Pagi ini, Ardiansyah menerima sebuah paket dari seseorang. Tidak ada nama pengirim yang tertulis. Hanya ada nama penerima paket, yaitu Ardiansyah. Penasaran dengan isi paket itu, diapun langsung membukanya.
"Amplop surat! Dari siapa ini?" ucap Ardiansyah keheranan sambil membuka amplop tersebut.
Dada Ardiansyah berdegup kencang, dia terkejut saat melihat tulisannya, "Ini Zafia, Ini tulisan Zafia!"
Ardiansyah terkejut saat mengenali tulisan di surat tersebut. Ini adalah tulisan kekasihnya, Zafia Amita Estella. Dengan rasa penasaran, Ardiansyah segera membaca isi surat dari kekasihnya itu.
"Aku tidak pernah menyangka. Ternyata selama ini, aku telah tertipu. Tertipu, oleh orang yang sangat-sangat aku sayangi. Kukira pertemanan kita selama empat tahun terakhir ini, sudahlah cukup. Cukup untuk memahami karakter kalian. Akan tetapi, ternyata aku salah. Empat tahun itu, belum cukup untuk aku mengenali kalian. Ardian, kamu dan Arsha. Terima kasih atas kejutan yang kalian berikan untukku. Terimakasih, karena telah memberikan rasa sakit ini. Terimakasih karena pernah mengajari aku mengenal cinta. Meskipun pada akhirnya kamu menyakiti aku. Tak mengapa! Aku memaafkan kalian. Mungkin, kita memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh. Aku rasa, cukup sampai disini hubungan kita. Lebih baik kita akhiri semuanya. Jangan pernah mencariku. Lanjutkanlah hubunganmu dengan Arsha. Aku ikhlas, semoga kalian bahagia. Tertanda : Zafia Amita Estella"
Ardiansyah meremas selembar surat yang baru saja dia baca. Tatapan matanya gusar, saat melihat isi paket yang dikirim oleh Zafia. Zafia mengirimkan semua barang pemberian Ardiansyah.
Bukan hanya itu. Didalam kotak paket itu, ada sebuah kaset DVD. Ardiansyah mengernyitkan dahinya, dia heran melihatnya. Ardiansyah tidak pernah merasa, ataupun membelikan sebuah kaset DVD untuk kekasihnya itu. Dia mengambilnya, lalu mulai memutarnya dalam sebuah pemutar DVD yang terhubung langsung di laptopnya.
"Ini … bagaimana bisa?" teriak Ardiansyah dengan nada suara yang gemetar, saat melihat layar laptopnya.
Ardiansyah sangat syok melihat layar laptopnya. Ternyata isi kaset DVD itu adalah sebuah rekaman video. Dimana didalam video itu terekam dengan jelas. Sebuah adegan pergulatan panas, dua anak manusia didalam sebuah kamar hotel.
Kedua anak manusia itu tidak lain, dirinya dan juga orang yang sangat dekat dengan Zafia. Arshavina Putri, sahabat dekat Zafia sendiri. Arsha dan Zafia bersahabat sejak dari kelas satu Sekolah Menengah Atas, hingga mereka duduk di bangku kuliah.
Ardiansyah mengepalkan tangannya. Dia tidak pernah menyangka, jika perbuatannya akan diketahui oleh Zafia secepat ini. Menyesal 'kah dia atas perbuatannya? Tentu saja Ardiansyah sangat menyesalinya. Hubungannya dengan Zafia dapat dipastikan hancur berantakan.
Zafia telah mengetahui perbuatan buruknya dengan Arsha. Ini bukanlah perkara yang sederhana. Tidak mungkin Zafia akan memaafkannya. Apalagi Ardiansyah berselingkuh dengan orang terdekatnya. Sahabat yang sudah dianggap saudara oleh Zafia. Ardiansyah benar-benar bingung memikirkan hal ini.
Dia mengacak rambutnya frustasi. Tak puas dengan itu. Ardiansyah berteriak keras. Lalu dia menyapu semua barang, yang berada diatas meja kerjanya dengan kedua tangannya. Dalam sekejap mata, semua benda diatas meja kerjanya sudah berhamburan. Pecahan vas bunga tercecer di lantai. Menandakan suasana hati pemilik ruangan itu, yang sedang tidak baik-baik saja.
"Apa yang harus aku lakukan? Sekarang Zafia sudah mengetahui semuanya. Bahkan sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan!" keluh Ardiansyah berbicara pada dirinya sendiri.
Ardiansyah terus-menerus berfikir, sambil mengacak rambutnya. Berjalan mondar-mandir kesana kemari seperti setrikaan. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu menghentikan pergerakannya. Pandangannya beralih kepada pintu ruangannya. Dimana seseorang sedang berdiri dibalik pintu tersebut.
"Siapa?" seru Ardiansyah bertanya.
"Saya Pak, Indri!" sahut orang tersebut menyebutkan namanya.
"Ada apa?" tanya Ardiansyah tanpa berniat mempersilahkan orang tersebut masuk.
"Ada mbak Arsha, mencari Bapak di luar," jawab Indri memberitahu.
Huh! Ardiansyah menghembuskan napasnya dengan gusar. Tangannya meraup wajahnya dengan kasar.
“Suruh saja masuk!" teriak Ardiansyah mengintruksikan kepada Indri.
"Baik, Pak!" jawab Indri dari balik pintu.
Beberapa saat kemudian. Terdengar suara handle diputar dan pintu terbuka. Kemudian seorang wanita cantik muncul dibalik pintu yang terbuka.
"Sayang!” panggil wanita itu dengan manja.
Wanita yang bernama Arsha, masuk kedalam ruang kerja Ardiansyah. Arsha adalah kekasih gelap Ardiansyah. Arsha juga sahabat Zafia, kekasih Ardiansyah.
"Kenapa ini? Kok berantakan! Ada apa sih?" tanya Arsha heran melihat ruangan Ardiansyah yang seperti kapal pecah.
Arsha berjalan menghampiri Ardiansyah, setelah menutup pintu. Meskipun heran melihat kondisi ruangan Ardiansyah. Arsha tetap berusaha seperti biasanya. Tanpa ragu dan malu dia memeluk Ardiansyah dengan erat. Menghirup aroma tubuh laki-laki yang sangat dicintainya, sambil memejamkan mata.
Ardiansyah tidak menolaknya. Namun, dia juga tidak membalas pelukan Arsha. Sehingga membuat Arsha membuka matanya kembali dan menatap pada kekasihnya itu. Melihat wajah masam Ardiansyah yang sangat kacau, membuat dia keheranan.
"Sebenarnya ada apa, hem?" tanya Arsha menatap lekat wajah Ardiansyah.
"Zafia sudah mengetahui semuanya!" ungkap Ardiansyah tanpa melihat kearah Arsha.
♡♡♡
Sementara itu, disebuah keramaian seorang pria sedang berjalan terburu-buru. Dengan telepon genggam, yang terus menempel di telinganya. Dia berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya. Entah dengan siapa sebenarnya dia berbicara. Sehingga dia tidak melihat jalan didepannya.
Dari arah yang berlawanan. Ada seorang wanita yang berjalan kearahnya. Wanita itu juga terlihat buru-buru. Sama halnya seperti pria itu. Alhasil, bruk!
Akhirnya keduanya saling bertabrakan. Telepon genggam pria itu jatuh ke lantai. Wanita yang bertabrakan dengannya terpelanting, karena kehilangan keseimbangan. Tanpa disangka dengan sigap pria tersebut langsung meraihnya. Wanita itupun terjatuh kedalam pelukan pria itu.
Hening!
Dalam sesaat suasana menjadi hening. Akan tetapi, wanita yang berada disalam pelukan pria tersebut tiba-tiba berontak melepaskan diri. Saat merasakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.
Plak!
Sebuah tamparan lima jari mendarat dengan telak, di pipi pria tersebut. Membuat semua orang mengalihkan perhatian kepada mereka berdua. Semua orang terkejut. Terlebih pria yang telah ditampar oleh wanita itu.
"Apa yang Anda lakukan?" seru pria yang ditampar wanita itu, dengan mata memerah pertanda bahwa emosinya telah meluap.
"Seharusnya saya yang bertanya seperti itu. Apa yang telah Anda lakukan?" seru wanita itu tidak mau mengalah.
"Apa yang saya lakukan? Anda bertanya apa yang saya lakukan?" tanya si pria dengan sinis.
Pria itu mengulangi pertanyaan si wanita yang telah menamparnya.
"Akan saya beritahu. Saya hanya mencoba menyelamatkan seorang wanita. Wanita yang menabrak saya supaya tidak jatuh. Apakah itu salah? Apakah tindakan saya tidak benar?" tanya pria tersebut dengan tatapan tajamnya.
Wanita dihadapan pria itu mencibir dengan sinis ke arah si pria.
"Tindakan anda menolong saya sudah benar tuan. Tapi, tindakan tangan Anda sangat tidak sopan!" jelas wanita tersebut, wanita itu memberitahu si pria dengan tatapan mata yang tidak kalah tajamnya.
"Wait! Apa maksud Anda mengatakan bahwa tindakan tangan saya tidak sopan? Hei Nona, bisakah Anda jelaskan! Anda jangan bicara sembarangan. Anda bisa saya tuntut," ucap si pria dengan kesal dan merasa bingung.
Bagaimana pria itu tidak merasa bingung dan kesal. Niat baiknya menolong justru dihadiahi dengan sebuah tamparan. Sungguh sangat memalukan. Apalagi saat ini, mereka sedang berada didepan umum.
"Yang ada saya yang akan menuntut Anda!" sergah wanita tersebut dengan cepat.
"Atas dasar apa Anda ingin menuntut saya Nona? Apakah Anda yakin?" tanya si pria dengan sinis.
"Atas dasar apa? Anda bertanya atas dasar apa?" ucap wanita tersebut mengulangi pertanyaan si pria.
Wanita itu menggelengkan kepalanya. Sedikit senyuman sinis tersungging di bibir mungilnya. Matanya menatap nyalang kepada pria didepannya ini.
"Tentu saja atas dasar tindakan tidak menyenangkan dan juga pelecehan," ucap wanita tersebut menjelaskan dengan santai. Namun, saat ini wanita itu sedang mencoba menahan rasa marah.
"What!" seru pria tersebut menganga tidak percaya.
"Kapan saya melecehkan Anda, Nona! Anda jangan memfitnah saya, ya! Anda bisa saya tuntut atas dasar pencemaran nama baik!" ucap si pria dengan rasa emosi yang tinggi.
"Apa anda sudah lupa? Berapa umur anda tuan. Sehingga anda mudah melupakan kejadian yang beberapa menit telah terjadi. Dengan dalih menolong, tapi anda juga memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Berbuat sesuka hati Anda. Anda kira saya ini wanita murahan begitu! Hingga tangan Anda dengan seenaknya mendarat di *4**4* saya. Apakah tindakan Anda itu bisa dibenarkan?" tutur wanita tersebut tak kalah emosinya dengan wajah memerah karena marah dan juga malu.
Si pria terdiam, mencoba mencerna kata demi kata yang diucapkan wanita tersebut, “Benarkah? Tadi dia bilang tanganku memegang p4nt4tnya. Apa iya? Masak sih?' Pria itu bertanya-tanya didalam hatinya.
Dia mengingat-ingat lagi, kejadian yang terjadi antara dirinya juga wanita tersebut. Tiba-tiba mukanya memerah, dia baru mengingat. Jika saat menolong wanita tersebut tangannya memang merasakan, seperti memegang sesuatu yang kenyal. Namun, dia juga baru tahu jika itu merupakan salah satu bagian sensitif seorang wanita.
Pria tersebut menjadi salah tingkah. Reflek tangannya menggaruk bagian belakang kepalanya. Dengan senyum konyol yang dia tunjukkan. Hal itu tak luput dari penglihatan wanita didepannya.
“Astaga ada apa dengan laki-laki ini. Ataukah dia ini sudah gila. Kenapa tiba-tiba bertingkah aneh seperti itu!” ucap wanita tersebut bergidik ngeri dalam hatinya.
Merasa tidak nyaman, wanita tersebut memutuskan untuk pergi begitu saja. Berlalu dengan cepat tanpa melihat kebelakang. Dengan mulutnya yang terus menggerutu.
"Hey Nona, tunggu!" teriak si pria ketika sadar dari lamunannya.
Pria itu berusaha untuk memanggil wanita yang tadi berseteru dengannya. Namun, wanita tersebut tak menghiraukan panggilannya. Wanita itu pergi begitu saja tanpa menggubris teriakannya.
"Hais, dasar wanita aneh. Tapi cantik!" ujar si pria bergumam.
Kemudian dia mengambil telepon genggamnya yang terjatuh di lantai. Saat dia akan menegakkan tubuhnya sesuatu yang berkilau menarik perhatiannya. Tangannya meraih benda berkilau tersebut kemudian menegakkan tubuhnya kembali.
"Ini!" ucap pria itu, sambil menatap benda ditangannya.
"Arbhy Yahya Arabica!" seru seseorang dikejauhan dari arah depannya.
♡♡♡
Bersambung ….
Zafia Amita Estella, wanita cantik berhidung bangir yang eksotis. Dia berjalan dengan mulut yang terus menggerutu. Dirinya terus melontarkan cacian dan juga makian kepada laki-laki, yang baru saja bertabrakan dengannya.
"Dasar laki-laki g!l4! Dimana sebenarnya letak ot4knya itu! Bisa-bisanya dia, heh!" Zafia tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya.
Dirinya hanya bisa menggeram kesal, dengan sesekali menghentakkan kakinya. Malu rasanya, mengingat kejadian yang baru saja menimpanya. Di keramaian seorang laki-laki telah mendekapnya. Dia mendekap dengan kedua tangan, yang bertengger dengan santai tepat di bagian belakangnya. Oh ya, Tuhan! Zafia menutupi wajahnya, dengan kedua tangannya karena merasa malu.
"Kenapa aku harus mengingatnya sih! Astaga, itu benar-benar sangat memalukan!" rutuk Zafia yang terus menggerutu.
Zafia tidak menyadari, jika tingkahnya sedang diawasi oleh seseorang.
“Ada apa dengannya? Apa terjadi sesuatu, lebih baik aku tanyakan saja langsung. Apa yang sedang di lakukannya?"
Seorang wanita, dengan pakaian formal berjalan kearah Zafia. Dia adalah Mayra Amerald, anak dari sahabat ayah Zafia. Sekaligus sahabat Zafia ketika di luar negeri. Mayra dan orang tuanya, tidak tinggal di Indonesia. Zafia dan Mayra, biasanya berkomunikasi hanya melalui panggilan video.
"Nona Zafia Amita Estella! Apa yang sedang Anda lakukan di sini? Apa Anda tidak tahu ini sudah jam berapa? Berapa lama lagi saya harus menunggu Anda, Nona?" Mayra memberondong Zafia dengan banyak pertanyaan.
Zafia sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia mengintip melalui sela-sela jemarinya, orang yang memberinya banyak pertanyaan itu. Zafia sangat terkejut melihat kehadiran sahabatnya.
"Mayra!" seru Zafia.
Tanpa aba-aba Zafia berhambur memeluk Mayra. Untungnya Mayra bukanlah wanita feminim. Pertahanan tubuh dan keseimbangan Mayra sudah terlatih sejak dini. Sehingga tindakan Zafia yang memeluknya seperti itu, tidaklah membuatnya terpengaruh. Tubuhnya masih tetap tegap berdiri. Dengan pelan dia mengelus punggung Zafia.
"Ada apa, hem?" tanya Mayra dengan lembut.
"Kamu menghubungiku untuk menjemputmu di malam-malam buta! Setelah aku sampai di sini, aku harus menunggumu lagi? Setelah kamu datang, kenapa kamu seperti ini? Apa kamu tau, penerbangan kita tinggal beberapa menit lagi," ujar Mayra dengan lembut.
Mayra dan Zafia terpaut empat tahun usianya. Usia Mayra jauh lebih tua dari pada Zafia. Itulah yang membuat Mayra, memperlakukan Zafia seperti adik. Sebaliknya bagi Zafia, Mayra adalah sosok kakak yang sangat diidamkan olehnya. Zafia tidak memiliki kakak perempuan. Zafia adalah anak pertama. Dia memiliki seorang adik laki-laki yang masih duduk di kelas enam sekolah dasar.
"Zafia, kamu sudah dewasa! Delapan belas tahun, bukanlah anak-anak lagi. Apa kamu tidak malu, jika Elvaro mengetahuinya?" tutur Mayra dengan lembut menasehatinya.
Zafia melepaskan pelukannya dengan cemberut.
"Elvaro tidak akan tahu kalau kamu tidak membocorkannya," sanggah Zafia dengan wajah cemberutnya yang masih tetap bertahan.
Mayra tersenyum simpul ke arah Zafia.
“Untung saja aku sedang berlibur di sini. Kalau tidak, entah siapa yang akan kamu suruh untuk menemanimu pergi," ujar Mayra sambil menggelengkan kepalanya.
Zafia terlihat cemberut, "Untuk itu aku ingin ke Aussie, karena aku tahu kamu masih berlibur di sini. Kalau tidak, mana aku tahu aku harus pergi kemana," terang Zafia dengan wajah yang berubah sendu.
"Sudahlah ayo kita pergi! Tidak banyak lagi waktu yang tersisa," ucap Mayra sambil melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya.
Dengan wajah tertekuk dan bibir cemberut, Zafia mengikuti langkah Mayra. Hari ini Zafia akan meninggalkan kenangan menyakitkannya. Mereka akan melakukan penerbangan, dengan tujuan Aussie.
♡♡♡
Arbhy Yahya Arabica adalah putra kedua dari Tuan Abraham Arabica dan nyonya Damiyati Marzuki. Arbhy mempunyai wajah bertekstur baby face. Sehingga ia selalu terlihat muda, walau usianya sudah matang.
"Kamu ini lama sekali sih, Bhy. Ini sudah jam berapa? Kita bisa ketinggalan pesawat. Apa kamu lupa, kalau perjalanan bisnis kali ini benar-benar sangat penting?" ujar seorang pria yang lebih tua usianya sekitar tiga tahun diatasnya.
"Sudahlah kakak ipar, mari kita berangkat sekarang," ajak Arbhy tanpa rasa bersalah
Dia adalah Hamdani Abizar Muhdi, kakak ipar sekaligus asisten dan juga sekretaris Arbhy.
Hamdani hanya bisa mendesah, sungguh menghadapi adik iparnya ini membuatnya mati kata. Selalu saja tidak memiliki kesempatan untuk memberikan ceramah, ketika adik iparnya ini melakukan kesalahan.
Berbeda sekali, jika dirinya yang datang terlambat. Pasti adiknya itu akan memberinya banyak pekerjaan. Secara, adiknya yang menjadi atasannya. Apalah dayanya yang hanya menjadi asisten saja. Saat melakukan kesalahan, wajib menerima hukuman. Berbeda dengan atasannya itu. Siapa yang akan menghukumnya. Tidak mungkin 'kan, bawahannya yang akan memberinya hukuman.
Hanya dua orang yang bisa menghukum seorang Arbhy Yahya Arabica. Siapa lagi kalau bukan Tuan Abraham Arabica, ayahnya sendiri. Serta wanita yang selalu disayangi oleh Arbhy adalah nyonya Damiyati Marzuki ibunya. Hanya kedua orang inilah, yang bisa mengendalikan Arbhy. Seandainya Arbhy melakukan kesalahan.
Kini Arbhy dan juga Hamdani, sudah berada di dalam pesawat. Arbhy sedang berjalan, mencari tempat duduk yang tertera di boarding pass miliknya. Saat sedang fokus mencari tempat duduknya. Tiba-tiba seseorang dengan langkah terburu-buru, menerobos melewatinya dengan kasar. Hingga membuat Arbhy yang tidak siap terjatuh.
Bruk! Arbhy terjatuh tepat di pangkuan seorang wanita. Dengan posisi tubuh yang sangat intim. Bagaimana tidak intim! Arbhy dengan kedua tangan menyentuh paha dan wajahnya, tepat berada didepan dada si wanita. Bisa kalian bayangkan! Seperti apa posisi Arbhy saat itu? Sudah pasti sangat mendebarkan.
"Akh!" teriak seorang wanita yang tertimpa tubuh Arbhy.
"Anda!" jerit wanita tersebut, sambil menatap tajam ke wajah Arbhy.
Tak ada niat untuk beranjak, ketika mendengar teriakan wanita tersebut. Arbhy justru mengerjapkan matanya beberapa kali. Mendongakkan wajahnya, menatap wanita yang memiliki suara nyaring. Wanita yang baru saja berteriak histeris karena terkejut.
Arbhy tertegun, melihat wajah yang sedang menatapnya dengan tajam. Tak peduli setajam apa tatapan matanya. Arbhy sama sekali tidak peduli. Bahkan waktu seakan berhenti berputar. Ketika mata wanita itu berkedip. Kakinya seakan tidak berpijak pada tempatnya. Dunianya berhenti.
Seakan tersihir, dengan pemandangan indah nan mempesona yang ada didepan matanya. Ketika bibir mungil seperti buah cherry itu bergerak. Entah menyuarakan apa. Membuat Arbhy merasakan debaran aneh dan mulutnya seakan terkunci. Sulit untuk di gerakan. Bahkan tenggorokannya terasa sulit menelan saliva-nya sendiri.
Wajah yang merah merona, seakan minta dilahap. Wajah yang bersih dengan hidung bangir dan bibir yang mungil. Perfecto! Sungguh mempesona!
'Si cantik yang aneh dan galak. Apakah ini mimpi? Ya, Tuhan! Aku tidak menyangka, bisa menatap wajahnya sedekat ini,' ucap Arbhy dalam hati.
Arbhy sangat merasa takjub, memandang kecantikan didepan wajahnya saat ini. Tanpa memperdulikan kemarahan sang pemilik wajah. Hingga ....
“Aaaa … aduh aduh aduh!" Teriak Arbhy kesakitan, ketika sebuah capitan tangan lentik memutar telinganya dengan kuat.
"Anda benar-benar kurang ajar ya,Tuan!" teriak sipemilik tangan lentik itu.
"Anda kira paha saya ini kasur apa, hah! Sehingga, bisa Anda gunakan untuk tiduran sesuka hati. Apa Anda belum puas, setelah memegang *4**4* saya tadi. Sekarang, anda dengan sengaja menjatuhkan diri dipangkuan saya!" cecar wanita tersebut dengan amarah yang membara.
Sedangkan Arbhy. Dia masih meringis, sambil memegangi telinganya yang masih dipelintir oleh si wanita. Sungguh sial nasibnya hari ini. Sudah terkena tamparan. Sekarang dapat capitan. Lengkap sudah sakit yang dirasakannya.
"Maaf, Nona! Bisakah tangan anda dilepaskan dulu dari telinga saya, Nona! Telinga saya cuma sepasang kalau sampai putus sebelah, apa Anda mau menggantinya?" tutur Arbhy memelas, dengan menahan rasa panas dan perih di telinganya.
Tak hanya itu, wajah Arbhy bahkan ikut memerah menahan malu. Saat ini, mereka sedang menjadi pusat perhatian para penumpang lainnya. Bagaimana Arbhy tidak malu.
"Biarkan saja putus! Nanti saya ganti dengan telinga kelinci!" ucap wanita didepannya dengan acuh.
"Apa saya terlihat lucu, Nona? Hingga Anda ingin mengganti telinga saya dengan telinga kelinci?" tanya Arbhy sambil memainkan alis matanya.
Sang wanita langsung melebarkan matanya. Disusul dengan pelintiran tangannya, yang bertambah kuat.
“Aw!" jerit Arbhy lagi, karena kembali merasakan pedas dan perih pada daun telinganya.
"Apa Anda tidak memiliki niat untuk bangkit dan berdiri dari hadapan saya, Tuan?" tanya si wanita tersebut dengan tajam.
"Ada apa ini?" tanya seseorang kepada keduanya, sebelum Arbhy sempat menjawab ucapan si wanita.
"Arbhy apa yang sedang kamu lakukan?" tanya orang tersebut kepada Arbhy.
"Bang, tolong suruh wanita galak ini untuk melepaskan tangannya!" pinta Arbhy berharap, orang tersebut yang ternyata kakak iparnya supaya bisa membantunya.
“Ceck!” Hamdani berdecak kesal ke arah Arbhy. Baru ditinggal beberapa menit saja sudah membuat masalah.
"Nona bisakah Anda melepaskan telinga adik saya?" ucap Hamdani, dia bertanya dengan sopan kepada wanita yang sedang memelintir telinga Arbhy.
Dengan perasaan kesalnya, wanita itu melepaskan tangannya. Namun, wanita itu juga mendorong tubuh Arbhy dengan keras. Dia mendorongnya, agar setelahnya Arbhy beranjak dari depannya.
Akhirnya Arbhy bisa bernapas lega. Meskipun perih telinganya, masih terasa pedih akibat bekas capitan tangan wanita cantik itu. Arbhy hanya bisa menatap wanita cantik itu dengan serba salah. Malu bercampur suka.
"Tolong anda ajari, adik anda ini sopan santun,Tuan! Jangan selalu menggunakan kesempatan dalam kesempitan, untuk melecehkan dan bertindak mesum kepada wanita!" ucap si wanita dengan tegas.
Tatapan tajamnya menghunus kearah Arbhy. Seakan ingin sekali menguliti Arbhy dan merebusnya. Setelah itu dia tenggelamkan ke laut. Supaya dimakan oleh ikan hiu. Wanita itu terlihat sangat geram kepada Arbhy.
"Sekali lagi tolong maafkan perlakuan adik saya, yang sudah menyinggung anda, Nona! Dan terimakasih, karena sudah melepaskan adik saya. Untuk kedepannya, saya berjanji akan lebih tegas lagi kepada adik saya ini!" tutur Hamdani dengan sopan.
"Itu harus,Tuan! Supaya adik Anda ini tidak merugikan orang lain!" sahut si wanita dengan cepat dan terkesan mengejek, serta meremehkan Arbhy.
"What!" teriak Arbhy.
"Kerugian apa yang sudah saya berikan kepada Anda, Nona?" tanya Arbhy kemudian, dia tidak terima dengan perkataan wanita cantik didepannya ini.
"Anda masih bertanya, kerugian apa yang saya terima?" tanya si wanita merasa tidak percaya, dengan mata indahnya dia menatap tajam kepada Arbhy
"Apa anda tahu, Tuan? Dua kali tindakan anda kepada saya berkesan sekali. Sangat, sangat berkesan, merendahkan harga diri saya sebagai seorang wanita. Apa anda masih ingat! Apa saja yang sudah tangan Anda perbuat terhadap saya, Tuan Arbhy? Itu nama Anda bukan?" jelas wanita tersebut dengan ketegasan yang menguar begitu saja.
Celeguk! Arbhy menelan salivanya dengan susah payah. Dia kembali teringat pertemuannya dengan wanita di hadapannya. Momen yang sungguh membuatnya seperti laki-laki mesum.
'Tunggu! Jadi wanita ini menganggap aku mesum? Apakah benar seperti itu? Astaga! Ya, Tuhan! Miris sekali nasibmu Arbhy. Runtuh sudah pamormu dihadapannya,' ucap Arbhy pada dirinya sendiri. Tentu saja semua itu, hanya dia ucapkan didalam hati.
"Zafia!" seru seorang wanita mendekat ke arah mereka.
"Mayra! Kamu dari mana saja sih, kenapa lama sekali?" tanya wanita tersebut, yang ternyata adalah Zafia Amita Estella.
"Maaf, tadi ada sedikit masalah!" jawab Mayra.
"Maaf tuan-Tuan sekalian. Ini ada apa, ya?" tanya Mayra dengan sopan, kepada dua orang pria yang berdiri berhadapan dengan Zafia.
Raut penasaran terpancar jelas di wajah Mayra.
♡♡♡
Bersambung ….
Mayra menatap kepergian kedua laki-laki dihadapannya dengan heran. Kemudian ia duduk di dekat Zafia. Ditatapnya wajah wanita cantik dihadapannya itu. Sampai Zafia merasa risih sendiri.
"Mayra ..., kamu kenapa melihatku seperti itu? Ada yang salah?" tanya Zafia dengan heran.
Mayra menggelengkan kepalanya.
"Gak ada sih. Cuma aku heran saja. Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu berdebat dengan laki-laki tadi?" tanya Mayra dengan serius.
Hah! Zafia menghembuskan napasnya dengan malas.
"Sudahlah, May. Jangan bahas orang mesum itu lagi. Bikin moodku jadi rusak," ujar Zafia sambil menyandarkan tubuhnya.
Perkataan Zafia justru membuat Mayra tambah penasaran. Keningnya sampai berkerut.
"Fia ...," panggil Mayra dengan lembut. Tapi penuh dengan ketegasan.
Zafia menyadari jika Mayra menuntut penjelasan darinya. Zafia hanya bisa memajukan bibirnya. Seperti apapun cara Zafia mengelak. Itu tidak akan berlaku untuk Mayra. Zafia tidak akan bisa menyembunyikan apapun dari Mayra.
"Dia itu laki-laki mesum yang tadi menabrakku," bisik Zafia kepada Mayra.
"Lalu?" tanya Mayra meminta penjelasan selanjutnya dari Zafia.
"Lalu apalagi?" tanya Zafia berpura-pura bodoh.
Mayra berdecak kesal, kemudian menatap Zafia sambil tersenyum sinis.
"Apa kamu yakin, hanya bertabrakan saja?" tanya Mayra penuh selidik.
Zafia menelan air ludahnya dengan susah payah.
"Kenapa diam saja?" tanya Mayra lagi.
Zafia tersenyum kikuk, "Hah! Aku memang tidak pandai menyembunyikan sesuatu dari kamu, May," keluh Zafia.
"Jadi ...," ucap Mayra menggantungkan kata-katanya.
"Jadi ..., dia itu ...."
Zafia lalu menceritakan semuanya kepada Mayra. Dari awal Zafia bertabrakan dengan laki-laki bernama Arbhy itu. Sampai kejadian yang baru saja Zafia alami di dalam pesawat.
Sesekali Mayra terlihat menahan senyumannya. Mayra juga menggelengkan kepalanya. Ketika melihat mimik wajah Zafia saat menceritakan pengalamannya.
Sementara itu disisi lain, Arbhy dan Hamdani baru saja duduk di kursinya.
"Hah! Akhirnya ketemu juga tempat duduknya," ucap Arbhy sambil duduk bersandar.
Hamdani memandang wajah Arbhy dalam diam. Arbhy yang merasa aneh, karena tidak mendengar suara kakak iparnya pun menoleh.
"Kenapa Bang?" tanya Arbhy mengernyit heran.
"Aku heran sama kamu, Bhy. Hobi sekali mencari masalah dengan wanita," ujar Hamdani sambil menggelengkan kepalanya.
Arbhy sendiri terkekeh kecil mendengar ucapan kakak iparnya.
"Bang! Bukan maksudku untuk mencari masalah dengan wanita. Tapi, sepertinya Tuhan memang menggariskan takdirku seperti itu. Jadi, aku hanya menikmatinya saja. Seperti itu," terang Arbhy dengan santainya.
"Termasuk mendapatkan tamparan dan juga jeweran seperti tadi?" tanya Hamdani sambil tersenyum miring.
Arbhy langsung melebarkan matanya.
"Eits, yang itu tadi terkecuali, Bang. Itu tadi kecelakaan. Bukan termasuk takdir dari Tuhan," kilah Arbhy dengan tegas.
"Ya, ya, ya. Terserah kau saja, Bhy. Aku mau istirahat. Perjalanan kita masih panjang," ucap Hamdani mengalah.
Sangat malas rasanya berdebat dengan adik iparnya itu. Yang selalu ingin menang sendiri. Arbhy pun tak ambil pusing. Ia membiarkan Hamdani memejamkan matanya. Karena Arbhy juga merasa lelah. Akhirnya Arbhy memutuskan untuk istirahat. Mengabaikan kondisi disekitarnya.
♡♡♡
Seorang laki-laki baru saja check out dari sebuah hotel bintang lima. Dia adalah Ardiansyah, mantan kekasih Zafia. Ardiansyah baru saja menenangkan pikirannya. Dengan sedikit melakukan olahraga bersama Arsha. Selingkuhan yang sekaligus sahabat Zafia.
Ardiansyah mengendarai mobilnya meninggalkan hotel. Tanpa memperdulikan Arsha. Karena fokus laki-laki itu saat ini adalah Zafia. Ardiansyah ingin meminta maaf kepada Zafia.
"Aku harus bisa meyakinkan Zafia. Harus! Apapun yang terjadi, aku tidak boleh kehilangannya," gumam Ardiansyah dengan tekad yang kuat.
Ardiansyah terus melajukan kendaraannya. Tujuannya adalah kerumah orang tua Zafia. Ardiansyah akan menjelaskan semuanya kepada Zafia.
Bila perlu Ardiansyah akan mengakhiri hubungannya dengan Arsha. Asalkan Zafia mau menerimanya kembali. Karena Ardiansyah tidak ingin diputuskan oleh Zafia begitu saja.
Lima belas menit telah berlalu, mobil yang dikendarai oleh Ardiansyah telah memasuki sebuah kompleks. Kompleks perumahan elit dimana keluarga Zafia tinggal.
Ardiansyah memarkirkan kendaraannya, tepat dihalaman sebuah rumah mewah. Dirumah mewah bak istana inilah keluarga Estell tinggal.
Ardiansyah keluar dari dalam mobilnya. Hah! Helaan napasnya terdengar gusar ketika akan melangkahkan kakinya.
"Kamu pasti bisa! Ayo Ardian, semangat! Kamu harus bisa meluluhkan hati Zafia!" ucap Ardiansyah pada dirinya sendiri.
Ardiansyah langsung melangkahkan kakinya. Menghampiri pintu utama orang tua Zafia. Ardiansyah menekan bel yang terpasang pada dinding. Tepatnya disamping pintu rumah besar itu.
Tak lama kemudian, pintu rumah itu seperti akan dibukakan. Terdengar dari suara dan juga gerakan orang memutar kunci.
Ceklek.
Pintu pun terbuka, menampilkan seorang pekerja yang bekerja dirumah itu. Darmi namanya. Wanita paruh baya yang bertugas sebagai tukang bersih-bersih.
"Den Ardian, apa ada yang bisa dibantu?" tanya Darmi dengan sopan.
"Saya ingin bertemu dengan Zafia, Bik. Apa Zafia ada dirumah?" tanya Ardiansyah.
"Maaf, Den. Non Zafia tidak ada dirumah," jawab Darmi apa adanya.
"Apa Bibi tahu, kemana Zafia pergi?" tanya Ardiansyah.
"Saya kurang tahu, Den. Non Zafia hanya berpesan, kalau akan pergi dalam waktu yang lama. Begitu saja, Den," terang Darmi.
Ardiansyah mengernyit heran, mendengar ucapan Darmi.
"Apa Zafia menitipkan pesan untuk saya, Bik?" tanya Ardiansyah.
"Maaf, Den. Non Zafia sama sekali tidak menitipkan pesan apapun untuk Aden," ujar Darmi menjawab pertanyaan Ardiansyah.
"Baiklah, Bik. Kalau begitu, saya permisi," pamit Ardiansyah kepada Darmi.
Akan tetapi baru saja Ardiansyah melangkahkan kakinya. Ia kembali menoleh dan bertanya kepada Darmi.
"Bik, apa Tuan dan Nyonya ada dirumah?"
"Tuan dan Nyonya sedang keluar kota, Den," jawab Darmi.
Ardiansyah menganggukkan kepalanya. Lantas pergi begitu saja. Pikirannya saat ini benar-benar kalut.
Brak! Pintu mobil Ardiansyah banting dengan keras.
"Zafia, kamu kemana?" ucap Ardiansyah berbicara sendiri.
Aaakkk! Ardiansyah berteriak keras. Ia memukul setir mobilnya dengan perasaan kesal.
"Sial!" umpatnya.
Ardiansyah mengacak rambutnya frustasi. Entah kemana ia harus mencari keberadaan Zafia. Ardiansyah benar-benar merasa kecolongan. Ia terlalu lengah dan menganggap remeh Zafia.
Ardiansyah mengira Zafia hanya menggertak-nya . Tapi siapa sangka ternyata Zafia pergi tanpa ia ketahui kemana tujuannya.
Saat sedang frustasi karena tidak bertemu dengan Zafia. Tiba-tiba ponsel milik Ardiansyah berbunyi. Dilihatnya oleh Ardiansyah, ternyata itu adalah panggilan dari Arsha. Dengan malas Ardiansyah mengangkatnya.
"Hem, ada apa?" tanya Ardiansyah.
"Tunggu disana, aku akan kesana sekarang," titah Ardiansyah singkat.
Panggilan Ardiansyah putuskan sepihak. Tanpa menunggu jawaban Arsha. Karena suasana hati Ardiansyah sedang kacau. Ia tidak ingin mendengarkan ocehan dari Arsha. Yang hanya akan membuat pikiran Ardiansyah bertambah pusing.
Ardiansyah langsung menjalankan kendaraannya kembali. Meninggalkan kediaman orang tua Zafia.
Disisi lain, pesawat jurusan Indonesia-Aussie telah mendarat di Bandar Udara Canberra, Australia. Setelah mengudara selama 5 jam 47 menit.
Semua penumpang mulai turun dari pesawat. Diantara penumpang itu ada dua gadis dengan pakaian yang berbeda. Satunya berpakaian press body dengan tubuh tinggi dan langsing. Sedangkan yang satunya berpakaian formal. Mereka adalah Zafia Amita Estella dan Mayra Amerald.
Zafia tampak menuruni tangga pesawat dengan lesu. Zafia merasa tubuhnya letih.
"Fia, perhatikan jalanmu dan hati-hati," ucap Mayra mengingatkan.
Namun, Zafia sama sekali tidak mengindahkan ucapan Mayra. Hingga akhirnya tiba-tiba kakinya keseleo. Tubuh Zafia yang kehilangan keseimbangan langsung terhuyung kedepan.
"Zafia awas!" seru Mayra panik.
Bruk!
♡♡♡
Bersambung ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!