal tampang, nyatanya hidupnya jauh dari kata mudah....

..."Sayang, cepat... aku tidak sabar," bisik seorang wanita cantik dalam mimpinya....

..."Ya, aku akan membukanya sekarang juga," jawab Hendra sambil tersenyum dan meraih resleting gaun sang wanita....

...Drrrt!...

...Drrrt!...

...Drrrt!...

...Tiba-tiba suara alarm membuyarkan semuanya....

..."Astaga... si*lan! Bagaimana bisa alarm membangunkanku pas momen emas kayak gitu?!" gerutu Hendra sambil meraih ponselnya dan mematikan alarm. "Ah, sudahlah. Mending mandi dulu."...

...Ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi kontrakan sempitnya. Lima belas menit kemudian, Hendra keluar hanya dengan handuk di pinggang, lalu berjalan ke arah meja makan....

...“...Ais, jangankan lauk pauk, bahkan beras pun aku nggak punya,” gumamnya sambil membuka lemari kosong. "Kerja apalagi yang bisa kulakukan?"...

...Perutnya keroncongan. Namun dia tahu, hidup harus terus berjalan....

...“Sudahlah, lebih baik aku berangkat kuliah dulu. Urusan makan bisa nanti,” katanya, mengambil tas lusuh dan keluar dari kontrakan....

...---...

...Di luar, seorang wanita bertubuh besar berdiri dengan tangan di pinggang....

..."Hendra!" teriaknya dari belakang....

...“Eh, Bu Nadia… ada apa ya, Bu?” tanya Hendra sambil berusaha tersenyum....

..."Ada apa-apaan! Kamu udah dua bulan nunggak bayar kontrakan, masih sempat tanya ada apa?! Bayar sekarang juga, atau keluar dari sini!"...

...“Saya belum punya uang, Bu. Tapi sore nanti saya janji akan melunasinya. Kalau tidak, saya akan pergi,” jawab Hendra dengan nada tenang, meski di dalam hati ia panik....

...“Hmph! Aku kasih waktu sampai sore! Kalau nggak, angkat kaki!” bentak Bu Nadia sebelum pergi....

...Hendra menarik napas panjang. “Huft… harus cari dari mana uangnya...”...

...Ia berjalan menyusuri trotoar kota, pikiran kosong dan perut kosong....

..."Haruskah aku jadi pemulung? Cari kerja ke mana-mana, nggak ada yang nerima..."...

...Bruk!...

...Tiba-tiba sebuah mobil menabraknya....

..."ARGH!" teriak Hendra sebelum tubuhnya ambruk dan kesadarannya menghilang....

...---...

...Dari dalam mobil, seorang gadis cantik dengan rambut panjang panik turun dan mendekatinya....

..."Ma-maaf! Aku baru belajar nyetir soalnya!" ucapnya panik dengan lutut gemetar. "E-eh… dia pingsan!"...

...Dengan cepat, ia memanggil orang sekitar....

..."Pak, tolong bantu masukkan dia ke saya...." panggil lidya kesalah satu orang yang berkerumun....

...“A-anu… Bapak bisa bantu bawa mobilnya, nggak? Saya… saya masih takut nyetir sendiri setelah kejadian tadi,” tanya Lidya dengan nada gugup, menunduk sedikit sambil memainkan jari-jarinya. belum lagi dirinya yang juga baru belajar, bisa-bisa mobilnya dipenuhi orang-orang yang dia tabrak....

...Orang-orang sekitar membantu, dan Hendra dimasukkan ke dalam mobil sedan putih milik gadis itu....

...---...

...[Ding!]...

...[Menemukan Tuan.]...

...[Apakah Tuan menerima sistem?]...

...[Karena Tuan tidak sadar, sistem akan menganggap Anda menyetujuinya.]...

...[Pemasangan sistem dimulai…]...

...[1%... 15%... 50%... 99%... 100%]...

...[Pemasangan selesai.]...

...---...

...Di rumah sakit...

..."Ugh... kenapa aku ada di sini?" gumam Hendra begitu membuka mata....

..."Maaf... saya yang menabrak kamu tadi. Aku... aku baru belajar nyetir," ucap gadis tadi dengan suara pelan. "Namaku Lidya."...

..."Ah, tidak apa-apa. Ini bukan salahmu. Aku Hendra," jawabnya....

...[Ketertarikan Lidya: 30%]...

..."Eh? Apa itu barusan?" Hendra terkejut mendengar suara aneh dalam pikirannya....

...[Selamat, Tuan. Anda sekarang memiliki sistem — satu-satunya di dunia.]...

...“Sistem? Jangan bilang ini kayak yang di novel-novel itu?” pikir Hendra....

...[Benar. Sistem ini akan memberi Anda misi. Setiap misi yang berhasil diselesaikan akan memberi hadiah: kekuatan, kekayaan… bahkan wanita.]...

..."Oke... jadi, apa misi pertamaku?"...

...[Misi Diterima]...

...[Peluk wanita di depan Anda.]...

...[Hadiah: Uang Rp1.000.000]...

...“A-apa?! Kami baru kenal! Mana mungkin aku langsung peluk dia!”...

...[Misi tidak bisa dibatalkan atau diganti. Silakan diselesaikan.]...

...Hendra berpikir keras. "Oke… kalau begitu, aku pura-pura mau ke kamar mandi."...

...“Eh, kamu mau ke mana?” tanya Lidya....

...“Ke kamar mandi, bentar ya. Kamu tunggu di sini,” jawab Hendra sambil berdiri goyah....

...“...Oh.”Dia hanya menjawab singkat....

..."Huh, bukannya bantuin aku jalan... rencana pertama gagal," gerutu Hendra pelan. “Saatnya rencana dua…”...

...Ia pura-pura terjatuh saat kembali, dan langsung memeluk Lidya yang sedang duduk....

..."Ah!" Lidya terkejut....

..."S-sorry! Aku... aku nggak punya kekuatan untuk jalan. Nggak sengaja..." ucap Hendra gugup....

...“Ti-tidak apa-apa,” jawab Lidya, wajahnya merah padam. Ini pertama kalinya ia dipeluk laki-laki. dia membantu Hendra berjalan dengan memalingkan wajahnya...

...[Misi Selesai]...

...[Tuan mendapatkan: Uang Rp1.000.000]...

...Drrrt—...

...HP Hendra bergetar. Sebuah notifikasi masuk: transfer masuk satu juta rupiah....

...“Ini... beneran?! Wah, sistem ini nyata! Aku nggak perlu kerja, tinggal selesaikan misi!” pikir Hendra girang....

...“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri begitu?” tanya Lidya curiga....

...“Ah, t-tidak apa-apa,” ucap hendra cepat, merubah wajahnya datar...

...“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri begitu?” tanya Lidya heran, memperhatikan ekspresi Hendra yang tampak terlalu bahagia untuk ukuran orang yang baru saja tertabrak mobil....

...“Ah, ti-tidak. Aku nggak apa-apa kok,” elak Hendra cepat, lalu berdiri dengan sedikit gaya dramatis dan berjalan dituntun oleh Lidya....

...---...

...[Ding!]...

...[Tuan, apakah Anda ingin mengambil Hadiah Pemula?]...

...“Hadiah pemula? Emangnya apa itu?” tanya Hendra dalam hati....

...[Tuan akan menerima satu pil spesial. Pil ini dapat memulihkan tubuh secara penuh serta meningkatkan kekuatan fisik dan daya tahan Anda secara drastis.]...

...“Kenapa kamu nggak bilang dari tadi? Kalau saja aku tahu, aku nggak bakal jalan pincang-pincang begini!”...

...[Jika saya memberikannya sebelum Anda memeluk Lidya, apakah Anda yakin bisa menemukan akal secerdik itu?]...

...Hendra terdiam. “…Hmm, kamu ada benarnya juga. Ya sudah, kasih pilnya ke aku.”...

...Sebelum menelan pil itu, Hendra bertanya, “Oh iya, sistem. Selain misi, kamu punya fitur lain?”...

...**[Ada tiga fitur utama. Dua masih terkunci. Saat ini yang aktif:...

...1. Cek Status...

...2. Toko Sistem...

...3. Poin Sistem.]**...

...“Coba jelasin satu-satu.”...

...[Toko Sistem: Anda bisa membeli barang atau kemampuan dengan poin sistem....

...Poin Sistem: Hanya bisa diperoleh jika target wanita mencapai 100% ketertarikan.]...

...“Oke, masuk akal. Kalau begitu, coba tampilkan statusku.”...

...[Status Pemilik Sistem]...

...Nama: Hendra Wijaya...

...Umur: 20 Tahun...

...Pekerjaan: -...

...Saldo: Rp1.000.000...

...Pasangan: -...

...Keterampilan: -...

...Target Aktif: Lidya (Ketertarikan 30%)...

...“Apa keuntungan kalau ketertarikan target mencapai 100%?” tanya Hendra lagi....

...[Tuan akan mendapat poin sistem, tidak bisa dikhianati oleh target, serta menerima hadiah acak.]...

...“Hmm, itu cukup OP juga. Baiklah... aku akan minum pil ini.”...

...Tanpa ragu, Hendra menelan pil tersebut....

...Beberapa detik kemudian…...

...“Arghhh!!” Hendra tiba-tiba menggeliat kesakitan dan terjatuh dari tempat tidur....

...Tubuhnya panas seperti terbakar dari dalam. Keringat bercucuran. Otot-ototnya terasa tertarik dan berdenyut hebat....

...“KENAPA INI TERASA SAKIT?! KAU NGGAK BILANG AKAN SEBEGINI SAKITNYA!!” teriak Hendra dalam hati....

...[Tuan tidak menanyakannya.]...

...“BAH! Harusnya kamu kasih peringatan dulu, dasar sistem b******!!"...

...“AARGH—!” jerit Hendra sembari meringis menahan nyeri....

keluar dari rumah sakit

...Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka....

...“Hendra?! Kamu kenapa?!” Lidya muncul tergesa-gesa, melihat Hendra menggeliat di lantai....

...“A-aku baik-baik saja...” desis Hendra sambil berusaha berdiri....

...“Kamu nggak kelihatan baik-baik saja! Kamu tadi teriak kayak orang kesurupan!” Lidya mendekat dan membantu menopangnya....

...“Tenang, cuma... benturan efek samping habis minum obat rumah sakit,” bohong Hendra cepat....

...“Obat rumah sakit mana yang bikin orang kayak kesurupan begini?” gumam Lidya curiga....

...Beberapa detik kemudian, rasa sakitnya perlahan reda. Tubuh Hendra terasa ringan. Nafasnya lega. Bahkan ia bisa berdiri tegak dengan mantap....

...“Wah… efeknya gila juga. Kayak bangun dari tubuh nenek-nenek jadi superhero,” batin Hendra kagum....

 

...[Efek Pil Pemula telah berhasil:...

...Pemulihan total...

...Kekuatan fisik meningkat...

...Daya tahan meningkat...

...Ketahanan tubuh meningkat...

...Sistem kekebalan diperkuat]...

 

...“Aku udah nggak apa-apa, sungguh,” ujar Hendra sambil berdiri mantap....

...“Kalau kamu pingsan lagi, jangan salahin aku,” omel Lidya dengan nada lembut....

...“Tenang aja. Sekarang, aku lebih kuat dari sebelumnya,” jawab Hendra percaya diri, lalu tersenyum penuh arti....

...---...

...“Ayo, aku akan membayar biaya rumah sakit terlebih dahulu,” ucap Hendra sambil menarik tangan Lidya pelan, seolah ingin segera menyelesaikan semua ini....

...Namun Lidya menahan langkahnya. Raut wajahnya tampak bersalah....

...“Biar aku saja. Aku akan membayar semua biayanya. Lagipula... semua ini memang karena kesalahanku,” ucapnya pelan tapi tegas, mencoba bertanggung jawab....

...Hendra menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Oh, baiklah.”...

...Sesampainya di meja resepsionis, Lidya langsung bertanya, “Mbak, berapa biaya rawat untuk pasien di ruangan 120?”...

...Resepsionis mengetik beberapa detik di komputernya. “Totalnya dua juta lima ratus ribu rupiah, Kak.”...

...“Be... begitu besar? kalo aja tadi dia mengiyakan perkataanku, darimana duit sebanyak itu...” gumam Hendra, kaget mendengar biaya yang harus dibayar....

... “Untung aku nggak harus bayar... kalau nggak, mau disimpan di mana mukaku?” batinnya getir....

...Setelah membayar, mereka pun berjalan keluar bersama. Hendra menoleh ke arah Lidya dan tersenyum kecil....

...“Kalau begitu, sampai jumpa di lain hari.”...

...Baru saja ia melangkah, Lidya memanggilnya lagi sambil memegang lengannya ringan. “Eh, tunggu. Aku... aku antar kamu pulang saja.”...

...Hendra berhenti, lalu menatapnya. “Bukankah mobilmu sempat rusak karena menabrakku?”...

...“Sudah diperbaiki. Yang kupakai sekarang ini mobil ayahku,” jelas Lidya....

...“Oh begitu,” sahut Hendra singkat, lalu mengikuti Lidya menuju parkiran....

...“Mana mobilmu?” tanya Hendra, melirik sekeliling....

...“Itu.” Lidya menunjuk sebuah sedan hitam yang terparkir rapi....

...Tak lama, mereka berdua sudah duduk di dalam mobil. Hendra awalnya memilih kursi belakang....

“Kenapa kamu duduk di belakang?” tanya Lidya sambil menoleh, bingung.

...“Tidak apa-apa,” jawab Hendra santai....

...“Duduklah di depan. Biar nggak aneh.”...

...“Baik,” ucap Hendra, kemudian berpindah ke kursi depan....

...Lidya menyalakan mesin mobil. Suara raungan halus terdengar....

...Sebelum mulai melaju, Lidya menoleh dengan ragu. “Kamu bisa nyetir, kan?”...

...Hendra mengangguk, lalu menatap ke depan dengan tenang....

...Lidya menghela napas. “Kalau begitu... tolong kamu saja yang nyetir, ya? Aku masih takut. Takut menabrak orang lagi.”...

...Melihat sorot matanya yang masih trauma, Hendra tersenyum menenangkan....

...“Kamu nggak perlu takut. Jadikan kejadian tadi pelajaran. Lain kali kamu akan lebih hati-hati.”...

...Lidya hanya mengangguk kecil. Wajahnya sedikit memerah, entah karena malu atau gugup....

...Perjalanan pulang diisi dengan obrolan ringan. Sesekali mereka tertawa, membuat suasana jadi lebih hangat. Saat mobil berhenti di depan kontrakan Hendra, Lidya menatap ke arahnya....

...“Kalau begitu, aku pergi dulu ya, maaf soal sebelumnya ” ucapnya sambil membuka jendela, tersenyum getir....

...“Tidak masalah, aku malah berterima kasih, kalau begitu hati-hati dijalan, awas nabrak orang lagi ” balas Hendra sambil melambaikan tangan....

...> [Ketertarikan Lidya: 50%]...

...Setelah mobil berlalu, Hendra berdiri sejenak sambil menghela napas....

...“Apa hanya dengan ngobrol biasa bisa bikin ketertarikan naik sejauh itu? Atau dia memang nyaman denganku?” gumamnya heran....

...Ia pun masuk ke kontrakan....

...“Masih jam dua belas siang. Aku butuh satu juta lagi buat bayar utang kontrakan. Semoga aja ada misi tambahan.”...

...Hendra menatap langit-langit, lalu berseru dalam hati, “Sistem, ada misi lain?”...

...[Ada, Tuan.]...

...“Kalau begitu, berikan padaku.”...

... [Misi terdeteksi: Bantu seorang wanita yang akan ditembak dalam target pembunuhan.]...

...[Hadiah:]...

...Uang: Rp5.000.000...

...Teknik bela diri kuno tingkat menengah...

...“Di mana lokasinya?” matanya berbinar melihat hadiah yang akan dia terima....

...> [Restoran Salmon, lantai atas. Target mengenakan pakaian merah.]...

...Hendra langsung berlari menuju lokasi. Sesampainya di depan restoran, seorang penjaga mencoba menghentikannya....

...“Tunggu Pak, Anda harus—”...

...Tanpa banyak bicara, Hendra menyelipkan selembar uang Rp200.000 ke tangan penjaga itu. Si penjaga terdiam, lalu membiarkannya masuk....

...Hendra menaiki tangga dengan napas ngos-ngosan. Sesampainya di lantai atas, ia menatap ke sekeliling, mencari sosok yang dimaksud....

...“Da*n Kenapa cuma dibilang ‘pakai baju merah’? Di sini banyak orang yang pakai baju merah !” desisnya kesal....

...[Target: Pojok kanan.]...

...Hendra memutar pandangan. Di sana, seorang wanita muda duduk sendiri dengan wajah datar, mengenakan dress merah. Wajahnya cantik, dengan aura yang elegan....

...Ia menghampirinya. “Halo, bisa berbicara sebentar?”...

...Tak ada respons....

...“Kak, bisa dengar saya?” tanya Hendra sekali lagi....

...“Kalau bukan karena misi, aku nggak bakal bantu cewek aneh kayak gini.”...

...Hendra pun memberanikan diri menyentuh tangannya. Namun…...

..."Plak!!!"...

...“Lancang!” seru wanita itu dan langsung menampar wajah Hendra. suaranya menggema dalam ruangan....

...“Aduh! Kenapa kamu memukul saya?”...

... [Target harem terdeteksi.]...

...Nama: Alisa Ayundya...

...Umur: 21 tahun...

...Pekerjaan: CEO Perusahaan Kecantikan...

...Ketertarikan: -20%...

...“Bisa-bisanya sistem kasih target beginian…” gumam Hendra dalam hati....

...“Harusnya saya yang tanya! Kenapa Anda megang tangan saya sembarangan?” semprot Alisa....

...“Saya...”...

... [3 detik sebelum penembak melepaskan tembakan.]...

...3... 2... 1......

...“Bruk!”...

...Hendra mendorong tubuh Alisa ke lantai....

...“Dor!”...

...Suara tembakan menggelegar. Peluru meleset dan mengenai dinding. Orang-orang berteriak, restoran pun langsung kacau....

...Hendra menarik Alisa ke balik dinding pelindung dan memeluk tubuhnya erat, mencoba melindungi....

..."Kamu....." alisa begitu gugup, dia merasa bersalah telah menamparnya, dirinya tahu jika target penembakan ini ada dirinya sendiri....

...“tidak apa, saya barusan mau memberitahu kamu jika ada penembak yang sedang mengintai anda"...

... [Ketertarikan Alisa: 70%]...

 “Gila… semudah itu kah cewek jatuh cinta?” pikir Hendra, terkejut.

 

Bab 3

"Akhirnya datang juga," ucap Hendra, menghela napas panjang. Tubuhnya masih tegak melindungi Alisa di balik dinding, sementara suara sirene mulai terdengar di kejauhan.

Seorang polisi berlari mendekat dengan tameng di tangan. "Apakah kalian baik-baik saja?"

"Kami selamat," jawab Hendra cepat sambil berdiri. Ia kemudian meraih tangan Alisa, membantunya bangkit perlahan.

"Kalau begitu, ayo keluar. Gunakan tameng ini untuk melindungi diri kalian," ucap polisi itu, menyerahkan sebuah tameng besi.

Dengan langkah hati-hati, mereka berjalan melewati restoran yang masih dipenuhi kepanikan. Beberapa petugas keamanan terlihat berjaga ketat di luar. Hendra tetap memegang tangan Alisa, menjaganya tetap di belakang pelindung.

Sementara itu, di tempat lain yang gelap dan sunyi...

"Bos, misi gagal. Ada pria yang tiba-tiba melindungi target," lapor suara tegang di telepon.

Suara berat di ujung sana mendengus marah. "B*****... Siapa dia?"

"Saya belum tahu, bos. Tapi akan saya selidiki."

"Lakukan segera. Aku ingin tahu siapa dia sebelum hari berganti."

Kembali ke Hendra dan Alisa...

[Misi selesai] [Hadiah:

Uang 5.000.000

Teknik bela diri kuno – Tingkat Menengah]

Tiba-tiba kepala Hendra terasa berat. Ia memejamkan mata, menahan rasa aneh seperti ribuan informasi masuk sekaligus ke dalam otaknya. Gerakan refleks, teknik bertarung, posisi menyerang dan bertahan—semuanya mengalir begitu saja ke dalam tubuhnya.

"Ini... teknik bela diri? Ini luar biasa... seperti sudah tertanam dalam tubuhku," gumam Hendra terpana.

Ponselnya bergetar. [Anda menerima 5.000.000 dari nomor tak dikenal]

Setelah situasi benar-benar aman dan polisi mengizinkan mereka meninggalkan lokasi...

"Kalau begitu, aku akan kembali ke rumah," ucap Hendra sambil melirik langit malam yang mulai gelap.

Alisa menggigit bibir bawahnya sebentar sebelum bicara. "Eh, kamu nggak mau aku antar dulu?"

Hendra menoleh. "Kamu yakin? Bukankah kamu masih syok?"

Alisa menggeleng pelan. Wajahnya terlihat lebih tenang. "Justru aku merasa lebih nyaman kalau kamu tetap di dekatku… setidaknya malam ini."

Sistem kembali muncul: [Misi terdeteksi] [Masuk ke rumah Alisa] [Hadiah: Uang 1.000.000]

"Kenapa selalu ada misi seperti ini..." batin Hendra.

"Baiklah," jawabnya dengan tenang. "Aku ikut."

---

20 menit kemudian, di rumah Alisa...

Hendra memandangi bangunan besar berarsitektur modern yang berdiri megah di hadapannya. Lampu-lampu taman yang menyala redup menambah kesan elegan.

"Be... begitu besar rumahnya," gumam Hendra kagum.

"Ini tidak seberapa, masih banyak rumah yang sepuluh kali lebih besar dari rumahku," ucap Alisa dengan nada biasa saja, seolah rumah sebesar itu hal yang normal baginya.

Begitu pintu terbuka, suasana hening menyambut mereka.

[Misi selesai] [Hadiah: Uang 1.000.000]

Hendra melepas sepatu, lalu duduk di sofa empuk di ruang tamu.

"Semoga tidak ada misi aneh lagi..." gumamnya dalam hati.

"Kamu mau minum apa?" tanya Alisa dari dapur.

"Apa saja," jawab Hendra sambil menyandarkan tubuh.

Tak lama, Alisa kembali membawa dua gelas jus alpukat dingin.

"Minumlah," ucapnya, menyerahkan salah satu gelas.

"Terima kasih," ujar Hendra, lalu meneguknya perlahan. Rasanya segar.

Beberapa menit mereka duduk bersebelahan, dalam diam.

"Kenapa rumah ini terasa sepi?" tanya Hendra akhirnya.

"Aku tidak suka keramaian," jawab Alisa pelan, menunduk.

"Kamu yang mengurus semua ini sendirian?"

Alisa mengangguk. "Ya."

Hendra mengamati sekeliling. Semua tampak bersih dan teratur. "Aku kira kamu gadis yang manja dan suka menyuruh orang," batinnya.

"Orang tuamu...?"

Tiba-tiba bahu Alisa bergetar. Air mata mengalir di pipinya.

"Hiks... Orang tuaku meninggal satu tahun yang lalu... dibunuh oleh orang tak dikenal."

"Eh... maaf... Aku nggak tahu..." ucap Hendra buru-buru, merasa sangat bersalah.

Ia mendekat, mengusap lembut kepala Alisa, lalu menarik tubuh gadis itu ke pelukannya.

"Nggak apa-apa..." bisik Alisa pelan, tubuhnya sedikit bergetar di pelukan Hendra.

[Ketertarikan Alisa: 80%]

Setelah beberapa saat, suasana mulai tenang.

"Apakah kamu punya pacar?" tanya Alisa pelan, matanya masih menatap Hendra.

Hendra menggeleng. "Tidak. memangnya ada wanita yang mau jadi pacarku?" jawabnya seolah tidak ada wanita yang ingin berpacaran dengannya, mungkin itu dulu jauh sebelum dirinya memiliki sistem.

[Misi terdeteksi] [Cium Alisa selama 3 menit] [Hadiah: Mobil Mercedes-AMG GT] [Hukuman: Sistem akan hilang] [Durasi: 2 jam]

"Kenapa ada hukuman sekarang..." desah Hendra dalam hati.

[Tuan sudah naik level. Hukuman dan hadiah akan semakin serius di setiap misi.]

"Hendra..." panggil Alisa lirih.

"Ya?"

Alisa menatapnya dalam-dalam. "Bolehkah aku... mencium kamu? Aku cuma ingin sedikit merasa tenang."

Hendra terpaku. Jantungnya berdetak kencang.

"Apa ini efek ketertarikan yang udah 80%?" batinnya.

[Benar, Tuan.]

"O-oke... kalau kamu mau," jawabnya, gugup.

Alisa mendekat, duduk perlahan di pangkuannya, lalu menempelkan bibirnya pada bibir Hendra. Sentuhan lembut itu segera berubah menjadi ciuman panas. Lidah Alisa bermain lincah. Hendra membalas, mengikuti geraknya.

[Ketertarikan Alisa: 90%]

Beberapa menit kemudian, Alisa melepaskan ciumannya dengan napas terengah.

"Kamu... luar biasa," ucap Hendra pelan.

"Ini pertama kalinya... Aku cuma sering lihat di drama dan... ya, kamu tahu," jawab Alisa malu.

[Misi selesai] [Hadiah: Mobil Mercedes-AMG GT]

Alisa tersenyum, mencium Hendra lagi sebelum akhirnya bersandar di bahunya.

"Aku pulang sekarang. Ini sudah malam," ucap Hendra setelah beberapa saat.

"Kamu nggak mau bermalam di sini?" tanya Alisa dengan nada pelan.

"Lain kali, ya. Aku harus pulang."

Hendra keluar rumah. Di depan, sebuah mobil sport hitam mengkilap menunggunya.

"Apa ini...?"

[Itu mobil dari hadiah yang tuan dapatkan, Tuan. Surat-suratnya lengkap dan sudah atas nama Anda.]

"Hebat... Tapi sayang nggak bisa dijual ya?"

[Benar. Semua hadiah sistem tidak bisa dijual, hanya bisa digunakan oleh Tuan.]

Hendra membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Mesin menyala otomatis begitu tubuhnya duduk di jok.

"Petualangan ini... baru dimulai," gumamnya, tersenyum tipis sambil memegang setir.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!