NovelToon NovelToon

Sahabatku Berubah Menjadi ADIK IPARKU

Hari pertama masuk sekolah

"Good morning mommy, Daddy, kak dim" Sapa Dista.

Dia menyapa para keluarganya dengan berteriak diatas tangga, para keluarganya sudah terbiasa dengan teriakan sang putri bungsu mereka.

Tingkahnya masih seperti anak-anak sebelas tahun, padahal tahun ini umurnya sudah memasuki lima belas tahun.

Hari ini adalah hari pertamanya, dia masuk sekolah sebagai murid baru kelas sepuluh di salah satu SMA swasta ternama di kota H.

"Jangan selalu berteriak nak, nanti tenggorokan mu sakit" Ucap mommy Awah.

"Heheh.. maaf mommy" Dista cengengesan, mendengar perkataan Mommynya.

Dista menarik kursinya yang ada disamping sang kakak.

"Itu memang kelakuanmu setiap pagi hari. Pagi akan tenang jika kau masih tidur dikamar mu" Ucap Dimas, kakak Dista.

Dimas Aditya smith, anak pertama dari Hasbu Jaya Smith dan Awah Yasda Smith. Dia memiliki wajah yang sangat tampan, mewarisi wajah sang Daddy. Hidung mancung dan memiliki bulu-bulu lebat disekitar wajahnya, membuat dia dikagumi banyak wanita.

Dimas memiliki tubuh tinggi, apalgi otot-otot yang ada ditubuhnya membuat dia terlihat sangat gagah dan perkasa.

Dia selalu bertengkar dengan adiknya Dista, tapi dia sangat menyayangi adiknya satu-satunya itu. Apa pun yang adiknya minta ia akan menurutinya, walaupun diawali dengan perdebatan panjang terlebih dahulu.

Seperti pagi ini, dia membuat adiknya kesal, itu akan menjadi perdebatan panjang diantara keduanya.

"Enak aja, adikmu ini selalu dirindukan oleh suara-suara merduku di pagi hari" Dista tidak terima jika sang kakak menggab dia selalu membuat gaduh di pagi hari.

"Pede sekali kamu, siapa yang akan merindukan suara mu itu? suaramu kan jellk"

"Kakak bilang apa? suara ku jellek?"

"Memang, Suara mu sangat jellek. sampai-sampai jendela pecah mendengar suara kamu" Dimas masih meladeni adiknya, dia sangat suka jika melihat wajah adiknya yang cemberut.

"Mana ada, suara ku bagus tahu, ikan kak Tila?" tanya Dista pada pembantunya yang bernama Tila. Dia memang memanggil para pembantu manssion yang masih muda dengan sebutan kakak.

"Iyah, nona" Jawab Tila, dia sedang menuangkan air minum digelas Dista.

"Tuuuu, dengar kan, suaraku itu bagus, telinga kakak saja yang bermasalah"

"Yeee...Tila hanya ingin membuat mu senang saja, padahal Tila selalu menutup telinganya jika kau berteriak"

"Isss... Enggak yah, pokoknya suara Dista itu merdu, TITIK" Dista masih terus menyakini kakanya agar dia mengakui suara merdunya.

"Jellek"

"Bagus"

"Jellek"

"Bagus"

Mereka tidak ada yang mau mengalah, sampai-sampai orang tua mereka geleng-geleng.

"Cukup" Daddy Hasbu mulai melerai mereka, dia pusing mendengar perdebatan anak-anaknya.

"Waktunya makan! Dista harus cepat ke sekolah pagi ini"

"Baik dad"

"Iyah dad"

Mereka mengucapkannya secara bersamaan. Mereka kembali saling pandang, Dista dan Dimas ingin membuka suara kembali, tapi dihentikan oleh sang mommy.

"HEEE...." Mommy Awah menatap mereka tajam, agar mereka tidak membuka suara lagi.

Akhirnya meja makan itu sunyi, hanya suara sendok saja yang terdengar. Keluarga Smit menyantap makanan mereka dengan lahap.

"Errkkhhh..." Dista bersendawa sangat kencang, membuat Dimas yang sedang mengelap bibirnya dengan tisu melemparkan tisunya di wajah sang adik.

"Jorok banget sih"

"Biarin, itu tandanya Dista kenyang" Dista mengusap perutnya.

"Kalau mau bersendawa itu, mulutnya ditutup, jangan dibuka" Dimas menasehati adiknya.

"Bodo amat, bleew" Dista menjulurkan lidahnya pada Dimas dan langsung berlari kocar-kacir. Dia takut sang kakak akan mendapatkannya dan menjewer telinganya.

"Awas kau yah, kakak tidak akan memberimu uang jajan lagi" ancam Dimas, dia selalu memberi adiknya uang jajan jika dia Dista meminta padanya.

"ya udah, ada mommy Sam Daddy yang akan kasi aku uang"

"Ckk sial, anak itu"

Dista berlari masuk kedalam mobilnya, dia akan diantar oleh sang supir khusus untuknya.

"Jalan pak!"

"Baik nona muda"

Mobil Dista berjalan di jalan yang sangat ramai. Mobil melaju dengan kecepatan normal, saat sudah hampir sampai didepan gerbang sekolah, Dista memberitahu pada supir untuk berhenti agak jauh dari sekolah.

"Pak, nanti berhenti didepan halte aja, yah!"

"Memang kenapa tidak didepan gerbang nona?"

"Aku tidak ingin mereka melihat mobil ini, aku ingin mencari teman yang tulus dengan ku, tanpa memandang siapa aku" ujar Dista.

"Bagaimana kalau tuan marah?"

"Bapak tidak perlu takut, aku akan memberitahu Daddy nanti".

"Baiklah, nona" akhirnya pak Jung setuju.

Dista turun dari mobil dan melarang pak Jung untuk membuka pintu mobil untuk nya, dia berjalan ke pintu gerbang sekolah.

****

Sedangkan ditempat berbeda, seorang gadis juga sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ini adalah hari pertamanya dia sekolah, gadis itu bernama Ayla atlas putri.

Dia seorang gadis yatim-piatu dan dirawat oleh sang nenek. Ayla merupakan gadis yang sangat kekurangan, dia bekerja disalah satu toko kue untuk mencari uang untuk dia dan neneknya makan.

Ayla dapat sekolah di SMA ternama di kota H, karena mendapatkan beasiswa berkat kecerdasannya.

"Ayla, berangkat dulu ya, nek" Ayla pamit pada sang nenek dan menyalinnya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, hati-hati nak" Nenek Kuta, melambaikan tangannya pada sang cucu.

Ayla membalasnya dan mengendarai sepedanya di tengan jalan yang sangat ramai. Dia menggunakan sepeda untuk kesekolah, agar ia dapat menghemat biaya transportasi. Ayla mengayuh sepedanya dengan cepat, dia takut terlambat sampai di sekolah.

Setelah menempuh waktu 10 menit, akhirnya dia sampai didepan gerbang sekolah, ia memarkirkan sepedanya ditempat khusus parkir sepeda.

Ayla menatap sekolah itu, dia menghirup udara sangat banyak dan menghembuskan ya pelan.

"Walcome to SMA jaya biru " ucapnya.

Bab 2

Ayla terharu melihat sekolah itu. bagaimana tidak, dia dapat bersekolah di sekolah ternama dikota H. Sekolah yang mana Banyak anak-anak ingin bersekolah disana, tapi terbatas oleh kemampuan ekonomi keluarganya.

Ayla melangkah ke kelasnya, yang berada dilantai dua.Saat sudah berada didepan kelasnya, sudah banyak siswa-siswi yang lainnya juga.

Ayla masuk ke dalam kelasnya dan mencari tempat duduk yang kosong, karena sudah banyak yang terisi saat ini.

Ayla sedang mencari, hingga akhirnya matanya tertuju pada bangku belakang, berdekatan dengan dinding. Ayla duduk disana dan menyimpan tasnya dibalis kursi yang ia duduki.

Ayla mengambil buku novel yang ia sengaja mebawanya dari rumah. Dia sangat suka membaca novel, apalagi yang mengisahkan tentang keluarga yang begitu harmonis, Ayla sangat suka membacanya.

Saat sedang asik membaca bukunya, tiba-tiba ada tiga gadis yang menghampirinya.

"Heh, minggir lo, ini tempat gue," Ucap salah satu gadis itu. Gadis itu membentak Ayla, dia menyuruhnya untuk pindah dari kursi itu.

"Ini tempatku, aku lebih dulu datang dari pada kamu" ucap Ayla lembut.

"Bodo amat, mau Lo datang duluan ke, apa kek, tapi gue pengen disini, jadi Lo harus pindah!" Gadis itu menunjuk-nunjuk,Ayla.

Ayla yang ditunjuk seperti itu, tidak suka. Dia mulai kesal melihat wajah gadis didepannya.

"Kalau gue gak mau?" Tantang Ayla, dia mulai merubah gaya bahasanya.

Ayla bukan orang yang muda di tindas. Dia memiliki prinsip dalam dirinya, kau baik, aku akan lebih baik padamu, tapi jika kau jahat, maka aku akan lebih Jahat dari yang kau duga.

"Wahh.., Lo nantang gue? " gadis itu tidak terima.

"Sepertinya, dia belom kenal sama, Lo" Ucap gadis yang satunya lagi.

"Sepertinya, Kalau begitu.., perkenalkan gue Natasya Karina dula, anak dari kepala sekolah" Tasya memperkenalkan dirinya dengan bangga, karena dia anak kepala sekolah, membuat dia merasa tinggi.

Ayla yang mendengar itu, hanya diam dengan wajah datarnya. Dia tidak peduli siapa mereka. Baginya, jika dia benar, maka harus ditegakkan.

"Kenapa? Lo, takut? hahaha..." Tasya dan dua temannya tertawa senang. Mereka mengira Ayla takut padanya.

Ayla tersenyum miring.

"Gue? takut sama, lo? mimpi"

"Wahh, belagak nih bocah"

Tasya menampar Ayla, tapi pada saat tangan itu mengenai wajah Ayla, ada sebuah tanga lain yang menahannya. Mereka menoleh, Tasya yang menyadari sangat geram.

"Jangan main tindas orang sembarang" Ucap Dista.

Dista menatap Tasya dingin, membuat Tasya takut dan melepaskan tangannya dari genggaman Dista.

"Ckk, Ganggu banget sih, ini orang" Tasya kesal.

Padahal dalam hatinya, dia takut pada gadis itu. Saat menatapnya, seperti elang yang ingin memangsa.

Tasya dan teman-temannya pergi dari sana dan meninggalkan Ayla dan Dista.

Ayla yang melihat Dista membantunya, hanya acuh. Sebelum dia duduk, dia mengucapkan terimakasih pada Dista.

"Terimakasih" Ucap Ayla dingin.

"Sama-sama" balas Dista, tersenyum.

"Kenalin, gue dista" Dista mengangkat tangannya untuk berkenalan dengan Ayla.

"Ayla," Dia membalasnya, tapi masih dengan wajah dinginnya.

"Boleh gue duduk disini?" Dista ingin duduk sebangku dengan Ayla.

Ayla mengangkat alisnya sebelah, dia bingung, karena meja yang lain masih ada yang kosong.

"Bukankah disana masih kosong?"

"Gue ingin duduk disini?"

"Duduklah!" pinta Ayla.

Dista tersenyum dan duduk disebelah Ayla, tapi saat bokongnya sudah mendarat dengan sempurna dikursi, Ayla tiba-tiba berdiri dan pindah ke bangku depan.

Dista heran melihat itu, bukannya gadis itu mengizinkannya duduk disini, tapi kenapa dia pindah, ia membuang nafas kasar.

Dista ingin kembali bertanya, tapi sudah ada guru yang datang.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Ani.

"Pagi Bu......"

Mereka menjawab serentak.

"Selamat datang di SMA jaya biru" Bu Ani, menyambut murid-murid yang ada di kelas sepuluh satu.

Prok prok prok

Mereka semua bertepuk tangan, sebagai apresiasi.

"Ini adalah hari pertama kalain menjadi siswa-siswi disini. Ibu minta kalian semua memperkenalkan diri kalian masing-masing, dimulai dari depan dulu, yah.."

"Halo, nama saya Roni Iskandar"

"Perkenalkan nama gue, Natasya Karina dula, siswi paling cantik disini" tasya, memperkenalkan dirinya dengan centil.

Huuuu......

Mereka bersorak pada Tasya, yang begitu centil memperkenalkan dirinya.

"Apaan sih, kayak gak pernah lia cewek cantik aja"

"Cukup-cukup, kita lanjutkan kembali" Bu Ani menyuruh mereka berhenti.

"Halo, gue Sifa" Sifa adalah sahabat Tasya.

"Gue Sofia" Dia juga satu geng dengan Tasya.

Kini giliran Ayla, dia berdiri dan memperkenalkan dirinya.

"Halo, nama saya Ayla atlas putri, dipanggil ayla"

"Selanjutnya!" ucap Bu Ani

"Nama saya, Dista Mutiara S"

"Oke, terimakasih anak-anak,ibu, sudah memperkenalkan nama kalian. Sekarang kita mulai belajar"

"Oke..bu" Mereka menjawab serentak.

Mereka mulai mengeluarkan buku mereka dari dalam tas masing-masing.Mereka fokus memperhatikan Bu Ani yang menjelaskan pelajaran hari ini.

Para murid SMA jaya biru melakukan kegiatan pembelajaran mereka. Tak terasa waktu jam pulang sekolah, para siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas mereka.

Ayla mengemasi buku-bukunya dan memasukkan kedalam tasnya. Setelah semuanya selesai, Ayla bergegas keluar dari kelas dan menuju parkiran sepeda.

Saat Ayla berjalan sendirian, ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

"Tunggu" teriak orang itu.

Ayla menoleh, namun saat mengetahui siapa yang memanggilnya, Ayla Mengabaikannya dan terus berjalan.

"Hey, tunggu" Dista meraih tangan Ayla.

Yah, yang memanggil Ayla adalah Dista. Dia masih sangat penasaran dengan gadis itu, karena dia mengabaikannya begitu saja, bahkan bersikap dingin padanya.

"Kenapa?" Ayla berhenti dan bertanya.

"Kita jalan sama-sama keluar gerbang, yah!"

"Gak bisa, kita beda arah" jawab Ayla ketus. Dia berjalan dan Dista tetap mengikutinya.

"Hanya sampai gerbang saja"

"Aku harus ke parkiran sekolah"

"Kita sama-sama keparkiran" Dista tidak menyerah, dia tetap kekeh, ingin bersama dengan Ayla.

"Bukankah ada yang menjemputmu?" Dista berhenti saat mendengar perkataan itu. Dista berfikir, bagaimana bisa Ayla mengetahui jika dia akan di jemput. Dista tersadar, dia melihat sekelilingnya dan mencari Ayla, tapi dia tidak menemukannya.

Dista akhirnya pasrah dan pergi dari sana. Ketika dia sudah berada diluar sekolah, sudah ada pak Jang sang sopir menunggunya.Dista berlari kedalam mobil.

"Sudah siap, nona?"

"Sudah,pak"

mobil Dista mulai berjalan. Dista melihat keluar jendela mobil, memperhatikan para siswa yang berhamburan keluar dari gerbang sekolah.

Ada yang sedang menunggu bus, ada juga yang mengendarai motor dan mobil mereka. Mata Dista fokus pada satu titik, dia melihat seorang yang berseragam SMA sama dengannya, sedang mengayuh sepeda.

"Pak Jang, pelanlankan mobilnya" pintu Dista.

"Baik, nona" pak Jang, menurunkan kecepatan mobilnya.

Dista memperhatikan orang itu, dia kaget saat mengetahui siapa yang mengendarai sepeda itu.

"Itukan Ayla, dia naik sepeda?"

.

.

.

Next.

Halo para pembaca, jangan lupa tinggalkan jejak kalian, yah.

Like, komen, and vote

Bab 3. Berhasil

Dista telah sampai dirumahnya.

"Assalamualaikum" ucap Dista.

"Waalaikumsalam, sayangnya mommy" balas mom Awah, Dia menyambut Dista dengan pelukan hangat.

"Bagaimana sekolahnya hari ini, seru?" Tanya mom Awah, kembali.

"Biasa aja" Balas Dista lesuh.

Mom Awah, yang melihat itu tersenyum.

"Yasudah, ganti baju sana! terus makan, yah!"

"Baik, mom" Dista melangkah kekamar dan melakukan ritual mandinya.

Malam harinya

Di manssion Smith, Mereka semua sedang makan bersama-sama ditaman belakang. Mengadakan barbeque bersama-sama, bahkan disana juga ada para pekerja yang bergabung dengan keluarga Smith.

"Uhhh.., dagingnya gede banget" Dista terpukau melihat daging yang besar-besar itu.

"Makanlah, nona" pinta Tila.

"Terimakasih kak Tila" Dista tersenyum kearahnya.

Dista mengambil daging itu dan hendak memakannya, namun tiba-tiba Dimas mengambil potongan daging itu dan memakannya.

"Ihh, kak Dimas, itu punya dista" pekik Dista.

"Itu daging masih banyak" tunjuk Dimas pada daging tersebut.

"Kenapa bukan kakak saja yang amb daging itu?,"

Dimas tak acuh dan langsung meninggalkan adiknya. Dista sangat kesal dengan kakaknya, dia sampai menggerutu dibuat nya.

Mereka semua makan dengan sangat hikmat, canda, tawa, menjadi satu disana. Tak terasa waktu sudah larut malam, semua anggota yang ada di manssion kembali ke kamar mereka masing-masing, kecuali para pekerja yang harus membereskan tempat itu baru mereka boleh istirahat.

Pagi hari.

"Kenapa semua orang sudah siap sangat pagi?" tanya Dista bingung. Dia melihat semua keluarganya sudah sangat rapi, biasanya sang mommy hanya memakai pakaian biasa dipagi hari, tapi kali ini berbeda.

"Apa kamu tidak tahu, jika pagi ini kakak'mu akan keluar negeri?" mom Awah memberitahu anak bungsunya.

"Apa?" pekik Dista.

"Aku tidak tahu sama Sekali" lanjut Dista.

"Mommy kira kau sudah tahu, karena pesta semalam itu untuk kakak"

Dista benar benar kecewa mendengar. Dia berlari kekamar kakaknya dan memukul pintunya dengan keras.

"Kak dim, buka pintunya!" teriak Dista.

Ceklekkk..

Dimas membuka pintunya dan melihat wajah adiknya yang sudah memerah, dia heran melihat itu.

"Kamu kenapa?"

"Kenapa kakak tidak memberitahu'ku, kalau kakak akan keluar negeri hari ini" wajah Dista sudah sangat memerah, dia berusaha agar air matanya tidak keluar.

"Maafkan kakak, kakak tidak bermaksud seperti itu. Awalnya kakak akan memberitahu'ku saat kita di bandara, ternyata kamu sudah tahu" ujar Dimas.

"Kenapa harus menunggu dibandara?, kan bisa semalam kakak memberitahu'ku"

"Karena, kakak tidak ingin melihat'mu menangis seperti ini" Dimas mengusap air mata Dista yang sudah ingin keluar.

Apa yang dilakukan Dimas membuat Dista tak sanggup menahan air matanya. Air mata itu akhirnya lolos keluar. Dimas yang melihat adiknya menangis, langsung memeluknya. Ini yang dari awal dia tidak ingin memberitahu adiknya, karena pasti dia akan menangis.

Dimas mengusap kepala adiknya dengan sayang.

Srukk..

"Oh astaga, baju'ku jadi banyak ingusnya" pekik Dimas dalam hati.

"Udah yah, nanti kakak ketinggalan pesawat, kamu juga harus ke sekolah" Dimas melepas pelukannya dan mengangkat wajah adiknya yang sudah terlihat banyak ingusnya.

"Aku gak mau, hiks hiks" Dista tidak berhenti menganga dan kembali membenamkan wajahnya.

Dimas pasrah dan menggendong adiknya seperti kuala. Dia melangkah ke lantai bawah, membuat mereka yang ada dibawah kaget melihat putri mereka ada digendong sang kakak.

Mom Awah memberi kode pada Dimas, "Kenapa dia!"

Dimas yang mengerti kode itu menjawab juga, " Dia menangis"

Mom Awah ber Ohh. Mereka akhirnya pergi kebandara dengan diam. membiarkan Dista menempel dengan Dimas.

Bandara.

Mereka sumua mengantarkan Dimas sampai di bandara. Pesawat yang akan ditumpangi Dimas akan segera berangkat.

Dista sudah tidak berada di gendongan Dimas, dia tengah berada disamping sang daddy.

"Mom, Dimas berangkat, yah! "Dimas pamit dengan mommy'nya dan mencium pipinya.

"Iyah sayang, telpon kami jika kau sudah sampai!" Dimas mengangguk.

Kini dia beralih ke daddy'nya.

"Aku pamit, dad!"

"Jangan kecewakan kami!" Daddy memeluk putranya. Kata jangan kecewakan kami, artinya, dua berharap sang anak tidak melakukan tindakan diluar batas.

"Pasti"

Dimas melihat adiknya yang sedang memeluk sang daddy, dia tersenyum melihat adiknya yang tidak mau melihatnya. Apalagi sudah terlihat air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Kakak sudah mau pergi, loh. Kamu tidak mau memeluk kakak?" Dimas menggodanya.

Dista tetap tidak ingin melihatnya.

"Yah, kakak gak mau dipeluk.yaudah deh, mom, dad, Dimas pamit yah, soalnya ada yang gak mau peluk aku" Dimas pura-pura sedih dan pura-pura berjalan.

"Yaudah, hati-hati" kata mom dan Daddy bersamaan. Mereka juga sengaja menggoda putri mereka.

"Hiks.. Dista mau kok peluk kakak" Dista berlari dan memeluk Dimas dari belakang.

Dimas tersenyum, saat merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dia berbalik dan membalas pelukan adiknya.

"Jangan menangis terus, kau tambah jellek kalau menangis terus" Dimas mengejeknya.

"Biarin" jawab Dista ketus.

"Kakak harus pergi, jangan nakal, kasihan mommy sama daddy,"

"Kakak harus janji, bawa'in Dista oleh-oleh,kalau kakak pulang nanti!"

"Kakak janji"

"Awas yah, Kalau gak ada" ancam Dista.

"Iyah, kakak pasti membelinya"

"Yasudah, kakak pergi sanah!" Dista mendorong kakaknya.

"Ih, jahat banget langsung didorong"

"Biarin, bleeeww" Dista menjulurkan lidahnya dan langsung berbalik menuju orang tuanya.

Dimas geleng-geleng dan melambaikan tangannya pada keluarganya.

"Sekarang, adek yang pergi sekolah!" ucap Daddy. Mereka mengantarkan putrinya ke sekolah.

Disekolah

Dista berjalan ke kelasnya dan ternyata sudah ada Ayla disana. Dia masih sangat penasaran dengan gadis itu.

Dista duduk di bangkunya yang ada dibelakangnya Ayla. Dia sebenarnya ingin duduk dengan Ayla, tapi dia tidak ingin membuat Ayla tidak nyaman dengan sikapnya.

Terdengar bell berbunyi tanda pelajaran pertama masuk. para siswa dan siswi kelas sepuluh satu belajar dengan baik. Tak terasa sudah waktunya jam istirahat.

"Tugas itu kumpulkan besok, yah!" pinta pak guru.

"Baik pak" Mereka menjawab serentak.

Mereka semua keluar dari kelas dan hanya tersisa Dista dengan Ayla disana. Dista mencoba untuk berbicara dengan Ayla.

"Kamu tidak ingin ke kantin?"

"Tidak" jawab Ayla singkat.

"Kenapa?"

"Aku tidak lapar"

"Yahh, padahal aku sangat lapar, tapi aku tidak memiliki teman untuk kekantin" Dista berbohong, padahal dia hanya ingin lebih dekat dengan Ayla.

"Kenapa kamu tidak ikut dengan mereka?" Ayla mulai terpancing, membuat Dista tersenyum dalam hatinya.

"Mereka tidak mau dengan'ku, apalagi dengan tiga sekawan itu, diakan tidak menyukai'ku" Dista pura pura sedih.

Ayla mulai tersentuh hatinya, sebenarnya dia ingin kekantin, tapi uang yang dia bawa hanya cukup untuk membeli bahan makanan nantinya.

Ayla yang merasa iba dengan dista , akhirnya mau menemani Dista ke kantin. Masalah uang buat bahan makanan nanti, dia akan memikirkannya nanti.

"Baiklah, aku akan menemanimu"

"Sungguh?" dista bertanya dengan tidak percaya, ternyata rencananya berhasil.

"Hmmm.."

"Ayo!"

.

.

.

.

Next?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!