Kepercayaan diri dalam hidup ini sangat penting. Sebelum mengagumi orang lain, mungkin alangkah baiknya kita mengagumi dan memuji diri sendiri terlebih dahulu sebagai sebuah apresiasi dan semangat.
Aku suka bercermin, itu membuatku merasa sangat bahagia hanya dengan melihat wajahku, banyak orang yang mengatakan aku cantik dan berbagai pujian lainnya. Tapi, itu tidak berpengaruh bagiku, karena tanpa mereka mengatakannya pun aku tahu bahwa aku cantik.
Tidak ada salahnya menggunakan masa-masa muda dan bugar ini sebaik mungkin, karena aku tahu waktu akan berlalu, aku akan menjadi tua, kulit-kulitku akan keriput, dan mungkin suatu hari aku bahkan tidak dapat melihat diriku lagi dicermin.
“Hy Jenny, semoga harimu menyenangkan.” Aku tersenyum berulang kali dicermin mengoleskan cream wajahku, memakai sedikit pewarna pada bibir seksiku, lalu menyisir rambutku yang berwarna coklat caramel.Aku benar-benar terlihat sempurna. Para mantanku selalu mengatakan hal tersebut.
Pada usia remaja aku banyak menjalin hubungan, tentu saja bukan hubungan yang serius, hanya mengisi sedikit kesepian dan juga memuaskan rasa penasaran pada setiap watak laki-laki yang aku temui. Aku ingin tahu apa yang sangat berpengaruh pada sebagian besar laki-laki dalam menilai perempuan. Selama masa itu aku menjadi seseorang yang populer, aku kira aku akan menikmatinya. Tapi ternyata aku muak, karena aku tidak menemukan seseorang yang benar-benar tulus bahkan hanya untuk berteman denganku.
Kepopuleran tidak memberiku kebahagiaan.
Mereka yang memanfaatkan kepopuleranku untuk keuntungan diri mereka sendiri telah membuat hatiku hancur, yang berkembang menjadi sebuah kebencian. Kebencian tentang bagaimana para pria muda yang tidak dewasa dengan segala pemikiran liciknya. Mereka hanya ingin tubuhku. Mereka menganggapku seakan-akan sebuah harta karun, siapa yang mendapatkannya dialah yang terhebat.
...****************...
Aku berjalan memasuki departemen penyortiran barang diperusahaan tempatku mengajukan lamaran. Aku melihat di situs internet mereka sedang mencari asisten eksekutif baru untuk direktur. Kedengarannya bagus dan cukup keren.
Aku memasuki ruangan dengan percaya diri. Terkejut melihat seorang karyawan wanita yang sedang dimarahi atau lebih tepatnya di bentak oleh seorang lelaki yang mungkin dia adalah kepala departemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Setelah perempuan itu keluar aku langsung membungkuk sopan pada pria menakutkan itu.
“Selamat pagi pak, saya Jenny Lucia,” aku tersenyum padanya. Dia juga tersenyum padaku dengan sangat manis dan bertindak sopan. Mungkin ingin membuatku terkesan? Aku sudah kenyang bertemu dengan orang-orang bertopeng sepertinya. Jika aku tidak melihatnya berteriak membentak karyawan tadi, mungkin aku akan percaya bahwa dia adalah pria baik yang sopan.
“Jadi kamu yang bernama jenny?”
“Ya, anda sudah mendengarnya tadi tuan,” sedikit menggerakkan alisku keatas. Dia tampak bersusah payah menelan salivanya dan tertawa gugup “Oh ya, tentu saja, jadi kamu melamar menjadi Asisten eksekutif direktur?”
“Seperti yang tertera di resume saya pak.”
Dia mengangguk “Kami membuka lowongan Asisten kepala SDM….”
“Maksudmu asistenmu begitu?”
Dia tersenyum penuh arti “ Ya.. apakah kamu mau mengubah posisi?”
Aku benci bagaimana matanya terus menatap bibir dan dadaku secara bergantian. Aku memperhatikan bagaimana dia terus menggerakkan bokongnya dengan gusar di kursi putarnya. Apa aku baru saja merangsangnya? Bahkan aku tidak melakukan apa-apa.
“Kamu bisa bekerja sebagai asistenku, gaji sama, fasilitas sama, pekerjaan lebih ringan tentu saja. Bagaimana dengan itu? Apa kamu mau?," Suaranya menjadi sangat gerah dan tidak masuk akal, apa dia secara terus terang menggodaku?
Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum sinis tipis.
“Maaf tuan, tapi saya suka tantangan. Saya tidak menginginkan pekerjaan yang lebih rendah dan lebih ringan. Dan juga saya yakin, saya telah lolos seleksi sebagai Asisten eksekutif direktur utama, posisi yang bukan sembarang orang bisa mendapatkannya. Dengan segala hormat, saya memberitahu anda bahwa saya tidak tertarik pada posisi lain. Saya pikir Tuan Daniel sudah memberitahu direktur tentang kedatangan saya.”
Aku melihat bagaimana dia tiba-tiba merasa cemas dengan keringat yang membasahi rambut tipis dipelipisnya. Dia ingin menggantikan atau memindahkan asistennya saat ini hanya untuk memiliku didekatnya. Benar-benar tipikal pria yang aku benci, tentu saja aku mengerti apa yang ada dalam fikirannya. Sangat jelas untuk dikatakan tipikal untuk pria seusianya?
“Ya tentu saja, aku hanya mengujimu. Aku ingin tahu seberapa besar kamu yakin dengan posisi yang akan kamu tempati. Tentu saja kamu pantas mendapat posisi yang tidak mudah didapat oleh orang lain,” suaranya agak lemah namun dia masih berusaha untuk tersenyum.
“Aku pikir juga begitu,” aku tersenyum jahat menunjukkan kepercayaan diriku.
Aku melihatnya mengendurkan dasinya dengan sedikit frustasi. Aku rasa dia sedikit malu karena tidak berhasil menggodaku. Ya, dia harus berkaca seharusnya, meskipun bajingan setidaknya dia harus tampan untuk bisa membuatku tertarik. Sayang sekali dia benar-benar jauh dari kata tipeku.
Dia memberiku dokumen dengan tandatangannya.
“Silahkan temui asisten saya, dia akan mengantarmu ke ruang direktur," dia berdiri dan mengulurkan tangannya dan aku menyambutnya untuk menjabat tangannya yang bekeringat. Dia bahkan masih sedikit meremas tanganku dengan seduktif. Benar-benar penggoda kotor yang buruk pikirku.
“Selamat dan semoga nyaman diperusahaan ini.”
Asistennya mengantarku ke lantai teratas lantai 7 dengan menaiki lift “ Bosmu penggoda buruk yang tidak tahu malu bukan?”
Asisten itu tersenyum “Apakah dia menggodamu? Ah tentu saja kamu sangat cantik.”
“Dia menggoda tapi dia bodoh dan benar-benar menjijikkan. Apa dia sudah menikah?”
Wanita itu mengangguk. “Dulu dia juga selalu menggodaku, namun karena aku terus terang menolaknya dia mulai memperlakukanku dengan buruk."
“Sebaiknya kau mengajukan perpindahan departemen saja, dia menawariku posisi sebagai asistennya untuk menggntikanmu, tentu saja aku menolaknya. Kurasa istrinya tidak memuaskannya, atau dia seorang hyper, sampai-sampai dia selalu menggoda dan berharap setiap karyawan wanitanya akan telanjang dimejanya”
Wanita itu tertawa mendengar omelanku. Aku tahu dia pasti sangat frustasi menjadi asisten pria buruk itu.
Kami tiba di lantai 7, ada sekitar 15 karyawan sibuk melakukan pekerjaan mereka. Wanita itu berbicara dengan seseorang. Ketika kami diizinkan masuk, aku terkejut karena ruangannya sangat besar. Seorang wanita paruh baya duduk di samping pintu besar berwarna coklat itu. Dia tersenyum ramah pada kami.
“Hy, jadi kamu yang melamar posisi asisten untuk menggantikanku?” dia ramah dan humble.
“Kmu sangat muda dan cantik, ngomong-ngomong perkenalkan aku salma."
“Terima kasih pujiannya nyonya salma, saya jenny dan semoga saja ketua Ruby mau menerima saya,” dia terlihat bangga padaku, senyum tak pernah lepas dari wajahnya.
“Kamu lulus seleksi dari Tuan Daniel, jadi kamu pasti pilihan terbaik," Salma memegang tanganku saat dia mengetuk pintu coklat mewah itu.
“Jangan gugup, dia terkadang terlihat dingin. Tapi dia pria yang sangat baik," Salma berbisik padaku.
Begitu kami memasuki ruangan, harum musk menyentuh hidungku. Sangat jantan dan manis, benar-benar menyenangkan untuk dicium, bahkan direktur masih ada dikamar mandi namun harum parfumnya memenuhi ruangan.
“Maaf apa aku membuatmu menunggu?” sebuah suara berat dan dalam datang dari samping.
Suaranya yang seksi hanyalah hiasan untuk menyempurnakan visual direktur Ruby, dia tampan dan gagah, rambutnya berwarna coklat tua hampir menghitam, kornea matanya juga berwarna coklat pekat dan benar saja matanya terlihat dingin dan tajam, namun itu malah membuatnya semakin terlihat seksi dimataku.
Sebelumnya aku telah banyak menjalin hubungan, entah dengan pria muda seusiaku atau sedikit lebih tua dariku. Tapi pria di depanku saat ini bagaikan sebuah Hadiah Utama yang benar-benar langka. Namanya dengan cepat melekat dalam fikiranku sebagaimana aku mengingat namaku sendiri.
Dia mengenakan jas coklat muda diatas kemeja putihnya. Dan celana coklat tua yang terlihat pas dipahanya. Tubuh dan pakaiannya Nampak sempurna seperti saling melengkapi. Rambutya terurai sedikit menutupi sebagian dahinya, aku berfikir bagaimana rasanya meyapu mereka dengan jari-jariku yang cantik. Meskipun tatapannya dingin dan tajam, tapi itu sama sekali tidak membuatku gugup, bahkan itu hanya membuatku sangat bersemangat. Dia telah memanah tepat dihatiku.
Mungkin Tuan Ruby berusia pertengahan empat puluhan. Jika dia lebih tua dari itu, maka dia terlihat jauh lebih muda dari usianya. Dia tinggi dengan bahu lebarnya, rahangnya terlihat sangat kuat dan seksi.
“Ini Jenny yang dipilih tuan Daniel untuk menjadi calon sekretarismu. Aku akan menyerahkannya denganmu, tuan Ruby,” Salma membungkuk pada pria tampan yang telah merenggut hatiku. Salma kembali menatapku dan tersenyum ramah.
“Sampai jumpa lagi di luar Jenny." Aku mengangguk dan tersenyum, sebelum menyerahkan segala atensiku pada pria tampan pria idamanku.
“Selamat pagi Tuan,” Aku menyapanya dengan sangat ramah. Aku ingin memberinya kesan yang baik untuk hari pertama dan tentu saja hari hari selanjutnya.
“Selamat pagi Jenny."
Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Tangan kekar namun halus, dengan urat nadi menonjol seksi di sekitar lengannya. Tapi aku melihat sebuah cincin berwarna perak melingkar di jari manisnya. Sial dia sudah menikah.
Dia memberiku senyum hangat dan kemudian aku menyadari, tanganku semakin mengerat di tangannya tanpa sadar.
“Oh maaf, ini pertama kalinya saya melihat pria setampan anda,” aku tersenyum licik dan aku tahu dia dengan sadar melihat mataku yang sangat memujanya tanpa celah. Aku harap dia mengerti maksusdku.
Tuan Ruby hanya terkekeh mendengar kalimatku, sedikit kecewa namun tidak apa-apa setidaknya aku melihat pemandangan yang bagus.
“Terima kasih Jenny, silahkan duduk.”
Aku duduk dengan nyaman dan menatap wajahnya yang sedang memeriksa dokumen lamaranku.
“Berapa usiamu Jenny?”
“Saya berusia 25 tahun tuan,” suaraku benar-benar halus dan lembut, ku harap dia memperhatikan point ini.
Dia mengangguk perlahan “putriku yang pertama hampir seusiamu, dia berumur 20 tahun bulan depan”
Alisku mengkerut, mungkin dia dan istrinya menikah di usia muda, atau mungkin usianya lebih tua dari yang aku kira.
“Anda tampak muda dan gagah untuk memiliki putri yang seusia denganku Tuan Ruby.”
Matanya tetap fokus membaca setiap lembar resume ku di tangannya, aku ingin dia memperhatikanku, aku ingin dia melihat bagamana bibirku menyebut namanya. Jari-jarinya yang panjang dan tampak kuat terlihat sangat menggoda. Dia telah mengambil sebagian besar pikiranku.
“Jenny kamu sangat pandai dalam memuji seseorang.” Matanya menatapku dengan seksi.
Aku tersenyum seolah malu-malu. Aku orang yang berani dan percaya diri. Pria pujaanku yang ada didepan ku saat ini sudah menikah, tapi sepertinya itu bukan hal yang buruk bagiku, aku akan berusaha ekstra untuk membuatnya tergoda padaku. Aku ingin tahu seperti apa wajah istrinya. Tapi aku yakin dia tidak akan lebih cantik dariku.
“Tidak tuan, saya buruk dalam memuji seseorang, mungkin karena saya jarang menerima pujian dari orang lain. tapi saya senang anda menyukai pujian saya.” Aku bersikap rendah hati dengan berbohong,
Matanya tampak terkejut melihatku. “ Kau jarang menerima pujian? Mana mungkin, kamu sangat cantik Jenny, dan aku yakin pasanganmu akan selalu senang melihatmu.”
Aku benar-benar sangat senang, dia memujiku kan? Dia mengatakan aku cantik. Aku tidak bisa menahan senyum bahagiaku.
“Aku tidak punya pasangan Tuan Ruby, bahkan selama kuliah aku selalu fokus pada impian dan tugasku.”
Aku berbohong lagi, Tuan Ruby Nampak sangat percaya pada setiap kata - kataku.
“Itu bagus, kamu masih muda, dan kamu masih punya banyak waktu untuk menggapai setiap impianmu.”
“Tentu saja tuan, saya orang yang sangat berambisi.” Ada maksud lain dalam kata-kataku.
“Ya, perusahaan ini butuh karyawan sepertimu, yang berani lugas dan berambisi. Jadi baiklah Jenny, aku rasa kamu pilihan sempurna untuk menjadi sekretarisku, aku harap kamu bisa bekerja dengan baik, kamu bisa belajar terlebih dahulu pada salma terkait jadwal dan tugas-tugas menjadi sekretarisku, dan juga aku sering berpegian ke luar negri untuk pertemuan dengan klien, aku harap kamu tidak masalah dengan itu, karena kamu sekretarisku otomatis kamu juga akan berpergian denganku.”
“Oh tentu saja Tuan, aku akan bekerja keras untuk perusahaan ini, namun tuan aku ingin meminta maaf,” Aku membuat wajah sedih dan cemas.
“Meminta maaf untuk apa Jenny?”
Tuan Ruby pasti akan percaya padaku.
“Saat baru datang ke sini, saya sempat bertemu dengan kepala SDM di lantai bawah karena ada berkas yang perlu ditandatanganinya, namun saat disana…” Aku pura-pura ragu dan takut.
“Katakan saja Jenny.”
“ Dia secara tidak langsung menggoda saya dengan tatapannya dan kata-katanya, saya merasa tidak nyaman, bahkan dia menawarkan saya untuk menjadi asistennya dan akan menggantikan asistennya saat ini, tapi saya menolaknya dengan kurang sopan, sekali lagi saya minta maaf tuan.” Aku menundukkan kepalaku, berharap Tuan Ruby benar-benar akan percaya padaku.
“Dia menawarkanmu untuk menjadi asistennya?” aku mengangguk polos. “Kenapa dia ingin menjadikanmu asistennya? aku rasa aku harus menegurnya dan memberi peringatan. Aku minta maaf kamu harus mengalami hal semacam ini di hari pertamamu Jenny” Tuan Ruby Nampak sangat marah dan aku sangat senang. Kepala SDM itu pasti mengira bahwa aku akan diam saja. Tentu saja aku bukan orang yang akan tinggal diam.
“Terima kasih Tuan Ruby atas tanggapan anda, saya senang anda mempercayai saya.”
“Ya Jenny, sekali lagi maaf untuk kejadian itu dan selamat atas hari pertamamu di sini.” Tuan Ruby menyerahkan dokumen yang telah ditanda tanganinya padaku, aku menatap cincin kawinnya, aku bertekad untuk segera membuat Tuan Ruby melepas benda itu.
“Baik tuan Ruby, saya berharap dapat menjadi asisten yang baik untuk anda.” Ya maksudku bukan hanya baik dalam hal pekerjaan, aku rasa aku akan menghadapi hari-hari yang menantang kedepannya, dan aku suka itu.
...****************...
"Bagaimana Jenny dengan wawancaramu?" Salma langsung menghampiriku saat keluar dari ruangan Direktur.
"Berjalan dengan sangat baik dan aku telah resmi menjadi asistennya." Aku tersenyum bahagia.
"Sudah kubilang dia akan menerimamu."
"Tuan Ruby bilang kamu akan mengajariku tentang jadwal jadwalnya dan tugasku."
"Benar, ayo aku akan mengajarimu secara rinci."
Salma membawa ku ke tempat kerjanya, mengajariku dengan sangat rinci dan sabar, dia sangat mengayomiku, dan aku sangat terkesan dengannya.
Jenny Lucia
Mereka akan mengatakan bahwa aku pendosa, tapi bukan salahku jika para pria tergoda denganku.
Mereka terpikat padaku secara alami, bahkan kadang tanpa aku harus menggoda. Setiap orang memiliki kebutuhan fisik dan emosional. Dan inilah aku yang selalu mengejar kebutuhan emosionalku, tidak peduli hati siapa yang akan hancur, jika pria mereka berlutut padaku aku akan menerimanya, bukankah mereka yang menawarkan???
Tapi aku tidak pernah sekalipun tidur dengan pria beristri, itu suatu pantangan, tapi jika tuan Ruby menerimaku, maka dia akan menjadi yang pertama. Tapi kuharap dia benar-benar yang pertama. Aku sudah banyak membayangkan hal-hal apa yang akan kami lakukan di dalam ruangan kerjanya jika kami benar-benar bersama. Itu menyenangkan.
Senyum manisku tidak pernah berhenti. Salma sangat menyukaiku, dia berfikir bahwa aku orang yang ramah dan berbudi, tapi kuyakin dia akan berubah pikiran jika tahu hal-hal apa yang aku fikirkan tentang direktur.
“Tuan Ruby pasti senang memiliki sekretaris sepertimu. Muda, bersemangat dan menyenangkan.” Salma menatapku penuh kasih.
“Benarkah itu? Apa dia akan merasa seberuntung itu?” Tanyaku polos.
“Ya tentu saja, kau tahu asisten rekannya hampir semuanya paruh baya. Kamu mengerti maksud ku? Lalu dia sekarang punya asisten yang energik, dan tentu saja kamu akan lebih cepat tanggap karena usiamu.”
Salma sangat baik dan pintar. Dia dengan sabar dan kasih mengajariku setiap apapun hal yang harus ku ketahui. Aku mencatat detail di buku catatan kecilku. Tentang jadwal, event-event penting, tamu-tamu penting bahkan sampai makanan dan minuman yang disukai atau yang selalu menjadi pilihan direktur.
“Apakah dia selalu memesan hotdog disini? Apakah ini seleranya?” tanyaku sambil melihat setiap daftar menu kesukaan direktur.
“Aku tidak tahu tapi mungkin iya, dia terbiasa memakannya karena istrinya yang merekomendasikannya. Nyonya Ketrin tidak sering datang kesini menemui direktur, tapi Tuan Ruby sangat mencintai istrinya, dia sering memberikan kejutan berupa hadiah maupun Bunga kepada istrinya.” Ya aku menyesal bertanya, aku tidak ingin mendengar cerita apapun tentang bagaimana Ruby mencintai istrinya.
Salma meletakkan sejumlah dokumen dan daftar nama-nama “Disini sudah lengkap , kamu tidak perlu terlalu hawatir mengenai pekerjaanmu, karena direktur sangat baik, dan juga kamu akan sering pergi ke luar negri bersama direktur, jadi ku harap kamu berusaha untuk menjaga staminamu."
“Ya pasti, dan ngomong-ngomong aku mendengarnya mengatakan bahwa dia memiliki seorang putri seusiaku?” Sebenarnya aku hanya ingin tahu pasti tentang usia direktur.
“Putri pertamanya berusia 20 tahun, dan dia akan segera lulus dari universitas pada tahun ini, lalu putranya berusia 4 tahun. Direktur berusia 43 tahun, suaminya mungkin sekitar 39 tahun, mereka menikah muda dulu."
Salma menjawab pertanyaanku dengan cukup baik, memikirkan usia Tuan Ruby membuatku sangat bersemangat, dia sudah 43 tahun namun masih gagah dan tampan, dia 18 tahun lebih tua dariku, itu menarik. Kurasa bukankah aku akan berhasil mendapatkannya? Aku sangat percaya diri tentang ini.
Setelah ku pikirkan lagi tentang bagaimana Tuan Ruby mencintai istrinya, aku berubah pikiran tentang ingin melepaskan cincin perkawinannya, bukankah lebih menyenangkan saat dia bercinta denganku dengan cincin kawin melingkar di jarinya? Itu seperti hanya akan menjadi sebuah aksesoris yang tidak berarti.
“Ini daftar nama yang selalu datang kesini, termasuk teman atau sahabatnya, kamu bisa langsung mempersilahkan mereka masuk menemui direktur, namun jika orang itu tidak ada dalam daftar maka mereka harus membuat janji temu dulu dengan direktur, Tuan Ruby tidak suka membuang waktunya untuk orang asing. Tolong diingat itu.”
Aku membaca daftar nama-nama itu, urutan teratas tertera nama tuan Daniel yang mewawancaraiku, lalu Sean. Kurasa mereka sahabatnya
“Baik, aku akan mengingatnya."
Jam menunjukkan pkl 12:44
Karyawan lainnya sedang makan siang, tapi aku sibuk merapikan catatanku tentang jadwal Tuan Ruby. Aku ingin sebaik mungkin menarik perhatiannya.
“Halo, selamat siang." Senyum manis dan nakal terpancar dari mata pria itu. Dia Tuan Daniel yang meloloskanku dalam wawancara, tidak bisa ku pungkiri dia sangat tampan, jika aku tidak bertemu dengan Tuan Ruby, aku rasa aku akan bersedia bermain-main dengannya.
“Selamat siang Tuan Daniel, senang bertemu denganmu,” Aku membalas kerlingan matanya, aku tidak perlu sungkan pada pria pemain sepertinya.
"Waah temanku benar-benar beruntung memiliki asisten yang cantik dan seksi sepertimu.” Dia menyeringai, tentu saja dia dan aku sepertinya sama, lugas dan berani. Aku suka itu, dia penggoda yang bagus karena dia tampan.
“Terima kasih pujiannya Tuan Daniel."
“Hey kau tahu itu bukan pujian bukan? (dia kembali tersenyum nakal) sampai jumpa lagi cantik." Dia mengedipkan mata padaku dan berjalan memasuki ruangan Tuan Ruby.
...****************...
"Bagaimana hari pertamamu di kantor? apa semua berjalan dengan baik?" Lucas sahabatku, bertanya saat aku memeluknya dari belakang, mengganggunya saat sedang memasak.
"Ya sangat baik dan menyenangkan " Dia mengenalku dengan sangat baik, dia sahabatku tapi aku mencintainya seperti seorang saudara. Kami tinggal bersama sejak 7 tahun yang lalu, aku hanya punya dia dihidupku yang suram. Saat aku kabur dari rumah, saat itu dan sampai sekarang dia selalu membantuku dan mengayomiku. Aku pernah befikir mungkin akan bahagia jika dia kekasihku, tapi kenyataannya kami benar-benar mencintai seperti saudara, dan sekarang dia sudah punya kekasih. Aku bahagia untuknya, kekasihnyapun juga sangat menyayangiku. Tapi mereka sering LDR, karena Rania pacarnya sering ke luar negri.
Jadi sekarang aku sudah tinggal sendiri karena dia bersama kekasihnya, dia memberi apartemennya yang ku tinggali saat ini padaku. Namun dia sering datang berkunjung, membersihkan apartemenku atau hanya untuk sekedar memasak dan pergi.
"Jadi dia seksi?" Aku tertawa mendengar pertanyaannya.
"Sangat dan sangat seksi, sayang sekali dia sudah menikah." Aku berbisik senang padanya.
"Hentikan itu jangan membuat onar." Dia berbalik menghadapku, membalas pelukanku. "Jangan sakiti dirimu sendiri dengan menyukai pria beristri."
"Kenapa kau ingin aku berhenti? aku benar-benar menyukainya," aku sedikit merengek.
"Kau tau maksudku, aku mencintaimu dan hanya ingin kamu baik-baik saja."
"Aku juga mencintaimu dan aku akan baik-baik saja," mengeratkan pelukanku, dia sangat peduli padaku, aku tahu itu.
"Kau sangat keras kepala ( mengetuk pelan dahiku) aku memperingatimu, aku serius jangan bermain-main dengan pria beristri."
Aku tidak menjawabnya, selama ini aku selalu mematuhinya karena dia sangat peduli padaku, tapi untuk kali ini, aku benar-benar ingin tidak patuh. Kali ini saja.
"Kau memasak apa? Baunya sangat harum" melepas pelukan, berusaha mengalihkan perhatiaannya.
"Aku memasak semua makanan kesukaanmu, cepat ganti pakaian dan mandi, lalu kita akan makan bersama."
"Oke baiklah saudara dan sahabatku yang paling baik sebumi ini," aku mencium pipinya dan berlari pergi ke kamarku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!