Dinda Amelia adalah gadis berusia 19 tahun yang kini harus menjadi yatim piatu karena kedua orangtuanya meninggal dengan tak wajar. dinda yang pada dasarnya adalah anak yang ceria dan penyayang, seketika berubah menjadi seseorang dengan perwatakan yang sangat kejam. ya, ia menjadi gadis yang lebih terlihat dingin dan datar.
Dinda mencoba peruntungan dengan menjual berbagai jenis bunga untuk menghidupi dirinya sendiri. ia tak hanya kehilangan kedua orangtuanya, tapi juga seluruh harta peninggalan keluarganya yang kini ntah dimana.
setiap harinya dinda membuka toko bunga miliknya yang berada dijalan C itu dengan kedua karyawannya. lebih tepatnya sahabatnya saat sekolah yang tetap setia menemaninya hingga sekarang. mereka juga yang membantu Dinda untuk mencari tahu akan kematian orangtuanya. xhaquilla(illa) dan pramuditya(Aditya).
............
"Adit, aku minta tolong kamu buat anter pesanan bunga ini ke jalan S ya, total harganya 125.000. ini aku kasih bon harganya supaya mereka percaya". Dinda meminta tolong kepada Aditya dengan sopan. ya, Dinda akan bersikap manis kepada pengunjung toko bunganya juga kepada orang terdekatnya.
"oke, Din. aku jalan dulu". jawab Aditya dan berlalu meninggalkan toko bunga Dinda.
sore hari Dinda kedatangan seorang pengunjung wanita yang terlihat kaya. meski perawakannya yang tak lagi muda, dapat dipastikan wanita ini adalah orang yang cukup berada. Ghanesia, nenek dari pria tampan nan dingin yang bernama Zack.
"sore nyonya. apakah ada yang bisa saya bantu?". illa mencoba menawarkan diri kepada wanita itu.
"ah, ya nona. Bisakah kau beri aku rangkaian bunga Lily putih dan pink dengan beberapa benda ini untuk kuberikan pada cucuku yang akan berulang tahun 2 hari lagi?" seraya menyodorkan paperbag hitam yang didalamnya terdapat sejumlah belati, senjata api, dan obat-obatan racikan.
"a-a-aku rasa pemilik toko bunga ini yang bisa merangkai pesanan anda dengan baik nyonya." illa gemetar sambil berlari mencari dinda diruang kerjanya. hooss hoooss, nafas Illa memburu seperti di kejar hantu. "Dinda, Din, tolong." illa yang masih gemetar pun terduduk disofa yang ada diruangan itu.
"ada apa illa? kenapa kau terlihat ketakutan?". tanya Dinda keheranan. tanpa Illa jawab, Dinda menuju kedepan tokonya dimana ada wanita tua itu sedang menunggunya. "hmm, maaf nyonya. ada yang bisa saya bantu? saya Dinda, pemilik toko bunga ini". Dengan menampilkan senyum indahnya yang menunjukkan lesung pipinya ia terlihat semakin manis.
"ah, ya nona Dinda. saya rasa karyawan nona sedikit takut dengan pesanan saya". nyonya ghanesia memberitahukan Dinda tentang pesanannya, dan Dinda menyanggupi untuk membuatnya. " ah baiklah nona. saya harap nona sendiri yang akan mengantarkan pesanan saya ke alamat cucu saya. ini kartu namanya.".
Dinda membaca kartu nama tersebut dan terkejut, sebab cucu nenek dihadapannya ini adalah ketua mafia dari dragon blood." baik nyonya. saya akan mengantarkan pesanan anda tepat dihari ulang tahun cucu anda ini".
.......
hari ini tepat hari ulang tahun Zack, cucu nyonya ghanesia. Dinda segera berpamitan kepada kedua karyawannya itu untuk menuju kediaman sang ketua mafia.
"huufftt. semoga Tuhan masih melindungiku". doa dinda ketika sampai didepan sebuah mansion yang megah itu.
"maaf nona. Anda mencari siapa?" tanya seorang bodyguard kepada Dinda yang sejak tadi celingak-celinguk.
"ah, anu tuan. anu. hmm. saya mau mengantarkan pesanan nyonya ghanesia." sambil menunjukkan pesanan majikannya itu, bodyguard itu mempersilahkan Dinda masuk kedalam.
"ehh, nona Dinda sudah sampai, sini masuk dulu yuk. saya akan memperkenalkan kamu dengan cucu saya satu-satunya". ajak nyonya ghanesia kepada Dinda. dengan lembutnya Dinda menolak "maafkan saya nyonya, mungkin lain kali saya. akan berkunjung kesini. hari ini toko sangat ramai sehingga kedua karyawan saya sedikit keteteran dalam merangkai pesanan pelanggan."
"ah, begitu. sayang sekali padahal say...." belum menyelesaikan ucapannya, terlihat dari balik pintu besar itu berjalan dengan gagah seorang pria "granma, siapa dia? ada apa ini? kenapa kau terlihat sangat bahagia?".
"ah kebetulan kau datang cucuku. perkenalkan ini nona Dinda pemilik toko bunga di jalan C. dan ini ia akan memberimu hadiah rangkaian bunga ini karena hari ini hari ulangtahunmu." kilah sang nenek yang membuat Dinda semakin bingung atas apa yang terjadi.
dengan menatap Dinda tajam, Zack meneliti dengan baik setiap gerak-gerik dan penampilan Dinda. Dinda yang cantik natural itu menggunakan dress selutut dengan lengan panjang serta bando bunga-bunga hasil rangkaiannya. rambut yang tergerai panjang, bibir tipis yang merah alami tanpa lipstik dapat mengganggu hasrat Zack yang sejak tadi ditahannya.
"hmm a-aku. eh, maaf. saya Dinda tuan muda. ini rangkaian bunga pesanan nyonya ghanesia untuk anda. saya ucapkan selamat ulangtahun tuan, semoga Tuhan memberkati hidup tuan muda dan juga nyonya ghanesia." dengan suara yang lembut Dinda mengucapkan kalimat tulis itu kepada Zack.
"hmm. terimakasih" jawab singkat Zack kepada Dinda.
dilain sisi, sang nenek tersenyum merekah terlihat dari sudaut bibirnya yang terangkat sempurna. "Dinda, besok kalau tidak mengganggu waktu kerjamu. aku mengundangmu untuk makan malam disini. biar Zack yang akan menjemputmu".
"grandma, kenapa harus aku? kenapa tidak pak min saja? dia kan supir" sanggah Zack seraya memutar malas matanya.
"no. big no, sayang. kamu yang akan jemput Dinda pukul 8 malam". paksaan dari neneknya yang akhirnya mendapatkan persetujuan dari Zack.
"nyonya, saya mohon maaf sebelumnya. saya izin pamit kembali ketoko." pamit Dinda sopan.
"ah biar Zack yang mengantarmu Dinda".
"ti-tidak perlu nyonya. saya membawa motor saya didepan sana" menunjuk luar pagar mansion itu.
..........
keesokan harinya dinda bersiap untuk menghadiri makan malam yang dijanjikan nyonya ghanesia. ia memakai dres dengan motif bunga Lily diatas lutut dengan potongan leher yang sedikit terbuka. ia menggerai rambut hitam panjangnya serta mengaplikasikan pita bunga buatannya menambah kesan anggun dirinya malam ini.
Ting tooong Ting toong
bel rumah Dinda berbunyi menandakan adanya tamu yang berkunjung. Dinda segera menuruni anak tangga perlahan. "tuan muda. maaf menunggu lama". Dinda ntah mengapa saat menatap tuan muda Zack itu selalu deg-degan seperti orang yang memiliki penyakit jantung. "aduh kenapa ni jantung. bisa pingsan tiba-tiba ni aku" monolog Dinda dalam hatinya.
"cantik sekali dia. ah apa ini? kenapa jantungku berdetak cepat begini? apa aku sakit jantung? tidak, tidak. sadar Zack". puji Zack dalam hatinya. "hmm, cepat masuk mobilku. kita jalan. grandma sudah sangat tidak sabar menunggumu." ucap Zack seraya melajukan mobilnya dengan santai.
"boleh aku bertanya padamu, Dinda?" tanya Zack basa-basi
"boleh, tuan. apa yang ingin anda ketahui?" jawab Dinda lembut.
"hei, jangan panggil aku dengan sebutan tuan tuanmu itu. panggil aku Zack. hmmm apa kau tinggal dirumah itu seorang diri? sebab aku tadi memencet bel rumahmu banyak sekali tapi tak seorangpun yang membukakan pintu kecuali kau yang sangat terlambat". kesal Zack.
"ya Zack. maafkan aku. aku memang seorang diri dirumah itu." mata Dinda berkaca-kaca mnedengar ucapan Zack yang seolah membangkitkan ingatannya terhadap orangtuanya.
"hei, kenapa menangis? apa aku salah bertanya hal itu padamu?" Zack menghentikan mobilnya dipinggir jalan agar tak mengganggu pengguna jalan lain.
"hiks hiks. aku yatim piatu. ibu dan ayahku meninggal dengan tak wajar. karena banyaknya luka tusukan pada tubuh mereka." tangis Dinda pecah begitu saja.
Zack yang melihat itu tak tega, ia mendekap Dinda masuk dalam pelukannya. "menangislah sepuasmu. tapi berjanjilah kedepannya tak ada lagi airmata yang sama untuk hal itu.". dengan setia Zack membiarkan dada bidangnya dijadikan untuk Dinda meluapkan kesedihannya.
beberapa saat kemudian, Zack dan Dinda sampai di mansion. kedatangan mereka sudah ditunggu sejak tadi oleh sang nenek.
"dasar anak muda. mengapa jalan dari kota s ke kota c sangat memakan waktu lama? kau bawa kemana calon cucu mantuku?" kesal nyonya ghanesia kepada Zack yang dianggap sangat lama.
"apa-apaan kau grandma. siapa calon cucu menantumu? kami lama sampai sebab Dinda yang menangis. aku hanya mencoba menenangkannya saja." jawab Zack dengan malasnya.
"heh, anak Badung. apa yang kau lakukan terhadap cucu mantuku? mengapa ia menangis?" curiga nenek kepada Zack. "kemarilah nak. aku akan memeriksa tubuhmu. apa kau terluka? apa yang dilakukan makhluk astral itu padamu? apa dia menyakitimu? apa dia menggunakan senjata kesayangannya untuk melukai tubuhmu?" panjang lebar nyonya ghanesia menanyai Dinda.
"aku baik-baik saja nyonya. tuan Zack tak menyakitiku sedikitpun. aku hanya teringat akan kedua orangtuaku yang telah tiada" jujur Dinda sambil mengusap air matanya.
...........
makan malam selesai dengan banyak perbincangan ringan yang tersampaikan dari masing-masing mereka. tapi tidak dengan Zack yang sibuk dengan pikirannya sendiri. "ada apa dengan gadis ini? apa yang terjadi dengan orangtuanya yang katanya mati tak wajar? aku harus mencari tahu seluk beluk keluarga gadis ini. hmmm. menarik". tanpa ada yang menyadari bahwa Zack menyeringai memperhatikan Dinda yang sesekali terbahak-bahak karena mendengan nyonya ghanesia bercerita.
"nyonya, terimakasih atas makan malamnya. saya harus pamit pulang karena hari semakin gelap" Dinda meminta izin kepada nyonya ghanesia.
dengan berat hati nyonya ghanesia mengizinkan dan diantar oleh Zack.
........
sesampainya dirumah Zack dan Dinda turun dari mobil. "Zack, terimakasih. maafkan aku yang membuat bajumu kotor karena airmataku tadi." Dinda tersenyum kepada Zack.
"tak masalah. mulai sekarang kita berteman. anggaplah aku kakakmu, dan grandma adalah nenekmu. kau memiliki kami sekarang. kau tidak sendirian". ntah mengapa hati Zack tersentuh akan gadis yang abru ia jumpai beberapa hari ini.
ceteek,
tiba-tiba tanpa permisi listrik diperumahan itu padam. begitu pula dengan hujan yang turun tanpa diundang beserta kilatan-kilatan yang terlihat diatas langit sana.
"aaaaaaaaaa, ibu. ibu, aku takut ibu. ibuku mengapa mereka membunuhmu dalam kondisi listrik yang padam begini. siapa mereka? apa maunya mereka Bu? maafkan aku tak bisa melihat dengan jelas siapa mereka karena gelap. hiks hiks." Dinda yang jongkok dan menutup telinganya itu menangis dan merancau tak jelas.
"hei, Dinda. dinda. kau kenapa? aku disini. mana kunci rumahmu? aku akan membukanya dan membawamu masuk kedalam". ucap Zack kepada Dinda yang tak hentinya menangis terisak.
"bawa aku bersembunyi. aku tidak ingin masuk kedalam rumah ini. mereka jahat. mereka membunuh ibu dan ayahku. bawa aku pergi". Dinda menggoyangkan lengan Zack meminta tolong dengan sesekali terisak.
"baiklah, jangan takut. aku akan membawamu ke apartemen pribadiku." Zack menggendong Dinda yang hampir tak sadarkan diri kedalam mobilnya. ia melajukan mobilnya dengan cepat karena khawatir adik barunya ini kenapa-napa.
.......
Zack masuk kedalam apartemennya dan meletakkan Dinda yang ada dalam gendongannya keatas ranjang king size itu. ia berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebab pakaiannya basah karena hujan diteras rumah Dinda tadi.
"eungghh. dimana aku?". Dinda yang baru sadar dari pingsannya bingung akan ruangan dengan nuansa emas keabuan itu.
ceklek
pintu kamar mandi terbuka, Dinda melirik dan ternyata Zack keluar dengan balutan handuk yang menutupi bagian bawahnya saja.
"kau sudah bangun? mandilah. bersihkan dirimu terlebih dahulu supaya tidak masuk angin" Zack yang awalnya terlihat dingin dan cuek kini ntah mengapa dengan Dinda ia tak bisa bersikap demikian.
"aku dimana? dan dan dan kenapa kau berpenampilan seperti itu?" sambil menyilang kan tangannya didepan dadanya, Dinda gemetar ketakutan melihat Zack.
"hei, tenanglah. apa kau lupa? kau memintaku membawamu bersembunyi kan? ini apartemenku. ini kamarku. aku baru selesai membersihkan diriku makannya aku berpenampilan begini". Zack tertawa dengan pertanyaan Dinda yang polos itu.
.........
Dinda yang berada di kamar mandi emnongolkan kepalanya kepintu, melirik kesana kemari untuk melihat apakah Zack bisa membantunya atau tidak. ia melihat Zack membaca majalah di meja sudut ruangan itu.
"hmm, Zack. apa kau bisa membantuku. hehe". Dinda dengan ragu mengucapkannya.
"ada apa?" Zack menjawabnya singkat
"ak-aku kan tidak membawa baju ganti. apakah aku boleh meminjam pakaianmu? kan gak mungkin aku keluar hanya menggunakan handuk saja". melas Dinda kepada Zack.
Zack segera mengisengi Dinda "ya kenapa gak mungkin? pakai saja handuknya tidur. tapi kalau terlepas dari tubuhmu jangan salahkan aku kalau akuuu...." Zack sengaja memutus ucapannya yang belum selesai.
"Zack, jangan bercanda. aku kedinginan. please, bantu aku. pinjamkan bajumu padaku. ya ya ya". Dinda memohon dengan sangat kepada Zack.
Zack membuka lemarinya dan pilihannya jatuh kepada kaos hitam oversize dan juga celana pendek diatas lutut, Hmm lebih tepatnya seperti short sport. hehe
Dinda keluar kamar mandi dengan berjalan santai. ia merebahkan tubuhkan. ntah mengapa ia tak peduli akan kehadiran Zack yang juga naik keatas ranjang king size itu.
"tidurlah, besok kau bekerja lagi kan? jaga waktu istirahamu supaya kau tetap sehat". Zack membenarkan posisi selimut untuk menyelimuti Dinda yang ia anggap adiknya ini. adik? weeeuww ada adik dibalik adik kayaknya ya 😬
ntah mengapa Zack gelisah tak bisa memejamkan matanya. ia berhasrat Hanya karena menatap lekat Dinda.
"Din, Dinda". Zack sedikit menggoyangkan lengan Dinda untuk membangunkannya di jam yang masih pukul 3 pagi itu.
"hmmm ada apa kak? kenapa kau tidak tidur?" ya Dinda memutuskan untuk memanggil Zack dengan sebutan kakak.
"aku tak bisa tidur Din. boleh aku memelukmu? aku rasa akan sangat nyaman". blushhh malu Dinda mencerna kata-kata Zack barusan. namun ia menetralisir pikirannya.
"kemarilah kak, biar aku berbagi pelukan untukmu". Dinda merapatkan diri ke arah Zack yang menganga karena tak percaya Dinda mengizinkan.
dengan menyandarkan kepalanya ke ceruk leher Dinda, Zack terlelap tanpa menunggu lama.
.....................
matahari telah menampilkan cahayanya. namun siapa sangka kedua insan yang sedang berpelukan itu tak terusik oleh kehangatan yang masuk lewat celah ventilasi .
tak berselang lama, tiba-tiba pintu kamar Zack terbuka begitu saja. ya, nyonya ghanesia yang membukanya. Dan ia kaget mendapati dua cucunya itu tidur berpelukan.
"aku foto ah. aku ajdikan senjata untuk menarik. Zack supaya mau menikahi Dinda. hihihi" monolog nyonya ghanesia sambil mengambil beberapa foto cucunya yang tidur pulas.
..........
pukul 11 siang kedua manusia itu bangun dari tidurnya. "astaga, aku kesiangan, gimana ni?". Dinda kaget ketika melihat jam dinding yang ada diruangan itu.
"ada apa sih Din? kenapa teriak gitu? aku masih ngantuk" Zack mengomel dengan matanya yang masih tertutup.
"kak, kak Zack. bangun. sudah siang kak. aku harus ketoko. kasian Aditya dengan illa. tidak ada yang akan membantu mereka disana.". Dinda berusaha membangunkan Zack yang masih setia tidur itu.
"hmmm kau ini. begitu saja harus teriak-teriak. ambilakan hp ku diatas meja sampingmu". perintah Zack ke Dinda.
panggilan tersambung, "halo Dion, turunkan 10 orang kita yang ahli dalam seni. suruh mereka membantu karyawan Dinda di toko. ah, ya. beli 10.000 tangkai bunga yang indah, 1000 bunga hidup dalam pot, bawa ke toko Dinda. bereskan semuanya. bila perlu tambahkan apa yang kau rasa kurang di toko itu" Zack mematikan tanpa jawaban dari asistennya itu.
sedangkan Dinda masih membuka lebar mulutnya karena bingung dengan apa yang dia dengar tadi.
"tutup mulutmu atau aku akan memakan bibir merahmu itu" ucap Zack yang masih menutup matanya. Zack kembali menarik Dinda dalam dekapannya. Dinda yang masih ngelag pun menurut begitu saja.
...........
"banguuuuunnn, yuhuuuuu... cucu-cucuku banguuuunnnn apa kalian akan melewatkan makan siang setelah melewatkan sarapan kalian?" teriak nyonya ghanesia.
"nyonya. maaf. hmm anu. itu. anu nyonya. aduh. kak bantu ngomong dong" kesal Dina karena menatap Zack yang masih menutup matanya.
"apa yang ahrus dibicarakan Din? kita sudah kegrebek grandma. pasti dia akan menikahkan kita". jawab Zack tanpa memikirkannya.
"ya, memang aku akan menikahkan kalian berdua. daripada aku iri melihat keromantisan kalian berdua. hahaha" kekeh nyonya ghanesia melihat tingkah kedua cucunya itu.
Dinda yang bingung pun tak mampu bersuara.
akankah Dinda menerima pernikahan ini?
lanjut kagak ni? lanjut gak? lanjut dong
berminggu-minggu setelah kesepakatan bahwasanya Zack dan Dinda akan menikah ketika Dinda berhasil melenyapkan salah seorang pelaku penusukan orangtuanya. ya, tantangan itu diberikan nyonya ghanesia untuk Dinda supaya menjadi wanita tangguh dan kuat.
meskipun jauh sebelum kesepakatan itu terjadi, Dinda dan Zack sempat menolak permintaan nyonya ghanesia karena mereka yang tidak saling mengenal. usut punya usut, cerita punya cerita. sharing dari hati ke hati. saat itu keduanya memilih sepakat untuk memenuhi syarat dari nyonya ghanesia.
.................
"kak, kapan aku bisa mulai latihan beladiri? aku gak mau jadi wanita yang cengeng dan penakut. aku harus bisa mengalahkan rasa traumaku itu". ucap Dinda dengan semangatnya.
"tunggu aku pulang dari markas. ada hal yang harus aku selesaikan terlebih dahulu. setelahnya kita mulai latihan. aku sendiri yang akan mengajarkanmu". jawab Zack seraya meninggalkan Dinda didepan toko bunga miliknya yang kini menjadi toko bunga yang terkenal.
tinggg,
pesan masuk di hp Dinda
"Dinda, bisakah kau buatkan aku spaghetti ayam seperti sebelumnya? tiba-tiba aku ingin memakannya. jika kau bisa, antarkan ke alamat yang aku kirimkan'. begitu isi pesan dari Zack kepada Dinda.
"oke kak. aku siapkan dulu makanannya". balas Dinda dan dengan cekatan ia mulai menyiapkan bahan Makanan yang dibutuhkan.
45 menit berlalu, Dinda kini berada didepan sebuah gedung tua yang terlihat kumuh dan menyeramkan. bagaimana tidak, Dinda berada ditengah hutan yang sangat jauh dari perumahan. ia pun tak menyangka bahwa ada bangunan didalamnya.
"nona. Anda sudah ditunggu oleh tuan didalam markas". Dion datang menghampiri Dinda yang masih memasang wajah plonga plongo nya itu.
"ah baiklah Dion. tunjukkan aku jalannya". Dinda berjalan menyusuri ruang demi ruang, lorong demi lorong. diawal dirinya masuk gedung itu ruangan yang ada terlihat biasa saja, bahkan terlihat sedikit usang. namun semakin jauh ia berjalan. ia mendengar rintihan-rintihan seseorang atau bahkan lebih dari satu orang yang sepertinya merasa sangat kesakitan. dinda merinding mendengarnya namun ia harus bersikap biasa saja. mungkin ini awal dari dirinya untuk belajar melawan rasa takut yang berlebihan dalam dirinya.
kini Dion dan Dinda sampai dilantai 2, terlihat 2 ruangan dilantai itu. satu ruang persenjataan serta ruang kerja Zack. dan yang satunya kamar pribadi Zack ketika mengharuskan ia untuk menginap.
"saya permisi nona. silahkan ketuk pintunya". Dion undur diri untuk melakukan eksekusi terhadap salah satu musuh Zack.
tok tok tookk
pintu kamar pribadi Zack terbuka otomatis. terlihat Zack yang sedang berbaring di ranjang yang ukurannya tidak terlalu besar. Dinda masuk dan meletakkan makanan yang ia bawa ke meja diruangan itu.
"kak. kak Zack. bangun. ayo makan dulu". dengan hati-hati Dinda membangunkan Zack.
"eungghhh, sayang kau sudah datang. aku lelah sekali rasanya. bolehkah aku memelukmu sebentar saja?" Zack yang mengatakannya seolah seorang bayi yang merengek kepada ibunya.
tanpa jawaban dari Dinda, Zack sudah menarik Dinda dalam dekapannya. Dinda hanya bisa diam dan mengelus pelan rambut Zack. "sayang, apa kau keberatan kalau aku memintamu untuk tinggal bersamaku di apartemen? aku rasa aku mulai tak terbiasa tidur tanpa memelukmu." Zack yang masih mendusal diceruk leher Dinda pun menghirup dalam-dalam aroma vanilla yang keluar dari tubuh Dinda. aroma itu yang menjadi candu bagi Zack.
"kak, geli. jangan begitu. sebaiknya kakak makan dulu ya. nanti makanannya dingin. ayo bangun, aku siapkan makanannya". Dinda yang berusaha mengontrol diri segera bangkit dari dekapan Zack dan menyiapkan makanan.
dinda yang tak berkesiap terkejut kala ia ditarik Zack untuk duduk dipangkuannya. "suapin aku Din. aku sedang malas makan dengan tanganku sendiri" Zack beralasan agar Dinda mau menyuapinya.
"alasan" gerutu Dida dalam hatinya.
...................
jam menunjukkan pukul setengah 3 sore. Zack mengajak Dinda menuju ruang persenjataan. Dinda sangat takjub dengan isi ruangan itu. Dinda melihat-lihat senjata yang dimiliki Zack.
"aku izinkan kamu memilih tiga senjata yang akan menjadi milikmu." dengan suara baritonnya, Zack mengatakan demikian.
"Hmmm benarkah? aku akan meneliti satu persatu. nah aku memilih ini, hmm lalu yang ini. dan yang terakhir waaww aku menginginkan yang satu ini". Dinda menunjukkan senjata yang ia pilih untuk dijadikan miliknya.
"bagus Dinda. kamu memilih tiga benda kesayanganku.dan artinya benda itu kini menjadi milikmu. rawat dan jaga dengan baik. belati yang di design menyerupai gantungan kunci ini bisa kau bawa kemana saja. sekali kau goreskan belati itu ke lawanmu makan akan dipastikan ia kehilangan kesadarannya selama 10 jam kedepan. ya, di belati itu sudah diberikan bius dengan dosis yang sangat tinggi. pistol mini 406 ini hanya memiliki 4 butiran peluru, yang mana setiap pelurunya mengandung racun yang dapat menghentikan kinerja saraf otak. gunakan itu sebaik mungkin. dan yang terakhir pena yang keemasan ini bukan sekedar pena biasa. ini adalah rancangan bom dengan kekuatan jarak ledak 25 meter dari titik ledakan. dan didalam bom itu sudah aku beri racikan obat penenang dengan dosis yang tinggi, sehingga siapa saja yang terkena radiasi ledakan itu akan sedikit demi sedikit kehilangan kewarasan dalam diri mereka. kau cukup menekan tombol hitam yang ada dipena itu, lalu kau lemparkan kearah tujuanmu".
penjelasan yang diberikan Zack sangat dipahami dan akan diingat terus oleh Dinda, sebab ia tak mau nantinya ia sendiri yang menjadi korban dari benda-benda yang dipilihnya tadi.
"sekarang ikut aku ke lantai tiga. disana kita akan mulai latihan beladiri." Zack mengajak Dinda menuju tempat seluruh bodyguard dan anggota mafianya berlatih.
tak terasa 3 jam sudah Dinda dan Zack berlatih. mulai dari beladiri, latihan menembak, juga memanah dari jarak 700 meter.
"kak aku capek. kita udahan dulu ya. besok lagi. aku kan gak sekuat kakak". rengek Dinda dengan banyaknya keringat yang mengucur diwajah dan tubuhnya.
"baiklah. bersihkan tubuhmu lalu kita kembali ke apartemen. Dion sudah memindahkan barang-barang dari rumahmu ke apartemen. tak ada penolakan". paksa Zack dengan sedikit menyeringai.
Dinda hanya memutar malas matanya, sebab ia tahu akan percuma menolak setiap keinginan dari Zack. Dinda yang telah siap dengan memakai kemeja Zack terlihat sangat menggemaskan dan juga seksi. hal itu membangunkan raja singa Yang sebelumnya sedang terlelap dalam kandangnya.
"sial. kenapa dia begitu mempesona dengan kemejaku yang kebesaran ditubuhnya itu. ahh, solo lagi kali ini. cepatlah kau bunuh para penjahat itu dinda. supaya aku juga bisa melepaskan raja singaku ini untuk memangs kenikmatan mu itu". Zack yang sedikit kesal dengan penampilan Dinda memilih untuk masuk kamar mandi dan menuntaskan hasratnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!