NovelToon NovelToon

Menikahi Tuan Buta (MTB)

Dicampakkan Karena Buta

Atmosfir Avalote Resto terasa sangat berbeda malam itu. Tidak seperti biasanya yang selalu ramai dikunjungi para pelanggan papan atas yang rela membayar jutaan rupiah demi segelas air mineral, malam ini Avalote Resto telah disulap menjadi tempat makan yang sangat romantis dan private.

Tidak ada lalu lalang pelayan yang silih berganti memenuhi panggilan pelanggan, malam itu hanya ada seorang executive chef yang ditemani dua orang cook helper beserta seorang manager dan waitress. Karena memang itulah yang Virsa inginkan, sesedikit mungkin orang yang bisa saja berpotensi merusak kesakralan prosesi lamarannya.

“Apa semuanya sudah siap?”

“Sudah Tuan.”

“Selamat malam, Tuan Virsa. Saya Jesselyn Tan.” Sapa Jesselyn Tan, pianis ternama idola Jenifer yang sengaja diundang secara khusus oleh Virsa malam itu.

Virsa mengulurkan tangannya, “Nice to meet you.”

Jesselyn melempar sebuah senyuman lalu beranjak menuju piano yang sudah dipersiapkan untuk ia mainkan secara khusus malam itu.

“Jam berapa sekarang?” tanya Virsa mulai cemas.

“Delapan empat puluh menit, Tuan.” Jawab Rizal.

“Satu jam empat puluh menit.... jalanan pasti macet banget malam ini.” gumam Virsa berusaha memahami keterlambatan kekasihnya itu.

“Perlu saya hubungi Nona Jenny, Tuan?”

“Nggak. Jangan! Sebentar lagi dia pasti datang.”

Dan ternyata Virsa benar. Tak lama kemudian Jenny datang, tapi tidak sendiri. Dia bersama Mark Davis, kekasih barunya yang juga adalah sahabat Virsa.

“Sssst!” Jenny memberi aba-aba kepada Rizal agar tidak memberi tahu keberadaan Mark bersamanya di sana.

Jenny kemudian menghampiri Virsa yang sudah langsung berdiri untuk menyambutnya. Meskipun tidak yakin bagaimana pria itu tahu tentang kedatangannya, tapi Jenny tidak mau ambil pusing. Ia kemudian menyapa Virsa dan mendaratkan kecupan di pipi Virsa.

“Sori, gue telat. Macet.” Jelas Jenny singkat.

“Never mind.” Virsa kembali duduk setelah mempersilakan Jenny duduk.

“Wow! Apa elo yang mesen tempat ini?” tanya Jenny tak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Bagaimana tidak, Jenny yakin tidak sedikit uang uang Virsa keluarkan untuk menyewa seluruh ruangan restoran mewah itu dan menyulapnya menjadi seindah istana.

“Lo suka?”

“Not bad.” Balas Jenny. “Jadi apa yang mau lo rayain sampai habis-habisan kaya gini?”

Virsa mengeluarkan kalung berliontin berlian yang sudah ia siapkan.

“Buat gue?” tanya Jenny memastikan.

“Will you be mine?”

Jenny kembali menutup kotak perhiasannya sebelum sempat mencobanya. Ia tahu bahwa mereka memang sudah tiga tahun berpacaran. Dan awalnya mereka memang kembali ke Indonesia untuk menikah. Tapi dengan apa yang terjadi pada Virsa, Jenny merasa belum siap.

“Will you merry me?” ulang Virsa.

“Sori, Vir. Sepertinya gue belum siap.” Jenny menyodorkan kembali kotak perhiasannya ke tangan Virsa.

“Tapi kenapa, Jen? Apa karena keadaan gue sekarang?”

Jenny tak mampu menjawab pertanyaan Virsa, jadi ia bangkit dari duduknya dan berniat pergi meniggalkan Virsa begitu saja.

Virsa yang menyadari aroma parfum Jenny yang semakin memudar, berusaha berdiri, meraba sekeliling dan mencari keberadaan Jenny.

“Jen, plis jangan tinggalin gue. Kita belum selesai bicara.” Pinta Virsa memelas.

Rizal segera menghampiri dan membantunya, tapi Virsa menepisnya. Ia tidak ingin terlihat lemah pada saat- saat seperti itu.

“Jen! Tunggu! Lo ada dimana?” Virsa terus berusaha mencari keberadaan Jenny, meraba semua yang ada di sekitarnya dengan panik sampai akhirnya terjatuh seperti orang bodoh.

Jenny menghentikan langkahnya dan menghampiri Virsa yang berusaha berdiri setelah sempat terduduk di lantai resto.

“Sori, Vir. Tapi gue ngga bisa nikah sama orang yang ngga bisa muji penampilan gue.”

Virsa meraba tangan Jenny demi meyakinkannya. “Gue bakal berusaha buat bahagian elo dengan cara lain, Jen.”

“Maafin gue ya, Vir. Mulai sekarang, plis, lo lupain gue! Gue ngga bisa sama elo lagi.”

Virsa berusaha meraih kembali tangan Jenny yang perlahan melepaskannya. Tapi Jenny menepisnya terlalu keras hingga nyaris oleng dan terjatuh. Untung saja Mark dengan sigap menopang tubuhnya.

Dengan tetap diam dan berharap bahwa Virsa tidak menyadari keberadaannya, Mark membawa Jenny pergi dan memberikan isyarat kepada Rizal untuk tetap merahasiakan apa yang ia lihat kepada Virsa.

“Anda tidak apa-apa, Tuan?” tanya Rizal setelah Mark dan Jenny pergi.

“Kenapa lo ngga ngasih tau gue kalau Mark ada disini?”

“Apa? Tapi bagaimana anda tahu?”

Alih-alih menjawab pertanyaan Rizal, Virsa memilih untuk pergi meninggalkan Avalote Resto tanpa sepatah katapun.

“Tuan!” Rizal mempercepat langkah mengikuti Virsa. “Maaf, Tuan. Saya baru saja berniat memberi tahu anda, tapi sepertinya anda tahu lebih dulu.”

“Next, jangan pernah berusaha nyembunyiin apapun dari gue atau lo bakal kehilangan pekerjaan lo buat selamanya!”

“Baik, Tuan.”

***************

“Jadi gimana pesta pernikahannya?” tanya Lusi, ibu tiri Virsa yang sudah menunggunya di ruang keluarga bersama Deni Mochtar, ayahnya dan kedua kakak tirinya Bella dan Jerry Mochtar.

“Tidak akan ada pernikahan.” Jawab Virsa singkat sambil mengarahkan tongkatnya menuju kamar.

“Ditolak lo?! Hahaha....” ledek Bella penuh kepuasan. “Kasian...”

Brak! Deni Mochtar menggebrak meja dan sontak membuat Luna bungkam seribu bahasa.

“Kamu harus menikah sesuai waktu yang sudah ditentukan. Kalau Jenny menolak cari wanita lain! Wanita manapun yang mau nemerima pria buta sepertimu. Akan sangat memalukan membatalkan rencana pernikahan yang sudah tersebar.” Deni berlalu menuju ruang kerjanya.

“Tunggu! Tapi Pa -”

“Kebutaan kamu sudah cukup membuat keluarga ini malu. Jadi jangan menambahkan lagi dengan pembatalan acara pernikahan kamu. Kalau itu sampai terjadi, Papa lebih baik mencoret nama kamu dari daftar keluarga daripada harus menanggung malu.”

“Tapi Pa –“

Brak. Pintu ruang kerja Deni sudah tertutup.

***********

“Jadi apa yang harus gue lakuin sekarang, Zal?” tanya Virsa ketika tiba di dalam kamarnya.

Rizal menutup jendela kamar Virsa, lalu melepas sepatu Virsa dan meletakkannya di tempatnya.

“Tuan, bagaimana kalau Tuan mengikuti aplikasi cari jodoh? Siapa tahu ada gadis yang cocok dengan selera Tuan disana?”

“Lo kira makanan?! Bisa dipilih sesuai selera.” jawab Virsa kesal. “Dan aplikasi talkback belum bisa menjelaskan ke gue soal gimana tampang dan penampilan mereka.”

“Saya akan menjelaskannya untuk Tuan.”

“Lo pikir gue bakal percaya setelah lo ngebohongin gue soal Mark?”

“Maaf, Tuan. Saya salah soal itu. Tapi kali ini saya berjanji untuk melakukannya dengan baik dan benar. Bagaimana kalau kita coba.”

Rizal kemudian mengunduh aplikasi cari jodoh dan mencoba membuat akun untuk Virsa. Ia diam-diam mengambil foto Virsa yang tetap saja terlihat tampan meskipun diambil secara sembarangan dan tidak sengaja.

Ia kemudian mulai mencari beberapa kandidat dan menjelaskan ciri-ciri wajah dan penampilan mereka kepada Virsa.

“Amanda, wajahnya bulat, pipi chubby dengan tahi lalat di bawah bibir sebelah kanan, bibir tipis, hidung mancung, alis tipis, mata sipit. Rachel, wajah lonjong, rambut ikal, hidung mancung, mata lebar, dagu runcing, alis tipis. Helga, kulit kecoklatan, rambut hitam pendek, bibir agak tebal -“

“Setebal apa?”

“Agak tebal..” Rizal bingung bagaimana harus menjelaskan bentuk bibir yang ia lihat.

“Ahh, sudah, sudah. Hapus akunnya! Lo tahu kan kalau dari awal ide lo ini konyol.”

Rizal menutup ponselnya dan meletakkannya kembali ke dalam saku jasnya. “Maaf, Tuan.”

“Sudahlah! Ini semua gara-gara pemabuk itu!” hardik Virsa sambil melepaskan dasinya kasar. “Apa lo sudah menemuin keluarganya?”

“Sudah, Tuan. Istrinya sakit-sakitan dan sekarang bekerja sebagai juru masak di salah satu rumah makan kecil di pinggir kota. Mereka tinggal di sebuah kontrakan kecil tidak jauh dari rumah makan itu.”

“Kontrakan? Apa separah itu?”

Rizal mengangguk.

“Aish! Sial!”

“Dan mereka juga memiliki seorang anak.”

************************************

Agen Menangkap Hiu

“Selamat pagi, semua!” sapa Lana penuh semangat.

“Pagi Lana! Kamu hebat. Klien kakap kita kemarin akhirnya beneran nikah. Agensi kita bakalan sukses besar kalau terus-terusan kaya gini.” Puji Tantri salah satu senior Lana di tempat kerjanya.

“Iya nih, kamu baru dua bulan kerja tapi sudah bawa hoki buat Kak Mai. Bener ngga?” imbuh Anton.

Sebuah sedan berwarna merah berhenti di depan lobi dan seorang wanita usia empat puluhan keluar dengan menjinjing tas mewahnya.

“Pagi Kak Bos!” sapa Lana dan teman-temannya.

“Morning my beloved team.” Balas Maya dengan logat manjanya yang sengaja dibuat-buat. “Kalian semua, hari ini kita akan kedatangan klien VVVVIP alias klien hiu. Jadi tolong persiapkan jaring kalian sebaik mungkin. Jangan sampai mangsa kita yang satu ini lolos gitu ajah!”

“Siap, Kak Bos!”

“Lana, ikut ke ruangan gue!”

Maya meraih map berisi berkas yang ada di mejanya lalu menyerahkannya kepada Lana.

“Pelajari semua tentang calon klien kita ini dengan benar. Gue ngga mau lo ngelewatin satupun informasi penting yang berpotensi membuat mereka lari dari tangkapan kita.”

Lana membuka sampul mapnya dan melihat foto seorang pria tampan di halaman paling depan. Matanya terbelalak hingga nyaris copot.

“Ngapain lo kaget gitu? Ganteng banget yah?” tanya Maya

“Ngga, Kak. Bukan apa-apa.” Lana buru-buru menyembunyikan kekagetannya dari Maya. “Kak, boleh gue ke toilet sebentar?”

Maya mengibaskan tangannya tanda mempersilakan Lana pergi. “Jangan lama-lama!”

***************

Lana mondar-mandir di toilet wanita. Ia tidak menyangka bahwa pria yang akan menjadi calon kliennya adalah pria yang ia temui di rumah sakit, pria yang dilarikan ke rumah sakit dan mengalami kebutaan akibat kecelakaan yang disebabkan ayahnya.

Lana tidak bisa berhenti merasa gelisah. Ia tidak tahu bagaimana harus mempertanggung jawabkan kesalahan ayahnya kali ini. Ia tahu betul bahwa sangat mustahil untuk menawarkan uang damai karena ia baru saja bekerja dan gajinya sudah habis untuk membayar sewa rumah. Belum lagi ibunya yang membutuhkan banyak biaya pengobatan karena asma askut yang dideritanya.

Lana masih saja mondar-mandir, ia takut kalau-kalau akan dipenjarakan menggantikan ayahnya karena kecelakaan itu.

“Sial! Sial! Kenapa sih gue mesti ketemu sama tu orang? Gimana kalau dia ngenalin gue coba?” Lana mengacak-acak rambut dan kepalanya frustasi.

“Tenang Lana! Tenang! Coba lo pikirin baik-baik. Tu orang belum pernah ngelihat elo dan sekarang dia buta. Dia ngga bakal tahu kalau lo adalah anak dari orang yang ngebuat dia buta kaya sekarang. Jadi dia ngga bakal nuntut lo macem-macem.” Tutur Lana pada dirinya sendiri.

“Yang harus lo lakuin sekarang adalah memperlakukan dia sebaik mungkin sehingga dia ngga bakal curiga kalau kalian punya sejarah buruk di masa lalu.” Lana menatap dirinya di cermin, menata kembali rambut dan penampilannya, lalu menarik nafas dalam-dalam.

“Lo harus bisa! Just do your best, Lana! Do it!” Lagi-lagi Lana menyemangati dirinya sendiri.

*****************************

“Lo semedi? Di toilet lama amat?” tegur Maya begitu Lana kembali ke ruangannya.

“Sori, Kak. Gue nervous karena mau ketemu klien VVVVVIP.”

“Target sudah dekat, jadi sebaiknya lo siap-siap!” Maya membuka pintu ruangannya dan mengajak Lana bersiap menyambut sang calon klien di pintu lobi.

Sebuah sedan keluaran terbaru berwarna hitam berhenti di depan lobi kantor Lana. Seorang pria berpakaian rapi turun dari bangku depan, lalu membukakan pintu belakang. Seorang pria lain dengan sepatu Testoni seharga ratusan juta, setelan edisi terbatas jahitan Antonia Carlo dan Ciro Paone yang hanya dibuat lima puluh pasang saja tiap tahunnya dan juga kacamata hitam keluaran terbaru yang baru-baru ini dikenakan salah satu aktor ternama Hollywood, keluar dari jok belakang mobil itu.

Rizal membantu Virsa keluar dari mobil dan membawanya masuk ke pintu lobi. Maya langsung menyambut mereka dengan hangat sembari menjulurkan tangannya di hadapan Virsa.

“Selamat datang di Mayaka Wedding Agency.”

Rizal membisikkan sesuatu lalu Virsa menyambut jabatan tangan Maya dengan hangat.

Tidak seperti Maya yang menyodorkan tangan dan menunggu Virsa menyambutnya, Lana justru berinisiatif meraih tangan Virsa lebih dulu lalu menjabatnya.

“Perkenalkan, saya Ilana Larasati, agen yang akan membantu anda, Pak.”

Tidak hanya sampai disana. Lana menggandeng tangan Virsa dengan sopan lalu membawanya menuju ruangan konsultasi. Lana juga langsung mempersilakan Virsa duduk dan baru meninggalkannya setelah yakin Virsa sudah merasa nyaman.

Teman-teman Lana menatap mereka dengan penuh tanda tanya. Sebagian dari mereka bahkan mengatai Lana lancang karena berani menyentuh klien kelas hiu seperti itu. Sementara Maya yang sudah lebih dulu mengetahui latar belakang dan kondisi Virsa langsung paham dengan tindakan super tanggap Lana.

“Baiklah, Pak Virsa. Karena anda pasti sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu, sebaiknya kita langsung ke intinya saja. Kami sudah membaca resume yang anda kirimkan. Jadi seperti apa kriteria calon pendamping yang anda inginkan?”

Tok.. Tok..

Lana datang dengan membawa tiga gelas minuman. Ia kemudian meletakkan nampan di meja lalu menyerahkan masing-masing gelas ke tangan Maya, Rizal dan juga Virsa.

“Silakan dinikmati minumannya selagi hangat.”

“Terima kasih. Ini benar-benar masih hangat.” Timpal Rizal yang sengaja ia jabarkan agar Virsa mengetahui bahwa ia juga mendapatkan perlakuan yang sama dari Lana.

Maya yang sempat bingung, akhirnya memilih untuk menurut saja dengan apa yang Lana rencanakan. Ia hanya ingin anak buahnya itu tidak mengacaukan tujuannya mendapatkan Virsa sebagai klien pentingnya.

Maya meminum minumannya dan sengaja membuat suara seruputan yang agak keras lalu juga meletakkan gelasnya kembali di nampan dengan agak kasar, supaya Virsa tahu bahwa ia sudah meminum minumannya.

“Silakan diminum dulu, Pak Virsa!”

Virsa akhirnya menyeruput sedikit minuman yang ternyata adalah kopi. Ia sering meminum berbagai macam kopi di resto dan kafe langganannya, tapi ia belum pernah meminum yang seperti itu.

“Kopi apa ini?” tanya Virsa

“Hah?!” Lana tidak menyangka kalau lidah Virsa akan sepeka itu mengenali bahwa kopi yang dibuatnya hanya kopi sachet dan bukannya kopi nikmat ala kafe. “Kenapa? Apa ada yang salah?”

“Enak.” Jawab Virsa singkat sambil berusaha meletakkan kembali gelasnya di meja.

Tanpa dikomando, Lana langsung meraih gelas Virsa dan meletakkan kembali di atas nampan.

“Anda bisa menyebut ini Kopi Lana.” Gurau Lana untuk mengurangi ketegangan.

Virsa tersenyum mendengarnya dan entah kenapa Lana merasa sangat senang bisa melihat senyum menawan pria itu.

“Baiklah, jadi bisa kita kembali ke pertanyaan saya sebelumnya?” tanya Maya yang merasa dikacangin terlalu lama.

“Oh ya.. Saya ingin seorang gadis berusia dua puluhan, mahasiswa atau pekerja keras, mandiri, berambut panjang, dengan tulang pipi menonjol, mata teduh dan senyum menawan. Tinggi sekitar seratus enam puluh lima sampai seratus tujuh puluh centimeter, berat ideal dan tidak suka mengeluh. Kalau dia bisa sedikit bela diri dan menyukai olahraga, saya rasa akan sempurna.”

Maya mencatat semua detailnya dengan baik. Ia tidak ingin melewatkan informasi sekecil apapun. “Ada lagi, Pak? Seperti latar belakang keluarga atau pendidikan, misalnya?”

“Soal itu tidak terlalu penting untuk saya. sodorkan saja semua kandidat yang anda punya dengan kriteria utama yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Selebihnya kami akan menyeleksinya sendiri. Dan satu hal lagi yang penting. Waktu anda hanya tiga hari karena pesta pernikahan akan diadakan akhir minggu ini.”

“Apa?!” Maya dan Lana terbelalak mendengar pernyataan Virsa.

“Saya akan menambahkan axtra fee jika anda bisa lebih cepat dari itu.” Virsa bangkit dari duduknya, merapikan setelannya lalu membiarkan Rizal membantunya berjalan layaknya orang normal menuju ke mobilnya.

“Tiga hari pala lo peyang?!” maki Maya setelah kedua pria itu pergi dari kantornya.

“Semuanya, ke ruang meeting sekarang!” titah Maya kepada seluruh timnya.

Mereka mulai mencari database wanita yang memenuhi kriteria tersebut. Tapi sudah hampir delapan puluh persen dari database yang mereka miliki diseleksi, belum ada satupun yang mendekati apalagi mirip dengan kriteria yang diinginkan.

Keesokan harinya mereka sudah menyapu bersih semua stok wanita pencari jodoh yang mereka miliki, dan hanya ada satu yang hampir mendekati. Yaitu wanita cantik bernama Dini. Hanya saja, tingginya masih kurang dan berat badannya sedikit berlebih.

“Huftttt!” Maya membentur-benturkan kepalanya ke sandaran kursi kerjanya. “Ngga ada satupun yang masuk.”

Lana menutup laptopnya, lalu menyambar tasnya dan juga lengan Maya. “Kita ngga bisa gini terus. Kita harus keluar dan menemukan orang yang kita cari kalau ngga mau kehilangan hiu kita.”

Maya mengangguk dengan penuh semangat. Ia meraih tas dan kacamatanya lalu bersiap untuk berburu wanita idaman sang hiu VVVVIP.

“Kalian semua hari ini bakalan gue bebasin keliaran di luaran. Tugas kalian menemukan cewek yang diminta sang hiu. Laporah harus sudah masuk maksimal pukul delapan malam ini. Mengerti?”

“Mengerti Kaka...” timpal anak buah Maya dengan logat manja dibuat-buat seperti yang biasa Maya ucapkan.

“Cih, jijik!” gumam Maya sambil lalu.

**********************************

... (visual : maya)...

Kandidat Tunggal

Semua tim Mayaka Weding Agency (MWA) menyebar di berbagai tempat untuk menemukan mangsa secepa mungkin. Mulai dari tempat nongkrong cewek-cewek sosialita, salon kecantikan, kampus elit, tempat nge-gym sampai pusat perbelanjaan paling populer di kota.

Tapi sampai hampir pukul delapan malampun, tak banyak yang bisa mereka kumpulkan.

Maya mulai menyeleksi foto dan data yang sudah berhasil masuk tapi semuanya belum mendekati kriteria. Ada yang berat dan tingginya sudah sesuai tapi wajahnya ketus dan pipinya chubby. Ada yang suka olahraga dan bela diri, tapi usianya masih delapan belas tahun dan rambutnya pendek. Ada juga yang berat dan tingginya ideal, rambut panjang, tapi jarang tersenyum, lebih banyak manyun dan merengek layaknya anak mami.

“Aaaaaaargh! Susah banget sih yang diminta. Mana ada coba cewek yang kaya gitu? Dia pasti kebanyakan ngayal atau cuma denger cerita tentang artis.” Maya mengobrak-abrik berkas yang menumpuk di mejanya karena kesal.

“Mana artis yang mandiri dan ngga suka ngeluh, suka olahraga dan pandai bela diri?” balas Lana

“Bener juga! Jadi kesimpulannya cuma ada satu, dia halu.”

Lana menggeleng, “Ada satu lagi, dia sengaja menguji kita dengan hal yang mustahil.”

“Oh my God! Kita mesti gimana sekarang? Kredibilitas kita sebagai biro jodoh bakal dipertanyakan kalau Virsa sampai lolos. Tapi mustahil juga memenuhi permintaan dia dalam waktu sesingkat ini.” keluh Maya.

“Harusnya dari awal Kak Mai ngga ngambil resiko dengan menerima klien kelas hiu kaya dia.”

“Jadi gimana?” tanya Maya putus asa

“Kita harus mencoba sampai akhir kan?” tanya Lana memastikan.

Maya mengangguk. “Harus!”

“Kalau gitu, kita harus coba temui Dini. Meskipun ngga sempurna, tapi dia adalah satu-satunya kandidat yang paling mendekati kriteria yang kita punya saat ini.”

“That’s right! Kita harus coba segala macam cara. Lets go!”

*****************

Mereka sudah tiba di sebuah rumah di kawasan perumahan yang mayoritas dihuni karyawan salah satu perusahaan BUMN ternama. Rumah itu memiliki halaman yang ditumbuhi rerumputan yang menghijau dan terawat dan dibiarkan terbuka tanpa pagar. Tidak seperti rumah-rumah lain yang dipagari kokoh dan tinggi demi alasan keamanan.

Mereka memarkir mobil lalu membunyikan bel rumah bernomor tujuh puluh itu.

Seorang wanita akhirnya keluar dengen mengenakan setelah kaos dan celana hotpant berwarna putih setelah mereka bel berdering dua kali berturut-turut.

“Maaf, apa benar ini rumahnya Dini Dinata?” tanya Lana

“Iya, saya. anda siapa?”

“Perkenalkan, saya Maya dari MWA, dan ini Lana, staff saya.” jawab Maya sambil mengulurkan tangan kepada Lana.

Mereka akhirnya masuk dan bicara panjang lebar tentang maksud dan tujuan kedatangannya malam itu.

“Hah?! Anda mau menjodohkan saya dengan pria buta?” cibir Dini sinis. “Jadi karena itu anda sampai jauh-jauh mendatangi saya seperti ini?”

“Bukan begitu maksud kami, Mbak. Mbak Dini tahu kan siapa Pak Virsa?”

“Sehebat apapun dia, saya ngga sudi menikahi pria buta. Saya yakin semua klien wanita anda juga begitu. Sampai anda kelabakan seperti ini. iya kan?”

Maya menghirup nafas dalam-dalam demi menjaga kewarasan dan kesabarannya. “Jadi anda tidak ingin memikirkannya lagi?”

“Nggak. Anda boleh pergi sekarang. Dan saya akan langsung memblacklist agensi anda dari daftar saya karena kinerja anda yang mengecewakan seperti ini. harusnya anda tidak menerima klien yang cacat karena akan merugikan klien lainnya.” Dini sudah membanting pintu sebelum sempat menjelaskan lebih detail.

“Sabar....” bujuk Lana sambil membawa Maya kembali ke dalam mobilnya.

“Karir gue bakalan hancur gara-gara hiu ini, Lana! Lo dan Dini bener, gue mestinya ngga nerima klien cacat sejak awal. Tadinya gue pikir gue bakal berhasil dan MWA bakalan naik daun. Gue pengen Lila bisa nikahin tungangannya, Anton bisa membelikan ranjang bayi buat calon anaknya, dan Tantri membeli rumah baru dan pindah dari rumah mertuanya yang galak dan cerewet.”

“Tapi lo bukan sinterklas, Kak. Jadi jangan muluk-muluk ngayalnya!” ledek Lana sambil tersenyum.

Dan entah kenapa senyum itu mengganggu pikiran Maya.

Mereka akhirnya berpisah setelah Maya menurunkan Lana di depan gang menuju kontrakannya.

“Ati-ati pulangnya. Lepasin aja yang sulit digenggam. Teri yang kecil tapi banyak juga layak ditangkap kok..”

Dan lagi-lagi tatapan dan senyuman Lana mengganggu Maya.

“Ada apa dengan tu anak?” gumam Maya sambil bergidik ngeri.

******************

Keesokan paginya, Maya datang lebih pagi dengan membawa sekantong belanjaan yang langsung ia serahkan kepada Lana.

“Apa ini?”

“Hadiah. Buruan pake! Kita harus segera menemui hiu kita.”

Lana tidak menyangka bahwa Maya akan bisa merelakan Virsa dengan begitu mudahnya. Semalam ia tampak kusut seperti rambut Anton, tapi pagi ini ia sudah sumringah seakan semua baik-baik saja.

Lana bergegas kembali ke ruangan Maya setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang Maya belikan. Lana mondar-mandir di depan cermin yang ada di ruangan Maya. Ia merasa tidak percaya diri mengenakan dress berwarna pink itu untuk bekerja.

“Perfect!” puji Maya.

Mereka kemudian berangkat untuk menemui Virsa di salah satu resto yang sudah mereka sepakati.

“Kak, lo yakin ngga papa? Bukannya semalem lo sedih banget karena kehilangan klien VVVVIP lo?”

“Kan lo sendiri yang bilang teri yang kecil dan banyak juga layak untuk ditangkap.” Maya tersenyum setelah mengulang nasihat Lana semalam. “Btw, setiran lo makin alus, Lan.”

“Makasih, Kak. Kalau bukan karena lo yang ajarin, mungkin sampe sekarang gue ngga bakalan bisa nyalain mobil.”

******************

Ketika Lana dan Maya tiba, Virsa sudah menunggu mereka di sebuah kursi di sudut ruangan dengan Rizal yang selalu setia berdiri di sampingnya.

Tiba-tiba saja jantung Lana berdegup kencang ketika semakin mendekati Virsa. Meskipun hanya duduk sambil menatap kosong, pria itu terlihat sangat tampan dan mempesona. Wajahnya tegas, alisnya tebal, matanya kecil tapi tajam, bibir tebal dan rambut jabrik pendek yang meskipun terkesan berantakan tapi sangat berperan dalam menambah kadar ketampanan seorang Virsa. Kalau saja mata keabuannya bisa melihat, maka Lana akan menobatkannya sebagai makhluk tuhan paling sempurna.

“Anda sudah datang?” tanya Virsa ketika Maya dan Lana mendekat.

“Anda tahu kami datang, Pak?” tanya Maya ramah.

“Annick Goutal Eau d’Hadrien.” Tebak Virsa tentang aroma parfum yang Maya kenakan.

“Wow! Bagaimana mungkin anda tahu jenis parfum yang saya pakai?” puji Maya kagum dengan ketepatan tebakan pria buta di hadapannya itu.

“Apa anda bersama orang lain?” tanya Virsa ragu.

“Maaf, ini Lana. Kalian sempat bertemu kemarin.” Jelas Maya.

“Benarkah?” Virsa tampak meragukan Maya.

“Benar, Tuan.” Tukas Rizal.

“Nona Lana datang mengenakan dres A line cut selutut berwarna merah dengan hiasan ikat pinggang berwarna hitam. Sepertinya masih baru dan ia juga mungkin lupa mengenakan parfum.” Bisik Rizal lagi.

“Selamat pagi, Pak. Saya Lana.”

“Selamat pagi, silakan duduk!” Virsa membiarkan kedua tamunya menyamankan diri, lalu kemudian kembali bertanya. “Jadi bagaimana? Apa anda bisa menemukan orang yang saya cari?”

“Maaf –“ ujar Lana

“Sudah.” Jawab Maya hampir bersamaan dengan Lana.

“Sudah?” ulang Lana dan Virsa bersamaan.

“Hemm, saya sudah menemukan orang yang anda cari, Pak.”

Lana menatap Maya tidak mengerti. “Siapa? Dimana?” tanyanya setengah berbisik dengan gerakan tangan dan mata kepada Maya.

“Ini orangnya. Ilana Larasati. Mahasiswa semester empat jurusan bisnis manajemen yang sedang mengambil cuti dan bekerja di kantor kami, usia dua puluh tahun, tinggi 168 cm dan berat 50 kg, rambur panjang, tulang wajah menonjol, senyum menawan dan mata teduh, mandiri dan tidak suka mengeluh, pekerja keras, suka zumba dan pandai taekwondo. Satu lagi, pandai mengemudi. Paket komplit bukan?” Maya menyerahkan resume dan foto Lana yang sudah ia susun secara rapi di dalam map.

“Kak, lo gila yah?!”

Maya mengedip-ngedipkan matanya sambil memasang wajah memelas, memohon pengertian Lana agar tidak mengacaukan rencananya.

“Hanya ada satu?”

“Hah? Oh iya, maaf, Pak. Tapi waktu yang anda berikan sangat mepet dan kriteria yang anda inginkan sangat detail dan sulit ditemukan dalam satu orang yang sama. Kalau anda berkenan memberi kelonggaran waktu, mungkin kami bisa menyodorkan lebih banyak nama.”

“Tidak ada kelonggaran dalam kamus hidup saya. jadi silakan anda kembali. Kami akan mengabari anda setelah mempertimbangkannya baik-baik.”

“Baik, Pak. Kami permisi.” Maya menarik Lana yang masih saja ngambek kepadanya.

**********

Setelah kepergian Lana dan Maya, seorang wanita datang menghampiri Virsa.

"Gue ngga nyangka lo bakal seputus asa itu, Vir. Sampai-sampai lo make jasa biro jodoh buat nyari pengganti gue." Jenny datang untuk bertemu Mark di tempat yang sama.

Virsa memilih tetap bergeming, ia tidak ingin terpancing.

"Bukannya bakal lebih mudah kalo bayar cewek buat pura-pura jadi istri lo daripada jadi pecundang memprihatinkan kaya gini."

"Thanks buat perhatian lo. Gue ngga tahu apa alasan lo mau repot-repot ikut campur urusan cowok yang ngga bisa muji penampilan lo. Anyway, gue ngga punya waktu buat nemenin lo ngobrol. bye!"

"Tunggu Vir!"

tapi Virsa tetap pergi tanpa menggubris Jenny.

"Siapa sih tu cewek?! Ngga mungkin Virsa mau nikahin sembarang orang hanya karena putus asa." gumam Jenny. "Siapapun elo pasti bakal gue buat nyesel karena udah berani ngambil tempat gue di hati Virsa!"

***************

...(visual : ILANA LARASATI / LANA)...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!