NovelToon NovelToon

CINTA SANG PERAWAT

Ucapan Kasar.

Suara gaduh dari arah ruang tamu terdengar oleh Nania, saat langkah kakinya mengarah ke ruang tamu, setelah satu harian bekerja sebagai perawat di rumah sakit dan yang sudah membuatnya kelelahan.

Kelelahan itu semakin bertambah ketika melihat kedua orangtuanya beradu mulut di ruang tamu.

‘Apalagi yang Papa pikirkan? Si anak pungut itu aja yang akan menikahi pria cacat itu, kenapa harus putriku yang menjadi korban.

Geisya putriku akan menjadi CEO group Ankarbaya, dan apa kata teman-teman mama nanti kalau putriku tercinta menjadi istri seorang pria cacat.’

‘Tapi ma..! Pak Basil meminta kita untuk menikahkan Geisya untuk Dewa anaknya, agar kita menjadi besanan dan kemudian menyatukan kedua group usaha antara Jaguar group dan juga Ankarbaya group.

Itu semakin menguatkan perusahaan kita ma, Si Dewa itu hanya sebagai alat nantinya.

Tidak mungkin toh orang cacat akan memimpin perusahaan?’

'mama ngak setuju pa....

Nania anak pungut itu yang harus menjadi istri si cacat itu, apa salahnya si Nania itu menjadi istri si cacat itu?

Anggap aja itu sebagai balas budi, karena kita mengambilnya dari parit kala itu.

Ingat ya pa...

Kita hanya butuh suntikan dana dari keluarga pemilik Jaguar group itu.

Papa ngak tau aja, gimana sikap si cacat itu. Si cacat itu bukan manusia pa....

Tapi iblis dengan wujud manusia, si cacat itu sangat bengis dan tidak berprikemanusiaan.

Mama ngak mau kalau Geisya akan menderita selamanya jika menjadi istri si cacat itu.’

‘terus apa yang harus Papa lakukan?’

‘papa bujuk si Basil, katakan kalau Geisya sudah mempunyai tunangan dan hanya Nania yang bersedia menjadi istri anaknya itu.’

‘iya sudah lah, biar Papa coba.’

Terlalu sakit ucapan dari kedua orangtuanya, lalu Nania langsung pergi dari rumah tersebut ke arah luar, agar seolah-olah baru pulang dari rumah sakit.

Ketika Nania sudah menghampiri mereka berdua yang sedari tadi beradu mulut, dan mereka berdua langsung masuk ke kamarnya.

Demikian juga Nania, dirinya langsung masuk ke kamarnya dan duduk di meja riasnya.

Drrrt..... drrrt.... drrrt..... drrrt........

Nania tersentak dari lamunannya, karena handphone yang berada di tas bergetar, lalu meraihnya.

Ucapan akan kedua orangtuanya masih terngiang-ngiang di telinga nya, dan kemudian langsung meraih handphonenya dari atas meja.

“Geisya.....”

Ucapnya ketika melihat di layar handphone nama Geisya yang memanggilnya.

Nania tidak menyangka kalau Nania akan menghubungi nya, karena Nania tidak bisa menghubungi adiknya itu.

Geisya adik nya selalu menjadi jarak darinya, karena menurutnya seorang Nania hanyalah anak terbuang yang di pungut oleh kedua orangtuanya.

‘halo dek, apa kabarmu?’

'ngak usah basa-basi ya, Geisya menghubungi mu karena ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan.

Kalau bukan karena kedua orang tua ku, kau itu akan mati kelaparan di jalanan.

Kau di adopsi, di rawat dengan baik lalu di sekolahkan dan sudah saatnya kau membalas budi kepada keluarga Ku.’

‘maksudnya gimana dek? Kakak ngak ngerti.’

‘wajar sih kau ngak ngerti, karena memang anak pungut yang tidak jelas siapa kedua orang tua Mu.

Langsung aja ya ke poin nya, begini Nania....

Ankarbaya group sedang membutuhkan dana segar, agar bisa mempertahankan Ankarbaya.

Rekan bisnis Papa, bersedia memberikan dana secara Cuma-Cuma senilai dua trilyunan rupiah kepada Ankarbaya group.

Akan tetapi rekan papa itu, yang sekaligus CEO Jaguar group. Memintaku untuk menjadi istri anaknya yang cacat.

Kau harus menggantikan posisi menjadi istrinya, agar dana dua triliun rupiah itu mengalir ke kas Ankarbaya group.

Awas aja kalau kau ngak mau, akan ku buat kau menyesal seumur hidup.

Asal kamu ketahui, saya punya seribu cara untuk menghancurkan seseorang yang menjadi musuh Ku.’

Tut.....tut...... tut.....

Berakhir panggilan telepon itu, dan seketika itu juga air mata Nania mengalir deras di pipinya.

Memang benar kalau Nania hanyalah seorang anak pungut, yang adopsi untuk sebagai pancingan.

Tok.....tok.....tok......

“Neng.....” asisten rumah tangga keluarga Ankarbaya mengapa Nania.

“Masuk saja mbak, pintu belum Nania kunci.” Nania mempersilahkan assisten rumah tangga itu masuk ke kamarnya.

Nania segera menghapus air matanya, dan pintu pun terbuka lalu masuk seorang perempuan yang masih terlihat muda.

Nania sepertinya sudah sering menyembunyikan kesedihannya dari seluruh penghuni rumah.

“Neng sudah makan?” tanya si mbak yang memulai obrolan

“Sudah mbak, tadi selesai kerja dan langsung makan di kantin karena memang sudah lapar.” jawab Nania dengan santai.

Asisten rumah tangga itu hanya tersenyum menanggapi perkataan dari Nania dan kemudian menatap wajah lesu dan kelelahan dari Nania.

“Ngomong saja mbak.” Nania memintanya untuk bicara karena sepertinya ada hal yang mau dibicarakan.

Sang asisten rumah tangga itu memegang tangan Nania, dengan tatapannya yang sayu

“Sebenarnya mbak, sudah melihat neng sedang menguping pembicaraan tuan dan nyonya.

Mbak datang kemari disuruh oleh nyonya untuk menanyakan apakah neng sudah punya pacar atau calon suami.” Ucap si mbak

“Ntah lah mbak, dari dulu sampai sekarang ini. Nania, tidak berani untuk mengenal sosok pria. Nania takut jatuh hati, karena pasti akan di ambil oleh seseorang.” jawab Nania dengan pelan.

“Non Geisya maksudnya, Kan?” tanya si mbak dengan kepastian.

Nania hanya tersenyum sesaat, dan tidak jelas apakah Geisya yang dimaksudkan.

“Mbak pernah melihat dokter yang tampan yang pernah mengantarkan si neng pulang.” ucap mbak dengan raut wajahnya yang penasaran.

“Mbak tahu dari mana kalau orang itu dokter?” tanya Nania.

“Tahu dong, karena mbak nanya langsung ketika dokter tampan itu waktu mau pulang.

Mbak cegat di luar gerbang itu, dan saat itu mbak nanya, apakah dirimu ini adalah pacarnya si neng yang cantik itu?

Tapi dokter itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mbak. Lalu pergi tanpa alasan yang tidak jelas, sakit hati ini di cuekin seperti itu neng.

Si dokter tampan itu pacar si neng atau bukan sih?” ucap si mbak dengan dramatis.

“Emangnya kalau bukan pacarku, mbak mau ngapain?” tanya Nania yang tidak kalah dramatis.

“Kali aja kami jodoh.” candaan si mbak.

Haha hahahaha hahahaha hahahaha haha hahahaha hahahaha haha haha haha

Nania akhirnya tertawa akan jawaban dari asisten rumah itu, akhirnya Nania bisa tertawa walaupun hanya sesaat.

“Mbak bahagia deh bisa melihat neng tertawa seperti ini. Mbok Kara sudah menceritakan semuanya, tentang neng dan juga keluarga ini.

Menurut neng gimana dengan rencana tuan dan nyonya?” tanya si mbak lagi.

“Mau gimana lagi mbak, harus di jalani dan berhubung juga Nania sudah ngak remaja lagi.

Sudah saatnya berkeluarga dan jodoh dari orang tua pastilah yang terbaik.” jawab Nania dengan entengnya.

“Ngak selalu neng, lihat lah mbak ini. Janda beranak satu di usia muda seperti ini.

Inilah buah karya dari perjodohan orang tua ku dulu. Jika seandainya mbak masih di Taiwan, dan mungkin saja mbak sudah menikah dengan orang Taiwan itu.

Jika tidak menikah ngak jadi masalah, asal jangan menikah dengan laki-laki bermodal telor itu.

Tapi...! Setiap manusia memiliki nasib dan takdir yang berbeda-beda.

Mbak berharap kalau neng Nania, bernasib baik dan rumah tangganya akur dan bahagia sampai kakek dan nenek nantinya.” ucap mbak nya.

“Aminnn...! oh iya, dimana sekarang anak-anaknya mbak sekarang? " Nania mengamini pengharapan dari si mbak lalu bertanya lagi ke mbak nya.

“Diasuh oleh kedua orang tuaku, mbak pulang sekali dalam dua minggu. Anak-anak mbak, terpaksa harus tinggal di rumah orang tua ku, disaat usianya masih empat tahun.

Begitulah hidup neng, ada putaran hidup yang susah untuk dijelaskan.” jawab mbaknya

“Iya juga mbak...! Jika seandainya Papa dan Mama tidak mengambil Nania dari got  waktu kecil, mungkin saja saat ini Nania hanya tinggal tulang belulang di bawah tanah.

Dalam keadaan lapar, demam tinggi dan terserang penyakit malaria, hanya tinggal menunggu kematian yang datang.” sanggah Nania dengan haru.

Nania meneteskan air matanya dan langsung di seka oleh asisten rumah tangga yang di panggil Nania dengan panggilan Mbak.

Alasan balas budi yang membuat Nania, harus menerima segala sesuatu yang di inginkan oleh orangtuanya.

Pasien Yang Unik

Nania di temani asisten rumah tangganya makan di meja dapur, dan hal itu sudah biasa karena Nania jarang makan bersama dengan kedua orangtuanya di meja makan.

Selesai sarapan dan langsung berangkat ke rumah sakit dengan mengendarai sepeda motor miliknya.

Hanya menempuh waktu dua puluh menit, Nania sudah tiba di parkiran rumah sakit tempatnya bekerja.

Langsung bergegas menuju loker untuk mengganti pakaiannya.

“Syukurlah kalau sahabat ini yang cantik ini sudah tiba.” Ucap seorang perawat yang mungkin seumuran dengannya.

“Ada apa Susi! Pagi-pagi sudah buat orang kaget aja deh.” ucap Nania yang kesal.

“Ada pasien nenek-nenek dan sangat bawel, seorang Nania adalah pawang Nenek yang super bawel.

Tolong handle ya, rontok rasanya rambut ku ini menghadapi si nenek peyot itu.” Susi mengeluh saat menghadapi pasien yang bawel.

“Husssssss...! Ngak boleh gitu, semua pasien itu sama, kamu saja ngak sabar menanganinya.” sanggah Nania yang memberikan pengertian kepada sahabatnya.

Perawat yang bernama Susi itu hanya bisa nyengir dan langsung menggandeng tangan Nania ke arah counter perawat.

Setelah absensi sidik jari, dan Nania langsung menemui pasien yang bawel seperti yang dikatakan Susi.

“Siapa kau? Dokter atau profesor?” tanya pasien itu.

Pertanyaan yang bertubi-tubi dari sang pasien yang sudah lansia, Akan tetapi Nania hanya menanggapi pertanyaan itu dengan senyuman.

“Pagi-pagi gini nenek dah ngomel saja, apa sih yang membuat nenek marah-marah seperti ini?

Kita perkenalan dulu ya nek, nama saya Nania. Kepala perawat yang paling cantik disini dan akan langsung merawat Nenek.” Nania mulai membujuk pasien.

“Saya ngak butuh kepala perawat, butuh nya dokter yang profesional.” sanggah pasien yang menepis tangan Nania.

“Ihhhhh si nenek...! Bilang aja mau pendekatan sama dokternya, Nenek mau menjodohkan cucu nenek ke salah satu dokter yang ada disini ya?

Nania kasih tahu, Ya. Hanya satu dokter yang masih lajang disini, dan itupun masih dokter umum.

Sisanya dokter spesialis dan sudah pada berkeluarga.” sanggah Nania dengan santainya.

Pasien menarik lengan Nania dan membisikkan sesuatu ke telinga Nania, seketika itu juga Nania langsung tersenyum ke arah si pasien

“Dokter ganteng itu akan segera jadi milikku ya, Nek, atau nenek mau saingan sama ku?” Ujar Nania yang menantang sang nenek.

“Jangan saingan deh, kamu itu cocok nya sama cucuku aja. Cucuku juga ganteng seperti dokter yang disebelah itu.” sanggah si nenek yang sudah mulai akrab.

“Idihhhh...! Si nenek sok kecantikan.” Nania mengejeknya

“Emang cantik kok.” sanggah nenek yang tidak mau kalah.

“Nenek akan jauh lebih cantik, jika mau menerima pengobatan dari Nania.” Masuk sudah bujukan Nania.

“Okey...! Akan ku buat si dokter tampan itu jatuh hati sama ku.” Sanggah nenek yang akhirnya menerima pengobatan.

Nania dan pasien itu bicara pelan-pelan karena dokter tampan yang mereka maksud sedang memeriksa pasien disebelah mereka.

Lalu Nania menarik perlahan kaki pasien dan membuka perban pergelaran kakinya.

“Liat nih...! Basah sudah, bentar ya biar Nania bersihkan terlebih dahulu.” Ujar Nania seraya memegang kaki nenek yang terluka.

Pasien itu hanya memperhatikan Nania saat membersihkan luka di kakinya dan luka itu seperti luka karena tertusuk benda tajam dan terus menerus berair.

“Luka itu sudah ada tiga tahun yang lalu, dan biasanya di bersihkan oleh cucu nenek. Apa kamu ngak jijik membersihkan luka itu?” tanya si nenek karena Nania membersihkan luka itu dengan penuh perasaan.

“Ngak sama sekali, karena sudah menjadi bagian pekerjaan Nania.

Sama seperti peternak yang tiap hari membersihkan kotoran ternak nya dan peternak itu tidak jijik tuh melihat kotoran hewan ternak nya.” Jawab Nania dengan santai sambil membersihkan area luka.

“Tapi beberapa rekan mu tidak melakukannya dengan ikhlas dan terlihat jijik melihat luka itu” Sanggah nenek yang terlihat mengagumi Nania.

“Usia Nania hampir 27 tahun, dan sudah menjadi kepala perawat di rumah pemerintah yang besar ini.

Rumah sakit provinsi yang menjadi acuan rumah sakit milik pemerintah lainnya atau rujukan terakhir dari pemegang kartu BPJS.

Seorang peternak yang sudah mencintai pekerjaannya, dan tentunya tidak akan jijik melihat segala kotoran ternak nya dan bahkan memanfaatkan kotoran itu menjadi yang lebih berguna lagi.

Sama seperti Nania, yang sangat mencintai pekerjaan ini.

Apapun yang Nania lakukan, akan menjadi keuntungan tersendiri bagiku, karena semua pekerjaan ini akan menjadi pengalaman berharga bagi diriku sendiri.” Nania menjawabnya seraya bekerja.

“Semoga saja kau menjadi istri cucuku, dan bukan perempuan laknat itu.” Ucap nenek yang akhirnya malah curhat

“Ners Nania....” Seorang perawat memanggil Nania, dan hal itu membuat percakapan mereka berhenti dan Nania sudah selesai membersihkan luka pasien.

Nania hanya melirik rekannya itu dan kemudian fokus pada pasien.

“Nenek sudah makan?” tanya Nania lagi.

“Sudah.” jawab nenek dengan cepat.

“Bagus kalau begitu, berhubungan nenek belum mendapatkan obat, maka Nania akan memberikan obat ya nek.”

Pasien sudah tenang dan Nania menyuntikkan sesuatu dari area bokong pasien dan kemudian memberikan dua pil obat.

“Dua jam lagi Nania akan menemui nenek ya, berhubung karena ada pekerjaan lain, Nania pamit ya nek.”

Pasien yang sudah lansia itu hanya mengganguk dan Nania pergi bersama rekannya.

“Mbak kepala perawat, kenapa masih memegang pasien?” tanya rekan sesama perawat kepada Nania.

“Karena rekan ku mengalami kesulitan, tentunya aku harus turun tangan.” jawab Nania dengan santai.

“Ih...! Itu sebabnya Ners Nania sudah menjadi kepala perawat di usia yang muda seperti ini.”

Nania hanya tersenyum menanggapinya lalu mereka berdua langsung menuju suatu ruangan.*

Pasien yang baru dirawat oleh Nania, kini sudah di jenguk oleh sepasang suami-istri.

Entah apa yang telah terjadi, pasien seperti tidak mengingat kehadiran mereka berdua.

“Tumben ibu ngak ngamuk?” seorang wanita yang sudah berumur bertanya pada nenek itu.

“Tadi dirawat sama perawat cantik yang akan menjadi calon istri cucuku.” jawab si nenek seperti orang yang mengigau.

Seketika suami-istri itu hanya tersenyum menanggapi ucapan dari pasien itu.

“Maaf bapak-ibu sudah mengganggu kemesraannya, karena pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat VIP.” ucap perawat yang datang menghampiri nenek dengan tiga orang rekannya.

“loh...! Kenapa baru sekarang?”

Kedua perawat itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari ibu paru baya yang terlihat berpenampilan glamor tersebut.

“Berkat bantuan kepala perawat kami yang telah berhasil membujuk pasien dan akhirnya mendapatkan perawatan ibu.

Berulangkali nenek menolak pengobatan, sehingga sulit untuk memindahkan pasien." ucap perawat itu.

“Ohhhhh......”

Terlihat perempuan yang berpenampilan glamor itu berucap dan pandangannya yang sinis ke arah pasien.

“Apa...! Ngak senang kau?” Nenek itu malah ngomel lagi

“Bukan begitu ibu, hanya salut aja sama kepala perawat itu. Apakah dia punya ilmu pelet yang bisa menundukkan seorang nenek-nenek yang bawel seperti ibu?.”

“Haaaaaaa.......” teriak si nenek karena di ledekin.

Pasien itu membalasnya dengan sindiran, dan langsung meminta perawat untuk memindahkan ke ruang rawat yang layak untuk nya.

“Ngapain ngikuti ku?” tanya sang nenek yang terlihat kesal.

“Biar bagaimanapun, ibu itu mertuaku. Wajar dong saya mengikuti ibu.” jawabnya.

“Ngak usah banyak bacot, panggil dulu kelapa perawat itu.” perintah nenek yang benar-benar di luar nalar.

“Maaf ya nek, tadi Ners Nania kan sudah menyampaikan kalau dua jam lagi baru nenek di kunjungi nya.

Saat ini Ners Nania, yaitu kepala perawat kami sedang mengikuti rapat. Nanti aku memanggil dokter ganteng itu untuk memeriksa nenek lagi ya.”

Seketika pasien langsung tersenyum ketika mendengar dokter ganteng akan segera memeriksanya.

Dokter tampan yang di bicarakan dengan ners Nania.

“Idihhhh...! Nenek peyot ini sok-sokan jatuh hati sama dokter.” sanggah sang menantu yang mengejek mertuanya

“Iri bilang dong, songon deh.” ucap nenek itu dengan sikapnya yang lucu.

Kedua perawat yang mendorong kursi roda pasien hanya bisa tersenyum menanggapi obralan mereka.

Pada akhirnya pasien sudah berada di ruang rawat inap VIP dan masih ditemani sepasang suami-istri tersebut.

“Pokoknya perawat cantik itu harus menjadi istri cucuku.” pinta sang nenek yang bersifat memaksa.

“Makanya ibu cepat sembuh agar bisa bicara dengan cucu ibu itu.”

Pasien hanya bisa mengangguk setuju dan saat itu juga bertekad akan menerima perawatan medis agar cepat sembuh.

Sudah Ketetapan.

Nania yang  sedang bekerja di depan komputer dan tiba-tiba.....

“Nania.....”

“Susi.....

Buat kaget aja deh, kebiasaan ini anak. Lama-lama bisa copot ini jantung karena ulah mu.”

Rekannya itu hanya bisa nyengir, karena berhasil membuat rekannya terkejut.

“Kenapa menyuruhku tiba-tiba seperti ini? Apakah ada masalah? apa yang bisa aku bantu?”

Seketika itu juga Nania langsung menghela napasnya, seakan-akan ada beban berat di hadapinya saat ini.

“aku mintak tolong dong, tolong gantikan long shift ku malam ini.

Karena Papa mengajak makan malam di rumah, karena ada sesuatu hal yang dibicarakannya.”

“tumben Papa mu ngajak makan malam? Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui wahai sayangku.”

Nania menatap Susi, dan air matanya langsung mengalir yang kemudian di hapus oleh sahabat nya itu.

Lalu memeluknya dan berharap pelukannya bisa membuat sang sahabat merasa lebih tenang.

“ngak enak cerita disini, yuk ke kantin aja. Kan sekarang jam istrihat kita.”

Ujar Susi dan kemudian Nania langsung menyelesaikan pekerjaannya lalu bergandengan tangan bersama Susi menuju kantin rumah sakit.

Selama makan Nania, terlihat diam dan tidak selera makan, hal itu tentunya menjadi perhatian Susi.

“Cerita dong sayang, supaya hati mu lega dan jika tidak ada solusinya dariku dan setidaknya ada teman mu untuk menangis.”

Akhirnya Nania tersenyum menanggapi ucapan dari Susi, lalu meneguk minuman yang ada dihadapannya.

“Papa bangkrut karena investasinya yang di gagal di perusahaan startup.

Kemarin malam Geisya menghubungi ku, dan memintaku untuk menikah dengan anak om Basil.

Namanya Dewa, kedua orangtuanya sudah putus asa dalam mencari jodoh untuk anaknya.

Papa akan mendapatkan suntikan dana ke Ankarbaya group, jika salah satu putrinya bersedia menikah dengan Dewa.

Sebenarnya Geisya yang di inginkan, agar bisa meleburkan perusahaan Jaguar group dengan Ankarbaya group menjadi satu.

Tapi karena keadaan Dewa yang lumpuh paska kecelakaan dan Geisya tidak mau mempunyai suami yang cacat, dan Nania hanyalah pilihan terakhir.”

“Dewa...... Dewa........

Dewa itu terkenal pribadi yang kejam, angkuh nan sombong dan segala ucapan mampu membuat orang-orang disekitarnya menderita lahir batin.

Menurut desas-desus nya, saat ini sang Dewa itu mengalami kelumpuhan karena kecelakaan tunggal di jalan tol.

Saraf kakinya tidak ada respon, dan sampai saat ini sulit untuk melakukan kemoterapi penyembuhan.

Karena Dewa menolak pengobatan, dan adik senior kita yang pernah bekerja sebagai perawat sang Dewa itu frustasi.

Tidak ada perawat maupun dokter yang bersedia menangani pria egois itu.

Geisya menghubungi agar kamu menggantikannya menjadi istri pria menyedihkan itu.”

“kamu benar Susi, sebagai balas budi dan inilah yang harus aku lakukan.

Kamu tau kan kalau aku ini anak adopsi mereka?

Anak yang sengaja di adopsi, dengan tujuan sebagai pancingan agar bisa hamil.”

Susi hanya bisa memeluk Nania, dan mereka berdua menangis bersama seolah-olah Susi merasakan apa yang telah dirasakan oleh sahabat nya itu.**

Tanpa terasa hari sudah menjelang sore, dan akhirnya Nania pulang ke rumah setelah Susi tiba di counter perawat untuk menggantikan Nania.

Nania sengaja naik ojek online saat pulang ke rumah, agar tidak telat makan malam bersama keluarganya.

Sesampainya di rumah dan ternyata kedua orangtuanya baru tiba di rumah juga, dan Nania langsung masuk kamar.

Berselang beberapa waktu kemudian Nania, sudah berada di meja makan menunggu kedua orangtuanya untuk makan malam.

Hanya suara sendok yang mengenai piring yang terdengar, mereka hanya diam sambil makan malam.

Selesai makan malam, Nania dan kedua orangtuanya duduk di sofa seraya menikmati teh.

“Nania....

Kamu sudah jelas tau keadaan perusahaan Papa.”

“ngak usah banyak intro Papa, langsung aja ke inti pokok permasalahannya.”

Ucap mama nya Nania, yang terlihat tidak sabaran lagi untuk menyampaikan niatnya kepada Nania.

“Nania sudah tau kok, karena Geisya sudah meminta kepadaku.”

“syukurlah kalau kamu sudah tau, terus gimana keputusan mu?”

Nania tersenyum kepada mama nya yang bersikap dingin untuk mencairkan suasana yang tegang.

“Nania bersedia menikah dengan Dewa, dan akan berusaha semampuku untuk menjadi istri yang baik untuk Dewa.”

“bagus kalau begitu, itu artinya kamu tau diri.”

“sudah dong ma, kita sudah mencapai kesepakatan.

Oh iya Nania, apa kamu sudah tau keadaan Dewa, calon suami mu itu?”

“sudah Pa, karena adik junior sudah beberapa yang pernah bekerja sebagai perawat nya.”

Mamanya tersenyum menanggapi ucapan dari Nania, terlihat senyuman itu menggambarkan kepuasan.

“kamu denger ya Nania, disini kamu sendiri yang mau dan itu tanpa kami paksa.

Jika ngak betah menjadi istri Dewa, mintak cerai aja tapi jangan lupa untuk menuntut hak sebagai istrinya.”

Nania hanya bisa tersenyum untuk menanggapi ucapan mamanya, dan senyuman itu hanya kamuflase semata untuk menyamarkan kegusarannya.

“Nania.....

Besok malam jam tujuh, kita akan ke rumah calon suami mu.

Tolong persiapan dirimu dan jangan kecewakan Papa.”

Nania hanya mengangguk dan kemudian kedua orangtuanya meninggal Nania yang masih duduk di sofa.

Lalu Nania meraih handphonenya dan terlihat menghubungi seseorang.

‘halo Susi, apakah dirimu butuh bantuan?’

‘kalau sobatku sudah selesai urusan keluarga,  sudi kirinya baginda ratu untuk membantuku karena ada pasien yang banyak karena kecelakaan bus.’

‘siap meluncur kawan.’

Nania mengakhiri panggilan telepon tersebut dan segera bergegas ke rumah sakit untuk membantu rekan kerjanya.

Setelah memakai seragam kerja dan Nania langsung menuju state atau counter perawat.

“Ners Nania, syukurlah dirimu datang. Yuk kita berjuang bersama-sama.”

Ucap seorang dokter yang langsung menyapa Nania, dokter muda yang tampan yang pernah di omongin sama pasien yang lansia waktu itu.

(Ners adalah gelar seorang perawat, yang sudah menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana keperawatan dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan).

Mereka langsung berhamburan untuk memberikan pertolongan medis kepada pasien.*

“akhirnya semua pasien bisa mendapatkan perawatan dan tindakan yang tepat waktu, maaf ya kawan sudah mengganggu mu.”

“santai aja Susi, kamu tau kan kalau aku ngak pernah betah tinggal di rumah.”

“iya saya tau itu, terus bagaimana kelanjutannya.”

“iya begitulah, besok malam kami akan ke rumah calon mempelai pria nya.”

“buset dah....

Dimana-mana nih ya, calon mempelai pria dan keluarganya yang mendatangi calon mempelai wanita nya, bukan sebaliknya.”

“Susi kayak ngak paham aja deh, kalau Susi mau pulang, silahkan.

Biar aku gantikan lagi sampai besok siang, dan kamu istrihat aja deh.”

“baiklah kawan, besok aku datang untuk mempersiapkan mu bertemu dengan calon suami mu.”

Nania hanya tersenyum menanggapinya, dan sahabat sekaligus rekan kerjanya itu langsung pulang.

“Ners Nania....”

“iya dokter Sandro, apa yang bisa ku bantu?”

“besok malam ada waktu luang kah? Aku mau ajak Ners Nania makan malam.”

“maaf dokter, sudah ada janji makan malam keluarga. Maaf ya.....”

Walaupun terlihat kecewa, pria yang di panggil dokter Sandro itu melangkah kaki nya ke arah ruang rawat para pasien yang masih di IGD.

Dari sorot matanya yang dalam, pria itu sepertinya menyukai Nania. Seorang perawat yang handal dan profesional, cantik dan lembut.

Mungkin itulah yang membuat dokter itu tertarik kepada Nania.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!