NovelToon NovelToon

ZAHRANA

MENJENGKELKAN

"Ma! Zahra berangkat dulu ya..." Zahra berpamitan pada mamanya.Dia harus pergi interview pagi ini.

Zahra sudah bersiap membawa tas berisi CV lamaran pekerjaannya yang sudah di persiapkan sebelumnya.Suasana pagi yang cerah membangkitkan semangat empat limanya.

"Sarapan dulu Nak, " ajak Bu Nita sembari siapkan makanan di meja untuk Zahra.Bu Nita sudah memasak sedari pagi tadi.

"Nggak bisa, hari ini harus Interview, ntar telat lagi " tolak Zahra, gegas dia keluar rumah kemudian, berlari kencang di tengah keramaian kota.

Seperti biasa, jalan raya perkotaan sangat ramai kendaraan pada pagi hari.Banyak pekerja yang berangkat menuju tempat kerjanya.

'Bruuugh!' Zahra bertabrakan dengan pria berbadan tegap dan juga tinggi semampai hingga jatuh tersungkur ke aspal jalan, pria muda tampan itu menoleh Zahra dengan tatapan nanar.

"Maaf " ucap pria itu datar.Lalu, melanjutkan langkahnya berlalu abaikan Zahra. pria muda itu mendapat telvon dari Sekertarisnya.

"Hey, jangan main pergi aja!" teriak Zahra mendengus kesal pada pria itu.Karna, begitu saja pergi tanpa menolongnya terlebih dahulu.

Zahra melepas sepatunya.Lalu kemudian, melempar ke arah pria itu berjalan.Sepatu itu jatuh mendarat tepat di punggung sang pria.

Siapa yang tak marah jika di lempar sepatu, terutama pria muda itu.Dia berinisiatif mengambil sepatu Zahra. Gegas dia mengembalikannya kepada wanita yang sudah melemparnya tadi.

"Kamu lempar saya pake sepatu ini? " sang pria menatap Zahra dengan tatapan tajam penuh kemarahan.

"Iya, emang kenapa? makanya, anda itu jalan pakai mata, jangan pakai dengkul! " Zahra menjawab pertanyaan pria itu dengan sangat ketus.

"Jalan ya pakai kaki lah, mana ada jalan pakai mata,yang ada nanti kelilipan.Nih sepatunya kamu! berapa bulan gak di cuci? bau banget!" sang pria melempar sepatu itu ke arah Zahra.

Pria itu berbalik arah.Lalu, bergegas melanjutkan langkahnya.

Zahra mengepalkan kedua tangannya. "Awas ya! Kalo ketemu lagi.... " Zahra mengumpat dalam hati.Masih saja sebal kepada pria itu.

"Waduh! aku interview lagi!" ujar Zahra.Dia bergegas lari kelabakan menuju kantor tempat dia interview.

Tak peduli make up yang sudah yang luntur karena keringat, kakinya terus saja berlari menuju kantor tempat interview

\=\=\=\=\=oooOooo\=\=\=\=

"Maaf, Mbak siapa?. " Seorang satpam yang berada di depan kantor menanyakan maksud dan Zahra datang ke kantor ini.

"Saya Zahra pak, saya mau interview disini." Zahra menjawab sambil mengatur deru nafasnya. Dia terengah-engah sehabis lari dari rumah.Di tambah lagi, bertemu dengan pria asing yang menjengkelkan itu.Membuat mood Zahra menjadi rusak.

"Oh, silahkan masuk! " satpam itu persilahkan Zahra masuk ke kantor.Dia berlalu duduk kembali di posnya sambil menyesap secangkir kopinya.

"Maaf mas, Ruang interview itu, ada dimana ya? " Zahra mengajak bicara seorang pria yang usianya sepertinya sepantaran dengan dirinya.Zahra masih belum tau satu persatu ruangan di kantor itu.

Pria yang di ajaknya bicara itu menoleh. Dia sempat terkejut melihat gadis cantik didepan matanya. "Oh, mbak mau interview, mari saya antar kebetulan saya Sekertaris disini..." Dia lemah lembut sekali ke Zahra.

Sekertaris itu mengantar Zahra menuju lift.Kemudian, menekan angka tiga pada tombol.Lift berjalan ke lantai tiga, tepat di ruangan bosnya.

Zahra tertegun melihat pintu bertuliskan nama Devan Arprana.Sepertinya, bos pemilik perusahaan itu bernama pak Devan.

Ya, Devan Arprana adalah putra pemilik perusahaan itu.Dia sedang menggantikan papanya mengurus perusahaan.Devan terkenal pria dingin, dia begitu perfeksionis dan galak jika ada hubungannya dengan pekerjaan.

. Di ketuknya pintu oleh sekertaris. "Masuk! " Suara maskulin yang khas terdengar dari dalam ruangan.Zahra masih sangat gugup mendengar suara itu, terdengar lantang dan berat.

"Ayo masuk" ajak sekertaris itu memutar gagang pintu.Dengan perlahan, Zahra ikuti langkah Sekertaris itu masuk ke dalam ruangan.Tampak seseorang pria sedang duduk membelakangi mereka berdua.

"Maaf mengganggu, ini pelamar kerja yang akan interview pak " sang sekertaris menyapa bosnya yang sedang membelakangi mereka berdua.Dia hafal kebiasaan bosnya itu.Setiap bermain ponsel, pasti selalu membelakangi meja.

Seseorang yang duduk di kursi itu memutar kursi kerjanya. "Baiklah, boleh saya minta CV lamarannya? ." Pria yang sedari tadi membelakangi meja itu menoleh ke arah mereka berdua.

Kedua bola mata Zahra membulat sempurna. Bos pemilik perusahaan itu, ternyata seorang pria yang di lemparinya sepatu di jalan tadi. Zahra tidak kuat lagi menahan malu yang luar biasa.

Zahra memberikan CV lamarannya pada Sekertaris.Lalu, sang sekertaris serahkan kepada bosnya. Rupanya dia tau, kalau Zahra wanita yang melemparinya sepatu tadi pagi. Dia sengaja tidak menolehnya agar Zahra tidak merasa malu melihatnya disini.

Pria itu memeriksa CV lamaran pekerjaan Zahra.Desekali, dia curi pandang ke arah Zahra. "Silahkan duduk!" Pria itu menyuruh Zahra untuk duduk di kursi tanpa menoleh ke arahnya.Zahra hanya bisa menurut.Pria itu tampak berwibawa sekali ketika di kantor.

Gayanya yang begitu cool sungguh membuat Zahra terkesima sekali

"Silahkan perkenalkan diri kamu.Ingat! saya disini bos kamu! Jadi tolong, jaga attitude kamu disini...." Dengan angkuh, pria itu meminta Zahra memperkenalkan indetitas dirinya.

"Tahan Zahra, kamu butuh pekerjaan ini"Zahra membatin.Dia mencoba kendalikan emosinya agar tidak kembali memuncak lagi. "Nama saya Zahrana Nur Aunita lulusan S1 fakultas ekonomi dari Universitas Nusa Bakti...." Zahra memperkenalkan diri dengan lancar.

"Di lihat dari CV yang kamu kirim, memenuhi kualifikasi untuk bekerja disini... tapi saya gak tau harus terima kamu apa nggak,gara-gara tadi kamu lempar saya pake sepatu! " Pria itu mencoba mengingatkan kesalahan Zahra.Dia juga berniat untuk membuat wanita yang ada depannya ini mengakui kesalahannya.

"Maaf , saya tadi tidak sengaja..." Zahra terpaksa meminta maaf, agar Devan hatinya Luluh dan menerimanya bekerja disana.

"Yang ikhlas dong!" ujar Devan.Dia begitu senang mengerjai Zahra.Dirinya tahu, jika Zahra terpaksa meminta maaf padanya.

Devan akan memancing sedikit kesabaran Zahra sebagai pembalasannya pada Zahra. karna, sudah melemparnya dengan sepatu di jalan tadi.

"Maaf pak tadi saya gak sengaja melempar sepatu ke punggung bapak"Zahra mengucap maaf lagi. Emosinya sudah terpancing oleh Devan.Beruntung masih bisa bersabar.Kalau saja tidak bersabar, ia sudah pasti baku hantam dengan Devan.

"Turunin nada suaranya! "Devan meminta Zahra mengulang lagi perkataanya dengan nda lebih lembut lagi.

Tak apalah, bermain-main dengan emosi Zahra.Devan begitu gemas melihat wajah cantik Zahra ketika sedang marah dan mukanya memerah.

"Maaf bapak Devan Arprana yang terhormat, saya Zahra, meminta maaf, karna saya telah mlempar sepatu ke bapak.." kali ini Zahra mengucap maaf dengan lembut dan perlahan.

"Nah gitu dong! kan sopan gitu dengernya saya...kamu saya terima disini sebagai Asisten pribadi saya, besok sudah boleh bekerja." Devan sudah puas memancing emosi Zahra.

"Terima kasih Pak...." Zahra berjabat tangan dengan pria itu.Lalu kemudian, dia bergegas keluar dari ruangan Devan.Jika berlama-lama disitu, ia takut emosinya semakin memuncak.

"Oh ya, jangan lupa cuci sepatumu! Asisten saya harus rapi dan bersih...." Devan menyindir sepatu Zahra yang sudah sangat kotor itu.

"Baik...saya permisi dulu, "pamit Zahra.Dia berlalu keluar dari ruangan Devan.Dirinya menghela nafas lega. Untung saja, tidak sampai baku hantam dengan pria itu.

Zahra masih bisa mengendalikan emosinya.Walau sempat meletup-letup, hampir meledak bagaikan bom.

\=\=\=ooooOoooo\=\=\=\=

"Eh, pulang-pulang cemberut, gimana? Kamu di terima? " Bu Nitabegitu penasaran dengan hasil interview putrinya itu.Bu Nita mengernyit, putrinya itu pulang dengan wajah cemberut.

"Di terima sih Ma," tampak raut muka kesal di wajah cantik Zahra.Dia masih saja di buat kesal mengingat perlakuan bosnya di kantor itu.Belum bekerja saja sudah di buat kesal, apalagi sudah bekerja... mungkin sudah di buat gila.

Zahra melewati mamanya. Kemudian, segera bergegas ke kamar. "Ngeselin banget sih! " Zahra ngedumel sendiri sambil melihat kaca.

Jika cermin itu adalah pria yang menjengkelkan tadi, mungkin sudah dia pecahkan hingga berkeping-keping.Saking terlalu kesalnya.

Setelah berganti baju, Zahra mencuci sepatu. "Kalo bukan gara-gara pria itu, tidak mungkin aku mau cuci sepatu! " Zahra terus menggerutu.

Dia mencuci sambil ngamuk dan ngedumel sendiri seperti orang gila. Bahkan tak jarang, hewan sekebun binatang ikutan di sebut Zahra.

"Zahra,tumben kamu cuci sepatu siang gini?. " Bu Nita merasa aneh dengan Zahra. Biasanya, Zahra paling malas di suruh untuk mencuci sepatu Kini, entah angin ada angin apa Zahra mencuci sepatunya di siang hari.

"Ini semua karna si bos galak sedingin kulkas tujuh pintu itu Ma!" Zahra mengerucutkan bibirnya yang mungil itu. Bu Nita tertawa, berani sekali Zahra mengatai bosnya seperti kulkas tujuh pintu, nekad sekali.Bu Nita gelengkan kepalanya.

Zahra yang semula kalem, bisa menjadi bagai monster ketika marah dan kesal.Benar-benar kesabarannya setipis rambut!

"Perfeksionis banget bos kamu ya Ra..." Bu Nita menimpali.

Sebenarnya, bu Nita sangat dukung perintah Devan.Karna, hanya dengan cara ini membuat Zahra rajin mencuci sepatunya.

" Iya.... perfeksionis tuh orang, sepatuku di cek kurang kerjaan banget... Benar kata orang, jika seorang bos di perusahaan itu dingin dan galak...." Zahra tak hentinya menggerutu, curhat pada mamanya tentang sikap Devan padanya yang begitu menyebalkan.

"Ya udah, kamu lanjutin nyucinya...Mama mau masak dulu..... " Bu Nita berpamitan pada Zahra.Kemudian, segera bergegas masak di dapur menyiapkan makan siang.

Hukuman

"Zahraa! bangun ! ini udah jam 8 ! Kamu gak kerja!" Teriak Bu Nita mengetuk pintu kamar Zahra, Bu Nita hanya menggelengkan kepala, putrinya itu selalu saja bangun kesiangan.

Ia kaget dan melompat dari tempat tidur. "Astaga! " Teriak Zahra melirik jam dinding sudah mengarah pukul 8 pagi, "Aduh! telat nih! "racau Zahra, ia lupa jika hari ini sudah mulai berkerja.Kalau ingat, tak mungkin bangun sesiang ini, ia turun perlahan dari tempat tidur.

Zahra bergegas mengambil handuk. Lalu, dia berlari ke kamar mandi.Biasanya Zahra mandi super duper lama,kali ini mandi mode cepat sekali.Ia takut kembali di omelin bos galak itu

Zahra kelabakan kesana kemari cari sepatu di balkon.Tapi tidak ada, ia mondar-mandir, bolak balik mencari, tidak juga menemukan

Bu Nita tergelitik hatinya untuk bertanya, ia merasa kasihan Zahra bingung sendiri. "Cari apa kamu Ra? " Tanya Bu Nita, siapa tau bisa membantu Zahra dalam mencari barangnya,

"Itu Ma, anu..., " jawab Zahra gelagapan, ia panik dan tak tau harus menjawab apa pada mamanya.Tapi jika tidak memberi tahu, pasti mamanya akan marah padanya, ia melirik jam dinding sudah hampir mengarah ke angka 9

"Anu apa? " Tanya Bu Nita lagi ikut bingung dengan jawaban Zahra yang tak jelas dan terpotong-potong itu saking terlalu paniknya.

" Sepatu Zahra Ma. Yang Zahra jemur di atas balkon " jawab Zahra, ia akhirnya mengakui juga pada mamanya, Zahra berharap semoga mamanya tidak marah karna Zahra hilangkan sepi yang baru di belikan mamanya kemarin sore

"Oh itu, ada di rak sepatu, " kata Bu Nita menunjuk ke arah rak sepatu, dirinya baru ingat kalau mengangkat sepatu itu tanpa sepengetahuan Zahra, karna Zahra tertidur

Zahra balik ke kamarnya mengambil tas dan segera berangkat.Tak lupa,ia ambil sepatunya di rak sepatu, ia pergi tanpa pamitan kepada mamanya.Ia langsung berlari menuju kantor

Zahra harus masuk kantor sebelum Devan datang. Sebuah KTP jatuh dari tas Zahra ketika ia berlari ke ruangannya terlebih dulu, takut ketahuan Devan kalau dirinya terlambat.

Ruangan Zahra bersebelahan dengan Ruang kerja Devan.Apesnya, Zahra terciduk " Kamu baru datang? " tanya Devan, ia melihat Zahra terengah-engah mengatur nafasnya. Devan menduga Zahra terlambat datang ke kantor.

Zahra menoleh ke belakang. " Eh pak Devan, selamat pagi Pak " sapa Zahra nyengir kuda. Ia tak menyangka insting Devan sangatlah tajam bagai silet, tau saja kalau dirinya telat.

Devan mengangkat tangan kirinya, mengecek arloji di tangannya" Zahra, kamu terlambat 30 menit. Sebagai hukumannya, hari ini kamu lembur di kantor, " ujar Devan, ia bisa jadikan ini alasan agar bisa berduaan dengan Zahra, entah kenapa Devan bisa sebegitu tertarik pada Zahra.

"Apa! saya kan baru pertama kerja ,kok udah di suruh lembur " protes zahra pada Devan, pria itu sangat begitu menyebalkan baginya, masak terlambat 30 menit saja suruh lembur. Tidak adil!

"Siapa suruh telat! besok kalau kamu sampai telat lagi, saya suruh kamu nginap di kantor! " tegas Devan. Ia mengomeli Zahra karena wanita itu berani membantah perintahnya.

"Ngapain lagi! sana masuk! " Titah Devan, ia begitu kesal melihat Zahra mencebikkan bibir.Baginya, itu merupakan sesuatu yang di anggap melawan.Devan tidak menyukai itu.

"Iya pak," kata Zahra, ia masuk ke ruangan kerjanya, ia takut kalau Devan mengamuk apalagi sampai memecatnya.Baru kali ini, bosnya yang galak dan dingin itu sukses membuat nyali Zahra mendadak ciut.

"Apa-apaan! masak baru pertama kerja, udah di suruh lembu"omel Zahra, ia bisanya hanya ngedumel sendiri di ruangan sebagai rasa pelampiasan gejolak amarahnya pada Devan.

Devan yang mendengar Zahra ngedumel di ruangannya, tersenyum miring.Ia membuka pintu secara tiba-tiba.Agar Zahra kaget "Masih juga ngomel kamu! " bentak Devan, secara tiba-tiba membuka pintu ruangan.

Zahra Kaget saat Devan masuk ruangannya dan mendengar semua . "Enggak kok pak, ini saya mau bekerja " ujar Zahra sangat gugup, jantungnya hampir serasa mau copot dari badannya, Devan memang suka membuat orang mendadak jadi jantungan.

Devan keluar dari ruangan Zahra. "Untung, pak Devan gak jadi marah " gumam Zahra bernafas lega. Zahra pun mulai melakukan pekerjaannya, ia takut bos misterius itu kembali masuk secara tiba-tiba seperti tadi.

"Mbak Zahra, pak Devan manggil mbak ke ruangannya, " panggil Gino sekertaris Devan, ia sudah lama bekerja di kantor ini, Gino jadi orang kepercayaan Devan setelah Marvin, Asisten pribadi Devan yang lama telah resign.

"Ada apa ya? apa saya berbuat salah? " tanya Zahra. Ia begitu penasaran kenapa Devan memanggilnya, padahal dirinya sama sekali tidak berbuat salah atau apapun pada Devan.

"Saya kurang tau Mbak, lebih baik Mbak tanya saja ke pak Devan " jawab Gino, ia juga tidak tahu alasan Devan memanggil Zahra ke ruang kerjanya, Devan tidak memberitahu apa-apa ke dirinya.

"Baiklah kalau gitu.Oh ya, panggil saya Zahra aja.Jangan panggil saya Mbak," kata Zahra, ia sungkan di panggil mbak oleh Gino, Zahra tau dia dan Gino seumuran, hanya selisih satu bulan. Gino membalasnya dengan senyuman

.

Zahra bergegas menuju ke ruangan Devan, ia mengetuk pintu. "Masuk! " Teriak Devan dari Dalam. Zahra membuka pintu perlahan, dia takut penyakit gila Devan kumat, bisa bahaya nantinya.

"Ada apa pak memanggil saya? " Tanya Zahra, Ia begitu penasaran mengapa Devan panggil dirinya, lututnya gemetar menghadap Devan, dahinya berkeringat, entah kenapa, baru kali ini Zahra merasakan ketakutan yang begitu luar biasa

Devan mengeluarkan KTP, di letakkan di meja kerjanya. "Maaf pak, kalau boleh tau KTPnya siapa itu? " Tanya Zahra penasaran, Zahra bernafas lega karna Devan hanya berikan itu, bukan ingin mengamuk atau mengomelinya. Entahlah! pikirannya terlalu over thinking.

"Milik Zahrana nur Aunita," jawab Devan, Zahra mendelik dan langsung ambil KTP tersebut, ia malu sekaligus takut jika Devan sampai membaca KTP nya.Tapi benda itu sudah di tangan Devan, tak mungkin bila Devan tidak melihatnya. Zahra malu sekali.

"Rupanya, kamu single ya. Dari KTP kamu itu tertulis jika kamu belum menikah " celetuk Devan, ia memang cukup tertarik mencari tahu status Zahra saat mengetahui KTP yang di temukan ya milik Zahra, Devan merasa kagum dan juga tertarik pada gadis cantik itu.

"Ya, emang bapak sendiri sudah menikah? " Tanya Zahra, ia juga ikut penasaran dengan status bosnya yang galak dan dinginnya bak kulkas 7 pintu itu.ia juga penasaran, wanita mana sih yang mampu bersabar menghadapi galak dan super dinginnya pria tampan itu.

"Belum, " jawab Devan singkat. Sebenarnya, dia sudah bertunangan dari tiga tahun lalu.Tapi entah, tunangannya itu keluar negri dan tidak pernah mengabari dirinya lagi.

"Kasihan ya, sudah berumur 35 tahun belum menikah " ledek Zahra.Dugaannya benar, Devan belum menikah.Jangankan menikah, menatap wanita saja tatapannya begitu dingin sekali.

"Kamu meledek saya? " Tanya Devan, ia agak tersinggung dengan perkataan Zahra, Devan memang tidak suka jika ada orang berani meledeknya terlebih lagi seorang wanita.

"Bukan meledek sih pak, saya kasihan saja sama bapak " jawab Zahra, tak berniat untuk menyinggung perasaan bosnya itu.Zahra tau siapapun tak ingin disinggung soal statusnya.

"Sama saja! Cepat kembali ke ruangan kamu! Jangan lupa, siapkan proposal untuk besok! " Pinta Devan, kerjaannya yang begitu numpuk membuatnya tak ada waktu untuk bicara lagi, Devan juga sedang malas berdebat hari ini.

.

Zahra segera keluar dari ruangan bosnya, ia lanjut melangkah masuk ke ruangannya lagi.

"Dasar! mentang-mentang big bos, nyuruh

mendadak! mana harus selesai hari ini lagi! beneran lembur nanti malam " gerutu Zahra

Seharian Zahra berkutat dengan laptopnya hingga jam 5 sore. "Ra, kamu gak pulang?" Tanya gino, ia penasaran Zahra masih saja sibuk dengan pekerjaannya, padahal sudah waktunya jam pulang, begitu rajinnya Zahra.

"Nggak, aku lembur hari ini, " Jawab Zahra, tanpa menoleh ke arah Gino, ia fokus untuk mengerjakan proposal yang membuatnya pusing dan keblinger itu agar cepat selesai

"Kamu bikin masalah lagi ya, sama bos, aku pulang dulu ya! selamat berduaan dengan pak Devan.Makanya, jangan bikin masalah, "pamit Gino, ia mulai berani usilin Zahra, ia berniat untuk mengajak Zahra bercanda, agar tidak terkesan kaku dan menegangkan bagi Zahra.

Zahra terkejut dan mengejar gino."Jadi pak Devan juga lembur malam ini? " Tanya Zahra, dirinya tak menduga Devan juga lembur hari ini di kantor.Dia kira, hanya dia yang lembur hari ini.

"Iya, dia harus mempersiapkan bahan yang di presentasikan untuk meeting besok," jawab Gino. Gino melanjutkan langkahnya keluar ruangan, ia berdecak kagum pada bosnya yang berani membuat nyali dan mental Zahra ciut.

"Astaga, ternyata aku hanya berdua dengan bos kulkas 7 pintu dan perfeksionis itu," Zahra bertanya-tanya dalam hati,ia merasa harinya terlalu sial.Sudah lembur, malah dia sekarang hanya berdua saja dengan bosnya.

Zahra kembali ke ruangan, ia menyerahkan proposalnya dalam bentuk flashdisk kepada Devan."Perbaiki lagi, sesuaikan dengan data," ujar Devan setelah memeriksa proposal itu, Devan menggunakan alasan itu, agar ia lebih lama lagi di kantor dengannya, Devan sangat suka membuat Zahra marah, di mata Devan Zahra terlihat cantik ketika sedang marah.

Zahra keluar dari ruangan Devan dan kembali ke ruangannya. 'Ting', dering ponsel berbunyi dari ponsel zahra. Di rogoh nya tas tersebut untuk mengambil ponsel di dalamnya, ada sebuah pesan masuk di ponselnya, Zahra segera menghidupkan benda pipihnya itu.

[ Zahra, udah malem, kapan kamu pulang? ]

Sebuah pesan singkat dari Mamanya Zahra yang di kirim melalui aplikasi hijau.Sepertinya mamanya khawatir jika Zahra pulang terlalu larut.

[ Zahra ada jadwal lembur mendadak hari ini ma. Ntar kalo selesai Zahra pulang ]

Zahra balas pesan Mamanya.Devan masuk "Ini kopi panas untukmu, cepat di minum keburu dingin " kata Devan sambil letakkan kopi di meja Zahra, ia tahu Zahra sedang pening memikirkan pekerjaan kantor. Makanya, Devan membuatkan kopi untuk Zahra.

Zahra tersenyum, "Makasih, "ucap zahra, ia merasa bingung sekaligus heran melihat sikap bosnya yang suka berubah-ubah. Kadang seperti singa kelaparan, kadang seperti malaikat dan kadang sedingin es, yang dinginnya melebihi kulkas 7 pintu.

Devan segera keluar ruangan Zahra." Zahra menyesap kopi itu,"Wek! pahit banget! " Keluh Zahra, ia sedikit jengkel, Devan sengaja beri kopi pahit untuknya, . Zahra mendelik melihat tulisan dalam gelas kopi itu.

KOPI ITU PAHIT. YANG MANIS ITU ADALAH SENYUMANMU, NIKMATILAH KOPI ITU DENGAN SENYUMAN MANIS, KAMU AKAN MERASAKAN NIKMATNYA KOPI ITU TANPA PEDULIKAN PAHITNYA

"Aneh! Yang manis itu gula. " Gerutu Zahra, ia merasa ditipu oleh bosnya itu.Setelah selesai memperbaiki proposalnya. Zahra serahkan lagi proposal yang di buatnya kepada Devan.

"Bagus, bawa proposal ini besok. Dan satu hal lagi, jangan telat lagi. " Devan ingatkan Zahra, ia juga sudah selesai menyiapkan bahan presentasi untuk meeting besok.

Zahra segera mengemasi barangnya untuk segera pulang. hujan turun sangat deras kondisi jalan sudah basah terguyur air hujan, ia berhenti sejenak di lobi kantor, tak mungkin ia pulang ke rumah dalam keadaan hujan.

Zahra mendekap tubuhnya dengan kedua tangan. Devan membuka jasnya "Pakai ini, cuaca sangat dingin " ujar Devan.Melihat Asistennya itu kedinginan, ia berinisiatif memberikan jasnya agar Zahra sedikit merasa hangat, Devan tak mau Zahra sampai mengidap hipotermia nantinya.

"Pak Devan gak dingin pakai kemeja doang?" Tanya Zahra,ia tertegun bosnya kuat nahan dingin dengan memakai kemeja saja.Zahra takut, jika Devan sampai Demam dan masuk angin.

"Saya sudah kebal dingin, Kamu jangan khawatir " jawab Devan, tak ingin membuat Zahra begitu khawatir tentang dirinya, ia juga sudah Ter biasa dengan hawa dingin seperti itu.

"Pantes, dia sedingin kulkas " batin Zahra menatap Devan.Ia kagum, walau bosnya itu dingin dan galak, tapi memiliki hati nurani yang begitu sangat lembut dan penyayang.

Devan duduk di samping Zahra menunggu hujan reda. Sekitar 15 menit, hujan sudah agak sedikit reda. "Hujan mulai reda, ayo kita cepat pulang, "ajak Devan, ia beranjak berdiri dari duduknya.

Zahra kesulitan berdiri, kakinya kram karna terlalu lama duduk. Devan mengulurkan tangannya membantu Zahra berdiri. Zahra memegang tangan Devan berusaha berdiri.

Devan melangkah menuju mobilnya. "Pak," panggil Zahra berniat menghentikan Devan, rasanya tak enak jika tidak mengucapkan ucapan terima kasih kepada bosnya yang sudah meminjamkan jasnya kepada Zahra.

, pria itu terhenti dan berbalik menatap ke arah Zahra"Ada apa lagi ? " Tanya Devan, ia bingung kenapa Zahra memanggilnya, mungkin membutuhkan bantuan pikirnya.

" Terima kasih jasnya " ucap Zahra. Devan berbalik arah dan melanjutkan langkahnya, dia tersenyum lebar di mobil.Baru kali ini, ia mendengar ucapan terima kasih dari Zahra dengan tulus

Devan masuk mobil dan mengemudikannya pulang. Sedangkan Zahra, pulang ke rumah jalan kaki, ia tetap memantau Zahra dari dalam mobil.Tak tega rasanya jika harus meninggalkan Zahra pulang sendiri.Apalagi, malam semakin larut,

Tak jauh dari kantor, ada sejumlah pemuda mabuk bergerombol di tepi jalanan sepi, mereka biasa kumpul disana mengganggu pejalan kaki yang lewat di jalanan sepi begini.

"Woy, cewek woy! " Teriak seorang pemuda itu kepada temannya, seakan mereka sudah menemukan mangsa di depan mereka.

Salah satu dari pemuda itu menghampiri Zahra." Cantik, kok sendirian malam gini? " Tanya pemuda itu mencubit genit lengan Zahra, berniat menggoda gadis cantik berjilbab itu.

Zahra tak menjawab pertanyaan pemuda itu. Dia mempercepat langkahnya, para pemuda itu semakin antusias untuk mengejar Zahra

"Mau kemana, Ayo ikut Abang aja ya, " ajak pemuda itu memegang lengan Zahra dengan sangat erat, ia mencegah agar Zahra tak lari darinya.

"Lepasin! aku mau pulang aja! " teriak Zahra berusaha memberontak, ia terus berpikir keras agar bisa melepaskan diri dari pemuda yang seperti preman jalanan itu,tangannya terus di cengkram erat.Membuat Zahra tidak berkutik lagi.

"Mau kemana kamu! jalanan sepi gini gak bakal ada yang menolong kamu! " Bentak pemuda itu, kesal pada wanita yang ada di depannya itu selalu berusah selalu saja memberontak. Pemuda itu juga semakin megeratkan cengkeraman tangannya.

"Hey ! Lepasin dia ! " teriak seseorang dengan suara maskulin yang tak asing bagi Zahra, ia menatap nyalang ke semua pemuda nakal itu, pria itu tak membiarkan mereka menyakiti Zahra

"Siapa lo! berani-beraninya ikut campur sama urusan kita! " bentak pemuda itu melawannya Tanpa basa-basi, pemuda itu menyerang, mereka ingin membuat pria yang menolong Zahra babak belur karena sudah berani mengusik mereka.

pria itu membalas serangan dari salah satu pemuda yang menyerangnya 'Dughh!' satu tonjokan saja pemuda itu jatuh tersungkur kesakitan.

Pemuda itu dan gerombolannya lari ngibrit entah kemana, mereka urung melawan lagi

"Pak Devan " panggil Zahra menoleh ke arah orang yang menolongnya, dirinya tidak tahu jika Devan masih ada disini, memantaunya. Lagi-lagi, Zahra kagum Devan menolongnya untuk ke sekian kali.

"Iya, mana mungkin saya biarin kamu jalan kaki di jalanan sepi seperti ini " ujar Devan, dirinya tidak bisa hanya tinggal diam saat Zahra di sakiti pemuda-pemuda nakal itu.

"Terima kasih pak, sudah menolong saya " ucap Zahra, ia begitu beruntung Devan menolongnya.Kalau tidak, entah apa yang akan mereka perbuat kepada Zahra.

"Ayo " Ajak Devan, ia mengaitkan tangannya ke tangan Zahra ingin menemaninya pulang, takut mereka kembali lagi mengganggu Zahra

"Kemana pak? " Tanya Zahra,ia bingung sekali Devan tiba-tiba menggandeng tangannya, apa Devan akan menculiknya, Zahra terlalu berfikir buruk pada Devan

" Katanya pulang " jawab Devan, ia akan mengantar Zahra dan mengawalnya sampai rumah, kalo perlu mengawalnya sampai menjadi kekasih halalnya,Devan kebanyakan menghalu.

"Oh iya pak, lupa " kata Zahra menepuk dahi. Mereka berdua jalan bersamaan menyusuri jalanan yang sudah sangat sepi kendaraan.

"Eh Zahra, udah pulang " sapa Bu Nita senang, putrinya pulang dalam keadaan selamat.Ia sangat khawatir, jika Zahra pulang terlalu larut malam, dan di ganggu beberapa pria nakal yang berkeliaran di ujung jalan sana.

"Iya Ma, "jawab Zahra, ia begitu lega sekali sampai di rumahnya dengan aman dan tanpa gangguan dari mereka lagi, Devan melepas tangan Zahra dan membiarkannya masuk.

"Ini siapa Ra? " Tanya Mama Zahra, melihat pria yang mengantar Zahra pulang, bu Nita mengira pria itu adalah kekasihnya Zahra

"Ini pak Devan, bos aku Ma " jawab Zahra perkenalkan Devan ke mamanya, wanita paruh baya itu melempar senyum ke Devan, tidak tahu jika itu bos di tempat Zahra kerja.

Devan bersalaman dengan Bu Nita "Saya Devan Tante, bosnya Zahra " ucap Devan memperkenalkan dirinya, ia masih menjaga sopan santunnya.Walaupun, di kantor galak dan dingin pada Zahra.

"Saya Anita, mamanya Zahra" Mama Zahra berbalik memperkenalkan diri, dirinya nampak begitu senang putrinya mendapat bos yang baik, sopan-santun dan tidak pandang bulu.

."Ayo masuk " ajak Bu Nita mengajak Devan masuk rumah, lelaki itu pasti kelelahan sudah mengantar putrinya jalan kaki sampai rumah, bu Nita menghormati Devan sebagai bos putrinya itu.

"Maaf tante, saya buru-buru pulang. Udah kemaleman soalnya. Saya pulang dulu ya Tante " pamit Devan tak lupa iya bersalaman dengan bu Nita, tingkahnya seperti menantu yang sedang mengambil hati mertuanya, begitu sopan dan kalem.Tapi, kenyataannya, di kantor terkesan galak dan dingin banget.

"Ya udah, hati-hati ya "Bu Nita, sambil senyum ke Devan, begitu salut dengan kesopanan dan kesantunan pria yang menjadi bos putrinya itu.Andaikan saja Zahra memiliki suami yang seperti dia, tentu dirinya akan merasa tenang.

"Iya Tante " ucap Devan. Devanpun pergi meninggalkan rumah Zahra, langkahnya semakin lama semakin jauh dari rumah Zahra, bu Nita masih terpaku menatapnya.

Zahra, kayaknya pak Devan cocok tuh sama kamu " goda bu Nita, ngisengin Zahra, siapa tau bisa berjodoh sungguhan dengan Devan.

.

"Ck, Mama ada-ada aja deh. Pak Devan kan bos akuGood looking, kaya lagi,mana mau cewek dekil kayak aku. Pasti banyak lah ma, cewek cantik yang suka sama dia " timpal Zahra, ia tak mau berfikir terlalu jauh untuk memiliki seorang kekasih yang seperti Devan, pasti terlalu banyak wanita yang juga ingin memilikinya

"Tumben kamu muji dia, biasanya ngatain kulkas 7 pintu " sindir Mama Zahra. Zahra hanya menggelengkan kepala keheranan. Zahrapun masuk rumah.

"Papa belum pulang Ma ? " Tanya Zahra, Ia mencari papanya karna rumah masih sangat sepi sekali, Zahra berpikir kalau papanya udah pulang sedari tadi siang.

l

" Papa kamu d ke luar kota sama temannya. Jadi, 3 hari gak pulang," jawab Bu Nita. Sejak bisnisnya bangkrut, psuaminya sering keluar kota mencari pinjaman untuk membangun bisnisnya yang baru lagi.

Zahra melewati Mamanya menuju kamar, ia segera mandi dan membersihkan dirinya yang sudah sangat bau dan berkeringat.

Makasih ya udah mampir ke novel baru Author 😊🙏

ANDITA

P. agi ini, Zahra terbangun pagi-pagi. Ia telah mempersiapkan proposalnya dan segera berangkat Zahra sampai di kantor bersamaan dengan Devan. " Pagi pak " sapa Zahra. Devan hanya memutar bola matanya.

"Cuek banget sih " Batin Zahra.Lama-lama, ia tidak tahan dengan sikap Devan yang begitu dingin.Seumur hidupnya, baru kali ini dirinya menghadapi orang yang seperti Devan.

'Bruuugh! ' Zahra tak sengaja menabrak Wanita bertubuh tinggi badan langsing dan berkulit kuning Langsat. " Maaf mbak, saya gak sengaja " Ucap Zahra, meminta maaf pada wanita itu.

Devan berbalik ke belakang. " Andita " kata Devan kaget, sudah bertahun-tahun dirinya tak bertemu Andita.Kini, dia tiba-tiba ada di hadapannya. Sungguh mengejutkan sekali.

"Devan, karyawan kamu ini gimana sih, malah nabrak Aku! " Protes Wanita yang di panggil Andita itu oleh Devan.

"Sayang, Maafin dia ya. Zahra kenalin, Ini Andita tunangan saya, dia baru pulang dari Amerika " ucap Devan memperkenalkan Andita pada Zahra,

" Jadi pak Devan udah punya tunangan " umpat Zahra dalam hati, ia tidak tahu, jika bosnya yang terkenal cuek dan dingin itu sudah bertunangan dengan wanita cantik juga body goals itu, selera Devan sangat berkelas.

"Oh, Kenalin mbak, Saya Zahra, Asistennya pak Devan " kata Zahra, sambil mengulurkan tangannya pada Dita ingin berjabat tangan

Dita melipat tangan dengan sangat angkuh dan berjalan ke Arah Devan melewati zahra begitu saja "Ayo sayang " Ajak Dita, tanpa hiraukan Zahra.

Dita mengapit lengan Devan dan berjalan bersamaan. ' Kriiing ' suara dering ponsel mengagetkan Mereka berdua. "Ponselmu yang berbunyi ? " Tanya Devan, Dita mulai merogoh tas kecilnya mencari ponselnya.

"Iya deh kayaknya sayang, " jawab Dita, menghidupkan benda pipihnya tersebut.

Tertera nama my Alex di ponsel tersebut. "Sayang. Aku angkat telvon dulu ya, kamu duluan aja " Pamit Dita, ia tak ingin Devan curiga soal perselingkuhannya selama ini dengan Alex, teman kampusnya di Amerika yang selalu menemaninya saat kesepian.

Devan melanjutkan langkah untuk segera melaksanakan meeting .Sedangkan Dita, ke toilet sebelah untuk mengangkat telfonnya.

Dita: Hallo Sayang , Ngapain kamu nelvon ?

Alex : Aku mau ke rumah kamu di Indonesia

Dita: Apa? Ke rumahku ? kamu yakin sayang?

Alex : iya sayang. Kenapa kamu kaget gitu ?

Dita: Oh, n ggak kok, justru aku senang sekali

Alex : Oh ya, nanti jemput aku di bandara ya,

Dita: Ok sayang, akan ku usahakan nanti.

Sambungan telponpun terputus. Dita keluar dari toilet dan menyusul Devan ke Ruangan Devan setelah Devan sudah selesai meeting.

"Hey sayang " Sapa Dita masuk ke ruangan Devan, ia bergelanyut manja ke Devan, sikap manja inilah yang membuat Devan begitu merindukannya.

Devan ikut memegang tangan Dita sambil tersenyum ."Kamu pagi tadi dapat telvon dari siapa sih ? Kok kayaknya penting banget? " tanya Devan,

"Itu loh sayang, telvon dari teman yang ada di Amerika sana katanya kangen, " jawab Dita beralasan, ia sebenarnya begitu muak dengan Devan.Tapi demi bisa memiliki hartanya, Dita terpaksa, untuk bersikap baik dulu ke Devan.

"Oh iya, nanti sore kamu ada acara apa gak? " Tanya Devan, menatap ke arah Dita.Dirinya tidak tahu, jika Dita telah mengkhianatinya.

Dita mengernyitkan dahi, tumben sekali Devan menanyakan seperti itu "Emangnya kenapa sayang ? " Dita berbalik tanya pada Devan.

"Nggak, Aku mau ajak Dinner kamu. Kan kita udah lama gak quality time berdua semenjak kamu di Amerika " jawab Devan tersenyum, ia begitu merindukan Dita, sejak menetap dan kuliah disana, Dita tidak pernah komunikasi dengan Devan.

.

"Nanti sore kan Aku mau jemput Alex ke bandara. Tapi, semoga aja beda jam deh " Batin Dita, ia berharap Devan tidak ganggu waktunya menjemput Alex di bandara.

"Jam berapa? " Tanya Dita, melepas rangkulan di bahu Devan, menatap Devan lekat-lekat,

"Jam 3 sore " jawab Devan, sepulang kerja adalah waktu yang pas untuk quality time dengan Dita.Walau pertunangan mereka karena di jodohkan, Devan tetap berusaha menjaga hati untuk Dita sejauh apapun jarak memisahkan mereka berdua selama 2 tahun.

"Maaf sayang, Aku Ndak bisa.Soalnya, Mau jemput sepupuku yang di Amerika " ujar Dita, ia memutar otak untuk mencari alasan yang pas menolak ajakan Devan, Dita lebih memilih jemput Alex daripada harus dinner berduaan dengan Devan.Laki-laki yang tak di cintainya.

"Oh gitu. Ya udah deh, lain kali aja. " Kata Devan, ia mencoba untuk memahami Dita. Lagipula, masih begitu banyak waktu lain untuk mengajak Dita dinner berduaan.

Tepat pukul 3 sore, Dita menjemput Alex dengan mobil Pajero warna hijau " Loh, itu kan mobil mbak Dita, mau kemana ya dia " umpat Zahra dalam hati saat melihat mobil Dita melintas di depannya

Zahra bergegas meninggalkan cafe dan pergi mengikuti Mobil Dita dengan motor maticnya. Di ikutinya mobil Dita, mobil itu terhenti di bandara. " Ini kan bandara? Ngapain mbak Dita ke bandara ? " Gumam Zahra keheranan.

Zahra turun dari motornya dan mengikuti Dita masuk ke bandara. "Hai sayang " sapa Alex yang sedari tadi menunggu, Alex mencium kening Dita mesra sekali, membuat Zahra semakin bingung dengan mereka berdua.

"Siapa lelaki itu kok panggil sayang ke mbak dita ? Bukannya mbak Dita udah tunangan sama Pak Devan ya? kok lelaki itu mencium mbak Dita? " Zahra tiada hentinya bergumam sendiri

Dita notice saat ia di ikuti Zahra. "Bentar ya sayang. Tunggu sini dulu " pamit Dita, ia menghampiri Zahra yang sudah berani ikuti dia

Di hampiri nya Zahra. "Hey! ngapain kamu ngikutin aku! " Bentak Dita, mendelik ke arah Zahra, dia tidak suka jika ada orang yang sengaja mencampuri urusan pribadinya.

Zahra bingung harus menjawab apa, dia memang mengikuti Dita sedari tadi. "Anu mbak.. " jawab Zahra terpotong, berpikir sekeras mungkin agar Dita tidak curiga.

"Anu apa! Jangan-jangan, kamu mata-matai saya ya! "cecar Dita, menuduh Zahra telah memata-matainya.Secara, Zahra ini Asisten pribadi Devan.Pasti, dia akan mengadu.

"Nggak kok Mbak. Pria itu siapa Mbak? kok mesra banget sama Mbak ? " Tanya Zahra, menunjuk ke arah Alex yang sedang berdiri.

"Dia pacarku " jawab Dita, tidak ada gunanya menutupi lagi dari Zahra.Toh, Zahra sudah tau semuanya, lebih baik katakan saja sejujurnya.

"Berarti, Mbak nyelingkuhin pak Devan? " Tanya Zahra lagi, Dita hanya tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan konyol dari Zahra

"Emang iya, aku mau sama Devan itu karna dia pewaris tunggal perusahaan papanya. Tapi hatiku, hanya untuk pacarku. " jawab Dita.

Zahra tersentak kaget mendengar perkataan Dita. Ia Tak menyangka, Dita berbuat sejahat itu pada bosnya. " Nggak bisa di biarin, aku harus kasih tau pak Devan secepatnya " Umpat Zahra dalam hati.

Dita mendekatkan bibirnya pada telinga Zahra" Awas jika sampai kamu beritahu Devan! kalau tidak, aku akan pastikan kamu bakalan di pecat dari kantornya" Ancam Dita.

Zahra terdiam mendengar Ancaman Dita, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi.Dilema sekali rasanya, ia juga membutuhkan pekerjaan di kantor itu.

Dita kembali menghampiri Alex "Maaf harus nunggu lama ,aku ke toilet tadi " ucap Dita berbohong pada kekasihnya itu, ia melirik ke arah Zahra

"Iya sayang, gak masalah kok, kita pulang yuk" ajak Alex, Dita mengapit kan tangannya ke lengan Alex dengan begitu mesra sekali.

Alex dan Dita bersamaan keluar dari bandara

Zahra hanya tercekat melihat Dita dan Alex keluar bandara, ia merasa kasihan sekali pada Devan.Tak tahu jika tunangannya yang begitu di cintainya , sudah tega berkhianat padanya.

Zahra hanya berharap Devan mengetahui semuanya.Sekalipun sikapnya dingin, Zahra yakin sekali Devan bukanlah orang bodoh yang bisa di manfaatkan seorang wanita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!