NovelToon NovelToon

Mafia Hot Duda

Awal Mula

William membuka pintu ruang perawatan dan melihat istrinya yang bernama Valen berbaring di ranjang sendirian. Hal itu membuat Valen menatap ke arah pintu kamar ruangannya. Ketika melihat suaminya, Valen tersenyum bahagia karena suaminya datang menengok dirinya.

"Sayang, akhirnya kamu datang menengokku," ucap Valen dengan suara lembut.

"Aku datang ke sini untuk mengurus surat perceraian kita," ucap William dengan nada dingin sambil memberikan dokumen ke arah Valen.

"Apa? Aku tidak mau bercerai, ini pasti ulah ke dua orang tuamu dan keluargamu karena itulah kamu ingin menceraikan aku," ucap Valen sambil melempar dokumen tersebut ke lantai.

Plak

"Jangan pernah menghina ke dua orang tuaku dan juga keluargaku. Aku melakukan ini karena aku sudah sangat lelah menghadapi sikapmu yang egois!" ucap William dengan nada satu oktaf kemudian menampar pipi Valen.

Selesai mengatakan hal itu William mengambil dokumen di lantai yang tadi di lempar oleh Valen.

"Aku mau menikah denganmu karena aku laki-laki yang bertanggung jawab ketika kita melakukan hubungan suami istri padahal jujur sampai saat ini Aku belum ada perasaan sama Kamu hanya demi anak maka Aku bertahan." ucap William sambil menatap tajam ke arah Valen dengan penuh kebencian.

"Haruslah tanggung jawab dan menikah denganku." ucap Valen dengan nada ketus tanpa memperdulikan ucapan suaminya karena sebenarnya dirinya juga sama yaitu tidak mencintai suaminya.

"Kamu bicara seperti itu kesannya aku pria brengs*k padahal aku di jebak olehmu dengan memberikan aku minuman yang sudah di campur obat perang sang agar kamu bisa menikah dengan ku." Ucap William dengan nada satu oktaf.

"Tanda tangani surat perceraian kita atau kita bertemu di pengadilan?" tanya William memberikan dua pilihan.

"Kita bertemu di pengadilan karena aku tidak mau kita bercerai." jawab Valen dengan nada tegas.

Valen tidak mau bercerai karena Valen tidak ingin hidup susah di tambah William adalah mesin atm berjalan yang selama ini memenuhi apapun yang diinginkan Valen salah satu hobinya yaitu belanja barang - barang branded. Hingga ruang tamu yang berjumlah dua puluh lima kamar semuanya penuh dengan barang-barang branded.

Selain hobi belanja barang-barang branded ternyata Valen memang sengaja memenuhi semua kamar tamu dengan barang-barang branded agar keluarga besar suaminya tidak bisa menginap di mansion.

"Baiklah kalau begitu, kita bertemu di pengadilan tapi ingat ketika kita di pengadilan kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dariku ketika kita resmi bercerai." ancam William.

"Apa maksudmu?" tanya Valen dengan wajah sangat terkejut dengan perkataan William.

"Keluarga besar Gerald mempunyai pengacara yang sangat hebat dan selalu memenangkan kasus apapun termasuk kasus perceraian." Jawab William.

"Apakah kamu sanggup membayar mahal pengacara sedangkan semua fasilitas yang kamu miliki akan aku cabut semuanya dan kamu tinggal di rumah tua milik orang tuamu," sambung William sambil tersenyum menyeringai.

"Kamu mengusirku?" tanya Valen dengan wajah terkejut.

"Tentu saja aku akan mengusir mu selain itu mobil, kartu kredit, kartu debit dan semua fasilitas yang kamu miliki akan aku ambil semua termasuk kamu pindah ke ruang perawatan kelas tiga," jawab William dengan nada santai sambil membalikkan badannya.

"Bersiaplah kamu akan dipindahkan ke kelas tiga," sambung William sambil melangkahkan kakinya namun ketika sampai di depan pintu ruang perawatan William membalikkan badannya.

"Oh ya hampir lupa semua aset atas nama mu akan di urus oleh pengacaraku agar bisa balik nama atas namaku karena semua itu adalah uangku," ucap William sambil tersenyum menyeringai kemudian membalikkan badannya.

"Tunggu," ucap Valen sambil menahan amarahnya.

"Baik, aku akan tanda tangan surat perceraian tapi aku minta mansion yang kita tempati dan tunjangan setiap bulan sebanyak seratus lima puluh juta termasuk aset-aset berharga atas namaku," pinta Valen.

William kembali membalikan badannya kemudian berjalan ke arah Valen sedangkan Valen hanya bisa menahan amarahnya.

'Si*l, suatu saat akan aku buat kamu bertekuk lutut di depanku.' ucap Valen dalam hati.

'Aku tidak menyangka dengan bicara seperti itu Valen langsung setuju untuk menanda tangani surat perceraian kami. Aku juga tidak menyangka ternyata Valen sama seperti wanita di luaran sana yang silau akan harta, sungguh aku sangat menyesal menikah dengan serigala berbulu domba .' ucap William dalam hati.

"Baguslah, sekarang tanda tangani surat perceraian ini," ucap William sambil memberikan dokumen tersebut.

Tanpa banyak bicara Valen menerima dokumen tersebut kemudian langsung menanda tanganinya tanpa membacanya. Setelah selesai dokumen tersebut diberikan oleh William.

"Bagus, tunggulah surat dari pengadilan agama dan setelah kita sudah resmi bercerai maka Kita tidak ada hubungan sama sekali. Anggap saja kita tidak saling mengenal satu sama lainnya," ucap William sambil menerima dokumen tersebut kemudian membalikkan badannya meninggalkan Valen sendirian di ruangan tersebut.

"Akhhhhhhhh.... Si*l ... awas Kalian semua! Akan aku balas penghinaan yang kalian lakukan padaku." ucap Valen dengan nada frustrasi.

William berjalan ke arah ruang perawatan di mana putra sulungnya yang bernama Edward sedang di rawat. Ruangan Edward tidak jauh dengan ruang perawatan di mana Ibunya Edward sekaligus istrinya William sedang di rawat tanpa memperdulikan teriakan Valen yang sedang frustrasi berat.

Di tempat yang sama hanya berbeda ruangan dimana Edward sedang di rawat dan ditunggui oleh orang tua William dan adik kembarnya yang bernama Julia bersama suaminya yang bernama Alex.

"Oma dan Opa, Edward kangen banget sama istriku. Seandainya saja Alona tidak pergi pasti saat ini istriku masih bersamaku." Ucap Edward dengan mata berkaca-kaca.

"Sebenarnya Opa dan Oma sering menasehati mommy mu untuk selalu bersikap baik dengan Alona karena Opa dan Oma tahu kalau Alona adalah cucu menantu yang sangat baik tapi Mommy mu tetap saja mempengaruhi mu untuk menyiksa Alona hingga akhirnya Alona pergi dari kehidupan kalian," ucap Opa Gerald.

Edward hanya bisa diam namun dalam hatinya apa yang dikatakan oleh Opa Gerald adalah benar adanya.

"Di hari ulang tahunmu ternyata semuanya terbongkar, Mommy mu tidak mencintai Daddy mu karena itulah Opa dan Oma mendukung jika Daddy mu menceraikan Mommy mu,'' sambung Opa Gerald.

"Maksud Opa, Mommy tidak mencintai Daddy?" tanya Edward dengan wajah terkejut.

"Benar, Mommy mu dulu menyukai Pamannya Alona yang bernama Moko tapi Neneknya Alona tidak menyetujui putranya menikah dengan Valen hal itulah membuat Valen dendam dan melampiaskan dendamnya terhadap Alona padahal jelas-jelas Alona tidak bersalah." Jawab Opa Gerald.

"Jadi Mommy mu menikah dengan Daddy karena pelarian dengan cara menjebaknya agar Daddymu mau menikahi Mommymu." Sambung Opa Gerald menjelaskan.

Sifat keluarga besar Opa Gerald khususnya para pria sangat mencintai dan setia dengan satu wanita kecuali wanita itu tidak setia dan menyakiti salah satu anggota keluarga lainnya di tambah tidak mau berubah maka dengan sangat terpaksa wanita itu diceraikan dan di hapus dari anggota keluarga besar Opa Gerald.

Karena itulah ketika keluarga besar Opa Gerald mendengar kalau William menemui pengacara keluarga untuk mengurus surat perceraian membuat keluarga besar Opa Gerald mendukung rencana William untuk berpisah.

"Apa? Pantas saja mommy selalu menjelekkan Alona dan ..." ucap Edward menggantungkan kalimatnya.

"Dan apa Edward?" tanya Opa Gerald penasaran begitu pula dengan yang lainnya.

"Opa pasti sudah tahu masalah Edward mencambuk Alona, benar bukan Opa?" tanya Edward balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Opa Gerald.

"Ya, opa sudah tahu,'' jawab Opa Gerald.

"Edward menceritakan ke Mommy kalau Edward sangat menyesal karena telah mencambuk Alona namun Mommy malah mendukungku untuk menyiksa terus Alona karena Alona hanya pura-pura tidak bersalah." ucap Edward.

Tanpa sepengetahuan mereka kalau William mendengar percakapan Opa Gerald dengan Edward karena pintu ruang perawatan tidak di tutup dengan rapat membuat William semakin membenci Valen.

William langsung mendorong pintu tersebut membuat orang tua William, Edward,Julia dan Alex menatap ke arah pintu ruang perawatan.

"Valen ternyata sangat jahat padahal jelas-jelas seharian Alona berada di mansion bersama Mommy dan Oma bahkan Alona sampai tidak sadarkan diri." ucap William yang tiba-tiba datang dari arah pintu.

"Padahal Daddy dan Mommy sering menasehati Valen untuk tidak membenci Alona karena Alona tidak bersalah tapi Valen tidak pernah mendengarkan apa yang kami katakan." sambung Opa Gerald yang sudah tahu karena mendapatkan informasi dari istrinya yang bisa program IT.

"Daddy semakin yakin untuk menceraikan wanita yang tidak punya hati." ucap William sambil menggenggam ke dua tangannya dengan erat.

"Edward setuju Dad kalau Daddy menceraikan Mommy karena gara-gara Mommy, Edward harus kehilangan ke tiga anakku yang belum sempat Edward lihat." ucap Edward dengan wajah sedih sekaligus marah secara bersamaan.

"Terima kasih kamu sudah mendukung Daddy karena Julia mendukung Mommy agar kami tidak bercerai. Daddy tidak habis pikir dengan jalan pikiran Julia yang menyalahkan Alona padahal jelas-jelas Mommy yang salah," ucap William sambil melirik ke arah putri bungsunya.

"Otaknya sudah di cuci sama Mommy makanya Julia ikutan membenci Alona padahal jelas-jelas yang salah adalah Mommy," ucap Edward sambil menatap kesal ke arah adik kembarnya.

"Benar kata mu," ucap William.

"Maaf, Aku tidak tahu kalau Mommy ternyata jahat." Ucap Julia sambil menundukkan kepalanya.

Alex yang melihat wajah sedih istrinya hanya bisa mengusap punggung istrinya agar mengurangi rasa sedihnya.

"Sudahlah lupakan apa yang telah terjadi karena yang terpenting Julia sudah tahu sifat Mommynya yang sangat egois." Ucap Oma Monika.

"Iya Oma kini Julia sadar kalau selama ini Mommy sangat jahat." Ucap Julia.

"Syukurlah kalau Kamu sudah sadar." Ucap Edward.

Julia hanya menganggukan kepalanya sedangkan William hanya berharap semoga keluarganya bisa hidup tenang setelah perceraian dirinya dengan Valen.

Hening

Beberapa saat mereka terdiam tidak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Oh ya William, apakah Valen setuju untuk bercerai?" tanya Opa Gerald ketika beberapa saat mereka terdiam.

"Awalnya Valen tidak bersedia setelah William memberikan mansion yang kami tempati dan tunjangan setiap bulan akhirnya Valen setuju. William tidak menyangka kalau selama ini aku menikah dengan wanita yang tamak akan harta," ucap William dengan wajah penuh amarah dan dendam terhadap Valen.

"Daddy dan Mommy awalnya juga tidak menyangka kalau Valen seperti itu sifatnya tapi ketika sahabat Daddy menceritakan semua tentang masa lalu Valen membuat Daddy dan mommy sangat terkejut dan berharap kamu segera sadar untuk menceraikan Valen," ucap Opa Gerald.

"Iya Dad, sekarang William sudah sadar karena itulah William mengurus perceraian dengan Valen dan belum ada sebulan kami sudah resmi berpisah," jawab William dengan nada penuh keyakinan untuk berpisah dengan Valen.

Valen Jatuh dari Tangga

"Daddy senang mendengarnya, kalau Valen dapat merubah sifatnya kamu boleh memikirkan untuk kembali dengan Valen," ucap Opa Gerald.

"Iya Dad," jawab William.

"Bagaimana Edward, apakah masih ada yang sakit?" tanya William dengan wajah kuatir.

"Sudah mendingan Dad." jawab Edward.

"Syukurlah." jawab William.

"Oh iya Dad, besok Daddy bisa kan ke perusahaan karena Edward masih terluka." pinta Edward.

"Tentu bisa, apakah ada masalah di perusahaan?" tanya William.

"Ada Dad, laporan keuangan perusahaan mengalami masalah nanti Daddy di bantu sama sekretaris Edward." ucap Edward.

"Ok," jawab William singkat.

Mereka pun mengobrol hingga akhirnya satu persatu pergi meninggalkan ruang perawatan dan hanya menyisakan Edward dan William.

xxxxxxxxxxxx

Satu Bulan Kemudian

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya, Edward kini sudah sehat dan bisa beraktifitas kembali seperti biasanya sedangkan William sibuk dengan perusahaan miliknya yang berada di luar negri.

Edward sangat bahagia karena ternyata istrinya masih hidup, istrinya kembali atas permintaan William karena Edward tidak ada semangat untuk hidup.

xxxxxxxxxx Flash Back On xxxxxxxxxx

"Edward, kenapa wajahmu seperti orang tidak semangat hidup?" Tanya William ketika mereka berada di mansion milik William.

"Edward sangat merindukan Alona, Dad." Jawab Edward dengan mata berkaca-kaca.

"Jika seandainya Alona masih hidup, apakah Kamu akan menyakiti hati dan fisiknya?" Tanya William.

"Tidak Dad, Edward tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." Jawab Edward dengan nada penuh keyakinan.

Tanpa menjawab ucapan Edward, William menjentikkan jarinya dan tidak berapa lama datang orang tua William dan Alona istri dari Edward.

"Alona." Panggil Edward sambil berjalan ke arah Alona.

"Iya Kak." Jawab Alona.

Grep

"Aku sangat merindukanmu." Ucap Edward.

"Aku juga." Jawab Alona sambil membalas pelukan suaminya.

Setelah beberapa saat mereka melepaskan pelukannya kemudian Edward menatap William, Opa dan Oma Monika secara bergantian.

"Oma, Opa dan Daddy, kenapa menyembunyikan Alona?" Tanya Edward penasaran.

"Oma sengaja menyembunyikan Alona karena Kamu dan Mommymu dan keluarga Alona sering menyiksa baik fisik maupun hatinya." Ucap Oma Monika menjelaskan.

"Jika Kamu mengulangi kesalahan yang sama maka Alona akan Opa jodohkan dengan anak rekan bisnis Opa." Ucap Opa Gerald dengan nada mengancam.

"Jangan Opa, Edward janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." Janji Edward.

"Opa percaya sama Kamu dan Opa harap untuk sementara jangan Kamu kenalkan Alona dengan Mommymu." Pinta Opa Gerald.

"Tenang saja Opa." Jawab Edward dengan nada penuh keyakinan.

Sejak saat itu Edward benar-benar berubah, tidak lagi menyiksa ataupun menghina istrinya. Alona sangat bahagia melihat suaminya sudah mulai berubah.

xxxxxxxxxx Flash Back Off xxxxxxxxxx

Hingga suatu ketika terjadi keributan di mansion milik Valen di mana Valen kedatangan tamu yaitu Arsene adik iparnya Valen bersama Edward putra sulungnya Valen dengan William.

Mereka ingin menemui istrinya yang bernama Ririn sekaligus adik kandungnya Valen bersama putra mereka yang bernama Vincent untuk mengucapkan selamat berpisah karena Arsene sudah mantap untuk menceraikan istrinya.

Ceklek

Edward membuka pintu dan masuk ke dalam dengan diikuti oleh Arsene. Arsene melihat Valen, Ririn dan Vincent yang sedang asyik mengobrol tanpa menyadari kalau Arsene berada di belakang Edward.

"Edward," panggil Valen dan Ririn bersamaan.

"Ada yang ingin bertemu dengan Tante," ucap Edward sambil menggeser kan tubuhnya ke arah samping tanpa menjawab panggilan Valen dan Ririn.

"Kak Arsene?" tanya Ririn dengan wajah terkejut sekaligus bahagia karena bisa bertemu dengan pria yang dicintainya.

"Apa kabar Ririn?" tanya Arsene basa basi.

"Seperti yang Kak Arsene lihat, ke dua kakiku lumpuh dan putra kita buta," Jawab Ririn dengan wajah sedih.

"Ini semua gara-gara kamu Arsene, adikku jadi seperti ini,'' ucap Valen dengan wajah kesal.

Arsene menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian menatap Valen dengan tatapan kesal.

"Salahku? seharusnya sebelum bicara mikir dulu jangan menyalahkan orang lain," ucap Arsene dengan wajah kesal.

"Cih ... Mentang-mentang ada perempuan yang tidak tahu diri itu kamu jadi berani!" teriak Valen.

"Cukup! Jangan pernah menjelekkan Angel karena Angel lebih baik dari Adikmu!" teriak Arsene sambil menatap tajam ke arah Valen.

"Dasar kurang aj*r!" bentak Valen sambil mengangkat tangannya ke atas.

"Jangan pernah mencoba menyentuhku," ucap Arsene yang tidak kalah keras suaranya sambil menahan tangan Valen.

"Ini sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Angel?" tanya Ririn dengan wajah bingung.

"Angel calon istriku dan aku ingin kamu menandatangani surat perceraian kita," jawab Arsene dengan nada tegas dan dingin sambil melepaskan tangan Valen.

"Tidak, aku tidak mau kita bercerai. Apa kamu tidak kasihan melihatku lumpuh dan putra kita buta?" tanya Ririn sambil menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.

"Maaf, kakak akan tetap menceraikan mu karena perbuatan mu membuat Kakak jadi gi*a dan masuk rumah sakit jiwa dan untunglah Angel menyelamatkan aku dari keterpurukan," jawab Arsene yang sudah sangat kecewa dengan Valen terlebih dengan istrinya yang bernama Ririn.

"Aku tidak percaya, ini pasti hanya ide gi*a dari wanita murahan itu," ucap Valen dengan nada sarkas.

Grep

'Apakah Nyonya Valen ingin aku bongkar rahasia masa lalu Nyonya di depan putra Nyonya Valen, adik kandung Nyonya dan ponakan Nyonya kalau Nyonya Valen menjebak seorang pria agar bisa dinikahi,' bisik Arsene sambil menarik tangan Valen agar dekat dengan dirinya.

Arsene yang awalnya memanggil Valen dengan sebutan Kakak kini berubah menjadi Nyonya karena dirinya sudah tidak menganggap Valen sebagai Kakak iparnya.

"Kamu ..." ucapan Valen terpotong oleh Arsene.

'Atau Nyonya ingin aku umumkan ke dunia kalau Vincent bukan putra kandungku? Aku ingin tahu bagaimana perasaan Vincent ketika mengetahui kalau aku bukan Ayah kandungnya,' bisik Arsene sambil tersenyum menyeringai.

"Kamu ..." ucapan Valen terpotong lagi oleh Arsene.

'Nyonya dan Ririn sudah bekerjasama menghancurkan mansion ku dan mengambil asuransi mansion milikku di tambah asuransi jiwa milik Ririn dan Vincent karena mereka berdua dinyatakan meninggal dunia. Aku tidak akan segan-segan melapor ke polisi kalau kalian sudah melakukan tindakan penipuan. Apakah kalian siap masuk penjara?' tanya Arsene sambil masih berbisik.

"Suruh Adik kesayanganmu tanda tangani surat perceraian kalau tidak maka aku tidak segan-segan melakukan apa yang barusan aku katakan," ucap Arsene sambil menatap Valen yang wajahnya mulai pucat pasi.

"Ririn, tanda tangani surat perceraian, cepat!" Perintah Valen.

"Tapi Kak ..." ucapan Ririn terpotong oleh Valen.

"Tidak ada tapi-tapian, lakukan atau Kakak akan bunuh diri," ancam Valen yang tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

Arsene berjalan ke arah Ririn kemudian menyerahkan selembar kertas surat perceraian.

"Daddy, aku buta kenapa Daddy dan Mommy bercerai?" tanya Vincent dengan wajah penuh kecewa.

"Maafkan Daddy, ini semua gara-gara ulah Tante dan Mommy mu yang membuat Daddy terpaksa melakukan ini," ucap Arsene yang tidak tega dengan Vincent karena bagaimanapun dirinya ikut andil merawat Vincent sejak kecil.

"Apa karena wanita yang tidak punya malu itu maka Daddy ingin bercerai dengan Mommy?" tanya Vincent sambil menahan amarahnya.

"Jangan pernah menyalahkan Angel tapi salahkan Tante dan Mommymu yang membohongi Daddy dengan berpura-pura kalau kalian meninggal," ucap Arsene sambil menahan kesal terhadap putra tirinya.

Arsene sangat tidak suka ketika ada yang menjelekkan Angel karena bagi Arsene kalau Angel adalah seorang malaikat yang tidak bersayap di mana saat itu Angel menyelamatkan hidup Arsene dari kegelapan.

"Kami memang salah, tapi apakah tidak ada kesempatan ke dua untukku?" tanya Ririn yang tidak ingin dirinya bercerai.

"Kakak sudah menerima dirimu apa adanya itu sudah kesempatan ke dua tapi apa yang aku dapatkan? Kalian membohongi diriku dengan pura-pura kalian berdua meninggal dunia membuatku menjadi gi*a," jawab Arsene dengan nada dingin dan berwajah datar.

"Kalau begitu kesempatan ketiga," pinta Ririn berusaha agar tidak bercerai.

"Kesempatan ke tiga waktu aku sangat sedih kehilangan kalian tapi kalian malah jalan-jalan ke luar negri dan bersenang-senang. Jadi kesempatan itu sudah tidak ada lagi," jawab Arsene dengan tegas.

"Tanda tangani surat perceraian," Sambung Arsene.

"Tidak," jawab Ririn dengan tegas.

"Kalau begitu kakak akan laporkan kamu dan Kakak mu kalau kalian berdua telah menipu pihak asuransi dan bisa terancam di penjara," ucap Arsene dengan nada tegas dan tidak punya rasa empati sedikitpun.

"Kakak tega melakukan itu padaku?" tanya Ririn dengan wajah terkejut.

''Kenapa tidak tega? Sekarang tanda tangani atau kita bertemu di pengadilan," ancam Arsene yang tidak memperdulikan perasaan Ririn.

"Tante Ririn, lebih baik tanda tangani surat perceraian Tante dan Paman," ucap Edward yang sejak tadi diam menyaksikan Valen dan Arsene berdebat.

Sebenarnya Edward tidak tega melihat kondisi Tante Ririn yang sedang lumpuh namun kesalahan Tante Ririn terlalu fatal karena itulah Edward tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Edward, Tante sangat mencintai Kak Arsene dan tidak ingin bercerai," ucap Ririn dan tidak berapa lama air matanya keluar.

"Edward tahu, tapi perbuatan Tante di masa lalu membuat Paman Arsene tidak bisa memaafkan kesalahan Tante jadi lepaskan Paman Arsene dan memulai hidup baru," jawab Edward dengan kata bijaknya.

"Arsene, apakah kamu tega melihat Adikku menangis?" tanya Valen dengan nada memohon untuk ke dua kalinya.

Pertama ketika Valen memohon sambil berlutut di depan Arsene agar mau menikah dengan Adik kandungnya karena Adik kesayangannya ingin bunuh diri terlebih saat itu adik kandungnya sedang hamil bersama pria lain.

"Aku sudah berapa kali mengalah tapi kalian berdua sangat egois. Kalian tidak pernah tahu bagaimana waktu itu aku sangat sedih kehilangan istri dan putraku hingga membuatku gi*a terlebih Nyonya. Nyonya yang sudah tahu .. eh bukan tepatnya kalian bersekongkol kalau ternyata istri dan anak kami masih hidup tapi masih saja datang ke rumah orang tuaku dan menyalahkan aku membuatku semakin bertambah bersalah. Aku tidak bisa memaafkan kalian lagi karena kesalahan kalian sangat fatal." ucap Arsene sambil meletakkan dokumen perceraian di meja dekat ranjang.

"Terserah kamu tanda tangani atau tidak karena yang pasti jika dalam dua hari surat perceraian itu tidak aku terima maka kita bertemu di pengadilan," ucap Arsene sambil berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

"Kak Arsene!" teriak Ririn.

Arsene tetap melangkahkan ke dua kakinya tanpa memperdulikan teriakan Ririn hingga Arsene menghilang dari pandangan mereka.

"Akhhhhhhhh.... Aku benci Kakak, gara-gara Kakak rumah tanggaku hancur!!" teriak Ririn.

Plak

"Jangan berteriak dan jangan salahkan Kakak!!" teriak Valen kemudian menampar Ririn untuk pertama kalinya.

"Apa kamu lupa kalau kamu punya ide untuk menghancurkan rumah kalian dan membuat kalian pura-pura meninggal supaya mendapatkan uang yang sangat banyak dari pihak asuransi?" tanya Valen yang tidak ingin disalahkan.

"Tapi seharusnya Kakak sebagai orang yang dituakan itu, jika adiknya melakukan kesalahan di kasih tahu bukannya di dukung," ucap Ririn dengan nada naik satu oktaf sambil memegangi pipinya yang perih.

"Cape ngomong sama kamu,'' ucap Valen yang merasa dirinya sangat yakin tidak bersalah sedikitpun.

Valen pergi meninggalkan putranya yang bernama Edward, adiknya yang bernama Ririn dan ponakannya yang bernama Vincent menuju ke arah kamar Valen sambil memijat keningnya yang pusing.

"Edward, tolong bantu Tante dan putraku Vincent agar bisa pergi dari sini," Mohon Ririn.

"Kalau begitu ikut Edward ke mansion milik Edward," ucap Edward yang tidak tega melihat Tante Ririn sedih begitu pula dengan ponakannya.

"Terima kasih Edward. Jujur dengan kejadian ini Tante sangat menyesal karena dulu suka menghina dan memarahi Alona dan kini Tante sadar kalau Tante sudah mendapatkan karma. Seandainya Alona masih hidup Tante ingin memeluk Alona untuk meminta maaf atas kesalahan ku selama ini," ucap Ririn bersungguh-sungguh.

"Alona sebenarnya masih hidup dan sekarang ada di mansion milik Edward kalau Tante mau bertemu dengannya silahkan," ucap Edward.

"Apa? Alona masih hidup?" tanya Ririn dengan wajah terkejut.

"Ya masih hidup," jawab Edward.

"Kalau begitu antar kan Tante untuk bertemu dengan Alona," pinta Ririn.

"Baik, Edward akan panggilkan pelayan untuk mendorong kursi roda," ucap Edward.

Edward menghubungi kepala pelayan untuk datang ke kamar Ririn dan tidak berapa lama pintu kamar Ririn di ketuk dan Edward memintanya untuk masuk ke dalam. Edward mengangkat tubuh Ririn ke arah kursi roda kemudian berlanjut menggendong Vincent untuk diletakkan ke kursi roda.

"Dorong kursi roda ponakan ku!" perintah Edward.

"Baik Tuan," jawab kepala pelayan.

Kepala pelayan mendorong kursi roda Vincent sedangkan Edward mendorong kursi roda milik Ririn kemudian mereka keluar dari kamar Ririn.

Kepala pelayan dan Edward mendorong kursi roda hingga sampai di pintu utama mereka berhenti karena Valen memanggil Edward dan Ririn.

"Edward, Ririn mau kemana?" tanya Valen.

"Mulai sekarang dan seterusnya aku dan putraku tidak akan menginjakkan kaki di mansion ini karena aku sangat membencimu, Kak," jawab Ririn.

"Ririn!!" bentak Valen.

"Ayo Edward kita pergi dari sini," ucap Ririn tidak perduli dengan bentakan Valen.

"Edward," panggil Valen.

"Maaf Mom, gara-gara Mommy rumah tanggaku berantakan. Seharusnya sebagai orang tua membimbing kami agar rumah tangganya selalu rukun bukan seperti ini. Mommy sangat egois gara-gara Mommy dendam dengan keluarga Alona, Mommy memisahkan Edward dengan Alona," ucap Edward dengan wajah penuh kecewa.

"Rumah tangga Edward nyaris berantakan di tambah adiknya Mommy rumah tangganya juga ikut berantakan. Mommy ikut andil merusak rumah tanggaku dan juga rumah tangga adiknya Mommy jadi mulai sekarang dan seterusnya Edward tidak akan menginjakkan kaki ke mansion ini." Sambung Edward.

Selesai mengatakan hal itu Edward mendorong kursi roda Ririn dan keluar dari mansion megah tersebut dengan diikuti oleh kepala pelayan.

"Akhhhhhhhh... Kenapa jadi seperti ini?" tanya Valen sambil berteriak histeris.

"Hahahaha... semua pergi meninggalkan aku, suamiku, putra kesayanganku Edward, Ririn dan ponakanku Vincent." ucap Valen sambil tertawa seperti orang gi*a.

Valen tertawa sendiri sambil membalikkan badannya dan berjalan ke arah tangga menuju ke kamar Valen.

"Mansion semegah ini .... Hahahaha ... hanya aku tinggal sendiri ... Hahahaha ... kalian pergilah karena aku ingin tinggal di sini sendirian," ucap Valen sambil masih tertawa.

Satu demi satu Valen menaiki anak tangga dan entah kenapa ketika hampir sampai di lantai dua salah satu kakinya tepatnya kaki kanan Valen tiba-tiba keseleo membuat Valen jatuh kemudian tubuhnya terguling - guling.

"Akhhhhhhhh...." teriak Valen ketika tubuhnya terguling - guling di lantai.

Bruk

Tubuh Valen berhenti terguling ketika tubuhnya berada di lantai satu. Darah segar keluar dari mulut, hidung, kepala dan kening hingga Valen melihat dan mendengar samar-samar orang berjalan ke arah dirinya sambil berteriak histeris.

"Bagaimana ini?" tanya pelayan dengan wajah bingung.

Karma

"Lebih baik kita telepon Tuan Besar William," jawab kepala pelayan.

Kepala pelayan langsung mengambil ponselnya yang di simpan di saku kemejanya kemudian menghubungi William. Panggilan pertama langsung di angkat oleh William.

("Ada apa Paman?" tanya William tanpa basa basi).

("Maaf Tuan Besar, Nyonya Besar Valen jatuh dari tangga,'' jawab kepala pelayan menjelaskan).

("Apa?Sekarang bagaimana keadaannya?" tanya William dengan nada terkejut).

("Sekarang tergeletak di lantai dan tidak sadarkan diri," jawab kepala pelayan).

("Bawa ke rumah sakit milik keluarga besar Gerarld, aku tunggu di sana!" perintah William).

("Baik Tuan," jawab kepala pelayan).

Tut Tut Tut Tut

Sambungan komunikasi langsung diputuskan secara sepihak oleh William kemudian kepala pelayan dengan di bantu pelayan menggotong tubuh Valen yang bersimbah darah dan tidak sadarkan diri.

Salah satu bodyguard yang merangkap sebagai sopir membuka pintu mobil belakang pengemudi dengan lebar kemudian kepala pelayan masuk ke dalam mobil sambil memegangi kepala dan tubuh Valen sedangkan pelayan satunya memegangi tubuh dan kaki Valen yang sudah mulai dingin.

"Nyonya besar Valen jatuh dari lantai dua, mungkin karma karena sering menghasut tuan muda Edward untuk menyakiti nyonya muda Alona padahal nyonya muda Alona sangat baik," celetuk pelayan sambil duduk di kursi belakang pengemudi.

"Bisa jadi, dosanya terlalu banyak makanya jatuh dari lantai dua," sambung kepala pelayan.

"Sebenarnya aku malas mengantar Nyonya besar Valen ke rumah sakit," ucap bodyguard yang merangkap sebagai sopir sambil mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

"Sama," jawab kepala pelayan dan pelayan bersamaan.

"Apa aku kurangi saja kecepatan mobilnya?" tanya sopir tersebut.

"Nanti ketahuan oleh Tuan Besar William dan ke dua anaknya." Ucap Kepala pelayan.

"Betul sekali yang ada nanti kita kena hukuman lebih baik cepat saja." ucap pelayan.

Mereka yang berkerja di mansion tahu betapa kejam nya keluarga mereka tapi demi gaji yang sangat besar membuat mereka nekat bekerja. Mereka sebisa mungkin tidak melakukan kesalahan karena itu kunci dari mereka terhindar dari hukuman.

"Semoga saja Nyonya Valen tersiksa antara hidup dan ma ti," ucap pelayan yang sangat membenci Valen

"Amin," jawab kepala pelayan dan sopir bersamaan.

"Mungkin itu karma Nyonya Besar Valen karena sering menyakiti perasaan orang-orang terlebih Nyonya muda Alona," ucap kepala pelayan.

"Betul sekali, mungkin sekarang kena karmanya," ucap pelayan tersebut.

Lima belas menit kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit. Sopir tersebut keluar dari mobil untuk memanggil perawat.

Kini Valen terbaring di brangkar dan dua perawat mendorong brangkar tersebut ke arah ruangan UGD. Kepala pelayan dan pelayan mengikuti langkah dua perawat yang mendorong Valen hingga mereka berhenti di depan pintu masuk UGD. Tidak berapa lama datang William, Edward, Alona, Ririn dan Vincent.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya William penasaran.

"Nyonya besar Valen berjalan menaiki anak tangga hingga saya mendengar Nyonya besar Valen berteriak kesakitan membuat saya dan para pelayan lain berjalan menuju ke arah tangga dan saya melihat Nyonya besar tergeletak di lantai dengan bersimbah darah dan tidak sadarkan diri," jawab Kepala Pelayan dengan wajah ketakutan begitu pula dengan bodyguard dan pelayan.

"Kalian bagaimana sih! Kenapa tidak inisiatif langsung membawanya ke dokter?" Tanya Edward dengan nada kesal.

"Maafkan Kami Tuan." Jawab ketiganya bersamaan.

Grep

"Sstttttt sudah, Kita tidak bisa menyalahkan mereka karena ini sudah takdir terlebih Kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya." ucap Alona sambil menggenggam tangan Edward.

"Kalian bertiga pulanglah karena pakaian kalian terkena noda darah." Sambung Alona dengan nada lembut.

"Baik Nyonya Muda. Kami pulang Tuan Besar, Tuan Muda dan Nyonya Muda." pamit bodyguard yang merengkap sebagai sopir, Kepala pelayan dan pelayan bersamaan.

'Nyonya Muda memang baik dan semoga saja bisa merubah sifat Arogant dan semena-mena Tuan Muda Edward pada orang-orang rendahan seperti Kami.' Ucap mereka bertiga secara bersamaan dalam hati.

Bodyguard, Kepala pelayan dan pelayan menundukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Kakak, maafkan Ririn." ucap Ririn dengan nada lirih sambil duduk di kursi roda karena dirinya lumpuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!