Jessica Adams, gadis berusia 21 tahun yang baru saja lulus kuliah beberapa bulan lalu, mendatangi apartemen sahabatnya, Natasha Linzky. Ia ingin menceritakan pengalaman interview-nya hari ini dan merayakannya karena ia telah diterima bekerja.
Jessica yang mengetahui password apartemen milik Natasha, langsung menekannya dan masuk. Ia sudah tak sabar untuk menceritakan keberhasilan interview-nya kali ini. Ia telah diterima bekerja di sebuah Lembaga studi bahasa.
Mata Jessica membulat ketika melihat sepatu serta pakaian bertebaran di lantai. Ia berjalan mendekati pintu kamar tidur yang tak tertutup sama sekali. Terdengar suara dessahan dari pria dan wanita di dalam.
“Cha?” sapaan Jessica membuat kedua pria dan wanita yang tengah berbagi peluh itu menoleh. Mereka kaget dengan kedatangan Jessica. Keduanya langsung menghentikan kegiatan mereka dan masuk ke dalam selimut.
“Kalian? Apa yang kalian berdua lakukan? Cha, kamu mengkhianati Kak Axel?” tanya Jessica.
“Itu bukan urusanmu, Jess!” teriak Natasha, yang merasa kesal karena mereka belum menyelesaikan kegiatan mereka.
“Berapa kali kamu akan mengkhianati Kak Axel, Cha? Aku sudah berusaha tutup mulut, tapi kamu terus mengulanginya. Kali ini aku harus mengatakannya pada Kak Axel,” kata Jessica.
“Jess!” Natasha langsung bergegas bangkit dan mengenakan pakaiannya. Ia harus mengejar Jessica karena ia tak mau kalau Axel sampai mengetahui apa yang telah ia lakukan.
Jessica yang masuk ke dalam lift, terkejar oleh Natasha yang juga ikut masuk ke dalam lift. Natasha langsung memegang pergelangan tangan Jessica.
“Kamu tak boleh mengatakan hal ini pada Axel, Jess!” teriak Natasha.
“Boleh! Kamu sudah keterlauan, Cha. Aku sudah berusaha menutupinya dan kamu berjanji tak akan mengulanginya lagi,” ujar Jessica.
Natasha tampak terus berpikir. Ia tak mau kehilangan Axel. Apa yang ia lakukan adalah karena Axel tak pernah mau jika ia mengajak pria itu melakukan penyatuan. Axel selalu berkata bahwa ia ingin memiliki malam pertama yang indah dan berkesan.
Saat lift sampai di lobby, Jessica langsung berlari ke arah parkiran. Natasha terus berusaha menahan Jessica dengan menggenggam pergelangan tangan Jessica.
“Lepaskan aku, Cha!” teriak Jessica.
“Aku tak akan melepaskanmu sebelum kamu berjanji tak akan mengatakan apapun pada Axel. Kamu sahabatku, Jess. Mengapa kamu ingin menghancurkanku? Atau jangan-jangan kamu mencintai Axel?” tanya Natasha.
Jessica yang mendengar ucapan Natasha pun menghentikan langkahnya, “Mencintai? Aku tidak mencintainya! Aku hanya kasihan padanya karena memiliki kekasih yang terus menerus mengkhianatinya, padahal ia sangat baik dan juga mencintaimu.”
“Justru karena dia mencintaiku, maka kamu tidak boleh menyakitinya dengan mengatakan apa yang kamu lihat. Aku hanya mencari sesuatu yang tak bisa ia berikan padaku!” ungkap Natasha.
“Tapi mengapa harus dia? Mengapa harus dengan pria itu? Apa tidak ada yang lain? Dengan kamu mengkhianatinya, ia sudah sakit hati, apalagi jika ia tahu dengan siapa kamu berselingkuh.”
Cessss
Jessica merasakan sedikit ngilu di bagian tengkuknya. Ia menoleh dan mendapati seorang pria tengah berdiri di sana dan menyuntikkan sesuatu padanya.
“Apa yang kamu berikan padanya?” tanya Natasha.
“Sesuatu yang akan membuat dia lepas kendali. Kita akan membuat video tentangnya dan ia tak akan berani menceritakan apapun tentang kita,” jawab pria itu.
Jessica memegang tengkuknya dan menatap sahabat serta pria itu, “Kalian gila!”
Jessica langsung berlari meninggalkan lobby menuju ke mobil yang ia parkir. Jessica membuka pintu mobilnya lalu masuk. Namun tanpa disangka, Natasha ikut masuk ke dalam mobil.
“Keluar kamu!” teriak Jessica.
“Aku tak akan keluar. Kamu yang harus ikut bersamaku. Kita akan bersenang-senang bersama, Jess. Kamu harus merasakan kenikmatan dunia,” kata Natasha.
Hal itu membuat Jessica meradang. Ia menginjak pedal gas dengan kuat dan mulai menjalankan mobilnya. Setelah beberapa menit, ia merasakan tubuhnya aneh. Ia yakin ini semua akibat suntikan yang tadi diberikan oleh selingkuhan Natasha.
Panas! Sialannn, tubuhku panas sekali. Berapa banyak ia menyuntikkannya ke dalam tubuhku? - batin Jessica.
Ia harus segera pergi ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan. Ia tak mau melakukan hal yang akan merusak masa depannya, apalagi ia baru saja diterima bekerja. Ia juga harus membuktikan pada keluarganya bahwa ia juga bisa dibanggakan, seperti kakak perempuannya.
“Jess! Hentikan mobil ini!” perintah Natasha yang berusaha mengambil alih kemudi, “Aku pastikan kamu akan menyesal karena telah mengancamku, Jess. Kamu bukan sahabatku lagi!!”
Jessica yang sudah tak tahan lagi dengan apa yang ia rasakan pada tubuhnya, justru semakin kuat menginjak pedal gas mobilnya.
Brakkk!!!
Pandangan Jessica yang kabur, membuatnya menabrak bahu jalan dengan kencang. Sebuah pagar pembatas yang begitu tajam pun menusuk ke arah mobil dan tepat mengenai perut Natasha.
Darah terlihat mengucur di dahi Jessica. Ia membuka matanya karena merasakan sakit pada beberapa bagian tubuhnya. Darah yang keluar membuat efek obat yang berada dalam suntikan itu pun perlahan menghilang. Jessica menoleh ke arah Natasha.
“Cha …,” Jessica sangat kaget saat melihat kondisi Natasha yang tertusuk pagar pembatas.
“A-ku mem-ben-ci-mu, sa-ngat mem-ben-ci-mu,” kata Natasha sebelum akhirnya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.
“Chaaa!!!” teriak Jessica sebelum akhirnya ia juga tak sadarkan diri.
**
Seorang pria dengan setelan jas, terlihat menuruni sebuah tangga pesawat. Ia langsung masuk ke dalam sebuah mobil sedan berwarna hitam bersama asisten pribadinya, Jimmy Armas.
Asisten pribadinya yang lain, Eric Brady, kini sudah berada di balik kemudi karena ia secara khusus menjemput atasannya yang baru kembali dari perjalanan bisnis.
Bukan tanpa sebab Eric menjemput Axel ke bandara tanpa supir, tapi karena ia harus segera membawa atasannya itu ke rumah sakit. Tadi siang ia mendapatkan kabar bahwa kekasih atasannya itu, Natasha Linzky, mendapatkan musibah kecelakaan dan meninggal di tempat. Eric sudah mencoba menghubungi Axel, namun tak tersambung. Eric yakin bahwa Axel sudah berada di dalam pesawat untuk kembali ke Kota London.
“Ric, ke mana kamu membawaku? Ini bukan arah ke rumah,” kata Axel. Jimmy yang sedari tadi berbicara dengan Axel pun baru tersadar.
“Kita akan ke rumah sakit, Tuan,” jawab Eric.
“Rumah sakit? Apa ada sesuatu terjadi pada keluargaku?” tanya Axel. Axel memang terbilang dekat dengan keluarganya, namun setahun belakangan ini agak menjauh karena kedua orang tuanya yang tak menyetujui hubungannya dengan Natasha.
“Tidak, Tuan. Ini tentang Nona Natasha.”
“Natasha? Ada apa dengannya?” tanya Axel sedikit kuatir.
Eric mulai sedikit ragu untuk mengatakannya. Namun jika ia tak mengatakannya, tentu karirnya juga akan hancur seketika.
“Nona Natasha mengalami kecelakaan, Tuan.”
🌹🌹🌹
Axel berlari di koridor rumah sakit. Informasi yang dikatakan oleh Eric membuat jantungnya berdetak cepat dan langkah kakinya begitu lebar karena ia ingin segera melihat Natasha.
Deggggg …
Ia semakin tak kuasa ketika melihat ruangan yang ada di hadapannya. Seorang perawat mengantarnya ke depan sebuah ruang jenazah.
Tidak! Ini tidak mungkin! Natasha-ku. - batin Axel.
Pintu terbuka dan perawat pun mengantarkan Axel ke sebuah brankar di mana tersimpan jenazah korban kecelakaan yang tadi dibawa ke rumah sakit mereka.
Hancur! Itulah yang saat ini dirasakan oleh Axel. Ia langsung mendekat ke arah jenazah Natasha yang telah dibersihkan.
“Tidak! Tidakkk!!!” teriak Axel sambil menangkup wajah Natasha yang sudah memucat.
**
Axel langsung meminta Eric menyiapkan acara pemakaman untuk Natasha. Kekasihnya itu tak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini, ia hanya sendiri. Eric pun segera melaksanakan perintah atasannya itu.
“Ric, tunggu!”
Langkah Eric terhenti dan kembali memutar tubuhnya, “Apa ada lagi yang anda inginkan, Tuan?”
“Katakan dulu padaku, bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?” tanya Axel.
“Dari pihak kepolisian yang memeriksa tempat kejadian, Nona Natasha sedang bersama dengan Nona Jessica, Tuan.”
“Jessica? Lalu bagaimana keadaannya?”
“Nona Jessica hanya mengalami luka memar di beberapa bagian tubuhnya, tak ada yang perlu dikuatirkan,” jawab Eric.
“Periksa semua hal yang berkaitan dengan kecelakaan itu, Ric! Aku akan membuat siapa pun yang menyebabkan kecelakaan itu masuk ke dalam penjara dan membayar semuanya!” ujar Axel.
“Baik, Tuan,” Eric pun segera pergi dari sana untuk menyiapkan pemakaman Natasha. Selain itu, ia harus mencari informasi tentang kecelakaan yang dialami oleh Natasha dan Jessica.
**
Pemakaman Natasha tak banyak didatangi oleh orang-orang, bahkan hanya segelintir orang yang mengenalnya. Natasha baru akan merintis karirnya sebagai model, oleh karena itu juga-lah ia banyak tidur dengan pria-pria tang bisa memuluskan jalannya.
Di antara orang-orang itu terlihat Axel dan dua orang asistennya yang selalu siap sedia di sampingnya. Tak ada air mata yang dikeluarkan oleh Axel. Ia tak ingin Natasha melihatnya menangis.
“Aku pasti akan membalaskan siapa pun yang menyebabkanmu meninggal. Aku pastikan orang itu akan menderita melebihi apa yang kamu rasakan,” gumam Axel.
Setelah acara pemakaman selesai, Axel, Jimmy, dan Eric pun kembali ke perusahaan. Ketiganya kini duduk di dalam ruangan Axel.
“Sekarang katakan padaku semuanya, Ric. Informasi apa saja yang kamu dapatkan,” kata Axel.
“Tak ada informasi yang terlalu detail yang bisa kudapatkan, Tuan. Hari itu, Nona Jessica melakukan interview di sebuah lembaga studi bahasa dan ia berhasil melewatinya. Ia pergi ke apartemen Nona Natasha. Setelah itu, hanya berselang sekitar tiga puluh menit sejak kedatangannya, Nona Jessica sudah pergi lagi, tapi Nona Natasha juga ikut bersamanya.”
“Apa tidak ada rekaman CCTV di apartemen yang bisa kamu dapatkan?” tanya Axel.
“Saya sudah pergi ke bagian CCTV dan mereka mengatakan bahwa hari itu mereka sedang melakukan maintenance pada seluruh alat-alat yang mereka miliki, jadi tak ada rekaman sama sekali,” jawab Eric.
“Lalu?”
“Mobil yang dikendarai oleh Nona Jessica tampak melaju sangat kencang, melebihi batas kecepatan yang diizinkan. Tak lama, mobil tersebut tampak oleng dan menabrak pembatas jalan,” lanjut Eric.
“Jessica … Ric, aku mau ia bertanggung jawab! Ia yang membunuh Natasha dan aku tak akan pernah melepaskannya,” kata Axel.
“Tapi, Tuan. Mereka bersahabat, rasanya tak mungkin jika Nona Jessica akan mencelakakan Nona Natasha,” kata Eric. Selama ini yang ia ketahui bahwa kekasih atasannya itu bersahabat dengan Jessica, bahkan sudah seperti saudara.
“Aku tidak mau tahu, Ric! Lakukan apapun agar ia dipenjara,” ujar Axel.
Jimmy hanya menatap Axel dan tak terlalu banyak berbicara. Ia juga ingin mengatakan hal yang sama seperti Eric, namun jika melihat sikap atasannya itu, rasanya ia hanya akan mendapatkan omelan saja nantinya.
“Baik, Tuan,” Eric tak membantah lagi. Ia harus melakukan perintah Axel atau bisa jadi dirinya sendiri nanti yang akan menjadi sasaran kemarahan atasannya itu. Eric sejak tadi menoleh ke arah Jimmy, berusaha mencari pertolongan serta suara, tapi Jimmy hanya diam dan mendengarkan.
Jim, bantu aku. - batin Eric sambil melihat ke arah Jimmy.
Sudah kerjakan saja sana, jangan bawa-bawa aku. Sudah banyak sekali yang harus kukerjakan. - batin Jimmy membalas tatapan Eric.
Eric mencebik kesal kemudian keluar dari ruang kerja Axel. Kini ia harus segera pergi ke kantor polisi untuk mengurus semuanya.
**
Plakkk!!!
“Kamu benar-benar membuat malu Daddy, Jess!” Jordy yang merupakan Daddy Jessica menampar putri bungsunya itu.
“Dad, tapi aku tidak …,” belum selesai Jessica berbicara, Jordy sudah kembali menamparnya. Pipi Jessica sudah berwarna kemerahan dengan bentuk tangan Daddynya itu.
“Kamu itu bisanya membuat malu saja. Apa kamu tidak bisa sekali saja membanggakan kami sebagai orang tua,” ujar Devi Adams, Mommy Jessica.
“Mommy …”
Belum selesai pembicaraan di antara mereka, pihak kepolisian sudah mendatangi ruang perawatan Jessica di rumah sakit.
Betapa kacau hati Jessica saat ini ketika pihak kepolisian membawa surat penangkapan untuknya, namun lebih sakit ketika kedua orang tuanya seakan tak pernah menganggapnya ada dan selalu membanding-bandingkannya dengan Diora Adams, kakak Jessica.
“Daddy tak akan membantumu lepas dari hukuman, bertanggung jawablah!” ujar Jordy sambil membaca isi surat penangkapan itu.
“Aku tidak mau ditangkap, Dad. Aku tidak bersalah,” kata Jessica. Namun Jordy tak mempedulikannya, bahkan ia langsung diboyong ke kantor polisi meski ia belum mendapat izin keluar dari rumah sakit.
**
Semua proses berjalan begitu cepat, hingga Jessica tak diberi kesempatan untuk membela dirinya. Bahkan pengacara yang seharusnya melakukan pembelaan untuk dirinya, malah membuatnya semakin terlihat bersalah.
Pengadilan pun memutuskan Jessica bersalah karena mengemudi dalam keadaan mabuk hingga kecelakaan dan menyebabkan kematian orang lain. Ia bahkan mendapat surat keterangan dari dokter bahwa di dalam darahnya sudah terkontaminasi oleh alkohol.
Hukuman penjara selama enam tahun dijatuhkan pada Jessica. Ia tak dapat berkata-kata lagi, bahkan keluarganya pun seakan pergi meninggalkannya. Ia melihat ke arah Axel yang turut hadir dalam persidangan pembacaan putusan.
“Kak, aku tidak bersalah! Aku tidak pernah melakukan itu. Ini semua bukan kesalahanku!” teriak Jessica.
Pihak kepolisian langsung membawa Jessica karena gadis itu mulai tak dapat mengontrol emosinya. Tatapan Axel yang begitu tajam padanya seakan menyiratkan dendam yang luar biasa.
Aku ingin menolongmu, tapi ternyata aku salah langkah. - batin Jessica.
🌹🌹🌹
Axel memperhatikan cincin yang ada di tangannya. Ia memutarnya di bawah kerlip lampu warna-warni yang menerangi ruang remang-remang itu. Ia tertawa sendiri meratapi kesedihannya.
Sebuah cincin berlian yang begitu indah, telah ia pesan sebelumnya. Rencananya ia akan melamar kekasihnya, Natasha Linzky, sekembalinya ia dari perjalanan bisnis meskipun kedua orang tuanya belum merestui. Ia yakin lambat laun kedua orang tuanya akan mengenal Natasha dan menyayanginya juga seperti dirinya.
Axel bahkan sudah meminta Eric untuk menyiapkan semuanya, mulai dari acara lamaran serta kejutan-kejutan yang akan ia lakukan.
Namun, yang ia dapatkan bukanlah sebuah acara pertunangan ataupun pernikahan. Ia mendapati bahwa kekasihnya telah meninggal dan ini semua karena seorang gadis bernama Jessica Adams.
Axel mengepalkan tangan dengan cincin tersebut di dalam genggamannya. Ia kembali menghabiskan sebotol alkohol yang sejak tadi sudah menemaninya. Kedua asistennya sudah ia suruh pulang saat tadi masih di perusahaan. Ia berdalih akan lembur seorang diri dan tidur di perusahaan. Namun, setelah kedua asistennya itu pulang, Axel pergi sendiri ke sebuah klub malam dengan menggunakan mobilnya.
“Arghhh!!!” Axel berteriak kesal, bahkan ia tak mempedulikan beberapa wanita dengan pakaian seksi yang sejak ia datang terus saja menggodanya.
Pandangan mata Axel sudah mulai kabur dan ia merasa tubuhnya tak enak. Namun ia yakin masih bisa mengemudikan mobilnya dan kembali ke perusahaan. Ia akan kembali ke sana dan tidur di dalam ruang pribadinya. Ia tak ingin kembali ke rumah dan orang tuanya melihat keadaannya.
Di perjalanan, Axel membuka jendelanya, membiarkan angin malam menerpa wajahnya. Axel memukul kemudi nya beberapa kali untuk meluapkan kekesalan serta kesedihannya.
“Natasha Linzky! Mengapa kamu meninggalkanku hah?! Kamu juga selau menolak sebuah pernikahan denganku dengan alasan bahwa kamu masih muda dan ingin berkarir dulu. Lihatlah sekarang, kamu meninggalkanku tanpa memberiku kesempatan menikahimu!” teriak Axel.
Axel terus meratapi nasibnya. Sebenarnya, Axel bukanlah tipe pria yang mudah jatuh cinta. Ia baru bertemu dengan Natasha sekitar satu setengah tahun yang lalu. Saat itu ia melihat Natasha sedang bersama sahabatnya Jessica. Ia tersenyum saat melihat Natasha yang begitu baik memberikan makanan bagi seorang wanita tua. Namun ia melihat Jessica yang justru melarang Natasha melakukannya. Dari sana, Axel sebenarnya sudah tak suka pada Jessica, apalagi ketika Jessica bersikap baik pada Natasha dan padanya.
“Sialannn kamu, Jessica!!!” teriak Axel. Mobil yang dikendarai oleh Axel semakin lama semakin kencang hingga tanpa sadar mobil Axel melewati pembatas garis hingga membuat mobil dari arah berlawanan dengan kencang langsung menabrak mobilnya.
Mobil yang dikemudikan oleh Axel pun terseret sebelum akhirnya berputar dua kali dan berhenti dalam posisi terbalik. Axel merasakan tubuhnya seakan terhimpit dan ia tak bisa keluar.
“Sha, apa aku akan segera menyusulmu?” gumam Axel sebelum akhirnya kesadarannya menghilang.
**
Axel mengerjapkan matanya. Ia merasakan cahaya terang dan suasana serba putih yang ada di sekitarnya.
“Apa aku sudah mati?” gumam Axel.
“Ax, kamu sudah sadar?” Lexy dan Gia langsung pergi ke rumah sakit setelah dihubungi oleh pihak kepolisian. Mereka sangat kaget ketika mendapat kabar di tengah malam.
“Mom …”
“Mommy di sini, sayang.”
Lexy dan Gia tahu apa yang menimpa putranya itu. Tanpa sepengetahuan Axel, Lexy selalu memantau putranya itu melalui asisten pribadi putranya, yakni Jimmy. Namun semalam Jimmy tak berada di dekat Axel karena ia harus menyelesaikan sesuatu.
Lexy tidak pernah meminta informasi pada Eric karena asisten putranya yang satu itu sulit dipegang omongannya. Bisa-bisa ia membongkar semuanya di hadapan Axel.
Lexy memanggil dokter dan memintanya memeriksa Axel. Ia ingin tahu keadaan putranya saat ini.
“Bagaimana keadaan putra kami, Dok?” tanya Lexy.
“Mom … aku tak bisa menggerakkan kakiku,” ujar Axel yang merasakan keanehan pada kedua kakinya.
Dokter langsung meminta perawat mengambil beberapa alat dan melakukan pemeriksaan ulang.
“Tuan, Nyonya, sepertinya kedua kaki putra anda mengalami kelumpuhan. Kami sudah melakukan rontgen sebelumnya dan akan melakukan analisa terlebih dahulu, apakah ini bersifat permanen ataukah hanya sementara,” jelas sang dokter.
Degggg
Lumpuh? Gia rasanya ingin menangis saat mendengarnya. Putra sulungnya harus mengalami hal semacam ini, padahal belum lama ia harus menghadapi kematian kekasihnya akibat kecelakaan.
Axel terdiam, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh dokter. Lumpuh, bukankah dunia seakan bercanda dengannya. Ia sudah kehilangan Natasha dan kini ia harus mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya.
“Mom,”
“Tenanglah, sayang. Daddy dan Mommy akan mencari cara yang terbaik untuk menyembuhkanmu,” kata Gia.
Setelah dokter selesai menganalisa cedera yang dialami oleh Axel, mereka menyatakan bahwa sebelah kaki Axel mengalami kelumpuhan permanen, sementara yang sebelah lagi hanya sementara. Namun Axel akan bisa berjalan lagi dengan rajin melakukan terapi dan menggunakan alat khusus untuk membantunya berdiri.
“Apakah tak ada cara lain agar ia bisa berjalan seperti orang normal lainnya?” tanya Gia yang ingin sekali Axel bisa kembali seperti dulu.
“Ada, yakni dengan melakukan operasi. Namun operasi tersebut tak hanya dilakukan satu kali. Untuk itu, anda harus bertemu dengan seorang dokter ahli saraf di Kota New York. Ia sudah banyak membantu orang-orang yang mengalami hal yang sama seperti putra anda.”
“Berikan padaku kartu namanya, aku akan segera menghubunginya,” kata Lexy. Ia bisa melihat tatapan istrinya yang begitu sakit saat melihat kondisi Axel. Ia akan melakukan apa saja untuk melihat Gia kembali tersenyum bahagia dan Axel bisa kembali seperti sedia kala.
**
Enam tahun kemudian,
Jessica yang mendekam di dalam penjara selama enam tahun, tanpa bisa membuktikan bahwa ia tak melakukan kesalahan seperti apa yang dituduhkan, kini telah keluar dari penjara. Tak ada yang menjemput dirinya, ia seperti tak memiliki siapa pun di dunia ini.
Jessica kembali ke kediaman Keluarga Adams diantar oleh salah seorang staf penjara yang kasihan melihat keadaan Jessica yang tak pernah dijenguk oleh siapa pun selama enam tahun ia berada di sana.
Usia Jessica kini sudah beranjak 27 tahun. Secara cepat keadaan mendewasakan dirinya. Ia bahkan memiliki banyak teman di dalam penjara. Ia merasakan kehangatan di dalam sana, meskipun awalnya ia tak mengenal siapa pun.
Sementara itu di Perusahaan Keluarga Smith,
Brakkk!!!
Terdengar suara gebrakan meja yang mengagetkan Jimmy. Saat ini ia sedang membahas sesuatu dengan atasannya itu.
“Ia sudah keluar dari sana! Aku tak bisa membiarkan ia hidup dengan bebas sementara aku tetap menderita. Ia harus membalas kematian Natasha seumur hidupnya.”
🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!