Olivia adalah remaja berusia tujuh belas tahun yang sebentar lagi akan lulus dari sekolah menengah. Saat ini sekolahnya sedang libur, dan ia merasa bosan dengan kegiatan yang sama setiap harinya. Suatu waktu, saat ia sedang membaca artikel. Muncul iklan novel yang menarik perhatiannya. Ia pun mengunduh aplikasi untuk bisa membaca novel tersebut.
Olivia pun ketagihan dan terus membaca novel itu hari demi hari sampai ia pernah tidak tidur semalaman karena semakin penasaran dengan jalan ceritanya. Aneh, tapi nyata. Nama tokoh utama novel yang dibaca Olivia juga adalah Olivia, dan kisah Olivia juga hampir sama seperti kisahnya. Sampai-sampai Olivia merasa, jika novel itu seakan menceritakan kisah hidupnya.
Suatu waktu, dalam perjalanan pulang usai pergi berbelanja. Saat Olivia sedang menyebrang jalan, tiba-tiba sebuah mobil yang hilang kendali menabraknya. Membuat tubuh Olivia terpental dan jatuh tersungkur ke jalan. Sesaat Olivia masih bisa mendengar suara orang-orang meski samar. Dan tidak lama ia pun hilang kesadaran.
Saat terbangun. Olivia sudah terbaring di ruangan dengan langit-langit yang asing baginya. Olivia mengerutkan dahi, ia mengusap keningnya dan berpikir apa yang terjadi padanya. Ia ingat, jika ia baru mengalami kecelakaan dan langsung bangun dari posisi berbaring.
"Eh ... kenapa tak ada luka? tubuhku baik-baik saja?" gumamnya.
Olivia melihat tangannya, dan merasa aneh. Seperti tangan itu bukan tangan miliknya. Ia meraba seliruh wajah dan mendapati rambut panjang berwarna perak.
"Kenapa rambutku sepanjang ini dan warnanya ... " gumamnya lagi.
Tiba-tiba Olivia turun dari tempat tidur dan mendekati cermin. Ia berdiri di depan cermin dan langsung jatuh duduk saat tahu yang dilihatnya bukanlah tubuhmya.
"Tidak mungkin. Siapa ini? ini bukan aku, tidaaaak!" teriak Olivia histeris.
"Nona Olivia ... " teriak seseorang.
Tiba-tiba pintu dibuka dan seseorang asing masuk menghampiri Olivia. Olivia kaget dan bingung, saat seseorang yang asing baginya tahu namanya.
"Kau tahu namaku?" tanya Olivia pada seseorang itu.
"Apa maksud Anda? tentu saja saya tahu. Saya kan sudah lima tahun melayani Anda." jawab seseorang itu.
"Si-siapa aku? i-ini di-di mana?" gumam Olivia.
"Sepertinya Anda masih terkejut, ya. Anda adalah Olivia, Olivia Hubbert. Dan ini dan adalah kamar Anda, Nona. Apakah Anda juga lupa pada saya?" tanya seseorang itu usai menjelaskan.
Olivia terdiam dan berpikir. Nama 'Olivia Hubbert' seperti tak asing baginya. Mata Olivia melebar, kini ia menyadiri, jika tubuhnya adalah tubuh Olivia Hubbert, si pemeran utama dalam Novel berjudul 'Putri Yang Diabaikan'. Dan seseorang asing di sampingnya, pastilah pelayan setia Olivia, bernama Emma.
"Emma ... " panggil Olivia menatap Emma.
Emma tersenyum, "Ya, Nona. Saya Emma. Ternyata Anda mengingat saya," kata Emma.
"Emma, kenapa aku pingsan? apa sesuatu terjadi?" tanya Olivia.
"I-itu ... Anda terjatuh di akademi. Ada yang bilangg Anda menceburkan diri sendiri ke kolam. Ada yang bilang Anda didorong. Tuan Duke masih menyelidiki," kata Emma.
"Jatuh di akademi? kalau begitu ... ceritanya sudah masuk pertengahan, ya? Memang diceritakan Olivia sering diganggu, karena diabaikan keluarga, dia jadi disepelekan. Kalau aku merasuki tubuh Olivia, berarti dia sebenarnya sudah meninggal, kan?" batin Olivia berpikir.
"Nona, sebaiknya Anda bangun dan berbaring dulu." kata Emma.
Emma membantu Olivia bangun dan memapahnya kembali ke tempat tidur. Emma membaringkan Olivia dan menyelimuti Olivia.
"Anda pasti lapar. Saya akan ke dapur mengambil makanan," kata Emma yang langsung pergi.
Olivia memandang langit-langit kamar. Ia memikirkan isi dalam novel, diingatannya penulis novel menggambarkan isi kamar Olivia seperti apa. Dan semua sesuai dengan apa yang dilihat Olivia saat ini.
Olvia menggelengkan kepala, "Bisa-bisanya aku masuk dalam novel ini. Padahal aku membacanya karena penasaran dan kasihan. Seolah dia adalah aku, dan cerita dalam novel adalah kisahku. Karena nama kita juga sama-sama Olivia. Hahhh ... (menghela napas) kalau seperti ini, apa bedanya dengan hidupku yang asli?" batin Olivia.
Olivia tiba-tiba bangun dari posisinya berbaring, "Tentu ada bedanya. Kalau aku yang asli hidup dalam kesederhanaan, kalau Olivia dalam novel kan putri seorang Duke yang kaya raya. Bahkan kekayaann keluarganya setara sebuah kerajaan. Hm ... karen dia tidak ada, dan aku menggantikannya, aku boleh lakukan apa yang aku sukai, kan? Aku akan manfaatkan kenyamanan dan posisi putru Duke ini. Hohoho ... " batin Olivia tersenyum.
Oliva kembali berbaring. Ia mulai memikirkan rencana-rencana yang akan ia lakukan. Ia juga mengingat kembali alur cerita asli novel, kejadian apa saja yang akan terjadi setelah hari ini.
Tidak beberapa lama Emma masuk dengan membawa nampan berisikan sup dan roti untuk Olivia. Emma meletakkan nampan di meja, membantu Olivia bangun dan menyiapkan segala sesuatunya agar Olivia bisa makan dengan nyaman.
"Sesuai dengan isi novel, Emma adalah pelayan setia Olivia yang baik dan cekatan. Dia juga cepat tanggap. Mumpung begini, aku tanya-tanya saja padanya tentang keadaan di kastel ini." batin Olivia.
"Emma ... " panggil Olivia.
"Ya, Nona. Apa supnya tidak enak?" tanya Emma.
"Bukan, bukan itu. Supnya enak. Aku mau tanya sesuatu," jawab Olivia.
"Bisa-bisanya Emma dengan santai bertanya, apa supnya tidak enak? Bahkan ini sangat enak. Aku yang selalu kelaparan karena mengirit makan, sangat bahagia diberikan makanan mewah seperti ini." batin Olivia.
"Ada apa, Nona?" tanya Emma.
"Di mana, Vic ... eh, Tuan Duke? Ma-maksudku Ayah," tanya Olivia.
"Aduh, hampir saja aku menyebut nama Duke Hubbert. Emma bisa salah paham kalau aku berprilaku aneh, seperti bukan Olivia yang adalah Nona majikannya." batin Olivia.
"Tuan Duke sedang keperbatasan dengan Tuan Duke Muda," jawab Emma.
"Duke Muda? berarti Kakak laki-laki pertama Olivia, Octavius Hubbert. Dan kalau ke perbatasan, apa mereka sedang melakukan pembasmian monster?" batin Olivia.
Diceritakan keluarga Duke Hubbert adalah adalah satu-satunya keluarga Duke yang memiliki kekayaan berlimpah karena memiliki tambang batu sihir dan tambang emas. Selain itu, keuarga Hubbert terkenal dengan sebutan 'Keluarga Pedang Emas' karena merupakan ahli pedang secara turun temurun. Victor Hubbert, adalah kepala keluarga, memiliki tiga anak yakni, Octavius, Owen, dan Olivia. Istrinya sudah lama meninggal karena terserang wabah. Sepeningglan istrinya, Victor pun menjadi jarang terlihat di kediaman. Ia lebih sering menghabiskan waktu di medang perang atau sibuk membasmi monster, begitu juga dengan putra sulung. Sedangkan putra kedua tidak pernah keluar dari menara sihir, dan sibuk dengan penelitian sihir, karena Owen adalah seorang penyihir berbakat. Sedangkan Olivia, adalah putri satu-satunya Duke Hubbert yang lahir dengan tubuh lemah. Dan tidak memiliki bakat apa-apa selai memiliki paras cantik yang membuat iri semua nona seumurannya. Karena sibuk, Ayah dan dua Kakak Olivia pun sangat jarang berada di kastel. Karena itu Olivia terkesan diabaikan keluarganya dan situasi tersebut disalah pahami orang-orang sekitar.
Olivia sedang sarapan. Ia sarapan hanya di temani Emma yang berdiri di sampingnya. Melihat kursi-kursi kosong, membuat Olivia merasa Olivia si pemeran utama Novel sangatlah menyedihkan.
"Olivia, oh Olivia. Nama kita sama, nasib kita pun sama rupanya. Yang berbeda hanyalaj status dan kekayaan. Kau kaya dan aku hidup sangat sederhana di atap bangunan yang sudah tua. Kau punya keluarga akupun demikian, tapi keluarga kita acuh tak acuh pada kita. Aku kepikiran, apa Kakak dan Ayahku akan menangisiku yang meninggal karena tertabrak mobil? dan bagaimana reaksi Ayah, juga dua kakakmu seandainya tahu Olivia Hubbert sudah meninggal dan ada seorang asing dari dunia lain merasuki tubuh putri dan Adik mereka?" batin Olivia bertanya-tanya.
"Nona, lagi-lagi Anda melamun. Apa makananannya tak sesuai selera Anda? saya akan minta juru masak membuat hidanga baru yang sesuai dengan lidah Anda," kata Emma khawatir.
Olivi menatap Emma, "Tidak perlu, aku makan ini saja. Aku hanya memikirkan kursi-kursi kosong di ruangan ini. Memikirkan, apakah akan ada saatnya kursi ini penuh? Dan aku bisa makan dengan keluargaku?" kata Olivia.
Emma terlihat sedih mendengar perkataan Olivia. Sbab Emma tahu seperti apa hari-hari yang dilewati Olivia selama lima tahun terakhir, semenjak ia mulai dipekerjakan sebagai pelayan pribadi Olivia.
"Kasihan sekali, Nona. Padahal keluarga beliau tak kekurangan uang, tapi beliau terlihat sangat kesepian dan mendambakan kasih sayang. Dari yang kudengar, Tuan Duke mulai berubah sejak Nyonya Duchess meninggal. Beliau seperti menggila. Dan saat itu Nona masih bayi. Nona pun diusurs oleh pengsuh, sampai lima tahun lalu pengasuh Nona meninggal karena Nyonya pengasuh memang sudah tua. Dan karena itulah aku masuk ke sini menjadi dayang Nona. Aku melewati hari demi hari selama lima tahu bersama Nona. Beliau sangat pendiam, dan tidak pernah mengeluh. Namun, aku yakin beliau memiliki banyak sekali keluhan dan ingin mengutarakan keluhannya itu. Bagaimana caraku menghibur Nona, ya?" batin Emma.
"Nona ... apa Anda mau pergi jalan-jalan ke pasar? Kebetulan saya ingin membeli beberapa kebutuhan untuk menjahit." tawar Emma.
Olivia menatap Emma, "Menjahit? kau mau menjahit apa?" tanya Olivia.
Emma tersenyum, "Bagaimana ini? aku kan tidak bisa bilang aku mau membuatkan Nona sapu tangan dengan sulaman yang indah. Apa aku berbohong saja, ya." batin Emma.
"Oh, itu titipan salah seorang pelayan. Kalay saya hanya ingin jalan-jalan membeeli roti langganan. Nona juga kalau mau bisa mencicipi roti itu. Rotinya sangat enak dan lembut." kata Emma.
Olivia diam berpikir. Ia memikirkan kehidupan Oivia si tokoh utama novel. Selama ini ia dikenal sebagai sosok pendia dan tidak banyak bicara. Ia lemah, dan hanya bisa menerima saja, jika ada yang menyakitinya. Hal itu mmebuat Olivia si perasuk geram, dan ingin merubah sisi lemah Olivia si tokoh utama.
"Bagaimana bisa tokoh utama novel sangat lemah. Tidak, tidak bisa. Maafkan aku penulis yang terhormat. Karena tokoh utama bernama 'Olivia Hubbert' yang kau buat hanya tinggal cangkang, dan aku yang menjadi perasuk ini sudah merasuki tubuh Olivia si tokoh utama, maka aku juga yang harus menentukan jalan hidup Olivia. Aku akan merubah alur cerita, mungkin juga judul ceritanya. Tidak ada lagi 'Putri Yang Diabaikan' akan kubuat menjadi, 'Putri Yang mengabaikan' akan kuabaikan semua orang-orang yang tidak peduli padaku dan akan kubalas orang-orang yang menginjak-injakku. Ehemmm ... di duniaku, aku memang hidup dengan banyak keterbatasan. Namun, tidak ada satu orang pun yang berani membuat gara-gara denganku karena aku bisa langsung menghajar mereka. Begini-begini aku pemegang sabuk hitam Taekwondo. Yang berani padaku pasti akan langsung masuk rumah sakit. Hmm ... kalau mau mengubah situasi. Bukankah aku harus melihat kemampuan tubuh Olivia si tokoh utama novel ini? dengan tubuh seperti ini, memukul lalat saja dia pasti kesakitan. Bagaimana ini? apa yang harus aku lalukan untuk bisa menjadi kuat sesegera mungkin?" batin Olivia.
Olivia terus berpikir. Dan akhirny ia menemukan sebuah solusi. Ia berencana mencari guru atau pelatih yang bisa melatih fisiknya agar kuat. Olivia tidak akan bisa belajar bela diri atau apapun dengan tubuh Olivia yang lemah. Meski Olivia tahu dasar-dasar bela diri dan bisa langsung mempraktekkan jika ingin, tapi itu hanya akan menyakiti tubuh Olivia yang ia rasuki.
"Emma ... apa di pasar ada pelatih olah raga?" tanya Olivia.
"Apa? pelatih o-olah ra-ga? apa maksud Anda orang yang bisa melatih fisik dengan gerakan-gerakan tubuh mereka? seperti pelatihan pedang?" tanya Emma.
"Ya, kira-kira seperti itu." jawab Olivia.
Emma memutar bola mata, "Hm, entahlah. Namun, saya akan coba tanyakan pada teman saya yang merupakan penjual buah di pasar. Dia pasti bisa menemukan seseorang yang seperti itu." jawab Emma.
"Baiklah, aku akan ikut Emma ke pasar. Kapan? apa bisa setelah sarapan pergi?" tanya Olivia.
Emma menganggukkan kepala, "Ya, Nona. Tentu saja bisa." jawab Emma.
Emma senang meliha Nona majikanya tampak sangat bersemangat. Emma berpikir, untuk apa Olivia ingin mencar pelatih? untuk melatih siapa? Meski begitu pikiran itu langsung sirna, ia tidak peduli apa yang akan dilakukan Nonanya pada pelatih itu. Yang ia pedulikan adalah senyum bahagia Nonanya.
***
Pada akhirnya Olivia pergi dengan Emma ke pasar. Karena Olivia tidak ingin terlihat mencolok, maka Olivia meminta Emma mendandaninya ssesederhana mungkin. Ia tidak mau ketahuan kalau ia adalah putri Duke Hubbert.
"Emma, kau ingat kan apa yang aku katakan saat masih di jalan tadi?" tanya Olivia.
"Ya, Anda melarang saya memanggil Anda 'Nona' dan meminta saya memanggil dengan sebutan Ivy." jawab Emma.
"Bagus. Awas saja kalau kau salah memanggilku. Aku akan menghukummu," kata Olivia.
Emma mengiakan perkataan Olivia. Ia juga menyakinkan Olivia kalau ia akan mematuhi semua perkataan Olivia tanpa terkecuali. Emma dan Olivia sudah sampai ditempat teman Emma yang merupakan penjual buah. Emma sedang berbincang dengan temannya, dan Olivia menunggu sambil melihat-lihat sekeliling pasar.
Tiba-tiba Olivia ditabrak oleh seseorang tak dikenal. Olivia kaget, saat tahu orang yang menabraknya terluka, perut orang itu berdarah.
"Ma-maafkan saya, Nona." kata seseorang itu.
"Tidak apa-apa. Apa Anda baik-baik saja? Anda terluka," kata Olivia khawatir.
"Bagaimana bisa orang ini berkeliaran dengan luka seperti itu? dia mau ke mana, dan dari mana? apa dia pencuri? dilihat dari penampilannya dia bukan pencuri. Apa dia seorang pengembara? Olivia, ayolah. Bukan waktunya memikirkan siapa dia. Ayo bantu dia saja," Batin Olivia.
"Uhhkk ... " guman orang itu memegang perutnya, dan tiba-tiba orang itu pingsan di hadapan Olivia.
Olivia pun langsung memanggil Emma untuk membantunya. Ia meminta Emma dan teman Emma msngangkat orang itu. Olivia berlari pergi membeli obat dan keperluan lain. Dan tidak lama kembali. Pria itu dibaringkan di atas tempat tidur teman Emma. Olivia lantas mengobati luka seseorang itu.
Olivia memandang pria muda tampan di hadapannya. Olivia memeriksa kembali keadaan seseorang itu sebelum ia dan Emma pergi. Olivia berpesan pada teman Emma, untuk menyedikan makan dan minum, agar seseorang itu bisa minum obat. Tentu saja Olivia memberikan uang yang cukup banyak pada teman Emma sebagai bayaran atas bantuannya.
"Ayo, Emma ... " ajak Olivia.
"Oh, iya. Ayo. Aku pergi dulu, kau jangan lupa pesan temanku, Ivy. Kau paham?" kata Emma pada temannya.
"Ya, ya, aku paham." jawab teman Emma.
Dalam perjalanan menemui pelatih, Olivia memikirkan pria muda yang ditolongnya. Ia merasa kalau pria muda itu bukanlah orang biasa-biasa, mengingat paras tampan yang dimilikinya.
"Rakyat jelata tak mungkin mengenakan pakaian bagus seepeti itu meski itu hanya kemeja dan celana panjang polos. Dia jelas-jelas adalah seorang Tuan Muda bangsawan. Melihat wajahnya yang tampan, aku jadi teringat tokoh utama pria yang mengulurkan tangan pada saat Olivia menangis di taman akademi. Dan itu adalah Arron Luis Griffen, putra mahkota kekaisaran Griffen. Sayang sekali, Arron adalah pria sialan tak lebih dari sekadar kotoran. Dia mempermainkan perasaan Olivia, membuat Olivia patah hati dam hampir bunuh diri. Aku harus menghindari betemu pria sampah itu. Apa gunnya wajah tampan kalau kelakuannya seperti binatang. Cih! membuatku kesal saja." batin Olivia.
***
Setelah cukup lama mencari-cari tempat yang diberitahukan. Emma dan Olivia akhirnya menemukan rumah seorang penebang pohon bernama Anthony. Emma dan Anthony disambut oleh seorang pria muda yang menghampiri mereka.
"Anda berdua datang ingin membeli kayu bakar?" tanya pemuda itu.
"Bukan, Tuan. Saya ingin menemui Tuan Anthony. Apakah beliau ada di rumah?" tanya Olivia.
"Siapa pemuda ini? dia cukup tampan. Iv, apa yang kau pikirkan? aduh, kenapa hari ini aku bertemu pria-pria tampan, ya? tadi pria tampan yang terluka. Sekarang pria tampan yang entah siapa." batin Olivia.
"Ayah sedang keluar. Apa Anda mau menunggu di dalam?" tanya pemuda itu.
"Oh, ya. Maaf, merepotkan." kata Olivia masuk ke halaman rumah bersam Emma.
Pemuda itupun mempersilakan dua tamunya masuk ke dalam rumah. Ia lantas pergi dan tidak lama kembali dengan membawa teh dan kudapan.
"Maaf, kami hanya punya ini." kata pemuda itu.
"Tidak apa-apa. Segini juga sudah cukup," kata Olivia.
Olivia melihat sekeliling, "Maaf, Tuan. Kapan Tuan Anthony datang? apa beliau sudah lama pergi?" tanya Olivia.
"Ayah sudah pergi sejak tadi ke pasar. Tidak lama juga pasti pulang. Nona-nona ada keperluan apa mencari Ayah saya?" tanya pemuda itu.
Baru saja Olivia ingin menjawab, seseorang datang dengan membawa sebungkus besar bahan makanan. Melihat Ayahnya kembali, pemuda itupun langsung memberitahukan kedatangan Olivia dan Emma. Seseorang itu masuk menemui Olivia dan Emma. Dan mereka saling memperkenalkan diri.
Olivia memperkenalkan diri sebagai Ivy, tanpa nama keluarga. Ia menyembunyikan identitas aslinya yeng merupakan seorag putri Duke. Seseorang itu memperkenalkan diri sebagai Anthony Willow, dan i juga memperkalkan putranya bersama Issac Willow.
Olivia mengerutkan dahi, "Issac Willow? tu-tunggu ... dia bukan Issac yang gagal membunuh Olivia itu kan? wuaahhh bagaimana bisa aku mendatangi pencabut nyawa? pantas saja perasaanku tidak enak karena bertemu pria tampan.
Diceritakan di novel asli. Issac adalah seorang pembunuh bayaran. Issac disewa oleh putri Marquis, bernama Beatrix. Wanita itu cemburu pada Olivia yang dekat dengan Arron. Padahal Arron terpaksa mendekati Olivia, karena dia kalah bertaruh.
"Uhh ... aku bisa gila!" batin Olivia.
"Nona Ivy, Anda baik-baik saja?" tanya Anthony.
"Ya, Tuan. Sa-saya baik-baik saja. Maaf, saya sejenak memikirkan hal lain," kata Olivia.
"Apa Ada yang Anda perlukan, Nona?" tanya Anthony.
"Bagaimana ini? apa yang harus aku katakan? Aku tidak mungkin tiba-tiba bilang tidak jadi dan pergi, kan? Aku masih kepikiran pada Isaac yang menargetkan Olivia, tapi hal itu tidak akan terjadi kalau aku tidak dekat-dekat dengan Arron dan tidak memancing kecemburuan Beatrix. Ya, selama aku menghindari hal-hal yang tak perlu, aku akan baik-baik saja. Lagipula dalam novel diceritakan pertemuan Olivia dan Arroh masih lama. Ah, masa bodoh lah dengan apa yang terjadi nantinya. Asal aku bis memlatih fisikku, aku akan bisa melindungi diri sendiri. Sebelum Issac membunuhku, aku lebih baik menjadikannya teman, kan? Lagipula aku juga akan menjadi murid dari Ayahnya." batin Olivia.
"Apa Anda menerima seorang murid? saya dengar Anda memiliki kemampuan melatih yang handal, karena dulunya bekerja sebagai pelatih prajurit di istana." kata Olivia.
"Apa Anda ingin merekomendasikan seseorang? siapa?" tanya Anthony.
"Itu ... saya sendiri," jawab Olivia.
Anthony yang sedang minum langsung tersedak. Jawaban Olivia langsung mengejutkan Anthony, Issac dan Emma.
"Apa Anda sedang bercanda dengan saya, Nona? tubuh Anda sangat kurus. Saya bahkan khawatir Anda langsung terbang tertiup angin." kata Anthony.
Olivia menatap Anthony, "Apakah anda harus merendahkan orang lain tanpa menilai kemapuannya dulu? Anda seseorang yang berpikiran sempit, ya?" kata Olivia.
Anthony kaget mendengar perkataan Olivia yang terdengar serius. Wajah Olivia pun dilihatnya tampak kesal. Anthony lantas berdehem untuk meredam suasa canggung. Anthony bertanya apa alasan khusus Olivia ingin berlatih? Dan Oliva menjawab, jika ia ingin bisa menjadi kuat untuk bisa melindungi diri sendiri. Olivia jujur mengakui, kalau tubuhnya memanglah lemah sejak lahir, tapi bukan berarti dia tidak bisa apa-apa.
"Karena itu, tolong terima saya menjadi murid dan latihlah saya. Saya akan membayar biaya pelatihan berapapun yang Anda minta." kata Olivia.
Anthony terdiam. Ia memikirkan apa yang harus dilakukannya pada Olivia yang terlihat sangat lemah. Pelatihan seperti apa yang harus ia ajarkan?
"Apa dia mampu menjalani pelatihan dibawah kendaliku? Aku suka tekad dan kegigihannya. Juga pemikirannya untuk bisa menjadi kuat meski memiliki tubuh yang lemah." batin Anthony.
Setelah cukup lama berpikir, Anthony akhirnya memberikan keputusannya. Ia akan menerima Olivia sebagai murid dengan dua syarat. Pertama Olivia tidak boleh mengeluh dan mempelajari apapun yang diajarkan. Mau itu hal sederhana, ataupun hal tersulit sekalipun. Kedua, Olivia harus memberikan upah tepat waktu.
"Apa hanya itu?" tanya Olivia.
"Ya? iya hanya itu. Saya sering dibohongi kalangan bagsawan. Merek ingin anak mereka terlatih, tapi setelah dilatih mereka tak mau membayar." kata Anthony.
Olivia tersenyum, "Saya tidak akan melakukan hal seperti itu. Karena saya akan membayar di muka. Apa segini cukup untuk menyakinkan Anda? " tanya Olivia memberikan sekatong koin emas.
Anthony kaget, karena ia menerima banyak koin emas dari Olivia. Bahkan jumlahnya pun melebihi jumlah yang bisa ia dapatkan selama lima tahun menjual kayu bakar.
"Saya akan berikan lagi, jika Anda merasa ini belum cukup menunjukkan kesungguhan saya." kata Olivia serius.
Anthony melebarkan mata, "Tidak, Nona. Se-gini sudah cukup. Ini bahkan lebih besar dari penghasilan saya selama lima tahun menjual kayu bakar. Namun, apakah tidak masalah bagi Anda memberikan koin emas sebanyak ini pada saya?" kata Anthony ragu-ragu.
Olivia tersenyum, "Inilah ketulusan saya. Saya hanya berharap Anda melatih saya dengan serius. Karena saya juga akan bersungguh-sungguh belajar." kata Olivia.
Pada akhirnya Olivia dan Anthony mencapai kesepakatan. Pelatihan akan dilakukan setiap hari selama tiga jam, mulai esok hari. Olivia mengatakan, kalau waktu kedatangannya tidaklah pasti. Bisa pagi, siang bahkan sore. Dan Anthony menjawab, kalau hal itu bukan masalah besar. Asalkan setiap harinya Olivia datang untuk berlatih selama tiga jam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!