NovelToon NovelToon

Godaan Mantan

Burung Kecil

Godaan Mantan, Bagian 1

Oleh Sept

"Aku gak sabar besok kita akhirnya nikah," ucap seorang pria di telepon.

Mereka sedang dipingit, dan sudah beberapa hari tidak bertemu. Hal itu membuat sang calon pengantin pria sangat rindu. Ingin segera bertemu.

Andai tidak ada acara pingit dan semacamnya, mungkin dia akan main ke rumah calon pengantin wanitanya.

"Sabar ... Besok kan sudah ketemu. Oh ya, sudah hafal belum?"

"Apanya?"

"Kalimat buat ijab kabul besok?"

"Beras, jangan khawatir. Aku jamin bisa satu tarikan napas doang," ucapnya yakin dan penuh percaya diri.

"Beneran? Awas ya kalau sampai lupa dan grogi."

"Hehehe .. Kalau grogi kan wajar, Sayang. Namanya juga baru pertama kali."

"Hemm. Ya sudah, sudah malam nih. Aku juga harus istirahat."

"Tunggu, masih jam 10 juga."

"Ya ampun, besok pagi-pagi buta aku harus bangun dan dandan. MUA nya sudah WA, datang pagi-pagi, jadi aku harus bangun pagi."

"Bentar lagi ... Kamu gak kangen aku?"

"Ish! Apa sih!"

"Miss u ..."

"Jangan lebay. Besok dah akad."

"Jawab dong."

"Miss u too."

"Ya sudah, good night, Honey. Mimpi indah ya ... Sayang."

"Iya paduka Raja ... Good night juga. Have nice dream ..."

"Muuahh!"

"Apaan sih!" calon pengantin perempuan malu-malu. Padahal pipinya sudah merah jambu.

"Bye ..."

"Bye."

Tut tut tut

Telpon pun terputus dan calon pengantin berangkat tidur. Tidak sabar menunggu hari bahagia yang sudah ditunggu-tunggu.

***

Matahari bersinar cerah, cuaca seolah mendukung acara pernikahan yang akan digelar sesaat lagi. Pagi ini sangat cerah, secerah wajah Raja yang akan melangsungkan pernikahan dengan gadis pujaan hatinya. Meskipun masih muda, Raja mantap menikahi pacarannya. Sama-sama masih kuliah, tapi itu tidak menyurutkan niat Raja menikahi sang kekasih, yaitu Niken.

Dengan jantung yang berdegup kencang karena akan mendekati waktu akad, Raja melirik gadis cantik di sebelahnya. Ayu, anggun, kalem, cuma pas diam begini. Karena Niken, calon istrinya itu tidak ada kalem-kalemnya.

Ini adalah hari yang membahagiakan untuk mereka berdua, hari Raja akan mengucapkan ijab kabul di depan penghulu, wali dan para saksi.

Meskipun nervous, Raja masih sempat-sempatnya menowel tangan Niken, membuat sang mempelai langsung melirik dengan bola matanya yang lentik.

"Jangan bercanda ... Ini akad, Raja!" desis Niken.

"Deg-degan, nih," bisik Raja.

"Kamu pikir aku nggak?" balas Niken.

Raja kemudian tersenyum, dia cuma ingin rileks sedikit, karena terasa tegang sekali. Begitu bapak penghulu akan memulai acaranya, ia langsung memasang muka serius. Dia harus tegas, sebentar lagi akan jadi kepala rumah tangga. Harus dewasa dan bisa ngemong. Padahal, uang saja masih minta orang tua. Begitu Raja, masih muda tapi nekat nikah.

...

"Saya terima nikah dan kawinnya Niken Adinda Dias binti Kurniawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Raja dengan jantung yang berdegup kencang.

"Bagaimana saksi? Sah ..."

"SAH!" Suara orang-orang memenuhi ruangan.

"Alhamdulillah." Semuanya mengucap syukur, karena acara ijab kabul berjalan lancar.

Momen ini adalah momen yang pemuda itu tunggu-tunggu dari semalam sampai tidak bisa memejamkan mata. Dan setelah kata sah menggema, rasanya sangat lega. Raja pun sesekali melirik gadis cantik dengan kebaya putih serta hiasan manik-manik yang menambahkan kesan wah dan elegan.

Belum lagi siger yang dipasang di atas kepala Niken, sudah seperti ratu Inggris macam lady Day. Cantik sekali, karena memang dasarnya Niken memiliki paras yang anggun, menawan, kalem dan sedap dipandang.

Setelah prosesi akad nikah selesai, mereka langsung pulang ke rumah mereka. Baru dibeli dan baru direnovasi. Tidak ada pesta tujuh hari tujuh malam, meskipun Raja dari kalangan orang berada dan cukup terpandang.

Ini karena lusa mereka ada kuliah dan ada banyak tugas yang menanti. Ya, umur mereka masih sangat muda. Tapi sudah memutuskan untuk menikah.

Daripada pacaran kebablasan lalu Niken masuk angin selama 9 bulan, akhirnya mereka pun menikah. Karena gaya pacaran di kota besar pun ya begitulah. Kalau tidak tium-tium ya main raba-raba.

Jelas keluarga Raja tidak mau anaknya terlibat pergaulan bebas. Mereka juga suka Niken. Anaknya pinter, nurut, sopan, ramah, dan satu lagi, Niken banyak membawa pengaruh bagus untuk Raja.

Dulu Raja paling malas disuruh ke kampus, setelah pacaran dengan Niken, minggu pun dia keluar untuk belajar. Apakah mamanya percaya? Tidak. Setidaknya, Niken bisa jadi tutor untuk mahasiswa teladan. Jadinya Raja pun rajin kuliah.

Makin lama, keduanya meresahkan. Sering keluar malam berdua, padahal cuma nongkrong di cafe dengan teman-teman. Takut adanya scandal, mereka pun dinikahkan saja.

Apa masalahnya selesai? Tidak. Masalah justru mulai muncul ketika kata sah dan stempel halal mereka terima.

***

Malam pertama

"Sayang ... Kamu makeknya yang bener ya. Jangan sampai bocor. Aku juga mau lulus bareng kamu." Niken bergumam sambil merajuk manja.

Raja baru membuka bungkus balon ajaib, tapi Niken sudah bawel sekali. Ia juga bingung, karena baru menyentuh benda yang mengelikan tersebut. Kalau bukan karena masih kuliah, sepertinya dia tidak peduli. Masalahnya, dia juga belum siap jadi bapak. Tagihan kartu kredit saja masih orang tuanya yang nanggung. Ya beginilah, resiko menikah belum matang.

"Apa aku minum pil dulu ya? Biar aman gitu ... filternya dobel," gumam Niken. Dua orang yang benar-benar masih amatir dan belum berpengalaman dalam hal perbenihan.

Raja menoleh.

"Coba saja, biar aman. Aku juga gak tahu ini akurat apa gak," kata Raja sambil menatap balon yang masih kempes.

"Ya Sayang ... Kamu kan sering lihat di HP." Niken bicara dengan santai.

Raja langsung mendesis, Niken benar-benar deh.

"Aku juga pernah lihat koleksi di laptop kamu ... ngaku ..."

Raja membuang napas, lalu mengerucutkan bibirnya ke arah Niken si bawel.

"Ih ..." Niken malu-malu kucing.

"Ini sudah siap, terus kita ngapain ... mulai dari mana?"

Niken mencebik. "Masa tanya aku sih, kamu kan cowok ... pernah mimpi itu kan?"

Raja memegangi kepalanya. Keduanya benar-benar pasangan pengantin baru yang amatir.

"Ya udah, kita lihat video aja ya?" saran Raja

"Buat apa?" Mata Niken membesar, membulat sempurna.

"Tutorial ..."

"Gak mau, nanti kamu lihat cewek-cewek sekkksih!" Niken gak mau dan menolak keras.

Raja tersenyum tipis, "Ya sudah, langsung saja."

Raja lantas melepaskan piyama couple yang ia kenakan, kemudian membuka kancingnya satu persatu.

BUKKK ...

Dia lempar dengan asal, kemudian menatap wajah Niken.

"Mau aku lepasin sekalian?"

Reflek Niken memeluk tubuhnya karena malu.

"Gak usah malu ... kita udah resmi. Udah dicatat sama negara."

"Bentar," kata Niken lalu menarik selimut.

Sesaat kemudian, Niken melempar bajunya ke lantai, kemudian celana pendek setelan piyama, kemudian disusul kacamata kuda yang bentuknya sangat minimalis sekali.

Jakun Raja sampai naik turun, karena benda terakhir yang dilempar Niken.

"Sini ... masuklah," kata Niken sambil menepuk selimut.

Tidak usah disuruh dua kali, Raja langsung masuk ke dalam selimut tersebut. Dari luar, terlihat selimut bergerak-gerak.

"Bisa tidak?"

"Bentar, Ken ... sudah banget."

"Tinggal masukin, apa susahnya."

"Buntu sayang!"

"Aku capek gini terus, ya udah ... aku bobo saja ..."

"Nikennnn ..."

Bleshhhh ...

***

Tujun Tahun kemudian. Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat. Banyak sekali yang sudah berubah, tidak hanya gedung dan bangunan. Namun, hati manusia pun rupanya ikut berubah. Begitu juga dengan situasi dan konsinyasi.

Sosok laki-laki keluar dari lift, diikuti oleh sekertaris dan beberapa staf. Ia melangkah dengan tegap, dan terlihat berkharisma. Dilihat dari tampilannya, sepertinya pengusaha sukses.

27 tahun, dia sudah menjadi pimpinan muda di perusahaan tersebut. Tangan dinginnya mampu membuat perusahaan berkembang pesat. Dibawa pimpinan Raja, bisnis keluarganya mulai berkembang menguasai pasar.

Dimulai dari sebuah pabrik kecil, kini usaha keluarga besarnya menjadi sangat besar dan menciptakan banyak lapangan pekerjaan.

Siapa yang menyangka, bahwa Presdir mereka yang masih awet muda itu adalah seorang duda. Tidak ada yang tahu kehidupan Raja, semuanya di private.

***

Jam istirahat.

Raja akan makan siang bersama rekan yang lain. Tapi tanpa sengaja, pandangan matanya tertuju pada sosok perempuan berpakaian kemeja putih dan bawahan rok sepan hitam. Cuma lihat dari belakang, tapi cukup membuatnya penasaran. Sampai akhirnya perempuan itu menoleh karena dihampiri pegawai yang lain.

Tanpa sengaja pula, perempuan itu melirik rombongan ekskutif muda di belakangnya.

"Dia juga bekerja di sini? Sialll."

"Siapa yang sialll?" tanya temannya.

Wanita itu langsung menggeleng. Dan bergegas ke tempat yang lain. Mungkin insecure, Raja kelihatan sudah mapan, sukses, sedangkan dirinya masih pegawai baru yang belum jelas statusnya.

***

Sore harinya.

Semua karyawan mulai meninggalkan meja masing-masing. Semakin sore suasana makin sepi.

"Ken, tolong nanti susun berkas-berkas untuk presentasi besok ya sebelum kamu pulang," kata atasannya.

"Baik, Bu."

Ia menghela napas panjang, kemudian tidak jadi pulang.

Saat sedang sibuk input data di laptop, tiba-tiba ada yang mendekat.

"Kamu sengaja, iya kan? Aku tidak percaya kebetulan di dunia ini."

Belum melihat wajahnya, Niken sudah familiar dengan suara itu. Wanita itu lalu mendongak menatap Raja yang berdiri dengan gaya angkuh dan arogan.

"Anggap saja kita gak kenal," celetuk Niken.

"Jangan bicara omong kosong, jangan datang ke sini mulai besok!"

Brakkk ...

Niken langsung bangkit dan menimbulkan suara kursi dan meja yang berbenturan.

"Kamu siapa ngatur-ngatur aku? Hem? Kalau gak suka melihat aku kerja di sini! Kamu yang keluar," cetus Niken.

Dia tidak tahu, Presdir di perusahaan tersebut adalah mantan suaminya.

"Kau dipecat!" ucap Raja langsung berbalik.

"Hey ... heiii ... pria Gilaaa!"

Raja terus melangkah, tidak menggubris ucapan Niken. Membiarkan wanita itu mengoceh tanpa mempedulikannya. Hal ini membuat Niken semakin emosi, dan spontan mengucapkan kalimat dan kata yang membuat Raja berhenti mendadak.

"Dasar burung kecil!" ujar Niken setengah teriak.

DEG

Niken sepertinya tidak ragu-ragu membully mantan suaminya tersebut. Dan jantung Raja pun berdegup kencang. Bisa-bisanya Niken berkata berburungan di tempat seperti ini?

Menghukum Raja

Godaan Mantan, Bagian 2

Oleh Sept

Niken belum tahu, kalimatnya membuat mantan suaminya itu langsung geram campur aduk. Ada rasa malu juga, sebab Niken perempuan satu-satunya yang melihat tanpa busana. Niken wanita pertama yang berhasil membuatnya hilang keperjakaan.

"Ish ... Siall!" rutuk Raja dengan geram. Akan tetapi, dia tidak mau melihat wajah perempuan itu. Mantan harus dibuang di tempat sampah. Tidak mau membuang tenaganya untuk melayani ocehan Niken, Raja yang sempat membatu, seketika melanjutkan jalannya.

Sementara itu, Niken mencebik dan berkacak pinggang. "Ada apa dengannya? Tumben gak tersinggung? Apa dia mulai ganti kepribadian? Apa burungnya sudah mulai tumbuh?"

Tiba-tiba bibir Niken tidak bisa menahan senyum. Dia seperti orang tak waras karena senyum-senyum sendiri.

"Sudahlah ... ngapain ngurusin tuh orang. Bukan urusanku! Enak saja main nyuruh orang berhenti kerja. Dia pikir gampang apa cari pekerjaan? Masuk sini itu ketat! Harus bersaing sama banyak pelamar. Gila saja aku harus keluar hanya karena dia juga kerja di sini. Lagian kalau gak suka aku di sini, dia saja yang re-sign," gerutu Niken seperti radio rusak.

***

Setelah selesai dengan segala tugas yang super duper banyak, Niken kemudian melihat jam tangan, sudah malam. Kalau gak pulang, nanti keburu kemalaman, dan mamanya bisa ngomel-ngomel.

Susahnya jadi janda muda, mamanya menjadi over protektif karena statusnya yang sekarang. Niken heran, memang apa salahnya jadi janda?

Kepalanya terus saja berpikir, kenapa stigma janda dianggap remeh dan negatif oleh orang-orang. Sampai tidak terasa, dia sudah berada di basement parkiran.

Sepi sekali, hampir tidak ada orang, hanya beberapa mobil dan motor yang parkir. Niken melihat sekitar, kemudian mendekati mobil merek Bri-O miliknya.

Tit!

Mobil itu langsung bunyi saat Niken mendekat. Ia lalu menarik pintu dan duduk di balik kemudi. Tanpa memperhatikan sekitar, karena sangat sepi, Niken pun langsung gas saja meninggalkan area basement yang super sepi bak uji nyali tersebut.

"Orang-orang pada ke mana? Masa sudah pada pulang? Nasib ..."

Niken ngedumel sampai akhirnya lega karena sudah berada di area terbuka. Jujur, dia paling takut hal mistis. Takut sesuatu yang berbau goib.

Dia pernah pingsan saat dikasih surprise ulang tahun oleh Raja. Laki-laki itu pakai topeng jelek yang mengerikan. Saat mati lampu, tiba-tiba Raja muncul begitu saja pakai kostum macam haloween.

Ingat kenangan bersama Raja, dengan cepat Niken menggeleng.

"Astaga! Ngapain juga harus ingat dia!" gerutu Niken kemudian mulai menambah kecepatan mobilnya. Menyusuri jalan malam-malam dengan ditemani lampu jalanan.

Sementara itu, di dalam mobil yang lain. Lebih mahal dan berkelas, harganya pun gak kaleng-kaleng. Seorang pria duduk di kursi belakang.

"Ingat kataku tadi, kamu harus pecat dia. Ntah alasan apapun. Aku mau dia dipecat dari perusahaan."

"Tapi, Pak ... kita tidak bisa memecat karyawan tanpa sebab pasti dan jelas."

"Apa kamu juga ingin dipecat?" celetuk Raja pada sang sekretaris.

"Baik, Pak ... saya hanya tidak ingin dia mengatakan ke publik dan menjelekkan perusahaan yang tidak kompeten dalam penerimaan pekerja. Recruitment ini melalui banyak penyaringan. Dan ditakutkan ..."

Belum selesai sekertarisnya berbicara, Raja langsung berdehem keras.

"EHEMM!"

"Baik, Pak. Besok akan saya ajukan ke HRD."

"Tidak usah, langsung pecat saja!" titah Raja dengan kesombongan yang haqiqi.

Sang sekertaris sampai bingung, sebenarnya siapa wanita ini? Mengapa bos-nya sangat kesal dan ingin memecatnya?

***

Tiba di rumahnya yang cukup besar, Raja yang dulu pemuda malas-malasan itu kini menjelma bak milyader.

Masuk ke dalam rumah, sudah ada bibi yang menyambut dan membawakan tas dan jas.

"Tuan mau teh atau kopi?" tanya si bibi.

"Tidak usah," jawab Raja yang langsung naik ke lantai atas.

Raja mengendurkan dasinya, kemudian melepaskan pakaiannya sambil berkaca. Wajahnya berubah masam, karena teringat ucapan Niken.

"Wanita gilaa itu, benar-benar ...!"

Raja melempar kemeja yang ia kenakan dengan asal, lalu masuk ke kamar mandi dengan ukuran yang cukup lumayan. Bisa untuk lari-larian kecil di sana.

Begitu shower dinyalakan, ia langsung membasahi tubuhnya. Tanpa sadar, kata-kata Niken kembali terngiang dan mengganggu sekali. Raja kemudian menatap ke bawah, dilihatnya sesuatu yang membuat bibirnya mencebik.

Tidak ada yang namanya kecil, mereka dulu menikah saat masih remaja. Mendadak Raja jadi gusar sendiri, seolah harga dirinya dipakai candaan oleh mantan istrinya itu.

***

Pagi harinya.

Pagi yang cerah, secara wajah Raja. Dia berangkat ke kantor dengan bersemangat. Ingin melihat reaksi Niken yang akan dipecat.

Dia sengaja berangkat pagi-pagi, padahal juga biasanya agak siang. Itu sengaja dilakukan untuk melihat reaksi Niken. Katanya mantan harus dibuang ke tempat sampah, tapi dia kok masih penasaran juga.

***

Di lobby perusahaan.

"Saya gak terima! Perusahaan apa ini? Main pecat tanpa alasan!" Niken ngomel-ngomel di lobby. Ia memarahi beberapa staf di sana.

Mejanya harus dikosongkan, hari ini dia dipecat. Jelas dia tidak terima perlakuan yang semena-mena tersebut.

"Kami mohon maaf, tapi ini perintah atasan."

"Cih ..."

Raja yang mulai masuk area lobby, tersenyum senang dalam hati. Akhirnya melihat Niken menderita. Ini cukup menarik, karena untuk membalas sakit hatinya di masa lalu. Serta untuk membalas candaan Niken kemarin tentang burungnya!

Ketika Raja muncul, pegawai dan staf di sana langsung tenang, sampai Niken menoleh. Mengapa keributan yang sempat tercipta langsung hening.

"Oh ... ini. Pasti gara-gara Raja yang bilang tidak-tidak pada atasan!" gumam Niken kemudian langsung berjalan mendekati Raja dengan langkah tegap penuh percaya diri.

Sedangkan semua orang, terlihat melirik dan bisik-bisik.

"Apa yang akan dia lakukan? Apa dia akan protes pada pak Raja?" gumam salah satu Staf.

"Sepertinya, apa dia tidak takut kalau dituntut karena melakukan keributan?" Yang lain ikut menimpali.

"Entahlah, aku dengar dia punya sabuk hitam. Makannya kaya gak takut sama orang." Suasana semakin heboh.

"Gila sih, tapi memangnya kenapa dia dipecat? Dia kan anak baru. Aku lihat juga kerjanya oke."

"Entahlah, mungkin masalah internal. Aku juga tidak paham."

"Tuh ... tuh ... astaga. Dia gak takut ya mendekati Presdir kaya begitu."

Suara bisik-bisik itu semakin heboh tatkala jarak Niken dan Raja semakin dekat.

"Pasti kamu ... iya kan? Pasti kamu?" ujar Niken sambil meletakkan telunjuk ke tubuh bagian depan Raja. Dan aksinya itu, membuat para karyawan yang ada di lobby kaget.

"Ya ampun, apa dia sudah GILAA? Apa yang dia lakukan?" gumam Staf paling kepo.

"Aku rasa mereka saling kenal sebelumnya."

"Sok tahu kamu."

Semuanya langsung diam saat Raja menepis lengan Niken.

"Jauhkan tanganmu yang kotor itu!" desis Raja dengan tatapan tajam.

"Kotor?" batin Niken yang shock. Tangannya dikatakan kotor. Ia pun spontan menepuk bahu Raja denga kasar.

"Heii! Tangan kotor ini dulu yang mau mengusap milikmu! Cih ... Hanya karena pakaianmu sekarang bagus, kau bisa melakukan apapun sesukamu? Ingat Raja! Mulut diciptakan tidak untuk merendahkan orang lain. Jaga mulutmu baik-baik, jika tidak ..."

"Kenapa? Bagiku ... kau memang KOTOR!"

BUGH

Semua karyawan memekik kaget.

Tom And Jerry

Godaan Mantan, Bagian 3

Oleh Sept

Raja menatap kaget pada sang sekretaris yang meringkuk menahan sakit.

"Apa yang sudah kau lakukan?" desis Raja yang takjub dengan aksi Niken. Tidak pernah berubah. Keras seperti batu dan bar-bar.

Tidak mau menjadi bahan tontonan, Raja langsung menarik tangan Niken untuk menjauh, sedangkan sang sekretaris harus menahan ngilu akibat pukulan wanita tersebut.

Tadi, reflek sang sekretaris langsung maju dan menghalangi agar Niken tidak melukai atasannya. Namun, ternyata pukulan Niken boleh juga. Mana dia tahu kalau Niken ahli bela diri.

***

Di balik tembok, suasana sepi karena masih pagi, adapun karyawan yang lalu lalang, tidak akan menyadari keberadaan mereka, karena ada pilar besar yang menghalangi.

"Apa yang sudah kau lakukan? Kau benar-benar tidak bisa berubah!" sentak Raja. Pria itu menahan napas agar tidak emosional. Entahlah, melihat wajah Niken saja isinya hanya ingin marah, emosi dan frustasi. Kejadian di masa lalu menjadi penyebab keduanya kini jadi perangg dingin.

"Kamu yang memulainya!" balas Niken dengan enteng dan melipat kedua tangannya. Tidak ada rasa takut atau sesal. Selama dia merasa tidak salah, wanita itu memang akan mengangkat dagunya tinggi-tinggi penuh rasa percaya diri.

"Ish! Kau benar-benar!" Raja sudah mulai komat-kamit. Rasanya ingin memberikan kuliah panjang lebar pada wanita di depannya yang kelihatan sok tersebut.

"Hanya karena posisi kamu sekarang ada di atas aku, bukan berarti kamu bisa seenaknya," omel Niken.

Jelas sekali Niken belum tahu status Raja di perusahaan tersebut. Mungkin dia pikir pimpinan perusahaan itu orangnya sudah tua, kalaupun jabatan Raja di sana tinggi, mungkin juga manager atau apalah itu. Niken kan tahu, bagaimana kadar IQ mantan suaminya itu. Belum apa-apa, Niken sudah menilai rendah mantan suaminya.

"Kau pasti sudah terima surat pemecatan dari perusahaan, kan?"

Bola mata Niken pun membulat sempurna, dia semakin yakin kalau ini ulah Raja yang mungkin punya kenalan orang dalam.

"Sudah aku duga sejak awal, ini pasti kamu biang keladinya. Hei, Raja! Kamu ini kenapa? Susah sekali lihat orang senang. Belum puas kamu? Hem? Apa mau aku beberkan pada mereka semua kelakuanmu dulu? Biar kita sama-sama malu!" ancam Niken yang cuma ingin mengertak.

Raja langsung berkacak pinggang, bibirnya mendesis, mengumpat kesal dalam hati. Ia benar-benar salah sudah menikahi perempuan ular ini, yang berlagak seperti korban.

"Niken! Dengar ini baik-baik. Perusahaan tidak butuh pegawai sepertimu!" ujar Raja dengan penuh penegasan.

Diejek seperti itu, Niken semakin terbakar. Hatinya mulai membara dan semangat berkobar untuk menguliti mantan suaminya itu.

"Aku lihat kamu takut sekali aku bergabung di perusahaan ini. Ada apa? Kamu takut ya? Takut aku bongkar semua masa lalumu itu? Atau jangan-jangan kamu gak PD?" ejek Niken dengan tatapan merendahkan.

"Hentikan omong kosong itu!" ujar Raja sambil memegang kedua bahu Niken sampai menyandar di tembok.

"Ehh ... jangan pegang-pegang!" Niken spontan menepis lengan Raja yang agak lain. Beda dengan dulu. Kalau boleh jujur, body Raja sekarang sih jauh lebih oke. Lengannya juga agak keras, sejenak otak Niken malah mikir aneh-aneh.

Ia kemudian menelan ludah dan mau pergi. Percuma bicara sama Raja. Dia butuh bicara sama orang HRD.

"Niken! Hei!" teriak Raja kemudian membiarkan Niken pergi karena sudah mulai banyak orang yang lalu lalang.

***

Ruang HRD

Niken harus menunggu dulu sebelum diijinkan masuk, sedangkan staf HRD yang dimaksud, sedang di briefing oleh Raja lewat telpon.

"Paham?" tanya Raja di telepon.

"Baik, Pak."

"Oke. Lakukan sesuai perintah."

"Baik."

Telpon pun mati, dan staf tersebut mempersilahkan Niken masuk.

Keduanya lalu berbicara, dan Niken mengeluarkan semua pendapatnya. Hanya didengar, dan keputusan sudah final.

"Ini gak fair. Bagaimana bisa perusahaan memecat karyawan begitu saja? Saya sudah melewati banyak seleksi karyawan begitu ketat! Saya tidak terima!"

"Begini, saya sarankan, Mbak Niken bertanya langsung pada atasan. Karena saya hanya menjalankan perintah."

Niken membuang napas kesal. Lalu keluar dari sana sambil memeluk tasnya.

"Siapa orang dalam ini, bisa-bisanya menerima aduan dari Raja yang tidak kompeten. Hanya karena Raja suruh pecat, langsung surat pemecatan turun. Astaga, perusahaan model apa ini!" gerutu Niken kemudian masuk lift menuju lantai atas.

Setelah melewati banyak lantai, akhirnya sampai juga lantai yang dia tuju, sesuai arahan tim HRD. Dia pun meminta penjelasan dari atasannya.

Begitu sudah tiba di depan ruang Presdir, matanya menatap pintu bercat coklat itu. Ada papan besar bertuliskan Presdir perusahaan di mana dia bekerja.

Niken pun mengetuk pintu.

Tok tok tok

Tidak lama kemudian, pria yang tadi kena pukulannya muncul dari balik pintu. Niken agak kaget, kemudian menundukkan kepalanya sedikit. Mungkin sebagian permintaan maaf, tadi salah sasaran. Salah sendiri, berlagak jadi tameng, kan bukan niat Niken untuk memukul pria tersebut.

"Maaf, Pak Presdir ada?" tanya Niken dengan ramah. Kalau di depan siapapun dia pasti santun. Kecuali di depan Raja, maka isinya hanya kesal saja. Seperti Tom and Jerry, mereka akur hanya pas pacaran dan setahun pernikahan, selebihnya seperti musuh bebuyutan.

"Silahkan masuk," kata pria itu.

Menyadarkan Niken yang melamun sesaat.

"Terima kasih," ucap Niken kemudian masuk, sedangkan laki-laki itu justru keluar.

Begitu masuk ruang Presdir, Niken menatap sekeliling. Di depannya ada kursi yang membelakangi dirinya. Itu pasti pimpinan perusahaan tersebut. Kebetulan, ia mau protes, karena dipecat tidak jelas.

"Selamat pagi, Pak."

SETTT ...

Setelah ia menyapa sosok dibalik kursi, tiba-tiba kursi itu berputar dan kini mengarah padanya. Jadi Niken bisa melihat siapa yang duduk di singah sana. Tunggu, ini gak real. Sejak kapan Raja jadi Presdir? Niken mengerjapkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Tiba-tiba juga pria tersebut membuka laci, kemudian mengeluarkan amplop coklat.

"Ambil ini, dan jangan pernah muncul di perusahaan ini." Raja mengulurkan amplop coklat tersebut, pada Niken yang bahkan belum dia persilahkan untuk duduk.

"Apa ini?" Niken terlihat shock, karena ternyata Raja jadi hebat sekarang. Mana pernah dia mengira, akan bekerja pada mantan suaminya itu.

"Bukannya dulu alasanmu menikah karena ini? Kau dan keluargamu sangat suka, bukan?" sindir Raja.

Niken mengangkat wajahnya, dia tidak suka keluarganya dibawa-bawa.

"Sekarang, ambil ini. Dan jangan muncul di hadapanku lagi," cetus Raja yang terkesan tidak punya hati.

Niken terlanjur sakit hati, ia langsung merebut amplop coklat itu, bukan untuk dibawa pulang, tapi langsung dia buka di sana.

Byuuukkk ...

Niken melempar uang-uang yang sudah ia lepas bendelnya tersebut ke arah Raja. Dengan tatapan penuh amarah, dan mata yang sudah memerah.

"Aku menyesal pernah menikah denganmu!"

Seketika setelah mendengar kata-kata Niken, bayangan masa lalu pun melintas di kepala Raja.

Malam itu hujan gerimis, Niken pulang sambil menangis.

"Aku mau cerai."

"Niken! Apa yang kamu katakan?" Raja berbalik untuk mengambil handuk kering untuk istrinya yang kehujanan dari luar.

"Aku menyesal menikah denganmu," ucap Niken saat itu.

Handuk di tangannya sampai jatuh. Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!