NovelToon NovelToon

Lin Suer

Dimana aku?

...Lin Suer...

...----------------***----------------...

Albert adalah pria paling tersohor di dunia wajah yang tampan tatapan yang menawan serta harta yang melimpah ruah membuatnya di juluki si pria SSS karena semua hal yang ada pada dirinya adalah Super Super Super bukan karena tubuhnya besar tapi karena dirinya adalah pria yang begitu luar biasa.

Albert adalah pria yang mana keluarganya sudah meninggal hanya satu keluarganya yang tersisa di dunia ini yaitu adik kecilnya Xiau Suer. Nama Mandarin yang dimilikinya adalah pemberian dari seluruh anggota keluarganya sebelum mereka meninggal.

Albert adalah pria paling kaya no dua di dunia semua pencapaianny kini dirinya raih dengan begitu susah payah, darah biru yang mengalir pada tubuhnya menjadikannya pria kuat dengan segala kemampuan para manusia intelek.

Malam hari dengan hujan deras mengguyur rumah ah, bukan rumah pantasnya namun Istana karena bangunan yang mereka huni itu sangat luar biasa besar RBS istilah yang Suer berikan untuk rumah itu Rumah Besar Sekali. Sebuah capung besi nampak mendarat dengan baik dan beberapa pria nampak keluar dari Istana itu seorang di antara mereka nampak membawa payung dan sebuah sepatu nampak keluar dengan mengkilat di ikuti dengan pria pria itu menunduk nampak takut dan ya dialah Albert, mata elang pria itu nampak tertutupi kaca mata hitam padahal saat itu malam hari. mungkin cahaya dari Istana yang megah itu menyilaukan matanya.

Dari lantai tiga nampak seorang gadis tengah menatap Albert dengan senyum merekah, dirinya langsung berlari dan mata merekapun akhirnya beradu.

"Hai kak, lama banget sih!" Keluh Suer dengan bibir di majukan menjadikannya kerucut dan sangat menggemaskan.

"Maaf Suer sayang kakakmu ini harus pulang malam demi ulang tahunmu ini. Selamat ulang tahun" Albert memeluk dan mengecup kening adiknya. Suer tersenyum dan berbalik memeluk sang kakak.

" Kak aku mau menunjukkan sesuatu padamu. Ayo ikut aku, please?" senyum merekah di wajah Albert menatap bagaimana menggemaskannya wajah sang adik.

"Mau menunjukkan apa si, kok sepesial banget kayanya?" tanya Albert. Namun pertanyaan itu tidak membuat kakinya diam tangan Albert yang di gandeng Suer berjalan dan mengikuti langkah sang adik memasuki sebuah kamar indah yang diketahui adalah kamar adiknya.

"Tadaaa..." Suer dengan wajah yang berseri dan tawa yang tak lepas dari bibirnya memperlihatkan sebuah lukisan luar biasa indah.

"Woow.. Luar biasa. Bukankah ini dari Dinasty Lin beberapa abad lalu?" dengan tanya namun hati yang pasti Albert terkesima memperhatikan sebuah lukisan.

Lukisan itu merupakan gambaran seorang wanita cantik dengan gaun putih mata indah dan rambut yang nampak kecoklatan. Suer tersenyum bangga atas apa yang dia miliki kini.

"Oh tahan dulu kak, aku juga sudah buat baju yang sama dengan baju di lukisan itu bahkan baju itu di buat semirip mungkin oleh kak Naur." mendengar itu Albert menjadi tersenyum lebar.

" Coba pakai? Aku ingin tahu adiku yang cantik ini apakah akan mengalahkan lukisan itu" tawa terdengar renyah dari Suer dirinya langsung berlari ke ruang ganti dan keluar dengan penampilan sama persis seperti dalam lukisan.

Albert memicingkan maranya menatap sebuah hal aneh lukisan dan Suer nampak sebuah cermin saat berhadapan. Namun intuinsinya berpikir bila semua itu terjadi karena memang kebetulan saja.

"Hayoloh kak cantikan mana?" tanya Suer dengan percaya diri. Albert membuka kaca mata hitamnya dan benar lukisan itu seperti di buat saat itu dan sama persis seperti Suer.

"Wah bagaimana kakak bisa pilih bila begini. Lihatlah ini sangat mirip denganmu bukan?" suer menelan ludahnya saat melihat lukisan itu. Benar kata sang kakak lukisan ini sangat mirip dengannya.

Suer menghempaskan tubuhnya ke kasur hatinya terus berkata kok bisa semirip itu ya? pertanyaan itu terus berputar dalam otaknya bahkan hatinya. Namun imajinasinya kala itu langsung tersadar saat sang kakak duduk di sebelahnya, Suer bangun dan menatap kakaknya yang nampak sangat kelelahan.

"Suer ini untukmu." Albert menyerahkan sebuah kotak kayu dengan lukisan berupa burung aneh dengan sayap besar dan mahkota di kepalana.

"Apa ini kak?" tanya Suer dengan bingung. Albert tersenyum kaku dan terlihat sangat hambar.

"Tidak terasa kamu sudah 19 tahun sekarang Suer. itu hadiah dari kami sekeluarga dari ayah, ibu, kakek, nenek dan semuanya. Simpan itu baik baik ya." Suer mengangguk menatap air yang nampak menggenangi kelopak mata kakaknya sudah dapat di pastikan bila dirinya bertanya lebih jauh pasti bendungan itu akan jebol dan air mata kakaknya akan meluncur seperti air terjun.

"Terima kasih banyak semuanya" Suer tersenyum membuat sang kakak sadar bila adiknya itu kini benar benar telah dewasa.

"Kak, apa benar rumor itu?" Albert mengangkat Alisnya mendapati pertanyaan ambigu dari adiknya.

"Rumor? Rumor apa?" Suer mengangkat wajahnya dan berusaha mencari jawaban dari gerak dan gerik sang kakak.

" Rumor yang mengatakan bila kamu akan menikah bulan depan?" Albert menelan ludahnya mendengar pertanyaan itu.

"Ya. Aku akan menikah bulan depan" seperti tersambar geledek Suer langsung menangis histeris. Albert sudah menduganya.

Dulu saat Albert dan Suer masih kecil dan seluruh keluarganya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat, mereka pernah berjanji akan menjaga satu sama lain sampai hayat memisahkan dan tidak akan meninggalkan satu sama lain sampai ajal yang memisahkan. Namun saat usia Albert semakin tua dan pemikirannya kian dewasa janji semacam itu memang sangat mustahil di tepati.

Suer kini sudah besar dan memang sudah harus memilih calon suami dan dirinya yang sudah menginjak usia 30-an pun harus segera menyudahi masa lajangnya dan meneruskan hidup.

"Dasar penghianat. Pergi!" jerit Suer menarik Albert keluar dari kamarnya dan mendorong pria itu.

Albert terpaku saat pintu besar itu tertutup matanya menjadi panas hingga sebutih air garam meluncur bebas di matanya. Suer menangis menggenggam ukiran kayu yang di berikan sang kakak, hatinya begitu pedih.

" Kenapa begini? Kenapa aku harus hidup sendiri dan satu demi satu kalian meninggalkanku kalian keterlaluan." jerit Suer hingga ukiran itu memancarkan sebuah cahaya hijau dan keluar sebuah giok dengan gambar burung aneh. Suer melotot membuka matanya sebesar mungkin.

Suer terpaku dan seekor burung yang awalnya kecil itu berubah jadi butiran emas dan pecah berubah jadi besar dengan cahaya luar biasa terang memperlihatkan seekor burung yang sangat sangat aneh menyambar tubuh Suer dan begitu saja mata suer tertutup akibat silau.

Sebuah pembicaraan terdengar, suer sungguh tidak mengenali suara itu. Suer membuka matanya dan alangkah terkejutnya Suer saat kini dirinya tidak berada di kamarnya.

Dimana aku? Tanya hati Suer dia mulai melihat sekeliling namun nahas disana sangatlah gelap gulita hingga sebuah remang remang dari kain dalam ruangan itu nampak mengeluarkan cahaya Suer menatap tubuhnya. Dirinya masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi dan dia rasa tak ada yang berubah pada dirinya.

Sebuah pembicaraan sengit dalam bahasa mandarin terdengar begitu kasar dan nampak tengah mengolok olok seseorang. Suer menaikan alisnya berusaha tenang meski kini jiwanya sudah benar benar linglung.

Dengan kasar Suer mengusap air mata di pipinya dan berusaha mengintip keluar. Oh sepertinya Suer kini berada dalam sebuah tandu.

Bersambung...

Salah masuk tandu

Sebuah Dinasty berdiri kokoh dalam sebuah kota besar dengan beberapa desa desa kecil di sekelilingnya. Dari luar memang nampak tak ada yang mencurigakan dari dalam Dinasty Kekaisaran itu.

Dalam Dinasty itu mereka mempercayai adanya empat elemen yang mana ke empat-nya adalah simbol dari kesetabilan alam dan penguasa. Keempat elemen itu disebut Sì Xiàng.Empat makhluk dalam mitologi Tiongkok pada rasi bintang tiongkok. Empat Simbol tersebut adalah. Naga Biru di Timur, Burung Merah di Selatan, Harimau Putih di Barat, Kura kura Hitam di Utara.Masing-masing merepresentasikan arah dan musim pada suatu tahun dan mempunyai karakter tersendiri. Mereka menggambarkan mitologi Tiongkok, Korea serta Jepang

Empat Simbol ini menjadi populer seiring dengan menyebarnya ajaran Taoisme. Naga Biru memiliki nama Meng Zhang, Burung Merah memiliki nama Ling Guang, Harimau Putih memiliki nama Jian Bing  dan Kura-kura Hitam memiliki nama Zhi Ming.

Kegentingan Dinasty itu di sebabkan menyebar-nya rumor bila keempat mahluk itu akan bangkit di dunia. Warga menyambutnya dengan amat antusias namun tidak dengan Kekaisaran karena saat rumor itu beredar kini kepercayaan Rakyat pada Kaisar mulai berkurang dan malah menjunjung tinggi keempat mitologi yang entah benar atau salah keberadaannya.

Di sebuah desa kecil di pelosok masih dalam lingkup Dinasty itu ada seorang pria dengan gelar luar biasa terkenal yaitu Si Bodoh. Para warga memanggil demikian karena pria itu begitu terkenal akan kebodohan-nya selain bodoh pria yang memiliki nama Lin Dong itu juga seorang pria miskin.

Dalam tradisi Dinasty tersebut dimana seorang pria yang sudah memiliki usia 20 tahun di haruskan membawa tandu ke sebuah Kuil. Dalam Kuil itu para wanita sudah siap menyambut dan memilih pria yang akan mereka jadikan suami.

Lin Dong adalah si pria miskin dan bodoh tentu tak ada yang mau. Semua orang mengolok olok pria itu sudah lima kali atau bisa di katakan lima tahun dirinya selalu mengirim tandu ke Kuil namun hasilnya tetap sama. Tidak ada satupun wanita yang bersedia untuk menjadi isterinya.

Tahun itupun sama tandu yang Lin Dong hias sendiri dengan aneka bunga dan kain terbaik yang dimilikinya tidak ada yang menempati.

"Hahah, mimpi saja dia ingin memiliki istri." Seorang pria nampak tertawa dan membuka kipas-nya.

Empat orang pria yang membawa tandu itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Empat orang itu adalah sahabat sekaligus orang tua bagi Lin Dong.

"Aku berharap Dewa memberikan keajaiban pada tandu ini dan mengirim seorang wanita untuknya. Aku sangat kasihan padanya." Seorang pria nampak berat berucap.

Suer sampai di tandu itu dan mendengar ucapan pria yang begitu pasrah tengah berdo'a. Hati Suer amat takut dan was was dengan apa yang kini tengah di alaminya. Mungkinkah itu nyata atau tidak. Suer sendiri tidak yakin. Matanya yang masih berkaca kaca kembali terkejut saat mendengar seseorang berkata kembali.

"Di Dinasty ini mungkin hanya Lin Dong yang belum beristeri. Kasihan" Suer terperanjak.

Tiba tiba otaknya berputar dan hatinya bertanya Apa? Dinasty? Namun pertanyaan itu belum sampai dia dapati jawabannya.

Suer masih merasa dan berpikir bila dirinya hanya sedang bermimpi saja dan semua hal yang terjadi kala itu tidak benar benar nyata. Namun tiba tiba tandu itu terasa di turunkan dada Suer berdetak lebih cepat dari biasanya Suer berusaha mencari apa yang sebenarnya terjadi namun nihil dirinya kini hanya dapat terpaku.

Seorang pria tiba tiba masuk mengenakan pakaian merah sorot mata tajam dan menakjubkan Suer berpikir bila pria itu adalah pria paling tampan yang pernah dia temui. Rambut pria itu nampak panjang dan tergerai senyum eksotis itu seketika menembus dada Suer, hati Suer berdecak kagum memperhatikan sebuah pemandangan yang tiba tiba saja ada di hadapan matanya.

"Terima kasih" itulah kata pertama yang keluar dari bibir pria itu dan tangannya langsung terulur seakan hendak mengajak Suer pergi.

Suer masih terpaku dirinya masih merasa itu mimpi. Namun mata pria itu kembali memberinya keyakinan Suer tidak menyangka bila saat dirinya menerima genggaman tangan pria itu maka dirinya akan terikat sebuah benang merah.

Suer menerima tangan itu yang terasa begitu dingin tangan mungil Suer yang hangat membuat senyum pria itu tak lepas dan membawanya keluar dari tandu yang sedari tadi dia huni.

Saat Suer keluar dari tandu itu. Pemandangan yang pertama dia lihat adalah sebuah rumah kecil dengan atap jerami dan dihiasi dengan lampion lampion cantik. Di sekeliling rumah kecil itu hanya ada beberapa rumah dan seperti di dunianya ada si miskin maka ada si kaya. Disana-pun demikian ada rumah dengan atap jerami dengan pagar bambu dan ada juga rumah besar dengan dinding megah.

Semua orang terperanjak menatap wanita yang tiba tiba saja ada dalam tandu. Gadis cantik dengan pakaian yang begitu aneh di mata mereka namun kecantikan Suer justru membuat beberapa orang iri dan sahabat Lin Dong bahagia bukan main.

Suer berjalan di samping Lin Dong dengan genggaman tangan pria itu yang seolah tidak ingin melepaskannya. Dari cahaya lampion nampak remang remang wajah Lin Dong yang memerah Suer terkekeh.

Suer masuk pada rumah itu yang nampak begitu sederhana namun terawat dan indah. Suer menatap sekali lagi Lin Dong yang kini tengah menutup pintu, remang remang dari lentera nampak pria itu duduk di sebuah kursi kayu dan membantunya ikut duduk.

Namun ternyata tidak. Lin Dong malah mendekap Suer dan membuat jarak di antara mereka begitu dekat nafas Lin Dong terasa hangat menerpa wajah Suer. Lin Dong tidak ingin buang waktu dan langsung mengecup kening Suer begitu lembut. Suer terperanjak dengan hawa tubuh Lin Dong yang tiba tiba saja memanas dan benar yang di takutkan Suer. Lin Dong menarik pakaiannya hingga terlepas begitu sakit dirasa Suer, Suer terdiam saat merasakan sakit itu otaknya kembali bekerja dan hatinya kembali terkejut. Debaran jantungnya bertambah berkali kali lipat dari sebelumnya.

Mungkinkah ini bukan mimpi? Suer bertanya dalam hati menatap mata Lin Dong yang sudah termakan birahi apakah mungkin kotak yang di berikan kakaknya adalah sejenis mesin waktu yang bisa membawanya ke masa lalu. Dadanya kembali berdetak begitu kencang dan dengan sengaja dan keras Suer menampar pipinya sendiri dan begitu terasa sakit.

Air mara Suer begitu saja meleleh kini dirinya menatap pria yang mungkin saja akan menyatroni tubuhnya.

"TIDAAAK.. Berhenti!" Jerit Suer. Lin Dong nampak terkejut menatap air muka gadis itu yang tiba tiba saja berubah. Mungkinkah sebelumnya gadis itu kena mantera? Pikir Lin Dong dalam hati.

Bersambung...

Xu dan Lin

Namun melihat jerit histeris Suer, Lin Dong dapat menyimpulkan bila Suer belum siap dan mungkin Suer salah masuk tandu. Namun saat pertama mereka saling bertatap-an jelas bila Suer tidak memberikan penolakan jadi asumsinya bila Suer salah masuk tandu itu agaknya kurang tepat.

Lin Dong mengambil selimut yang semula teronggok di atas tempat tidur dan menutupi tubuh Suer.

Suer terkejut menatap pria itu matanya yang masih berkaca seakan merasa menemukan kolam keabadian dan terasa begitu nyaman. Suer dengan bahasa mandarin yang sudah faseh dan luar biasa baik berucap.

"Tolong.." rintihnya seakan merasa pilu yang sama Lin Dong langsung memeluk Suer dan mengusap rambut gadis itu.

" Tidak apa apa. Aku tidak akan memaksamu" kata kata itu meluncur begitu saja dari mulut Lin Dong membuat Suer kian nyaman menenggelamkan wajahnya pada dada pria di hadapannya begitu terasa nyaman dan damai dan begitu terasa sangat hangat.

Suer sangat lama menangis membuat baju Lin Dong basah dan masih dalam pelukan pria itu dengan setia Lin Dong terus memberikan kenyamanan mengusap kepala Suer dengan penuh kelembutan. Suer terbuai dan merasa dirinya berada di rumah.

Lin Dong berusaha kembali menatap mata Suer dengan hati hati Lin Dong bertanya dengan suara yang terdengar begitu lembut di telinga Suer.

"Apakah salah masuk tandu?" Pertanyaan itu sontak membuat Suer terkejut namun dengan hati hati Suer kembali menggeleng. Ukiran itu membawanya kemari mempertemukannya dengan Lin Dong pasti ada maksud tertentu.

Lin Dong tersenyum dan lagi lagi hati Suer berdebar amat cepat bila saat itu siang pasti akan terlihat jelas rona di pipinya. Dengan cekatan Lin Dong mengangkat tubuh Suer ke atas ranjang dan mendudukkannya. Lin Dong nampak mengambil sebuah pisau Suer amat terkejut mungkinkah pria itu psikopat dan akan membunuh dirinya namun agaknya keterkejutan Suer belum berakhir saat begitu saja Lin Dong menggoreskan pisau itu di lengannya sendiri hingga darah mengalir dan menetes di atas kasur tersebut. Suer melotot namun dengan cekatan pula Lin Dong membungkus lukanya dan senyum di bibirnya merekah seperti pagi hari.

"Ke..kenapa?" Pertanyaan itu akhirnya lolos dari bibir Suer. Lin Dong masih dengan senyumnya mengusap kepala Suer.

" Tidak apa apa. Aku hanya ingin memberi tahu semua orang bila kamu tidak salah masuk tandu." Suer tertegun saat mendengar untaian kata yang terdengar amat lirih dan syahdu itu.

Suer berpikir hingga ujung dari pemikirannya berakhir dan menemukan sebuah jawaban yang begitu cerdas. Dimana Lin Dong melakukan itu agar orang orang bisa mengira bila dirinya dan Suer telah melakukan hubungan suami isteri.

Agaknya permainan Lin Dong bukanlah si bodoh yang sama seperti yang mereka cap. Melainkan Lin Dong adalah pria cerdas dan bijaksana yang bisa mempermainkan setiap asumsi dan pandangan orang orang. Suer faham sekarang, dengan hati hati Suer menatap Lin Dong dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada yang kurang atau cacat satupun bila di zamannya mungkin serendah rendahnya Lin Dong akan menjadi seorang model atau setinggi tingginya mungkin Lin Dong akan menjadi seorang Bos sombong.

Lin Dong salah tingkah saat tatapan mata itu mengarah padanya. Lin Dong menggaruk kepalanya membuat sebuah senyuman lembut terukir di wajah Suer.

"Hmmm.. Anu, saya Lin Dong" Lin Dong menyodorkan tangannya dengan senyum manisnya Suer menjabat tangan itu.

"Aku Suer, Xiau Suer" kedua orang yang resmi berkenalan itupun tertawa seakan kerabat yang sudah terpisah sangat lama.

Pagi itu Suer tidur di kamar di atas ranjang sedangkan Lin Dong yang semula tidur di bawah jendela kamar di atas sebuah kursi nampak sudah tidak ada. Suer menatap sekeliling tempat tidur yang kini dirinya duduki saja mendapat gelar baru dari Suer yaitu RSSSSSSS Ranjang Sangat Sederhana Sekali Sehingga Selonjor Saja Susah. Suer terkekeh dengan apa yang ada di pikirannya kala itu.

Lin Dong tiba tiba masuk membawa semangkuk bubur dengan telur dan beberapa sayuran, Suer mengangkat alisnya menatap bagaimana baik pria itu. Bila dalam dunianya dan dirinya harus menikah dengan Lin Dong mungkin Suer tidak akan menolak.

"Waaaah... Bubur hangat. I'm coming.." Lin Dong mengangkat alisnya mendengar sebuah kata yang begitu asing baginya Suer yang mengerti keingin tahuan Lin Dong kembali buka suara.

"Itu artinya aku datang" jelas Suer hingga akhirnya Lin Dong mengangguk faham. Dengan lahap Suer menikmati maha karya dari Lin Dong yang begitu sangat luar biasa nikmatnya.

"Suer, hari ini aku akan berburu dan mungkin akan pulang sangat larut. Bisakah saat aku keluar nanti kamu diam di rumah dan jangan keluar kamar ini?" Suer terkejut mendapati pertanyaan itu dirinya menyudahi sarapannya dan menatap raut muka Lin Dong yang terlihat dipenuhi rasa bersalah dan takut.

"Tidak apa apa. Aku akan diam di sini dan ingat kembali dengan baik ya" raut wajah Lin Dong seketika berubah nampak berseri dan bahagia dirinya mengangguk mengiyakan.

Siang itu setelah mencuci dan beres beres Lin Dong pergi berburu di temani dua orang pria yang usianya di atasnya nampak dari rambut mereka yang memutih.

"Hai Kak? Aku San" seorang laki laki mungkin sekitar usia 18 tahunan menyapanya. Suer tersenyum menatap seorang wanita tua yang ikut bersama pria itu yang di ketahui adalah isteri dari pria yang ikut berburu bersama Lin Dong.

"Hai juga. Aku Suer" jawab Suer sepanjang siang mereka berbincang tentang lingkungan tersebut baju Suer yang sedikit sobek menjadi objek perhatian dari wanita tua yang dirinya panggil Ibu itu.

"Apa Lin Dong semalam begitu kasar?" Suer terkekeh mendengar pertanyaan itu dan kemudian menggeleng.

"Tidak bu. Lin Dong sangat baik" jawab Suer membuat Ibu menjadi lebih tenang. Ibu juga memperhatikan setiap gerak gerik Suer yang nampak sangat lembut dan baik namun tidak bisa Ibu sangkal bila sifat bangsawan pada diri Suer nampak begitu jelas.

Dan saat Ibu bertanya mengenai keluarga Suer. Suer hanya menjawab seadanya saja dan tidak terlalu bertele tele.

Siang itu berakhir dengan baik dan sore hari tiba. Suer masuk ke kamarnya dan diam saja di sana tidak ada hal yang dia kerjakan dia hanya melamun di depan jendela menatap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam meninggalkan dunia.

Suer mulai mengorek ingatannya tentang pelajaran sejarah kampusnya. Setahu Suer Dinasty yang kini di sebut dengan Kerajaan Xu itu akan segera berakhir dan sebuah perang besar akan segera berkobar.

Suer menghembuskan nafasnya kasar mungkinkah kedatangannya ke tempat itu untuk menghentikan perang besar itu. Tapi bagaimana bisa? Sedangkan dirinya saja saat itu berada di sebuah desa terpencil yang mungkin perang itu tidak akan berefek cukup besar baginya.

Kekaisaran Xu akan berganti menjadi Kekaisaran Lin saat perang itu berakhir karena kaisar Xu akan mati di tangan seorang pangeran dengan marga Lin, yang tidak lain dulunya pangeran itu adalah seorang pangeran dari sebuah Kekaisaran kecil dimana seluruh keluarganya di bantai oleh Kaisar Xu.

Dari sudut pandang Suer dirinya tidak menemukan sedikitpun kesalahan dari sejarah itu karena di tangan Kaisar Lin akan tiba masa keemasan Kekaisaran.

Suer kian bingung. Selain dirinya harus mencari pangeran yang malang itu dirinya dihadapkan dengan kondisi ekonomi Lin Dong yang tidak baik. Untuk kesekian kalinya Suer menghembuskan nafas kasar berharap beban di dadanya bisa ikut berkurang bersamaan dengan tiupan udara dari mulutnya.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!