8 tahun lalu.
Perlahan Arley membuka matanya. Dengan tubuhnya yang lemah, dia memperhatikan seisi ruangan. ‘’Aku dimana?’’ tanyanya bingung. Seingatnya, dia sedang berada di dalam mobil, lalu tiba-tiba sebuah truk dari arah depan, dengan kecepatan tinggi, langsung menabrak mobilnya.
Seketika, Arley sudah berada di dalam air. Pria itu berusaha mempertahankan kesadarannya, agar bisa menyelamatkan dirinya. Dengan sisa tenaganya, Arley berusaha keluar dari dalam mobil, pria itu mencoba memecahkan kaca jendela mobil, tapi terasa sangat susah, ditambah lagi dia hampir kehabisan nafasnya.
Perlahan, Arley mulai kehilangan kesadarannya, disaat yang bersamaan, samar-samar dia melihat seorang wanita sedang berenang dan berusaha menolongnya dan tidak berapa lama, pria itu sudah kehilangan kesadarannya.
Sedang melamun, Arley dikagetkan oleh kedatangan seorang perawat. Perawat itu langsung memeriksa keadaan Arley. Arley hanya diam, tapi setelahnya dia bertanya tentang sosok baik hati yang sudah menolong dan membawanya ke rumah sakit.
‘’Saya kurang tau tuan, tapi saya menemukan ini, kemungkinan kalung ini milik wanita yang sudah membawa dan menyelamatkan tuan,’’ jawab si perawat sambil memberikan kalung cantik dengan buah kalungnya yang berbentuk kotak, terdapat berlian kecil diatas buah kalung itu.
Sudah hampir 10 menit berlalu, Arley masih saja memperhatikan kalung yang tadi diberikan oleh si perawat. Sedang serius memperhatikan kalung, tiba-tiba saja pintu kamar pasien terbuka lebar, menampilkan dua paruh baya dengan ekspresi khawatir mereka.
‘’Oma, opa, bisa nggak kalau masuk itu ketuk pintu dahulu?’’ protesnya pada kedua paruh baya itu.
‘’Apa yang kukatakan, cucu nakalmu ini pasti baik-baik saja, buktinya dia sudah bisa melakukan protes pada kita,’’ ucap opa Arley pada sang istri, yang langsung diberikan tatapan maut oleh sang istri.
‘’Arley sayang, apanya yang sakit? Kenapa bisa celaka gini sih?’’ Oma memeriksa seluruh tubuh Arley, untuk mengecek keadaan pria tampan yang menjadi cucu tunggalnya itu.
‘’Mana aku tau oma, namanya juga kecelakaan.’’
‘’Kamu sih nggak hati-hati nyetirnya. Sudah oma bilang kan, kalau kemana-mana itu pakai sopir Arley.’’
Arley langsung memutar jengah bola matanya. Omanya memang sering menyuruhnya untuk menggunakan sopir, tapi Arley kurang menyukai hal itu. Pria itu lebih nyaman membawa mobilnya sendiri, kecuali dalam beberapa keadaan tertentu atau saat dirinya sedang merasa capek.
‘’Memangnya sopir punya kekuatan su - ‘’ Opa tidak lagi meneruskan ucapannya, karena sudah kembali dipelototi oleh oma.
‘’Kamu tuh kebiasaan deh. Aku ngomong seperti itu juga untuk keselamatan kalian, karena aku khawatir akan keselamatan kalian.’’
Arley dan opa hanya bisa membuang nafas berat, lalu saling memandang satu sama lain. Sang oma dan istri tercinta sudah mulai mendrama dan kalau sudah seperti ini, mereka hanya bisa diam dan mendengarkan karena, menyela atau membantah, akan membuat urusan semakin panjang.
Setelah hampir 25 menit sang oma mendrama, tiba-tiba saja paruh baya itu mendekatkan dirinya pada Arley. Mulai memperhatikan kamar pasien yang memiliki ukuran besar dengan beberapa fasilitas mewah itu.
‘’Oh ya Arley, dimana orang yang menolongmu? Oma ingin berterima kasih padanya,’’ ucap oma dengan matanya yang masih setia memindai seluruh penjuru ruangan.
Arley tidak langsung menjawab, Pria itu malah melamun dan kembali mengingat kalung yang tadi diberikan oleh sang perawat.
‘’Arley, kamu tuh kebiasaan deh ….’’
‘’Aku nggak tau oma, orangnya udah nggak ada.’’
‘’Nggak ada gimana?’’
‘’Orangnya udah pergi oma, sebelum aku bangun.’’
‘’Lah kok bisa kayak gitu Arley?’’
‘’Aku nggak tau oma….’’
‘’Santai aja kali jawabnya,’’ ucap oma mulai melangkah menjauh, seperti ingin keluar.
‘’Mau kemana oma, mau kemana sayang?’’ tanya Arley dan opa bersamaan. Paruh baya itu pun menghentikan langkahnya, lalu sedikit membalik tubuhnya, untuk melihat 2 pria kesayangannya.
‘’Mau pulang. Oma baru ingat, kalau tadi lupa menyapa dan memberi makan Cattie. Lagian oma liat kamu baik-baik saja, nggak ada cedera yang serius. Yaudah oma pulang dulu ya, bye.’’ Cattie adalah ikan mas kesayangan oma. Setelah mengatakan itu, oma kembali meneruskan langkahnya, tapi tak berapa lama dia berteriak.
‘’Pak tua, sampai kapan kau akan duduk disana?’’ Opa pun langsung berdiri dan mengikuti oma, sedangkan Arley hanya bisa menggeleng kepalanya. Setelah itu, dia lalu mengambil kalung berukir berlian tadi dan kembali memperhatikannya.
*****
‘’Mikirin apa sih, serius banget.’’ Mark duduk disamping Arley dan ikut menatap ponsel Arley yang sedang menampilkan wajah Desha, mantan kekasih Arley.
‘’Aku kembali mengingat pertemuan pertama kami.’’
‘’Untuk apa mengingat pertemuan pertama. Ingat Arley, wanita itu sudah mengkhianatimu,'' sela Louis yang baru saja datang. Sekarang ketiganya sedang berada di salah satu klub besar yang ada di Prancis.
‘’Alesha pasti punya pertimbangannya sendiri.'' Arley masih saja membela wanita itu.
''Jatuh cinta boleh, tapi jangan bodoh Arley.'' Lous agak kesal.
Arley diam, langsung meneguk sebotol alkohol. Perasaan cintanya pada Desha masih begitu besar.
‘’Eh, itu bukannya Ivy Dawson?’’ tunjuk beberapa pengunjung, pada wanita cantik yang baru saja masuk ke klub. Para pria mulai memamerkan pesona mereka.
‘’Dawson?’’ gumam Arley lalu segera melihat ke arah wanita yang kini sedang menjadi pusat perhatian hampir seluruh pengunjung klub, baik pria maupun wanita.
‘’Dia siapa?’’ tanya Arley pada Mark dan Louis.
‘’Duniamu benar-benar sempit, kau bahkan tidak mengenal artis sepopuler Ivy Dawson?’’ Louis speechless dengan pertanyaan Arley.
‘’Come on bro, dia Ivy Dawson, artis tercantik dan terpopuler di negara ini,’’ timpal Mark.
‘’Nama belakangnya, kenapa sama seperti Desha?’’
Mark dan Louis hanya mengangkat kedua pundak mereka. Mereka tidak peduli akan pertanyaan tidak penting yang baru saja ditanyakan oleh Arley.
‘’Tidak mungkin mereka bersaudara, bukan? Seingatku Desha hanyalah anak tunggal, dia bahkan tidak memiliki sepupu,’’ gumam Arley masih dengan kebingungannya. Matanya masih setia menatap pada wanita cantik yang katanya adalah seorang aktris terkenal itu.
Arley bukannya tidak tau sosok Ivy. Wajah cantik wanita itu tentu tidak asing baginya, dia bahkan pernah melihat omanya menonton film yang dibintangi oleh wanita itu. Hanya saja, Arley sama sekali tidak mengetahui nama dari wanita cantik itu.
Bersambung .....
Ivy Dawson, wanita berusia 23 tahun itu merupakan aktris papan atas Prancis yang sukses membintangi banyak projek di negaranya, baik film, drama, iklan dan masih banyak lagi. Namanya mulai dikenal saat dia membintangi film pertamanya yang berjudul ''Mine'' yang saat itu menembus angka penonton tertinggi yakni hampir sebelas juta penonton di negaranya dan berhasil mengumpulkan hampir dua ratus juta penonton di seluruh dunia.
Parasnya yang cantik, dengan mata bulat, hidung mancung dan pipi sedikit chubby, serta didukung dengan bentuk tubuh yang indah, membuatnya begitu banyak digemari. Tidak hanya kalangan pria tapi juga untuk kalangan wanita. Ivy juga menjadi brand ambassador dari berbagai produk ternama di negaranya, mulai dari make up, skincare, fashion dan lain sebagainya.
‘’Apa kau jatuh cinta pada pandangan pertama?’’ bisik Louis dengan nada bercanda, lalu tertawa kecil. Hal yang sama juga dilakukan oleh Mark, sedangkan Arley hanya bisa menatap keduanya dengan rasa kesal.
‘’Ada apa, kenapa kau kesal sekali?’’ tanya Cattie, manajer yang sudah dianggap seperti kakak sendiri, oleh Ivy.
Ivy tidak menjawab, wanita itu malah meneguk habis alkohol yang tersedia di atas meja.
Cattie pun merampas botol dari tangan Ivy, lalu sedikit dijauhkan dari jangkauan Ivy. ‘’Ada apa, kenapa kau sekesal ini?’’
‘’Mereka mendatangiku lagi.’’
‘’Mereka? Mau apa lagi mereka?’’
Ivy membuang nafas kasar, lalu memejamkan matanya. ''Apalagi? Kau tau sendiri apa yang mereka inginkan dariku.’’
‘’Ck, mereka benar-benar manusia yang tidak tahu malu. Semua milikmu sudah mereka rampas dan sekarang mereka menginginkan rumah yang kau tempati juga?’’ Cattie berucap dengan nada kesal, tidak habis pikir dengan keluarga Ivy yang sangatlah kejam dan tidak bersyukur.
‘’Lalu, apa kau akan memberikannya?’’
‘’Gila saja, rumah itu berisi banyak kenanganku bersama dengan orang tuaku. Aku nggak mungkin memberikannya pada mereka.’’
‘’Yaudah nggak usah dipikirin. toh rumah itu atas namamu.’’
‘’Aku hanya kesal saja, bertemu mereka membuat moodku buruk.’’
‘’Udah nggak usah dipeduliin, mending kita happy-happy aja.’’
Ivy menangguk, lalu mengambil sebotol alkohol lagi dan meneguknya hingga habis. Ponselnya yang berada disaku celana tiba-tiba bergetar.
‘’Yaudah, aku kesana sekarang,’’ ucapnya pada seseorang di seberang telepon. Setelah itu, dia langsung berdiri dan hendak keluar.
‘’Aku duluan ya kak.’’
‘’Mau ketemu Leo lagi?’’
Ivy tidak menjawab, wanita itu hanya mengedip genit kedua matanya.
‘’Jalannya hati-hati dong,’’ protes Ivy pada pria yang baru saja dia tabrak. Wanita itu sama sekali tidak menatap dan langsung meneruskan langkahnya.
‘’Lah kok ….’’ Arley ingin mengejar, tapi langsung dicegat oleh Mark dan Louis. Bisa besar urusannya kalau pria itu sampai berhasil mengejar Ivy. Rahang kesal Arley terpampang jelas. Jelas-jelas Ivy yang menabraknya, lalu kenapa wanita itu malah menyalahkannya?
‘’Sudahlah, mungkin dia tidak sengaja, kau lihatkan, kalau dia sedang buru-buru?’’ Louis berusaha memberikan alasan. Arley hanya menatap keduanya kesal, lalu melangkah pergi meninggalkan keduanya.
Sampai di rumah, Arley langsung mencari tahu tentang sosok Ivy yang memiliki nama belakang yang sama dengan Desha, sang mantan kekasih yang masih menjadi pemilik hatinya. ‘’Nggak ada hubungan apa-apa ternyata,’’ ucapnya saat melihat informasi tentang Ivy yang hanyalah seorang anak tunggal dari keluarga yang sederhana.
‘’Mungkin hanya kebetulan saja,’’ ucapnya lagi. Matanya masih memperhatikan foto Ivy yang masih terpampang di layar laptop.
‘’Apanya yang kebetulan?’’ Arley refleks menoleh, melihat oma yang sudah berdiri disamping dan ikut memperhatikan layar laptop.
‘’Kebiasaan deh oma. Lagian oma masuknya gimana sih? Udah kayak hantu aja.’’
‘’Jalanlah, oma kan nggak bisa terbang.’’
‘’Kamu menyukainya? Oh ya ampun Arley, oma sangat setuju, oma sangat menyukainya.’’
Dengan cepat Arley menutup laptop. Berdiri dan melangkah menuju ranjang. ‘’Apaan sih oma. Wanita menyebalkan seperti itu, aku tidak mungkin menyukainya.’’
‘’Lalu, kenapa kau melihat fotonya? Jangan bilang kamu hanya PHP-in oma.’’
‘’Astaga oma, mikirnya kejahuan. Udah ya oma, daripada mikir yang nggak-nggak, lebih baik oma keluar, aku capek, ngantuk mau tidur.’’
‘’Kamu ngusir oma, begitu?’’
‘’Yaudah kalau oma masih mau disini, yang jelas aku ngantuk.’’
‘’Alasan aja kamu, bilang aja kalau mau ngusir oma, iya kan?’’
‘’Terserah oma aja deh.'' Arley membaringkan tubuhnya, menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh. Pria itu mengalah. Lagian, dirinya tidak akan pernah menang jika berdebat dengan sang oma.
‘’Arley kamu tuh ya, oma masih ngomong kok ditinggal tidur sih?’’ Mau tidak mau oma keluar dari kamar Arley.
Seminggu kemudian
''Hai cantik,'' sapa seorang pria kemayu saat Ivy memasuki ruang ganti. Pria kemayu itu tidak lain dan tidak bukan adalah penata rias kepercayaan Ivy.
''Hhmm,'' jawab Ivy yang sedang dalam mood yang kurang baik. Dia duduk di depan meja rias. Seluruh staf dalam ruangan terlihat was-was, takut membuat Ivy kesal.
Tiba-tiba saja Ivy berteriak penuh amarah dan terentah apa yang dialami wanita itu, tindakannya tersebut membuat para staff jelas begitu ketakutan. Mereka sudah sangat mengenal sosok Ivy yang kadang bertingkah seenaknya tanpa memikirkan situasi di sekitarnya.
Di kalangan staff, wanita itu memang terkenal dengan temperamennya yang buruk, dan akan lebih buruk lagi jika dia sedang dalam situasi mood yang kurang baik seperti saat ini.
''Aish ini benar-benar menjengkelkan!'' teriaknya lagi dengan tangan yang beberapa kali memukul meja riasnya.
''Bill, mana jus untukku apa kau ingin aku mati kehausan disini?'' kesalnya menatap asisten pribadinya itu dengan mata yang melotot sempurna.
Billi kewalahan, tubuhnya sedikit bergetar, menatap takut pada Ivy yang kini sudah berjalan mendekatinya. ''Ma ... maaf nona, saya lupa menyiapkannya,'' jawabnya terbata.
Billi yang umurnya 2 tahun lebih muda dari Ivy, bahkan menundukan wajahnya karena terlalu takut menatap Ivy yang sekarang sedang dalam mode monsternya.
''Lupa katamu? Mengurus hal sekecil ini saja kau tidak becus? lalu untuk apa lagi aku mempertahankanmu, mulai hari ini kau kupecat!'' ucapnya sambil sedikit mendorong tubuh Billi.
''Nona tolong jangan pecat saya, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, saya mohon,'' pinta Billi yang hampir menangis, pria muda itu sudah duduk bersimpuh di bawah kaki Ivy.
Bersambung .....
Bukannya kasihan, Ivy malah mengangkat kakinya dengan kasar dan hampir mengenai wajah Billi. ''Harusnya kau bekerja dengan baik dan jangan membuatku kesal, KELUAR!'' usirnya lalu menatap beberapa staff pria yang ada di sana, dengan tatapan tajamnya seolah dia menyuruh mereka untuk membawa Max keluar.
''Apa kalian hanya akan berdiri diam disitu? Ambilkan jus untukku sekarang!'' teriaknya melihat beberapa staf yang hanya berdiri diam dengan kepala yang menunduk.
''Heran deh kalian itu dibayar untuk apa sih sebenarnya? Pekerjaan sekecil ini saja harus aku yang mengingatkan?'' Lalu dengan santainya Dia kembali melangkah ke meja rias, duduk tenang di sana dan mengeluarkan benda pipih kesayangannya dari tas mahalnya.
''Kak carikan asisten baru untukku!'' ucapnya dan langsung menutup panggilan teleponnya bahkan sebelum manajernya mengucapkan sepatah katapun.
''Barbara dandani aku sekarang,'' suruhnya setengah berteriak pada penata riasnya, dengan mata yang sama sekali tidak lepas dari benda pipih yang kini tengah menampilkan profil instagramnya. Dia sedang membaca beberapa komentar terkait postingan terbarunya yang sedang mempromosikan satu brand kecantikan ternama yang memang memilihnya sebagai brand ambassador.
@Bellareal [Makan apa sih kak, kenapa cantik sekali?]
@Aliciakim [Cinta banget deh sama kak Ivy, semangat kak aku akan selalu mendukungmu]
@Betley_bert [Dewiku benar-benar luar biasa cantiknya]
@Felixypz [Tuhan mau satu dong yang kayak gini]
@Alden Addison [Berharap bisa ketemu kamu suatu saat nanti]
@Ben1997 [will you marry me?]
@Angelinassp [Semangat kakak cantik, salam dari indonesia ya]
Matanya fokus, beberapa kali menyunggingkan senyum lebarnya saat membaca pujian-pujian yang dilontarkan padanya, sampai tak sengaja matanya menangkap satu komentar yang kembali membuat darahnya mendidih. Wanita itu tidak suka jika ada yang membandingkannya dengan Julia Freddy dan sekarang ada seseorang yang melakukannya, ditambah lagi orang itu juga menghinanya.
@JuliaFredy_fans [Cantik apanya? cantikan Julia kemana-mana, kalian bodoh kalau menyukai wanita munafik sepertinya, dia tak sebaik yang kalian pikir, penuh kepura-puraan. Ivy Dawson, aku tau bagaimana kamu sebenarnya jadi jangan lagi menipu fansmu dan perlihatkanlah wujud aslimu]
Tak hanya Ivy yang marah, fans nya juga meluapkan amarah mereka, terbukti sekarang banyak komentar pedas yang ikut mengkritik akun yang sepertinya adalah akun penggemar Julia itu.
Mereka berbondong-bondong menyerang akun tersebut, tentu saja mereka tidak terima saat ada orang yang menjelek-jelekan idola mereka, apalagi tuduhannya sangat tak jelas dan masuk akal. Ivy yang mereka tau adalah wanita yang ceria dan lemah lembut tapi sekarang ada orang yang ingin memfitnah idola mereka itu?
''Siapa ini? Berani-beraninya dia,'' kesal Ivy membuka profil seorang pengemar Julia itu, yang ternyata tidak ada apa-apa di akun tersebut, baik postingan atau apapun itu.
''Apa-apaan ini?'' kesalnya lagi karena tak menemukan apapun di sana, mengepal erat jemarinya dengan sorot mata yang tajam. ''Awas saja kau, akan kusambut permainanmu dan kupastikan kau menyesal karena sudah coba-coba bermain denganku,'' geramnya dalam hati.
Tak lama terdengar suara pintu yang dibuka, menampilkan Cattie, manajer kesayangannya, dibelakangnya diikuti seorang staf pria yang membawa beberapa contoh pakaian yang akan digunakannya untuk interview yang akan berlangsung satu jam lagi.
''Kenapa wajahmu seperti itu?'' Cattie memperhatikan wajah kesal Ivy.
Ivy hanya menjawab dengan buangan nafas kasar.
''Daripada kesal, mending kamu pilih dress mana yang mau digunakan.''
Dengan wajahnya yang masih bete, Ivy pun mulai menelisik, melihat model pakaian-pakaian itu dan menimbang mana yang akan digunakannya.
Pilihannya jatuh pada satu dress berwarna putih dengan model yang terbuka sepenuhnya di area punggung dan panjangnya kira-kira sedikit di atas lututnya.
Sejam kemudian, Ivy tersenyum menghampiri pria tampan yang sedang duduk santai, dengan banyak kamera di depannya.
''Hai kak,'' sapa Ivy, dan dengan santainya duduk begitu dekat di samping pria itu. Mereka berdua telihat menatap penuh intim, membuat beberapa pasang mata reporter yang ada di tempat itu tertuju kepada mereka penuh curiga.
''Menjauhlah sedikit,'' Bisik Leo. Seraya memindahkan posisinya sedikit lebih jauh dari Ivy yang tentu saja membuat wanita cantik itu merenggut kesal.
Tak lama masuklah sosok wanita yang tak kalah cantik dan tak kalah populer dari Ivy, siapa lagi kalau bukan Julia Fredy, mantan sahabatnya yang kini malah menjadi musuh bebuyutannya.
''Dasar caper,'' cibir Ivy, dengan tatapan tidak suka pada Julia yang kini sedang menyapa para staf dan reporter yang ada di ruangan itu, dia bertambah kesal saat melihat camila yang dengan gampangnya tersenyum pada Leo apalagi wanita itu dengan tidak tau malunya duduk di samping Leo dengan jarak yang sangat dekat.
Dan apa ini, pria itu sama sekali tidak protes?
Padahal tadi saat dengannya Leo cepat-cepat bergeser dengan alasan tidak mau dicurigai yang nantinya malah akan terlibat skandal dengannya dan sekarang apa?
Kenapa pria itu hanya duduk diam dan malah tersenyum cerah pada Julia?
''Senyum,'' bisik Cattie menghampiri Ivy, berpura-pura ingin memperbaiki tatanan rambut Ivy yang sedikit berantakan.
''Kau ingin trending karena tatapan tidak menyenangkan itu?'' bisiknya lagi dengan nada sedikit kesal yang akhirnya Ivy pun mulai menampilkan senyumnya, senyum yang sangat manis yang membuatnya terlihat lebih cantik berkali-kali lipat.
''Bisa kita mulai interview nya?'' tanya penyelenggara acara yang meminta persetujuan dari ketiga aktris bersangkutan dan tentu saja langsung disetujui oleh ketiganya.
Semula acaranya lancar-lancar saja sampai tiba di pertanyaan terakhir yang seharusnya sudah biasa ditanyakan oleh banyak reporter tapi tidak untuk Ivy, dia malah sangat menghindari pertanyaan seperti ini, tidak suka saja saat seseorang tidak mengakui keberadaannya dan ia yang juga tidak mengakui keberadaan orang itu.
''Maaf satu pertanyaan terakhir, saat ini kalian bertiga merupakan aktris yang sering tampil di layar tv, kepopuleran kalian juga tidak bisa diragukan lagi tapi apakah diantara kalian ada yang pernah terlibat cinta lokasi dengan sesama aktris atau aktor mungkin atau diantara kalian saat ini apakah ada yang sedang menjalin hubungan dengan seseorang?'' tanya reporter yang langsung mendapat senyuman dari Julia yang sama sekali berbanding terbalik dengan ekspresi Ivy dan Leo, tapi sebisa mungkin keduanya menutupi dengan ikut tersenyum tipis.
''Hhmm.'' Julia mulai mengangkat suara yang membuat Leo semakin gugup.
''Sebelumnya saya tidak ingin mempublikasikan hubungan kami, tapi ... saya pikir sekarang sepertinya tidak apa-apa. Memang saat ini saya sedang menjalin hubungan dengan seorang aktor dan kami berencana menikah dalam waktu dekat ini,'' ucap Julia yang disambut bahagia oleh seluruh orang yang ada di ruangan itu, apalagi untuk para reporter, tentunya mereka lebih senang lagi karena mendapatkan berita eksklusif.
''Sayang'' Julia meraih dan menggenggam tangan Leo dengan lembut.
Deg
Bersambung .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!