NovelToon NovelToon

IT HURTS MR. COMMANDER!!

CH I : PROLOG

Bunyi langkah kuda terdengar bergemuruh bergema melintasi keramaian pasar. Warga yang sedang beraktifitas otomatis membeku, menghentikan segala kegiatan. Bunyi langkah yang tidak beraturan dan bergemuruh ini menandakan bahwa sang panglima berdarah dingin sedang melangkah menunaikan perintah dari sang penguasa. Tidak ada yang bisa dilakukan para pencari kehidupan ini selain berdiam diri, menunduk dan membisu agar tidak mengganggu kenyamanan sang panglima yg dapat menebas kepala siapapun yang menghalanginya.

Langkah kuda semakin mendekat dan berhenti di tengah kesunyian pasar. Sepasang mata elang terlihat memantau dan menyisir setiap sudut pasar. Netra tajam itu tertuju pada pria kumuh yang tadi dipaksa oleh warga, lalu melarikan diri bersembunyi dibalik kendi-kendi hasil kerajinan sang pengrajin.

Panglima mengangkat kedua jarinya dan memerintahkan anak buah yang setia dibelakang punggung kokoh tersebut untuk menangkap pemuda yang bersembunyi dan membawanya.

Suara langkah kaki kuda yang menjauh mengiringi doa warga yang menduga-duga nasib pemuda tersebut. Hal ini tentu bukan suatu hal yang asing bagi mereka. Kebisuan sang panglima yang kerap membawa manusia begitu saja telah beberapa kali mereka saksikan.

Netra tajam tersebut melirik kearah pemuda yang kedua tangan dan kakinya telah diikat oleh pengikut setia. Bibirnya bergumam pelan dengan suara yang nyaris tidak terdengar menghilang bersamaan dengan hembusan angin.

Alfonso. Merupakan panglima perang yang sangat setia kepada sang kaisar. Baik buruknya keputusan sang kaisar tidak pernah terdengar kata bantahan dari bibir ranum sang panglima. Hidupnya didedikasikan untuk kenyamanan dan keamanan sang penguasa.

Alfonso tidak pernah berpikir dua kali atas titahan sang Kaisar.

***

Brrraaakkkk!!

Tubuh pemuda tawanan Alfonso dilempar dengan kejam dihadapan sang kaisar.

Kepalanya ditekan oleh kaki Alfonso agar tawanan tersebut tetap bersujud kepada kaisar. Alfonso mengangkat kepalanya

"Saya memenuhi perintahmu yang mulia"

Dengan mata keriputnya, Kaisar memindai tubuh tawanan yang baru saja dibawa oleh panglima. Pemuda ini berpenampilan usang dan kusam, akan tetapi memiliki tubuh kekar dan tegap.

"Sempurna" pikir sang kaisar.

Kaisar melirik kekanan dan kekiri mengawasi apakah ada kecoa yang berkunjung ditempat rahasia, tempat kaisar dan panglima biasanya melakukan diskusi dan transaksi.

Kaisar memerintahkan pengikut setianya membawa tawanan ini secara diam diam.

"Kapanpun Yang Mulia membutuhkan Orang lagi, saya siap memenuhi perintah yang Mulia." ucap sang panglima

Kaisar agung mengangguk dan mengibaskan tangan sebagai tanda bahwa Alfonso sudah dapat meninggalkan mereka.

Alfonso menundukkan kepala dan mundur meninggalkan kaisar dengan kegiatannya. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan pemuda tersebut. Suara auman serigala dan derap langkah Filips pengikut setia Alfonso menyertai langkah sang panglima menuju tempat peristirahatan.

"Kembali ke tempatmu" Perintah Alfonso pada langkah tegap Filips.

Pintu terbuka perlahan, kegelapan menyambut sang panglima. Tidak ada yang aneh dari hal ini karena kegelapan selalu melekat dalam aura Alfonso. Alfonso menyalakan penerang seadanya dan beralih membersihkan diri.

Pikirannya melayang kepada pemuda yang ia bawa yang menatapnya penuh dengan kepasrahan. Sudah banyak pemuda yang ia bawa tetapi tidak ada yang mengetahui apa yang akan dilakukan kaisar pada pemuda tersebut, selain Panglima dan Kaisar arogan tersebut. Setelah membersihkan tubuh, Alfonso berbaring mengistirahatkan tubuh tegapnya.

Suara hewan-hewan malam mengisi keheningan malam nya.

***

Saat fajar menyingsing terdengar suara sahutan ratusan pedang yang dihasilkan dari latihan para prajurit yang diawasi dan dilatih langsung oleh sang panglima. Rutinitas pagi mengisi hari-hari sang kaisar yaitu menjadi pemimpin ribuan pasukan kerajaan yang tentunya harus memiliki pelatihan rutin.

Netra tajam itu mengawasi setiap jalannya latihan oleh prajurit.

"Bagaimana dengan perbatasan timur? tanya Alfonso kepada Filips.

"Semuanya aman Tuan, tidak ada tanda tanda musuh akan mendekat. Mata mata yang Tuan kirimkan ke kerajaan seberang juga tidak melaporkan hal hal yang kurang baik" ucap Filips.

"Bagus. Kirim perajurit tambahan di sekitar perbatasan barat. Aku mendapat kabar bahwa wanita-wanita dari kerajaan seberang sebelah barat menghilang secara misterius setiap tahunnya. Aku tidak mau hal tersebut terjadi pada kerajaan kita" ucap Alfonso tegas.

Disela sela perbincangan mereka, terdengar langkah mendekat kearah Alfonso. Telinga tajam itu sangat peka akan bunyi langkah kaki tersebut. Alfonso lantas membalikkan badan dan terlihat jenderal terburu-buru mendekat dan menyampaikan pesan.

"Kaisar memiliki perintah baru untukmu, saat ini kondisi hati kaisar sangat menakutkan. Kaisar marah dan berteriak memanggilmu panglima"

Hal itu tentu membuat Alfonso tertegun. "Apakah tawanan malam itu mengecewakannya?" Pikir Alfonso.

Dengan langkah tegap Alfonso melangkah diikuti oleh Filips yang sedikit terganggu akan perasaan cemas sang panglima.

****

Brraakkk!!

Suara hantaman kursi menghantam bahu kokoh Alfonso yang senantiasa berdiri tegak didepan penguasa.

"Bukankah Ayahmu sudah membereskan segalanya? Mengapa keturunan penghianat itu masih berkeliaran disekitar tempat kekuasanku? Sudah kukatakan kepadanya, sebelum mengangkat bedebah sepertimu menjadi panglima perang kerajaanku, Ayahmu yang tidak berguna itu harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu!!!!" Teriak sang Kaisar dengan lantangnya.

Kaisar mendapat laporan bahwa beberapa keturunan penghianat terlihat beberapa kali melintasi hutan. Darimana warga mengetahui wajah dari para penghianat kerajaan?

Tentu saja dari peramal kerajaan. Peramal kerajaan termasuk orang yang disegani dan diagungkan oleh penduduk bahkan anggota kerajaan. Peramal kerajaan dapat meramal dan menggambarkan wajah-wajah dari target sang pelaku.

Wajah hasil gambaran sang peramal akan dibawa dan disebarkan di sekitar rumah penduduk dan pasar.

Kepala Alfonso tertunduk tidak sedikitpun terlihat raut kesakitan akibat hantaman kuat kursi tersebut.

"Mohon maaf yang mulia, saya akan membereskan segalanya" jawab Alfonso

"Tentu saja kau harus membereskan kekacauan Ayahmu itu, jika kau gagal, kepalamu dan kepala ayahmu yang akan menjadi jaminannya. Enyah kau!!" Perintah Kaisar.

****

"Pergilah yang jauh, bawalah buah ini sebagai pengganjal laparmu" titah suara berat di suatu tempat.

"tapi paman apakah aku membuat kesalahan? Aku mohon jangan usir aku" ucap suara sendu itu.

"tidak, aku hanya ingin kau mengenal dunia luar. Kau tau kehidupan luar itu sangat luar biasa" hibur suara berat itu

"cepat pergilah yang jauh, kau bisa mengikuti arah aliran sungai. Jika kau telah menemukan hidupmu, maka carilah keluargamu" titah suara berat yang lainnya.

"Baiklah kalau begitu, Aku akan berpetualang sesuai permintaan kalian, aku akan mencari keluargaku, dan paman, bersabarlah menungguku ya, aku akan menjemput kalian nanti" ucap suara merdu dan polos itu.

ia bergerak meninggalkan tatapan sendu beberapa orang. Mereka berdoa agar penguasa langit selalu melindungi jiwa yang bersih ini.

****

Halo, ini adalah karya pertamaku. Masih belajar nih. Kalo ada kesalahan mohon dimaafin ya🫂 dan kalau ada saran boleh tu disematkan di komentar.

Terimakasii👋

Jgn lupa vote and Like 🌻🫂

CH 2. SELAMAT TINGGAL PENGHIANAT

Berbekal informasi dari detektif dan sandera kerajaan, Alfonso bergerak menuju hutan gelap ditemani cahaya bulan ke tempat persembunyian keturunan penghianat kerajaan. Peraturan yang sudah berlaku lama, yang menyatakan bahwa setiap penghianat kerajaan akan dihukum mati beserta seluruh keturunannya.

Entah siapa yang menciptakan peraturan aneh tersebut. Tetapi peraturan ini sudah berjalan dari generasi ke generasi.

Ayah Alfonso Lukas, yang sebelumnya merupakan panglima perang, memiliki sifat dan karakter yang sama persis dengan anaknya. Lukas telah banyak memenangkan perang dan membunuh segala kecoa kerajaan. Pekerjaan Lukas yang dianggap sebagai mesin pembunuh itu selalu sempurna tidak pernah meninggalkan kesalahan apapun. Lantas mengapa hal kecil begini bisa menjadi titik noda sisa pekerjaannya? Padahal menangkap dan mengepung para penghianat ini bukanlah hal yang sulit. Tidak ada yang tahu.

Angin malam menemani langkah Alfonso dan 3 anggota perangnya serta Filips yang selalu menemaninya.

***

Kawanan Alfonso telah mengepung rumah kayu yang dilapisi oleh semak belukar dan tumbuhan liar sebagai alat untuk menyamarkan rumah tersebut.

Mereka berhenti melihat penerangan menyala yang menunjukkan bahwa ada manusia didalamnya.

"Bawa semua kehadapanku" titah Alfonso.

Anggota Alfonso bergerak memporak-porandakan rumah dan menangkap semua manusia yang berada didalamnya. Ya, hanya manusia karna Alfonso yang arogan sama sekali tidak tertarik kepada harta. Kaisar sudah sangat membutuhi kebutuhannya.

Enam orang yang berhasil ditangkap telah dibawa kehadapan tubuh tegap sempurna itu.

ia mengingat ingat wajah hasil lukisan peramal dan wajah wajah ketakutan dihadapannya ini.

"sempurna" pikir Alfonso.

Srreeetttt!!!

Kepala keenam manusia itu langsung ditebas tanpa bisa mengeluarkan pembelaan diri. Beginilah Alfonso bekerja. Tanpa mengeluarkan suara, menghakimi Segala yang diperintahkan oleh Kaisar.

"Bawa kepala mereka sebagai Hadiah bagi Kaisar!" Perintah Alfonso

Anak buah Alfonso bergerak cepat melaksanakan titahan sang panglima. Mengemas hasil jarahan mereka.

"Tuan jangan lupa sebelum matahari terbit, kau harus sudah menghadap Yang Mulia" Ingat Filips yang tau bagaimana kebiasaan pimpinan nya ini jika sudah ditinggal sendirian.

Alfonso mengangguk mengerti

"Katakan pada Yang Mulia untuk menyiapkan misi yang lain kepadaku"

"Tuan dalam beberapa hari kedepan, akan ada pergantian budak rendahan kerajaan. Aku hanya mengingatkanmu" Ucap Filips.

"tentu aku tidak melupakan itu. Cepatlah bergerak dahulu. Sampaikan salam ku kepada Yang Mulia. Semoga ia menyukai hadiah dari ku" ucap tegas Alfonso.

Anak buah Alfonso langsung bergerak dan pergi meninggalkan Alfonso seorang diri didalam hutan. Hal itu merupakan hal biasa bagi anggota perang. Dimana, setiap Alfonso membunuh manusia manusia penghianat suruhan sang kaisar, ia tidak membiarkannya begitu saja. Tubuh tegap itu mengangkat jasad tanpa kepala tersebut kedalam rumah yang telah hancur, memberikan penghormatan terakhir, dan membakar rumah beserta jasad-jasad penghianat kerajaan tersebut.

Alfonso terdiam menatap kobaran api itu. Dibalik raut wajahnya, banyak hal yang mengganggu pikirannya.

Tidak ada yang tahu apa yang berada didalam kepala Alfonso sang pembunuh tersebut.

Setelah membereskan segalanya, Alfonso bertolak meninggalkan tempat mengendarai kuda hitam kesayangannya.

***

Diperjalanan, di hutan yang gelap, tiba-tiba anak panah melesat tepat didepan mata tajam Alfonso. Ya, ada yang menyerangnya.

Di jam seperti ini memang banyak perampok yang berkeliaran. Alfonso sering mendengar jika perampok seperti ini tidak hanya mencuri perhiasan, makanan, maupun barang dan hasil dagang. Tetapi, mereka bisa mencuri anak anak dan seorang wanita wanita muda yang kemudian akan diperjual belikan.

Tentu saja menemukan pengacau itu bukan suatu kesulitan baginya.

Netra tajam melirik segala penjuru hutan. Dan bergumam kecil.

"27 Kecoa" gumam Alfonso.

"baiklah mari bermain main sebentar" lanjut nya

Ia mempercepat pacuan kudanya, bergerak menuju lapangan tandus yang tidak jauh dari hutan. Agar lebih mudah melenyapkan para kecoa yang bersembunyi itu. Prediksi sang manipulatif sangat tepat, para kecoa tersebut mengikuti langkah kuda Alfonso. Ya, mereka menghantarkan nyawa mereka sendiri.

Tidak ingin berlama lama di dalam hutan, Alfonso berniat mempersingkat waktu

Ditengah perjalanan Alfonso turun dari kuda tegap tersebut dan beralih berjalan menuju arah yang berlawanan dengan kuda kesayangannya.

"Nikmati bagianmu jagoan" ucap Alfoso seraya menepuk tubuh kekar Kuda kesayangannya.

Kuda itu melaju kencang dan membunyikan suara derap kaki yang kuat.

Alfonso mengecoh para kecoa bodoh yang pastinya beberapa dari mereka akan mengikuti langkah kuda tersebut. Dan prediksi terbukti, kecoa kerajaan berpencar kedua arah. Hal itu akan semakin memudahkan Alfonso dalam berburu kecoa.

Alfonso berlari menyisir hutan dan sedikit lagi akan sampai di lapangan tandus.

dan

Brraakkk

Alfonso menabrak sesuatu. Sesuatu empuk terasa menimpa tubuh tegapnya. Manusia, ya ini merupakan tubuh manusia.

"Tolong aku, aku mohon, tolong aku"

Alfonso mendengar suara bisikan wanita yang berasal dari tubuh empuk yang berada diatasnya tersebut.

"Sial siapa lacur yang berani menyentuhku ini, apa kecoa-kecoa tadi sudah mendekat? Hei ini bau darah, apakah wanita ini terluka?" Pikir Alfonso

Ia menyingkirkan tubuh molek tersebut melirik tubuh tengkurap tak berdaya diatas tanah dan berpikir apakah harus membunuhnya. Akan tetapi, ia meninggalkannya sendiri didalam hutan dan beralih menyelesaikan permainannya.

Di tengah lapangan tandus, Alfonso menyelesaikan permainannya dengan mudah, 8 kepala sudah berpisah dari tubuhnya. Setelah memastikan tidak ada lagi kecoa yang tersisa, ia berjalan kedalam hutan menuju sungai tempat sang kuda berada.

Alfonso berhenti tepat ditempat ia menelantarkan tubuh wanita tadi. Kosong. ya tanah basah itu telah kosong. Tidak ada tubuh wanita itu disana.

"Apakah wanita tadi telah dimakan binatang buas?" gumam Alfonso. Ia mencoba mengalihkan pikirannya.

Alfonso tetap berjalan tidak peduli akan hal tersebut. Ia berjalan mengikuti suara arus sungai.

Tentu jalan dan kondisi hutan bukan hal yang asing baginya. saat masih muda, ia sering menghabiskan waktu disekitar hutan ini.

***

Sesampainya di sungai, terlihat kuda yang berdiri tegap, bersama 19 jasad terapung di sungai yang dalam.

Ntah apa yang terjadi pada perampok tersebut.

"Kau tidak pernah mengecewakanku" gumam Alfonso.

Semakin ia mendekat, ia melihat bayangan wanita yang mengenakan berdiri dihadapan kuda kesayangannya, yang sedang mengelus-elus kepala kuda kejam tersebut. Hal ini tentu sangat asing bagi Alfonso. Tidak ada yang berani menyentuh pasangan pembunuh itu sebelumnya.

Alfonso diam diam melangkah tanpa mengeluarkan sedikitpun suara maupun langkah kaki. Perlahan Alfonso mengeluarkan pedang yang telah mencicipi ratusan nyawa manusia tersebut.

Ia melangkah mendekat menajamkan mata dan telinganya dan melihat...

****

Halo 👋, Ini merupakan karya pertamaku. Maafin jika ceritanya tidak menyenangkan hati readers. Jika ada masukan, kritik dan saran Monggo disematkan di komentar, tetapi dengan bahasa yang sopan ya🥺.

Terimakasih

Jangan lupa vote and like🤝🫂

CH 3. GADIS CEREWET

Alfonso melangkah mendekat dan melihat seorang wanita berdiri mengelus kepala kuda kesayangan Alfonso. Netra tajam itu menghunus wanita yang terdiam kaku menunduk memilin ujung mantel kumuhnya.

Wanita itu terkejut saat netranya tidak sengaja melihat tubuh kekar gagah sedang berdiri menatapnya tajam. Ia terdiam menunduk.

"Apa dia salah satu perampok tadi? Bagaimana dia bisa tau aku berada disini, Hey aku sudah tidak punya apapun, jangan menatapku begitu, tatapanmu seolah ingin memakanku" gumam Sophia dalam hati

"Aku tidak membawa uang sepeserpun Tuan, aku tidak memiliki barang berharga juga. Tidak ada yang bisa kuberikan kepadamu Tuan" Jelas gadis kumuh ini dengan suara merdu yang bercampur dengan getaran yang menunjukkan sang empunya suara sedang ketakutan.

Mata indahnya melirik kuda tegap disampingnya

"Ini bukan kudaku, sungguh! Aku hanya mencari buah disekitar hutan, kemudian kalian datang mengejar ku. Aku kehausan dan meminum air dari sungai ini, lalu aku bertemu dengan kuda ini. Sepertinya dia tersesat" cicit gadis tersebut.

"Kawan kawanmu yang tewas juga bukan aku yang melakukannya. Saat aku datang, hanya kuda ini saja yang masih hidup, aku pikir seseorang mungkin sudah datang kesini Tuan". lanjutnya.

Netra tajam Alfonso mengawasi setiap pergerakan gadis aneh tersebut.

"Suara ini, ternyata lacur yang menabrakku dan memelukku tadi sedang menggoda kudaku juga" gumam Alfonso

"Wanita macam apa yang berkeliaran di hutan tengah malam sendirian begini jika tidak menjual tubuhnya, atau bisa saja ia merupakan bagian dari pencuri itu" pikir alfonso

Tanpa mengucap apa-apa, Alfonso beralih menaiki kudanya dan pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

"Hey Tuan kau tidak mau merampokku? Apakah kau bukan perampok? Dimana teman-temanmu? Hey!!! Tunggu aku" Teriak nyaring gadis tersebut. Ia berlari mengejar langkah santai kuda Alfonso dan berhenti didepan kuda sang panglima merentangkan tangannya untuk menghentikan langkah tegap kuda kesayangan Alfonso

"Minggir!!" Suara berat dan tegas Alfonso memerintah aksi gadis nekat tersebut.

"Tunggu Tuan, apakah kau punya makanan? Aku sangat kelaparan, mereka mencuri makananku, kau mau kemana? Apakah didekat sini ada kota? Atau pasar? Atau rumah penduduk? Aku ingin ikut, tidak perlu takut Tuan, aku tidak jahat, perkenalkan. Namaku Sophia" cicit sang empunya nama

Alfonso melangkah tidak perduli melewati Sophia yang tentu mengikuti kuda dengan langkah kecilnya.

"Gadis cerewet" pikir Alfonso

Selama ini, Alfonso tidak pernah berkomunikasi dengan wanita manapun. Di lingkungan kerajaan, ia hanya berkomunikasi dengan sang Kaisar, anak buahnya, para prajurit perang, Filips pengikut setianya, dan Ayahnya. Semasa hidupnya dikelilingi oleh Pria-pria tangguh. Saat berkeliling pasar maupun menjalankan misi, setiap wanita yang ditemuinya hanya akan menundukkan kepala terdiam. Lantas makhluk apa yang sedang merepet disebelahnya ini?

"Dimana jalan keluar hutan ini? Aku sudah berkeliling berhari hari disini, Hutan ini sangat menjebak, Tuan aku tau kau pria yang baik, berikan aku sedikit makanan aku mohon. Aku akan berdoa untuk kesehatan dan keselamatanmu, kesehatan kuda tampan mu, kesehatan keluargamu, kesehatan adikmu, kesehatan ayahmu, dan kesehatan ib..

Aakhhhh!!!"

Srreekkkk

Pedang tajam Alfonso mengoyak lengan mulus berbalut mantel menghentikan celotehan tak berguna Sophia.

"Jika kau mengeluarkan suara mu maka aku akan merobek mulutmu"

Sophia terkejut terdiam gemetar dengan rembesan darah yang keluar dari lengan kiri nya. Telapak tangan kanannya memegang erat luka hasil robekan pedang Alfonso. Langkah kecil itu tetap mengikuti langkah tegap kuda. Ia tertunduk diam tidak berani mengeluarkan ringisan apapun. Bahkan untuk bernafas saja ia sangat berhati-hati.

"Tidak, pria ini memiliki kesabaran yang sangat tipis" gumam Sophia

selama hidupnya, ia hanya dikurung didalam hutan, tidak memiliki teman, tidak pernah bersosialisasi dan bersekolah. ia hanya membersihkan rumah, memasak, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Pria pria yang mengasuhnya hanya mengatakan

"kau akan melihat dunia luar jika sudah saatnya"

ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti orang asing ini. Netranya beralih mendongak melihat Alfonso. Tetapi gelapnya hutan membuatnya tidak dapat melihat wajah Alfonso dengan jelas. Tetapi Sophia memiliki firasat jika pria dingin disebelahnya tidak berniat mencelakainya.

Karena takut jatuh dan terpeleset, Sophia beralih memegang tali kemudi yang menggantung bebas di sebelah leher sang kuda.

Alfonso hanya melirik tangan kecil itu dan membiarkannya. Ia tidak membenci Sophia tetapi tidak perduli.

benci dan tidak perduli itu berbeda jauh bukan?

Derap langkah dan suara binatang malam mengisi kebisuan perjalanan mereka.

****

Alfonso memacu kudanya dengan cepat setelah meninggalkan Sophia yang memucat berdiri di tengah-tengah lampu-lampu pasar.

Ya, mereka telah sampai ke pasar.

Ntah malaikat apa yang singgah di pikiran Alfonso hingga mau menghantarkan Sophia ketengah pasar.

Apakah bisa disebut menghantarkan? Sophia yang dibiarkan berjalan berkilo kilo meter dengan yang Alfonso berada diatas kudanya.

Apapun itu setidaknya Alfonso tidak meninggalkannya sendirian di hutan gelap dan lebat itu.

Hutan sengaja dibangun lebat dan banyak jebakan didalamnya. Guna memberikan pelindung bagi kerajaan didalamnya. Hanya orang orang terlatih dan terbiasa yang bisa keluar masuk hutan dengan mudah.

"Sebentar lagi matahari terbit" pikir Alfonso. Ia harus cepat melangkah untuk menghadapkan diri kedepan sang Penguasa.

"Terimaka.."

Lirihan Sophia tergantung begitu saja melihat pria dingin yang menemaninya meninggalkannya begitu saja.

Sophia memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong beserta air mata yang selalu menghiasi mata lelah tersebut.

"Aku bahkan belum berterima kasih kepadanya, aku belum bertanya siapa namanya"

"Mengapa semua orang menghindariku? Paman mengusirku. Paman bilang kehidupan sebenarnya ada diluar? kehidupan seperti apa ini? kemana semua orang?" lirih Sophia

tentu saja tidak ada orang berkeliaran di sepertiga malam tersebut. Keadaan pasar akan kembali seperti semula disaat matahari telah beranjak naik.

Sophia memeluk erat perut ramping nya. Ia sangat kelaparan. Bekal makanan yang dibawa nya sudah dicuri habis oleh perampok perampok yang sudah Alfonso binasakan.

Tidak ada uang, barang berharga, bahkan sebiji buah sekalipun. Ia hanya membawa tubuhnya saat ini

Netra lelah itu melihat kesana kemari berusaha mencari tempat dimana ia bisa duduk bersandar mengistirahatkan tubuh lelah nya. Pakaian kumuh yang basah akibat campuran lumpur dan darah itu membuat sang empunya badan menggigil.

Sophia beralih duduk menekuk kakinya berteduh dihalaman rumah seseorang dan bersandar didinding kayu kokoh tersebut. Sophia menenggelamkan kepalanya, mengistirahatkan tubuh lelahnya berharap kehidupan yang lebih baik di esok hari

"Kemana aku setelah ini? Aku bahkan tidak mempunyai siapapun, Tempat ini sangat luas, dimana keluargaku? bagaimana cara mencarinya," lirih Sophia sebelum menutup matanya. Keyakinan dan semangat yang dimilikinya perlahan lenyap setelah melihat luasnya kehidupan manusia diluar hutan ini

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!