NovelToon NovelToon

Hanya Istri Pengganti

1. Bukan Keinginanku

Bukan Keinginanku

“Apa?! Bagaimana bisa itu terjadi?!”

“Ka-Kami tahu Tuan Lyman. Tiba-tiba saja Nona Sheina tak ada di ruang ganti. Kami tak tahu Nona ke mana”

Bayu Lyman langsung saja melebarkan matanya atas apa yang dikatakan oleh bawahannya itu. Terlihat wajahnya yang sudah emosi karena mendengar sang anak yang kabur di hari pernikahannya.

“Kalian ini tak becus yah! Bagaimana bisa anakku jadi kabur begitu?! Cari! Cari di manapun dia berada. Aku enggak mau tau kalian harus bisa menemukan Sheina,” perintah Bayu dengan tegas.

Sebelum para bawahannya itu beranjak pergi, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang berlari dengan panik ke arah Bayu.

“Ada apa, Ma? Kenapa Mama berlari dengan panik gitu?” tanya Bayu

Sang istri, Jina Lyman, mendekati suaminya dengan sebuah kertas di tangannya.

“Pa, lihat ini! Mama menemukannya di ruang rias tadi. Sheina yang menulisnya sendiri,” ucap Jina seraya menyerahkan surat itu pada suaminya.

Bayu langsung membaca surat itu. Ia langsung mereka kertas itu dengan kuat dan membuangnya ke bawah.

“Bagaimana bisa dia melakukan itu pada keluarganya sendiri?! Apa dia tak memikirkan orang tuanya yang akan kehilangan reputasi di mata orang lain?!” murka Bayu

“Pa, Papa tenang dulu. Sekarang yang terpenting adalah membuat pernikahan ini tetap berjalan. Apa yang akan kita katakan pada keluarga Gibson nanti jika sampai pernikahan ini batal? Yang ada rencana untuk menyuntikkan dana akan gagal terjadi. Lebih parahnya lagi kita akan dihina oleh semua orang nanti,” papar Jina dengan wajah yang sangat khawatir.

Bayu menyetujui apa yang dikatakan oleh istrinya itu. “Mama benar. Kita harus pikirkan cara agar pernikahan ini tetap berjalan. Kita tak boleh membuat keluarga Gibson marah nantinya dengan apa yang kita lakukan,” timpal Bayu dengan wajah yang berpikir keras.

“Bagaimana kalau kita suruh Clara saja yang menggantikan Sheina?” tawar Jina

Bayu langsung memandang terkejut pada istrinya itu. “Bagaimana bisa kita menyuruh Clara yang menggantikan Sheina? Tak bisa! Aku enggak mau Clara masuk ke keluarga Gibson,” tolak Bayu

Jina jadi emosi mendengar penolakan itu. “Terus kota harus bagaimana lagi?! Apa kita ada waktu untuk mencari penggantinya saat ini?! Beberapa jam lagi pernikahan akan dilaksanakan. Apa Papa ada cara yang lebih baik?!” protes Jina seraya berkacak pinggang.

Bayu menghela napas kasar. “Terserah Mama saja. Yang penting pernikahan ini akan terlaksana,” timpal Bayu yang akhirnya pasrah.

“Nah, begitu dong daritadi. Hei, kau! Bawa Clara ke sini,” perintah Jina pada salah satu bawahan.

“Baik Nyonya!”

Tak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan sosok wanita cantik yang dibalut dengan dress warna merah muda.

“Papa memanggilku?” tanyanya

Bayu menghampiri anaknya itu. “Clara, Papa mau mengatakan sesuatu padamu. Kamu dengarkan baik-baik yah,” ucap Bayu

Clara Lyman, menatap wajah Papanya itu dengan tatapan penasaran.

Bayu menarik napas yang dalam sebelum mengatakan yang sebenarnya pada anaknya itu.

“Kakakmu, pergi kabur dari acara pernikahan ini,” ujar Bayu

Sontak Clara melebarkan matanya atas apa yang dikatakan oleh Papanya itu. “Apa?! Bagaimana bisa kakak pergi?! Hari ini kan pernikahannya. Terus, bagaimana dengan pernikahan ini?” tanya Clara yang terlihat terkejut.

Bayu menghela napas kasar. “Papa juga tak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh kakakmu itu. Jadi, kamu harus membantu Papa kali ini,” timpal Bayu

Clara mengeryitkan dahinya. “Maksud Papa?” tanya Clara dengan tatapan bingung.

Jina yang sudah jengah dari tadi karena suaminya itu tak kunjung mengatakan tujuan sebenarnya.

“Maksudnya, kamu itu harus menggantikan posisi Sheina untuk menikah dengan Tuan Muda Gibson,” sahut Jina

Sontak Clara melebarkan matanya atas apa yang dikatakan oleh Mamanya itu. “A-Apa?! Itu enggak mungkin kan? Papa, apa itu benar? Apa aku yang harus menggantikan posisi kakak?!” tanya Clara dengan tatapan tak percaya.

“Clara, Papa enggak ada pilihan lain selain ini. Papa juga terpaksa melakukannya. Kalian tidak, perusahaan Papa akan diambil oleh mereka. Papa punya hutang yang banyak dengan keluarga Gibson,” jelas Bayu

Clara menggelengkan kepalanya tak percaya. “Maksud Papa ingin menjualku gitu?! Bagaimana bisa Papa melakukan hal itu padaku?! Aku juga akan kuliah, Pa! Apa aku harus tak kuliah” jerit Clara dengan wajahnya yang emosi.

“Clara! Bagaimana bisa kamu menggunakan nada tinggi pada Papamu sendiri?! Kami melakukan ini semua agar keluarga kita tidak hancur. Apa kamu mau Papa kamu masuk ke penjara?! Mau?!” protes Jina dengan wajah yang juga emosi.

Clara jadi terdiam mendengar hal itu. Tentu saja ia tak mau Papanya itu masuk ke penjara.

“Baiklah! Aku mau melakukannya,” jawab Clara final.

“Baguslah! Ayo, kamu ikut Mama. Kita harus mengganti pakaianmu,” balas Jina seraya menarik tangan anaknya untuk segera berganti pakaian.

Gugup, satu kata itu yang mewakili Clara saat ini. Ia menatap dirinya di cermin. Di mana ia sudah terlihat cantik dengan gaun pernikahan yang tak seharusnya ia pakai saat ini. Ini semua bukan keinginannya untuk menikah dengan Tuan Muda dari keluarga Gibson itu. Ia saja tak pernah bertemu dengan pria itu.

Helaan napas kasar terus ia keluarkan untuk meratapi nasibnya saat ini. Baru saja ia akan menempuh pendidikannya ke jenjang bangku perkuliahan. Tapi ia harus mengubur keinginannya itu. Tak mungkin ia melanjutkan pendidikannya itu.

Ia jadi kesal dengan kakaknya itu. Bagaimana bisa kakaknya itu main kabur begitu saja? Kalau mau menolak pun harusnya dari awal saja. Kenapa harus disaat seperti ini?

Pintu ruangan terbuka dan menampilkan sang Papa.

“Clara. Ayo, kita harus pergi ke depan,” ucap Bayu

Clara menganggukkan kepalanya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Papanya itu. Mengaitkan tangannya pada Papanya dan berjalan keluar dari ruangan.

Selama perjalanan ke tempat pernikahan, jantung Clara terus berdetak dengan kencang. Ia sangat gugup dengan semua orang yang akan menatap padanya. Usianya baru menginjak 19 tahun, tapi ia sudah menikah saat ini. Walaupun banyak wanita yang menikah muda, tapi ia bukan salah satu yang menginginkan hal itu.

Ramai, itulah yang ia lihat saat sudah memasuki area pernikahan. Semua orang menatap ke arahnya. Banyak dari mereka yang berbisik. Tentu saja ia tahu apa yang tengah dibisikkan oleh orang-orang itu. Pastinya mereka akan terkejut karena melihat bukan kakaknya yang saat ini berjalan bersama Papanya. Sekali lagi, ini bukanlah keinginannya. Dia terpaksa melakukan semua ini.

Hingga Clara sampai di depan seorang pria tinggi dengan wajah datarnya. Bayu membantu Clara untuk duduk di kursi tempat pengucapan akad nikah nanti.

Clara cukup gugup kala pria itu menatap ke arahnya. Entah apa yang dipikirkan pria itu. Tapi yang pasti ia yakin jika pria itu pastinya juga terkejut karena yang muncul bukanlah kakaknya.

“Permainan yang menarik,” gumamnya yang membuat Clara langsung menatap bingung padanya.

2. Apakah Ini Malam Pertama?

Apakah Ini Malam Pertama?

“Selamat yah Tuan dan Nyonya Gibson!”

“Selamat atas pernikahannya!”

Kepalsuan, itulah yang Clara lakukan saat ini. Bersembunyi di balik senyuman lebar di depan semua orang. Senyuman yang menutupi luka di hatinya. Semua orang satu persatu mengucapkan selamat pada mereka atas pernikahan yang dilaksanakan.

Mungkin semua berpikir jika baik Clara ataupun pria di sampingnya itu bahagia dengan pernikahan ini karena senyuman yang mereka tunjukkan. Tapi nyatanya itu hanya sebuah keformalan.

Keenan Clovis Gibson, itulah nama pria yang kini menyandang status sebagai suaminya saat ini. Suami yang seharusnya menjadi kakak iparnya. Ia sangat tahu jika pria itu tak menginginkan pernikahan ini. Ia sangat tahu senyuman di wajah pria itu hanya sebuah kepalsuan saja.

Setelah acara saling salaman untuk memberikan selamat, keluarga Gibson dan keluarga Lyman memutuskan untuk makan malam bersama.

Di acara makan malam itu, Clara benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Jujur saja, ia adalah tipe yang introvert, terutama dengan orang baru. Jadinya, ia hanya diam saja menatap ke arah piringnya yang masih tak tersentuh.

“Menantu, ada apa? Kenapa kamu tak makan? Enggak enak yah? Mau diganti?” tanya seorang wanita paruh baya yang ada di depan Clara.

Maya Gibson, itulah nama wanita paruh baya itu. Atau bisa dibilang sebagai mertuanya saat ini.

Dengan cepat Clara menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Ma. Aku suka kok. Aku akan memakannya,” jawab Clara yang mulai memakan makanannya itu.

“Hmm, Menantuku ini sangat lucu ya. Kamu ini sangat cantik,” puji Maya dengan senyuman lebar.

Mendengar pujian itu membuat Clara cukup malu. Sedangkan terlihat sang Mama yang ada di seberang sana menatap tak suka padanya.

“Besan, maaf yah atas kekacauan ini. Maafkan kami yang malah mengganti pengantinnya. Kami benar-benar tak tau jika Sheina akan lari seperti ini,” celetuk Bayu

Andy Gibson, Papa dari Keenan langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Besan. Aku bisa memaklumi hal ini. Ini pasti berat untuk Sheina bukan. Makanya dia langsung kabur seperti ini,” ujar Andy

“Yahh, tapi dia tak seharusnya melakukan hal ini. Jika memang tak ingin, pernikahan ini tak seharusnya terlaksana. Tapi, untung ada Clara yang menyelamatkan kita dari rasa malu itu. Clara udah cantik, baik lagi,” timpal Maya

Clara hanya bisa tersenyum tipis. Ia bukan penyelamat. Ini sebuah keterpaksaan.

“Maaf yah Clara. Papa sama Mama tak pernah melihatmu di keluarga Gibson. Jadi kami belum terlalu mengenalmu. Papamu selalu mengatakan jika kamu sangat sibuk sehingga tak ada waktu di rumah,” sahut Andy menatap menantunya itu.

Clara menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak apa-apa. Saya memang sibuk. Maaf tak pernah muncul ke hadapan kalian,” ujar Clara

“Jangan merasa bersalah gitu dong, Menantu. Kamu tak salah apa-apa kok. Oh ya, umur kamu berapa sekarang?” tanya Maya

“Umurku 19 tahun,” jawab Clara

“Wahh, sesuai dengan wajahmu. Kamu memang masih muda yah. Berarti kamu beda tujuh tahun dong dengan Keenan. Nak, kamu harus banyak perawatan agar tak dikira sebagai pamannya istrimu sendiri,” kelakar Maya membuat yang lain tertawa dengan guyonannya.

“Apaan sih, Ma? Aku tak perlu perawatan, tetap saja aku ini akan tampak muda selalu,” timpal Keenan yang akhirnya berbicara setelah dari tadi hanya diam saja.

Entah kenapa tiba-tiba jantung Clara berdegup kencang kala mendengar suara berat pria itu. Apalagi wajahnya yang terlihat kesal dengan perkataan Mamanya itu menurut Clara cukup menggemaskan.

Dia cukup menggemaskan. Eh?! Apa yang kupikirkan?! Jangan Clara! Jangan! Jangan menaruh harapan padanya. Kau harus ingat kalau ini semua hanya sebuah kepalsuan. Kau hanya istri pengganti saja ~ batin Clara

“Apa kamu tak kuliah?” tanya Andy tiba-tiba.

“Aku....”

“Clara tidak kuliah karena Clara punya kemampuan otak yang kurang bagus. Jadi, dia sendiri yang mengatakan untuk tak kuliah dan lebih memilih untuk langsung mencari pekerjaan,” potong Jina

Clara cukup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Mamanya itu. Bagaimana bisa Mamanya mengatakan alasan yang sama sekali tak benar itu? Ia melihat tatapan Mamanya yang menyiratkan kalau dirinya tak boleh mengatakan yang sebenarnya.

Untuk itu ia hanya pasrah saja. Toh, dia memang pada akhirnya akan mengubur impiannya itu.

“Iyah, apa yang Mama bilang itu benar,” balas Clara

“Tidak apa-apa. Menantu, jangan terlalu terbebani yah. Mama juga bukan wanita yang pintar tau. Tapi Mama pintar membuat Papanya Keenan jadi luluh dengan Mama. Jadi, Mama tak perlu bekerja. Hanya suami saja yang bekerja. Karena ibu rumah tangga itu juga profesi tau. Bahkan profesi yang sangat sulit,” papar Maya

Clara menganggukkan kepalanya pelan. Iyah, apa yang dikatakan Mertuanya itu benar. Tapi....

“Oh ya, Clara. Nanti kamu akan langsung pulang bersama Keenan yah. Dia sudah punya rumah sendiri dari sejak masuk kuliah. Kamu akan tinggal dengannya di rumah itu,” jelas Andy

Sontak Clara cukup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Mertuanya itu. Ia sempat berpikir mungkin ia akan tinggal dengan Mertuanya untuk sesaat. Karena jujur saja, ia akan sangat gugup jika berdua dengan Keenan saja.

“Keenan, kamu harus menjaga istri kamu dengan baik yah. Awas saja kalau kamu sampai menyakiti Clara. Mama yang akan turun tangan langsung,” tutur Maya sambil memandang tegas pada Mamanya itu.

Keenan menghela napas kasar. “Iyah, Ma. Aku tau itu. Aku pasti akan menyayangi istriku ini,” jawab Keenan sambil merangkul pundak Clara sambil menatap ke arah Clara.

Clara hanya menunduk saja. Ia jadi bertambah gugup sekarang. Entah kenapa ia merasakan jika suaminya itu hanya mengatakan sebuah omong kosong saja.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah yang cukup besar. Ia melihat rumah itu cukup takjub. Clara melihat Keenan yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkan dirinya untuk masuk ke dalam rumah.

Saat ia masuk ke dalam, ia bisa melihat desain interior rumah yang sangat bagus.

Keenan yang sedang menaiki tangga terhenti kala suara Clara terdengar.

“Ke-Keenan!”

Keenan menolehkan wajahnya pada Clara yang menundukkan wajahnya.

“Ada apa?” tanya Keenan

“Ka-Kamarku di mana?” tanya Clara dengan nada yang gugup.

Sebuah senyum miring terlihat di wajah Keenan. Ia berjalan mendekati Clara.

“Kamarmu? Kenapa bukan kamar kita?” tanya Keenan

Sontak Clara mengangkat kepalanya karena hal itu. Detik kemudian ia langsung melebarkan matanya kala jarak wajahnya dengan Keenan yang begitu dekat. Seketika ia langsung memundurkan langkahnya.

“A-Aku yakin jika kau tak ingin sekamar denganku. Untuk itu aku bertanya,” jawab Clara yang masih gugup.

“Ternyata kau cukup sadar diri yah. Bagus sih. Kamarmu ada di samping kamarku. Kamar yang paling ujung. Tapi....”

Wajah Keenan yang mendekat padanya membuat Clara langsung menundukkan wajahnya itu.

“Bukankah kita harus melewati malam pertama kita dulu?” tanya Keenan dengan nada berat berbisik di telinga Clara.

Sontak Clara melebarkan matanya mendengar pertanyaan itu. Degup jantungnya pun berdegup dengan sangat kencang saat ini. Saat ia mengangkat wajahnya kembali, ia bisa melihat Keenan yang telah menaiki tangga.

Clara langsung mengipaskan wajahnya yang terasa panas. Wajahnya sudah terlihat memerah karena pertanyaan Keenan tadi.

“Dia pasti hanya ingin menggodaku saja. Tak mungkin dia akan melakukannya denganku. Sudahlah, lebih baik aku pergi ke kamar saja,” gumam Clara seraya menaiki tangga.

Ia cukup susah untuk menginjak satu persatu anak tangga karena gaunnya yang cukup besar itu. Padahal dalam mimpinya ingin sekali saat menikah nanti, ia ingin sang suami menggendongnya sampai masuk ke dalam kamar. Tapi semua mimpi itu harus ia kubur baik-baik. Karena hal seperti itu tak akan pernah terjadi padanya. Itu hanyalah kejadian yang ada di novel saja.

“Uhh, segarnya!”

Selepas mengeringkan rambutnya dengan hari dryer, Clara segera keluar dari kamar mandi dengan bathrobe putihnya.

“Ahh!” Clara menjerit dengan keras kala melihat sosok Keenan yang sedang berada di dekat ranjangnya. Sontak ia menutup matanya itu.

“Kenapa kau berteriak sih?” protes Keenan

“K-Kau ngapain ada di situ?” tanya Clara dengan tangan yang masih menutup wajahnya.

Keenan berjalan mendekati Clara. “Bukankah aku sudah bilang yang tadi? Apa kau tak mengingatnya?” tanya Keenan

Sontak Clara mengangkat wajahnya dengan tatapan terkejut. “A-Aku pikir....”

“Kau pikir aku main-main dengan ucapanku yah? Hmm, sayangnya saat ini aku tak sedang berakting seperti tadi,” potong Keenan

“Ma-Maksudmu....”

“Hmphhh!”

Ucapan Clara langsung terhenti kala bibirnya dibungkam dengan bibir Keenan. Pria itu mencium bibirnya. Bukan hanya mencium, Keenan bahkan ******* dengan dengan cepat dan terkesan kasar. Membuat Clara jadi kewalahan.

Karena sejujurnya, ia memang belum pernah melakukan hal ini. Bahkan, ia saja tak pernah pacaran sekalipun. Semua hal ini baru baginya.

Clara memukul bahu Keenan dengan pelan kala pasok udaranya yang sudah hampir habis. Keenan pun melepaskan pagutan bibir itu.

Napas Clara langsung terengah-engah saat bibir itu lepas. Clara yang seperti itu, entah kenapa malah membuat Keenan jadi semakin terangsang. Dengan cepat ia menggendong tubuh Clara dan langsung membuang tubuh gadis itu ke atas ranjang.

“Ah!”

Clara menatap gugup pada Keenan yang menatapnya begitu dalam. “A-Keenan?”

“Hm”

“Apa kita harus melakukan hal ini?” tanya Clara dengan wajah yang ia tundukkan.

Terdengar suara Keenan yang berdecih. Ia mengangkat wajah Clara hingga bisa menatapnya. “Apa kau tak mau menjalankan kewajibanmu sebagai istri?” tanya Keenan

Clara menggelengkan kepalanya pelan. “A-Aku....”

“Kalau begitu, kau tinggal menikmatinya saja. Kau tenang saja, aku akan membuatmu akan terus minta tambah padaku,” potong Keenan

Clara jadi tambah gugup dengan perkataan suaminya itu. Apa malam ini ia benar-benar akan melepas kesuciannya pada orang yang tak ia cintai? Tapi Keenan adalah suaminya. Tentunya Keenan lebih berhak.

Bibirnya kembali dicium oleh Keenan. Sama seperti tadi. Keenan menciumnya begitu menggebu. Bahkan pria itu menggigit bibirnya. Saat ia membuka mulutnya, tiba-tiba saja ia bisa merasakan lidah Keenan yang masuk ke dalam mulutnya.

Tangan Keenan sudah mulai meraba tubuhnya. Meremas tubuhnya sana-sini. Bahkan pria itu sudah memberikan tanda di banyak bagian tubuhnya.

Hingga....

“Akhh! Sakit!” teriak Clara saat ia merasa bagian bawah sana dirobek dengan paksa. Air mata keluar dari ujung matanya.

Detik berikutnya, ia bisa merasakan tubuhnya naik turun dengan cepat. Ia menutup matanya karena malu melihat Keenan yang bertelanjang dada di hadapannya.

Keenan terus mendorong tubuh Clara dengan cepat, sejalan dengan hasratnya yang semakin besar. Ia tak menyangka jika tubuh Clara akan sangat nikmat.

Tubuh sintal Clara cukup membuatnya langsung terangsang. Bahkan ia tak pernah menyangka jika Clara akan memiliki dada sebesar itu. Hal yang cukup membuat nafsu birahinya naik seketika.

Sekitar beberapa saat berlalu, hingga ia merasakan sebuah cairan masuk ke dalam tubuhnya. Clara terengah-engah karena ia merasakan tubuhnya cukup letih. Sebelum matanya tertutup karena rasa lelah itu, ia masih bisa mendengar ucapan Keenan yang cukup membuat hatinya dihujam ribuan jarum.

“Ternyata kau cukup nikmat dibandingkan para wanita yang pernah aku sewa,” ucapnya dengan nada sarkas.

3. Tak Dianggap

Tak Dianggap

Sinar matahari mulai masuk ke dalam celah sebuah kamar. Seorang wanita terbangun dari tidurnya.

“Auw! Shh!” Wanita itu memekik kala merasakan di sekujur tubuhnya. Apalagi bagian bawah sana yang terasa cukup perih.

Ia kembali mengingat pergumulan panas antara dirinya dan suaminya tadi malam. Hal itu sontak membuat pipinya terasa panas.

“Hentikan itu, Clara! Jangan memikirkan malam itu lagi. Itu bukan malam pertama dari suami istri. Karena Keenan tak menganggapku sebagai istri saat malam itu. Dia lebih memandangku seperti wanita murahan. Heh, kalau gitu, aku ini benar-benar murah yah,” gumam Clara dengan senyum yang miris.

Ia tentunya mengingat semua perkataan suaminya malam itu. Di mana suaminya memperlakukannya bak seorang wanita murahan yang bisa dipesan kapanpun diinginkan. Oleh sebab itu, Clara tak. Merasakan kelembutan dari kegiatan panas itu. Yang ada hanyalah kesakitan di fisik dan psikisnya.

Clara menghela napas kasar. Ia berusaha untuk tak menangis meratapi nasib buruknya. Dengan perlahan ia menuruni ranjang karena tubuhnya yang benar-benar letih. Malam itu, Keenan bak serigala kelaparan yang terus memakan tubuhnya walau ia sudah mengatakan untuk berhenti. Pria itu seperti sengaja menulikan pendengarannya.

Dengan tertatih-tatih ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Saat ia berdiri di depan cermin, ia bisa melihat sekujur tubuhnya yang penuh dengan bercak merah keunguan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan suaminya itu yang sangat ganas malam itu.

Tak mau terlalu berlama-lama, sekitar dua puluh menit akhirnya Clara baru keluar dari kamar mandi. Segera ia berjalan menuju ke arah ruang ganti. Tatapan takjub ia perlihatkan kala melihat isi di ruang ganti yang penuh dengan pakaian dari bermacam merek terkenal. Tentu saja harganya akan sangat mahal. Clara jadi tak enak memakainya. Tapi ia juga tak membawa pakaian dari rumahnya. Jadi, dia akan memakai salah satunya pakaian di sana.

Clara memilih dress berwarna peach yang berukuran sedikit di atas lutut. Ia membiarkan rambutnya tergerai bebas. Setelahnya, ia langsung beranjak keluar dari kamarnya itu.

Ia sempat berpikir mungkin Keenan sudah berangkat ke kantornya. Justru pria itu saat ini ada di meja makan dengan secangkir kopi di depannya. Pria itu terlihat serius menatap ke arah iPad di tangannya. Ia yakin jika itu pasti tentang bisnis.

Dengan perlahan ia berjalan menuju meja makan dan duduk di sana. Ia kembali menatap ke arah Keenan yang masih fokus ke layar iPad-nya.

“A-Apa kau sudah sarapan?” tanya Clara dengan hati-hati.

“Aku tak biasa sarapan pagi-pagi. Lagipula aku udah bilang kalau kau tak perlu bersikap selayaknya seorang istri padaku. Karena aku tak akan pernah menganggapmu seperti itu. Aku tak akan pernah mencintai seorang pengganti. Kau harus mengingat hal itu,” desis Keenan

Clara diam mematung di tempatnya. Kata-kata Keenan sungguh membuat jantungnya ditusuk ribuan jarum. Walaupun ia tak ada rasa pada pria itu, tapi siapa saja yang mendapatkan perkataan seperti itu pastinya akan merasakan sakit yang luar biasa. Suami mana yang akan menghina istrinya sebegitunya. Itulah Keenan, sosok yang tak akan pernah menganggapnya ada.

Keenan bangkir dari duduknya. Ia berjalan melewati Clara begitu saja.

“Oh ya! Perlu kau ingat juga. Jangan pernah kau mengurusi hidupku. Karena aku tak mau urusan pribadiku diganggu oleh orang asing. Aku juga tak akan peduli jika kau memberitahukan hal ini pada Mama,” sarkas Keenan seraya kembali berjalan meninggalkan rumah.

Clara hanya diam saja dengan rahang yang mengeras. Terlihat pula matanya yang memerah. Hatinya terasa remuk dengan perkataan suaminya sendiri. Pada akhirnya ia tahu jika hal ini pasti akan terjadi.

Clara berjalan untuk membereskan bekas cangkir suaminya itu. Baru saja ia ingin pergi ke dapur, sebuah suara memanggil dirinya.

“Nona Clara!”

Clara menolehkan wajahnya pada sosok pria dengan jas hitamnya. “Ya, ada apa?” tanya Clara

“Ini, Tuan Muda memberikan ini untuk Nona. Katanya disuruh cepat minum,” jelasnya

Clara melihat bungkusan berwarna coklat itu. Ia mengambil bungkusan itu. “Terima kasih,” balas Clara

“Sama-sama Nona. Saya permisi dulu,” pamitnya seraya beranjak dari hadapan Clara.

Selepas perginya pria itu, Clara membuka bungkusan itu dan mengambil isinya. Matanya langsung melebar kala mengambil isi dari bungkusan itu. Hatinya kembali terasa remuk. Bahkan, air matanya turun dengan deras membasahi wajahnya.

“Dia bahkan sampai tak mau kalau aku punya anak darinya hingga dia menyuruhku untuk meminum pil penunda hamil ini. Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Lagipula aku tak berniat hamil anakmu,” lirih Clara

Ia menuang air minum di gelas dan segera meminum obat itu. Senyum lirih terlihat di wajahnya.

Impianku untuk hidup bahagia. Punya pendidikan yang tinggi. Punya keluarga yang baik. Hanyalah impian belaka saja. Aku tak akan pernah memiliki keduanya ~ batin Clara

Seorang pria baru saja memasuki ruangannya. Ia duduk di kursi kerjanya. Baru saja ia akan mulai fokus pada pekerjaannya itu, seseorang baru saja menekan bel pintu ruangannya.

“Tuan, ini aku Darel!”

Keenan mengambil sebuah remot kecil untuk membuka pintu ruangannya itu. Ruangannya memang seperti itu. Oleh karena itu, tak sembarang orang bisa masuk ke dalam ruangannya.

Saat pintu ruangannya terbuka, sosok pria tampan dengan jas biru mudanya memasuki ruangannya. Sosok bernama Darel Intezar. Atau lebih tepatnya adalah sahabat dari Keenan.

Darel berjalan masuk dengan beberapa berkas di tangannya. “Tuan, kau bekerja hari ini ternyata. Saya pikir anda tak akan bekerja. Ini kan masih hari pernikahan anda,” ujar Darel sambil menaruh berkas itu di depan Keenan.

Keenan langsung menatap dingin pada pria di depannya itu. “Aku sudah bilang padamu untuk tak menggunakan bahasa formal ketika berdua denganku. Lagian kau harusnya tau sendiri kenapa aku harus bekerja hari ini. Kau pikir aku menerima pernikahan itu. Tentu saja tidak,” tukas Keenan dengan jengah.

Darel menghela napas kasar. “Tapi sepertinya dia wanita yang baik-baik. Tak seperti kakaknya itu. Dia juga terlihat sangat muda. Aku yakin dia beda jauh denganmu soal umur,” timpal Darel

“Dia beda tujuh tahun denganku,” balas Keenan yang mulai mengerjakan pekerjaannya itu.

Meja kerjanya digebrak oleh Darel. Membuat Keenan cukup terkejut dengan yang dilakukan oleh sahabatnya itu.

“Apa?! Tujuh tahun?! Aku enggak menyangka akan sejauh itu. Itu berarti umurnya baru 19 tahun. Wahh, kau benar-benar seperti seorang pedofil saat ini karena menikahi anak kecil,” ejek Darel

“Hei, aku enggak setua itu kali. Lagian, ini juga bukan keinginanku. Menikah dengan keluarga Lyman hanyalah sebuah kesialan bagiku. Aku tak pernah menginginkan hal ini. Karena mereka, aku jadi harus malu di depan banyak orang kemarin,” geram Keenan

“Itu emang salah sih. Bagaimana bisa dengan seenaknya mereka main ganti pengantin gitu? Aku yakin deh jika kakaknya itu kabur dengan pacarnya itu. Aku jadi kasihan dengan adiknya yang harus menggantikannya,” timpal Darel

Keenan mengeryitkan dahinya. “Apa maksudmu? Dia tak mungkin rugi menikah denganku. Malahan dia mendapatkan banyak keuntungan tau. Keluarganya jadi terselamatkan. Dia juga bisa menjadi bagian dari keluarga Gibson. Keluarga yang paling dihormati di kota ini,” tandas Keenan

Darel hanya bisa senyum saja menanggapi sikap Keenan yang akan tetap sombong setiap harinya. Karena sepertinya tak ada gunanya membicarakan masalah pernikahan dengan pria itu.

“Udahlah, kita jangan membicarakan hal itu lagi. Oh ya, apa malam ini kau mau pergi ke klub bersamaku?” ajak Darel

Senyum miring terlihat di wajah Keenan. “Tentu saja! Aku butuh sebuah refreshing. Aku juga tak mau bertemu dengan wanita itu,” jawab Keenan

Jam besar di ruang tengah terus berdentang. Hingga saat pukul dua belas tepat, jam besar itu mengeluarkan bunyi yang keras. Yang menandakan tengah malam sudah dimulai. Jika biasanya banyak orang akan tidur dengan nyenyak di kamarnya, beda halnya dengan wanita yang saat ini masih terlihat mondar-mandir di ruang tamu.

Bahkan berkali-kali ia melihat ke arah pintu depan seperti tengah menunggu seseorang untuk datang. Dia adalah Clara, yang sedari tadi menunggu suaminya pulang.

Bodoh memang. Karena tadi pagi baru saja ia mengatakan dengan menggebu-gebu kalau ia tak akan mengurusi kehidupan pria itu. Tapi apa sekarang? Dia malahan terlihat sangat khawatir kala sang suami yang tak kunjung pulang.

Entah apa yang ia lakukan saat ini. Padahal sebaiknya ia langsung saja tidur di kamarnya dengan nyaman. Tanpa perlu bersusah payah menunggu pria itu pulang.

“Kenapa aku cemas gini yah? Kenapa aku malah repot-repot menunggu pria itu? Aku yakin dia juga tak akan mungkin memperdulikan yang aku lakukan. Tapi, aku ini tetap istrinya kan. Aku pernah membaca jika seorang istri tak boleh tertidur jika suaminya belum pulang ke rumah. Tapi, kenapa sampai saat ini pria itu belum pulang juga? Dia ke mana sih? Apa masih di kantornya?” keluh Clara yang berpikir keras sambil menggigit jarinya.

Ia kembali berjalan mondar-mandir untuk mencari tahu di mana keberadaan suaminya itu.

“Aku bahkan tak ada nomornya. Bagaimana mungkin aku memintanya jika pria itu saja bersikap dingin padaku? Pada siapa aku harus bertanya saat ini? Tak mungkin juga aku meminta pada Mama. Aku tak mau Mama sampai khawatir dengan kami. Mama sudah sangat baik padaku,” gumam Clara

Ia terus saja berpikir apakah ia harus tidur duluan atau tetap menunggu Keenan pulang. Padahal sadari tadi ia sudah menguap karena rasa kantuknya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!