12 Tahun Lalu...
Disebuah Panti Asuhan
Sepasang orang tua memutuskan untuk mengadopsi anak dengan maksud sebagai "pancingan", mereka berharap bisa memiliki anak kandung lewat anak pancingan. Tentu hal ini dirahasiakan dari pemilik panti asuhan untuk memuluskan rencana mengadopsi anak. Panti Asuhan Itu bernama Panti Asuhan Belaian Kasih.
Sang pemilik panti merupakan pensiunan perawat rumah sakit anak dengan bahagia berharap agar anak asuhnya mendapatkan orang tua yang baik dan menyayangi anak-anak panti.
Nama anak itu Embun, hanya Embun tanpa embel-embel nama keluarga dibelakang namanyan. Gadis kecil berusia 6 tahun berlari gembira dengan teman-temannya, wajahnya begitu polos dan cantik. Sepasang orang tua itu langsung menjatuhkan pilihan ke anak itu.
" Wajahnya cantik, tidak kelihatan seperti orang susah" Bisik si istri.
Suaminya mengangguk setuju. Ia berbicara dengan pengacara sambil menunjuk Embun dari kejauhan.
Persyaratan mengadopsi selesai dalam seminggu diatur oleh pengacara keluarga. Nama sepasang suami istri tersebut adalah Wijaya bumiwardoyo dan Ningsih bumiwardoyo.
10 tahun menikah belum mempunyai anak.Ibu Wijaya atau mertua Ningsih mencari peramal berdasarkan usul dari kenalannya. Dari mulut sang peramal mengatakan bahwa Wijaya dan Ningsih akan punya anak dengan syarat harus mengambil anak orang lain sebagai pancingan.
Sang mertua menyampaikan ramalan ini dan memaksa Wijaya dan Ningsih untuk segera mencari anak "pancingan" karena a ingin segera memiliki cucu kandung.
Wijaya dan Ningsih menuruti kemauan orangtuanya lalu mencari anak yang dimaksud.
" Apa benar harus mengadopsi? kita masih bisa berusaha" Wijaya agak keberatan.
" Kapan? menunggu ibu mati dulu?? pokoknya cari anak itu! Kali ini percayalah peramal yang ibu datangi tidak pernah meleset"
" Ibu" Wijaya kehilangan kata-katanya.
" Turuti atau kalian tidak akan mendapatkan warisan sepeserpun" Ancam ibu Kumala bumiwardoyo ibu dari Wijaya bumiwardoyo.Akhirnya sepasang suami istri itu mengangguk patuh.
***
" Mandikan dia" Kata Ningsih menengok Embun dimobilnya sedang terkagum-kagum dengan mewahnya rumah orang tua adopsinya.
" Apakah Ini rumah baruku Ibu??" Tanyanya dengan atusias
" Hmm" Ibu Ningsih berlalu masuk kamarnya, hari ini sangat melelahkan untuknya.
Pelayan mengangguk lalu mengantarkan embun untuk mandi. Ibu Kumala (nenek angkat Embun) sampai tidak mengenali Embun setelah mandi dan ganti pakaian.
" Cantik sekali anak yang kalian pilih! tidak terlihat seperti anak gembel, panggil aku nenek mulai sekarang"
" Embun punya ayah ibu sekarang punya nenek, Embun bahagia sekali " kata Embun dengan sangat menggemaskan.
Bocah 6 tahun itu sangat gembira, ia mendapatkan kamar yang bagus, mainan boneka yang tertata dilemari. Suasana rumah menjadi lebih ceria semenjak kehadiran embun.
Dimana-mana terdengar tawa ceria. Walaupun pak Wijaya dan ibu Ningsih masih kaku dalam memperlakukan Embun namun mereka berusaha memberikan yang terbaik bagi Embun. Didepan kerabat, Embun diakui sebagai keponakan Ningsih yang diadopsinya.
Ningsih malu dengan kenyataan ia harus mengadopsi Embun, anak yang tidak jelas asal usulnya. Ia merasa lebih baik mengatakan kalau Embun berasal dari kerabat jauhnya.
Embun sangat cerdas, disekolah ia menunjukkan bakatnya. Ia pandai bernyanyi, memainkan alat musik dan pintar dalam pelajaran sekolah. Ia sangat menonjol disekolah. Guru banyak yang memujinya. Sedikit banyak membuat orang tua adopsinya bangga.
Baru beberapa bulan di TK ia dipindahkan ke kelas 1 tetapi kepala sekolah mempertimbangkannya untuk loncat ke kelas 3 atau 4 sementara dikelas 1 hanya untuk adaptasi saja.
"Bagus! kau harus menunjukkan siapa keluarga Bumiwardoyo" Puji nenek ketika diberitahu prestasi Embun.
Kepintaran Embun sangat menonjol, banyak yang memujinya. Ningsih tidak tahu apakah harus bangga atau tidak, ada kekhawatiran kelak jika ia mempunyai anak maka anaknya akan kesulitan bersaing dengan Embun hingga ia tidak bisa dekat dengan Embun.
Sejatinya walaupun dingin, ibu Ningsih tetap menyediakan keperluan anak angkatnya. Selebihnya Embun diasuh oleh babysitter yang dibayarnya tiap bulan.
" Bu duduk sini " Ajak Embun dengan lucunya.
Semua tingkahnya menjadi menggemaskan.
ibu Ningsih menatap anak angkatnya itu
" Ayo Bu." Ajak Embun menarik tangan ibunya untuk duduk didekatnya.
" Ada apa?" Tanya ibu Ningsih.
" Bu esok Embun ulang tahun, ibu mau kan hadir dipanti esok pengasuh panti akan mengadakan doa bersama "
" Iya" Jawab ibu Ningsih singkat.
Embun bersorak gembira. ia memeluk ibunya sambil mencium pipinya. ia berlari masuk ke kamar. ibu Ningsih hanya bisa menatap dengan tatapan kosong.
****
Keesokan harinya pak Wijaya dan ibu Ningsih menyempatkan diri untuk hadir dalam doa di panti. Mereka tidak mau mendapatkan kesan bahwa Embun mendapat perlakuan tidak baik selama dirumah mereka.
Embun sangat gembira membagi hadiahnya ke teman-temannya disana.
" Kau sangat beruntung harusnya aku yang dipilih" Kata Nesya iri. ia setahun lebih tua dari Embun.
" Jangan bicara begitu, itu rejeki Embun" Marah Shasa.
" HUH" Nesya mendengus lalu pergi.
Ia masuk ke kamar dan mengurung diri sepanjang doa Embun berlangsung.
Tok! Tok! Tok!
Bunyi Pintu Diketuk dari luar.
" Boleh Embun masuk??" Tanya Embun.
Nesya duduk di ranjang, wajahnya sendu. Matanya terlihat memerah seperti habis menangis.
" Nesya kenapa?"
" Pergi sana!! kamu sudah jadi orang kaya, kenapa harus ke sini sich? pamer aja" Marah Nesya.
" Embun Tidak pamer"
" Bodoh! apa namanya kalau bukan pamer? datang ke sini bawa banyak hadiah mentang-mentang disayang" Marah Nesya.
" Maaf Embun bikin Nesya sedih" Embun menunduk sedih tidak ingin ada teman yang tidak menikmati kebahagiaan bersamanya.
Nesya jadi merasa bersalah, ia tau Embun tidak salah, rasa irinya yang mendorong nya untuk marah padahal ia tidak bermaksud menyakiti hati Embun.
" Ya sudah!ayo!" Ajak Nesya menghapus air mata Embun.
" Eh? " Embun melongo
" Ayo keluar! masa yang ulang tahun sedih, ayo" Ajak Nesya tersenyum.
Embun tersenyum bangkit ikut sahabatnya dari belakang. ia bahagia Nesya bisa ikut dalam pesta kecilnya.
" Eh itu Embun! ayo tiup lilinnya! " Seru Kiky. Ia paling Tua dipanti itu serta tubuhnya juga yang paling besar diantara anak panti.
Lagu **SELAMAT ULANG TAHUN ** menggema di seluruh panti\, ramai dengan tepuk tangan dan tawa ceria anak-anak. Embun berbaur gembira berlarian dengan sahabatnya. Nesya pun larut dalam hiruk pikuk acara.
" Terimakasih Pak dan Ibu Bumiwardoyo mengizinkan perayaan ulang tahun embun dipanti sini, anak itu paling ceria disini, beberapa hari ia pergi banyak temannya yang menangisinya. "
Orang tua angkat Embun hanya tersenyum. sebenarnya mereka kurang suka suasana yang ada didepan mereka, demi menampakkan image yang baik mereka berusaha berpura-pura menikmati acara.
Ibu Ningsih sesekali menghela napas diam-diam, ia bosan dan ingin segera pulang. ia lebih banyak diam dan akan tertawa "bahagia" jika Embun mendekatinya.
*****
Pukul 10 malam Embun dan orangtua angkatnya pamit pulang ke rumah mereka.
Semua anak panti melambaikan tangan dengan gembira. Embun tersenyum bahagia.
Ya Tuhan semoga tahun depan Embun bisa ke sana Merayakan Ulang Tahun di Panti dengan teman-teman.
Perjalanan ke rumah memakan waktu 2 jam. Embun tertidur diperjalanan saking lelahnya.
" Aku capek sekali " Keluh ibu Ningsih sesaat ia yakin Embun sudah tidur.
" Sabar ikuti kemauan ibu dulu! kita pikirkan caranya untuk mengembalikan anak ini ke panti" Kata Pak Wijaya.
" Yah terlalu merepotkan! aku tidak suka anak-anak kalau anakku mungkin aku bisa dengan senang hati, Huh! merawat anak orang" Ibu Ningsih meneruskan keluhannya.
" kita harus lebih bersabar, ibu percaya sekali peramal itu. Katanya Embun akan membuat kita punya anak dan kita akan mendapatkan warisan ibu"
" Sabar sampai kapan?? kenapa kita tidak keluar negeri mencari program kehamilan disana, bagaimana aku bisa hamil jika harus stress dengan anak ini"
" Sabarlah beberapa bulan saja" Ujar pak Wijaya.
Ningsih terdiam sepanjang perjalanan. Sesampainya dirumah, ia menyuruh pelayan rumah untuk memindahkan Embun ke kamarnya. Sejak kedatangannya Embun memang tidur terpisah dari orangtua angkatnya.
*******
Tidak putus-putus author meminta dukungan, like and koment untuk cerita yang dibuat author. terimakasih kasih atas kunjungannya para readers tersayang, dukungan kalian adalah semangat bagi author 🥰🥰
Pak Wijaya Berlari terengah-engah, sudah lama ia tidak berlari seperti ini. Pembantunya menelpon bahwa Istrinya
dilarikan ke rumah sakit. Rasa cinta yang begitu besar membuatnya langsung panik dan membatalkan seluruh meeting yang direncanakan hari itu.
" Bagaimana Istri saya, Dok?"Tanya Pak Wijaya.
Ibu Kumala juga sudah berada lebih dahulu ditempat itu.
"Ningsih pingsan dikamarnya, Embun yang menemukannya" Cerita Ibu Kumala.
Lelaki itu terdiam. Dokter memeriksa hasil lab ibu Ningsih seketika wajahnya menjadi cerah.
" Istri anda tidak apa-apa hanya perlu banyak istirahat saja" jawb sang dokter dengan senyuman.
" tapi tadi istri saya pingsan dok!" Pak Wijaya masih saja tidak percaya
" Yah wajar untuk awal kehamilan namun harus berjaga tidak boleh stress dan capek, rutin makan yang bernutrisi dan minum vitamin " Kata Dokter.
" Ningsih Hamil! " Pak Wijaya berseru gembira sambil memegang tangan ibunya keduanya sangat gembira.
" Apa kataku? Peramal itu benar! andai dari dulu kalian mengadopsi anak, mungkin cucuku sudah dua atau tiga" Seru Ibu Kumala.
" Ibu bicara apa, kita fokus pada kesehatan Ningsih saja dulu" Pak Wijaya seolah mengelak membenarkan kenyataan.
Mereka menemui Ningsih dengan sukacita mengabarkan kehamilan.
" Sudah jalan 8 Minggu artinya dua bulan sejak Embun dirumah, anak itu memang membawa keberuntungan" Ibu Kumala memuji Embun.
Ibu Ningsih menatap tidak suka ke arah suaminya.
" Apa ibu akan lebih menyayangi Embun daripada anak kami nantinya?" tanya Ningsih
" Apa yang kau bicarakan? cucuku tetap cucuku! aku pasti akan menyayangi darah dagingku, keturunanku! "Jawab Ibu Kumala
" Maafkan aku ibu sekarang aku sudah hamil, apa Embun bisa dikembalikan lagi ke panti! aku tidak yakin
bisa merawatnya dengan baik apalagi sedang mengandung" Tanya Ibu Ningsih.
" Tapi peramal bilang anak itu membawa keberuntungan untuk kalian! ia akan menolong kalian kalau kalian
antar ke panti maka kalian tidak akan beruntung lagi " kata Ibu Kumala agak kurang yakin dengan ide menantunya.
" Tidak perlu percaya Mitos bu! kita kembalikan dia esok, aku akan mengurusnya" Kata Pak Wijaya. ia tidak ingin istrinya tidak nyaman sesampainya dirumah.
" Terserah kalian saja, kalau sesuatu terjadi jangan salahkan aku" Kata Ibu Kumala pulang.
Pak Wijaya menelpon pengacaranya meminta mengurus pembatalan adopsi
" Jangan Lupa siapkan sejumlah kompensasi " Kata Pak Wijaya.
" Terima Kasih suamiku"Ujar ibu Ningsih.
Pak Wijaya tersenyum menggenggam tangan istrinya
" Esok ketika kau sampai dirumah, anak itu sudah kembali ke pantinya" katanya dengan penuh kasih sayang
" Aku tidak pulang malam ini??" Ibu Ningsih bertanya sambil mengusap perutnya yang masih datar.
Pak Wijaya menggelengkan kepalanya, " Tidak sayang, malam ini kita dirumah sakit dulu"
Ibu Ningsih bersikeras untuk pulang. Pak Wijaya pasrah, ia mengikuti kemauan istrinya dan berkonsultasi ke dokter.
" Sebenarnya terlalu Riskan, kandungan istri anda lemah, ia belum mampu untuk pulang. Saya menyarankan
istri anda untuk bedrest dirumah sakit selama 3 hari agar kami bisa mengawasi kehamilan istri anda"
" Tapi dokter, istri saya merasa sudah sehat" bantah pak Wijaya
" Tuan, capeknya ibu hamil dan ibu tidak hamil itu berbeda, istri anda merasa sehat dan pulih namun tidak kandungannya " Kata Dokter.
Dokter tidak mengizinkan Ningsih untuk pulang,, namun ia tetap keras kepala pulang dan tidur dirumahnya.
" saya sudah sehat dan saya akan meminum vitamin yang anda kasih" kata ibu Ningsih.
Dokter geleng - geleng kepala, ia tidak merekomendasikan ibu Ningsih untuk pulang.
" Sayang dengarkanlah dokter"
" Pokoknya aku ingin pulang" Ibu Ningsih terus saja bersikeras.
Pak Wijaya mengalah. Demi Istri dan anak yang sedang dikandung istrinya, akhirnya ia membawa istrinya kembali
kerumah malam itu dengan menambah sejumlah fasilitas kesehatan pribadi untuk menangani suatu yang tidak diduga.
Dokter meminta suami istri itu menandatangangi surat pernyataan untuk tidak menuntut rumah sakit karena pasienlah yang keras kepala menginginkan perawatan dirumah.
****
" Embun harus pulang?? Kenapa?? " Tanya anak itu polos pada Pak Wijaya,
Ibu Ningsih buang muka sekarang ia tidak segan memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap Embun.
" Biar Embun berkumpul dengan teman-teman disana lagi, tidak kesepian seperti disini, papa janji akan selalu mengunjungi Embun dan Embun bisa menginap disini kapanpun Embun mau"
Anak itu murung tetapi ia menerima,
Otak cerdasnya menangkap bahwa ia sengaja "dibuang" setelah ibu angkatnya Hamil. Namun anak itu berusaha tidak mempercayai analisa dikepalanya.
" Papa janji??" Tanya Embun.
" Yah,papa janji " Kata Pak Wijaya mengelus puncak kepala Embun.
Embun mengangguk, ia segera bersiap-siap. Tidak banyak barang yang dibawanya pulang ke panti. Mobil
pengacara datang. Embun bersiap dan berpamitan.
Pak Wijaya menyempatkan diri memeluk anak itu sedangkan ibu Ningsih dingin menanggapi Embun pamit.
" Selamat Tinggal"Ujar Embun masuk dalam mobil. Mobil berjalan menjauhi pekarangan Rumah Bumiwardoyo.
" Singkirkan semua barang yang pernah digunakan anak itu! aku ingin anakku nanti memakai yang baru"
kata Ibu Ningsih pada pelayannya.
Secara tiba-tiba ia merasakan serangan sakit pada perutnya, darah mengalir keluar dari sela pahanya.
" Astaga nyonya berdarah" Seru pelayan
Pak Wijaya panik membawa Ibu Ningsih kerumah sakit. Sayangnya janinnya tidak terselamatkan. ibu Ningsih menjalani tindakan kuret.
"TIDAAAAKKKK!!!!!! " seru Ibu Ningsih kemudian Pingsan.
Ibu Kumala datang tepat setelah ibu Ningsih pindah ke ruang VVIP, ia langsung menyalahkan Ningsih tanpa ampun
" Andai kau tidak keras kepala! cucuku masih bisa bertahan! aku heran dengan kekeraskepalaanmu ini"
" Ibu jangan menyalahkan Ningsih, ia juga sedang berduka kehilangan janinnya..."
" Bela terus Istrimu! manjakan terus ! jangan harap kalian punya anak lagi, aku sudah bilang Embun itu pembawa keberuntungan! kalian malah mengembalikan dia, liat? dia pergi, cucuku mati!!!" Marah Ibu Kumala.
Air mata Ningsih mengalir. ia menyesali tindakan cerobohnya memaksa pulang, ia begitu ingin melihat Embun
keluar dari rumahnya namun ia tidak percaya apa yang terjadi padanya adalah keberuntungan yang hilang.
" Ambil kembali anak itu" Suruh Ibu mertua Ningsih
" Tapi Ibu" Pak Wijaya hendak membantah.
"AMBIL KEMBALI!!!! ATAU CERAIKAN ISTRIMU, Aku sudah lelah menunggu cucu darinya, aku heran dengan kekeraskepalaan istrimu ini! Sudah susah punya anak masih tidak menurut dikasih saran orangtua, aku tidak ingin menunggu lagi, apa aku harus mencarikan istri baru untukmu"
" Ibu ini bukan salah Ningsih" Pak Wijaya berusaha membela istrinya.
" Aku sudah memberi pilihan" Ibu Kumala pergi. langkah kakinya terdengar hingga ujung lorong rumah sakit.
Ibu Ningsih melamun dengan sedihnya, ia tidak ingin kehilangan suaminya.
" Apa kau akan menikah lagi suamiku?"
"Tidak, aku hanya mencintaimu, aku akan membawa anak itu kembali untuk menenangkan ibu" Kata Pak Wijaya mengambil ponsel disakunya.
Tut!TUUUTTTT
" Halo pak! apa ada perintah tambahan??" tanya sang pengacara.
" Bawa Anak itu pulang?? " kata Pak Wijaya berbicara ditelpon.
Ia menghubungi pengacaranya. Untungnya pengacaranya belum sampai di panti membahas pembatalan adopsi.
" Haa??" pengacara itu nampak terkejut.
Pak Wijaya melanjutkan perkataannya, " Batalkan surat untuk pembatalan adopsi itu"
" Baiklah, kami akan tiba dalam 2 jam kebetulan aku dan anak itu sedang singgah sarapan di cafe dekat panti"
jawab Pengacara itu.
" Bagus" jawab pria itu.
Sambungan telepon terputus.
" Anak itu akan kembali ke rumah, bersikap lunaklah sedikit agar ibu reda emosinya"
Ibu Ningsih mengangguk pelan. Pak Wijaya pamit sebentar menerima telepon untuk alasan pekerjaan. Ningsih jadi merenungi kejadian yang terjadi, sedikit rasa sesal yang ia alami dan semua kemarahannya dilimpahkan pada Embun.
*****
BERSAMBUNG
Visual Embun
Visual Embun 3 Tahun saat ditemukan Ibu panti
Visual Embun usia 6 Tahun saat merayakan Ulang Tahunnya
Novel ini bukan sengaja tidak dilanjutkan, Tuntutan pekerjaan membuat author tidak sanggup menulis dua novel bersamaan, semoga kedepannya author bisa menulis dengan banyak inspirasi, dan kalianlah yang selalu menjadi motivasi utamaku. Terima kasih
Jangan lupa mampir ke Novel pertama Author yang berjudul ORANG KETIGA ya
***
Pasca Keguguran pertama kemarin, Ningsih hamil kembali pada bulan ke 2. Semua menyambut dengan suka cita, ibu mertuanya menjadi ratusan kali lebih cerewet.
Selama masa kehamilan ia turun tangan penuh dalam mengawasi hingga bulan ke sembilan lahirlah seorang putri cantik yang diberi nama Anggun Bumiwardoyo. Kelahirannya dirayakan secara besar-besaran dan diberitakan dimedia massa selama beberapa bulan penuh.
Ibu Ningsih sangat overprotektif pada anaknya, ia melarang keras Embun mendekati ataupun menyentuh adiknya itu.
Sikapnya semakin terang-terangan, ia tidak lagi tersenyum ataupun mendengarkan Embun. Pengasuhan Embun sepenuhnya diserahkan pada pembantu rumahnya bahkan Embun sudah tidak menempati kamarnya karena telah menjadi Kamar Anggun.
Embun tidak mempermasalahkan hal itu, ia cukup sadar diri seorang anak adopsi. Ingin rasanya ia kembali ke panti Asuhan tetapi tidak diizinkan oleh nenek Kusuma bahkan Nenek Kusuma mengancam jika Embun nekat maka panti asuhan akan dihancurkan dan anak-anak disana akan menjadi gelandangan karena Panti berdiri diatas tanah keluarga Bumiwardoyo.
Embun harus tetap berada dalam keluarga Bumiwardoyo hingga Anggun menikah, itu batas yang dikatakan oleh sang peramal nasib.
Ulangtahun Embun dipanti kemarin menjadi yang pertama dan terakhir buatnya. Setelahnya tidak ada lagi perayaan ataupun melakukan sesuatu untuk Embun.
Semuanya hanya untuk Anggun!
Untuk ANGGUN!.
Anggun tumbuh menjadi gadis kecil yang manja dan suka seenaknya sendiri. Kedua orangtuanya memberikan semua fasilitas yang terbaik untuknya.
Apapun yang dimilikinya semuanya adalah pilihan yang terbaik, Embun hanya mendapatkan semua bekas Anggun yang kebanyakan akan dirusak Anggun sebelum diberikan kepadanya. Para pembantu jadi sangat mengasihi Embun atas kemalangannya.
Dari tahun ke tahun, Embun semakin kurus tak terurus sedangkan Anggun tumbuh menjadi nona kecil yang cantik. Embun begitu Babyface atau mungkin karena kekurangan gizi hingga tidak terlihat jarak terlalu jauh antara ia dan adiknya.
Dengan Jarak 6 tahun seharusnya cukup untuk membuat orang dapat melihat perbedaan kakak dan adik, tetapi kadangkala Embun terlihat lebih muda (pengaruh tubuh kurus) dibanding Anggun.
Hal ini kadang membuat Anggun mengamuk dan tidak lagi memperbolehkan Embun berada dalam satu ruangan yang sama diacara manapun. Ibu Ningsih tidak bisa lagi mengandung anak karena rahimnya bermasalah, praktis Anggun menjadi satu-satunya pewaris Bumiwardoyo kedepannya.
***
" Hai Mom! " Anggun menyapa ibunya sambil mencium pipi. Ia baru saja balik dari sekolahnya.
Gadis itu telah berusia 16 tahun sekarang (Embun sudah 22 tahun)
" Hai sayang" Ibunya menyapa balik.
" Malam ini aku ada janji dengan Sean, Kami mau merayakan Ulang tahunku yang ke 17 bersama" Kata Anggun.
Sean Wijaya adalah pacar Anggun, orangtuanya adalah konglomerat dan kenal baik sejak mereka kecil bahkan menjodohkan mereka pada saat Anggun dalam kandungan saat mengetahui Ibu Ningsih mengandung seorang anak perempuan.
Ibu Ningsih membiarkan putrinya bersama Sean karena kedekatan putrinya dapat membuat nama baik keluarga semakin naik dimata kerabatnya. Sean sendiri seorang Don juan sejak ia mengalami pubertasnya.
Tidak terhitung korban yang telah ditimbulkannya. Usianya lebih tua 2 tahun dari Anggun, Gadis itu mengetahui keplayboyan Sean namun tidak mempedulikannya, ia membiarkan saja "pacarnya" bermain-main dengan wanita lain sebagai selingan.
Jika ada wanita yang "dipakai" terlalu lama oleh Sean maka Anggun akan menyingkirkannya dengan bantuan kekuasaan keluarganya.
" Hmm iya sayang" Jawab Ibunya tersenyum.
Anggun masuk ke kamarnya, merias diri mencari baju yang terbagus menurutnya. Namu tidak ada yang membuatnya puas. Dengan merajuk ia menemui ibunya.
"Bajuku sudah usang semua Mom!" Lapornya
" Mommy tahu sayang, Ayo" Ibu Ningsih memang menunggu putrinya untuk kembali. Ia menarik tangan putrinya ke kamar lalu memberikan beberapa gaun yang dipesannya beberapa hari lalu pada seorang desainer kelas dunia untuk merayakan ulang tahun putrinya yang ke 17 tahun.
" Mommy memang yang paling mengerti aku!! " Anggun melompat gembira.
Matanya melebar melihat gaun indah berwarna merah, peach dan biru. Ibunya memesan 5 gaun sekaligus agar Anggun bisa memilih mana yang akan dipakainya terlebih dahulu pada pesta sweet seventennya.
Ia mengambil gaun yang berwarna merah darah dan cepat-cepat masuk ke kamarnya. Tidak lama Sean datang menjemput. Anggun keluar ketika ia tengah asyik bicara dengan Ibu Ningsih.
" Astaga sayang! kamu cantik sekali" Puji Ibunya saat melihat Anggun melangkah keluar kamar,
Sean tidak banyak berkomentar hanya tersenyum dengan tatapan agak aneh ke arah Anggun. Ia berjalan bak model dicatwalk dengan gaya dibuat-buat manis, bagian punggungnya terbuka.
Tatapan mata Sean lapar melihat Anggun dibalut dengan gaun yang kekurangan bahan seperti itu.
" Bagaimana penampilanku, Sean?" Tanya Anggun.
" Perfect!" Jawabnya singkat dengan senyum palsunya. Entah sudah berapa gadis yang pernah ia puji seperti itu,
Anggun memang cantik, setidaknya bisa disejajarkan dengan model yang dikencaninya.
Sean menjulurkan tangannya untuk menggandeng Anggun. Keduanya pamit pada Ibu Ningsih.
" Ayo kita pergi putri" Ajaknya dengan gayanya yang khas semakin membuat Anggun tergila-gila.
Anggun tersenyum lalu mengikuti lelaki yang digandengnya ke mobil Porsche Macan 2.0. Mobil ini memiliki eksterior mewah yang dilengkapi dengan lampu LED dan Porsche Dynamic Lighting System+.
Desain interiornya yang mewah juga turut dibawa oleh Porsche Macan 2.0. Dimana ia memiliki power seat dan memory package 14-way. Untuk warnanya sendiri ia dipadukan dengan warna hitam serta luxor beige.
Keduanya masuk ke sebuah restoran mewah, Sean mengatur sebuah private party untuk Anggun yang membuat gadis itu sangat terkesan, Sean mengerti betul gadis seperti Anggun sangat menyukai kemewahan, tidak lupa ia menghadiahkan sebuah kalung berlian cantik dan beberapa hadiah mahal lainnya.
" Bersulang" Sean mengetukan cangkirnya dengan Anggun.
Anggun tersenyum dan ikut bersulang. Wine terasa nikmat jika disesap sedikit demi sedikit namun bagi Anggun yang pertama kali langsung meminumnya hingga habis.
" Wow" Seru Anggun merasakan sensasi aneh dilambungnya.
" Eh dilarang mabuk! kita belum dipuncak acara" Tegur Sean.
Anggun tertawa pengaruh alkohol menambah keberaniannya, ia merapatkan dirinya pada Sean. Pemuda itu paham apa yang tengah dirasakan gadis muda didepannya. ia mengerti betul dalam hal seperti ini Anggun boleh dikatakan polos.
Ia membimbing Anggun masuk ke mobil dan pergi ke Hotel.
" Kenapa kita ke sini? pulang yuuk, aku pusing" Ajak Anggun.
" Tenang saja sayang, kita disini untuk menghilangkan pusing" Sean mengendus leher Kekasihnya itu.
Anggun tidak banyak perlawanan, ia memang beberapa kali terlibat ciuman panas dengan Sean. Alkohol membuatnya makin menikmati apa yang dilakukan kekasihnya.
Ciuman yang sejak awal memang sudah panas semakin menjalar hingga seluruh tubuhnya. Anggun terbawa suasana membuat Sean semakin bebas menjamah semua bagian tubuh Anggun.
" Selamat ulang tahun sayang, dengan ini kamu sudah menjadi wanita dewasa" Bisik Sean ditelinga Anggun sambil membuka paha gadis itu selebar mungkin dan menghujamkan dirinya ke dalam tubuh gadis itu berulangkali tanpa mempedulikan tangisan kesakitan orang dibawah tubuhnya.
" Owh..Gadis perawan memang nikmat" Desis Sean tidak jelas.
Anggun tidak mampu menghentikan Sean, Pemuda itu berhenti saat ia sudah melepaskan semuanya dalam tubuh Anggun,
lalu tanpa setahu Anggun ia meminum obat kuat dan meminumkan pula pada Anggun obat yang sama lewat ciuman agar gadis menjadi liar dan bergairah hingga Sean tidak perlu repot lagi membujuknya melakukan hubungan intim secara marathon malam itu dengan berbagai gaya dan pose.
Sean menikmati tubuh Anggun semalam suntuk, hasratnya terlalu besar hingga mengarah ke hyper.
Begitu Anggun tertidur ia menelpon seorang gadis panggilan lewat intercome kamar dan berpesta gairah kembali. Anggun sendiri tidak sadarkan diri dibaringkan dilantai begitu saja tertidur diantara desahan napas manusia yang bergumul diranjang yang telah ternoda oleh darah perawannya.
" Perawan Boss"
" Yups, Tidak senikmat dirimu" Desah Sean menahan nikmatnya saat si boynya sedang dimanjakan oleh wanita didepannya.
" Kalau begitu nikmatilah sampai puas" Desis wanita itu dengan senyuman menggoda.
Menjelang subuh sang wanita pergi, Sean mengangkat kembali tubuh Anggun, tidur memeluk Anggun dengan protektif. Malam ini ia sungguh lelah.
***
" Apa yang barusan kau lakukan?" Tanya Anggun tajam. Sean baru saja terbangun setelah tertidur beberapa jam.
Bekas darah menjadi noda disprei putih hotel membuat penyesalan dikepala Anggun. Ia terlalu jauh melangkah bahkan tidak sadar telah mengkonsumsi obat perangsang.
Bagian bawahnya terasa sangat nyeri, entah berapa kali Sean menggempurnya. Yang mengherankannya adalah ia tidak melawan walaupun rasanya sangat sakit.
" Kita melakukan hal yang menyenangkan sayang!" Jawab Sean menatap puas, kissmark bertebaran dihampir seluruh tubuh gadis disampinya.
" Kau tidak akan meninggalkanku kan? " Anggun kali ini bertanya seperti kucing basah.
Sean tersenyum memeluk gadis yang baru saja ia nikmati itu " Tentu tidak sayang!" jawabnya dengan penuh kemenangan.
" Baiklah, antar aku pulang! Mom pasti cemas menungguku"
" Jangan khawatir, aku sudah menelpon tante! Sekarang sepertinya aku ingin lagi sayang"
" Lagi? punyaku masih sakit" Anggun menolak, namun bukan Sean namanya jika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
Walaupun Anggun menolak ia tetap bisa melakukannya. Anggun memang bodoh mempercayakan dirinya pada seorang playboy.
Setelah melakukannya diranjang, Sean membopongnya ke kamar mandi dan kembali melakukannya dikamar mandi.
Sean tidak peduli Anggun menikmatinya atau tidak, milik Anggun masih sangat sempit dan enak, benar-benar tidak terpuaskan hingga Anggun menunda untuk pulang ke rumahnya beberapa jam sampai ia bisa berdiri dan berjalan dengan benar.
Ia terpaksa meminta pelayan hotel untuk membelikannya obat penghilang rasa sakit. Sean agak kasar saat melakukannya dikamar mandi.
***
Siangnya begitu sampai dirumah, Anggun langsung masuk kamar dan berpesan ingin tidur karena pesta semalam suntuk. Hal ini biasa bagi pelayan dirumahnya. Embun baru saja akan berangkat ke tempat kerja melewati mobil Sean.
Pemuda itu tidak melewatkan kesempatan untuk merayu Embun namun gadis itu melaju tidak peduli dengan sepedanya.
" Jual Mahal! Dasar gadis kampung! kalau sudah merasakan si Boyku ini pasti juga kelepek-kelepek!"
Sean menghidupkan mobilnya menuju kediamannya. Ia masih punya sesuatu yang harus ia kerjakan. Mengedit video panasnya dengan Anggun untuk dijadikan koleksinya. Anggun menjadi gadis yang kesekian yang videonya menghuni daftar koleksi Sean. Kasihan Anggun!
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!