"Yura, ayo bangun nak!" teriak Ibu sambil membuka pintu kamar Yura.
"Hmmm, iya ibuku yang cantik, anak gadismu ini sudah bangun."
"Kamu ini, ya sudah cepat sana mandi!"
"Ibu tunggu di ruang makan bersama ayah dan kakakmu."
"Siap Bu."
"Dasar, punya anak perempuan selalu dibuat gemas sama kelakuannya, sambil tersenyum ibu pun keluar dari kamar Yura."
Di dalam kamar mandi. "Ah, segar sekali mandi sambil berendam sekujur tubuh rasanya nyaman, aroma sabunnya wangi banget."
Setelah mandi dan selesai berpakaian sekolah. Yura pun keluar dari kamarnya, dan menuju ke ruang makan.
"Hai selamat pagi semuanya!" sapa Yura.
"Kau ini pagi-pagi sudah teriak, kupingku sakit tau!" sahut Kak Rengga.
"Ya ampun kak Rangga, kakakku yang tampan sejagat raya, biar semangat dong kak, dari pada kakak yang irit senyum, kaku kayak kanebo kering," jawab Yura sambil menjulurkan lidahnya.
"Apa kau bilang! asal kamu tau ya, kakakmu ini jadi most wanted di Kampus Harapan."
"Sudahlah, kalian berdua kalau sedang makan jangan bertengkar, Ayah tidak suka."
"Baik ayah," jawab Yura dan Rangga berbarengan.
"Yura!" panggil Ayah.
"Iya Ayah, ada apa?"
"Dua tahun lagi kamu akan lulus SMA nak, kamu akan melanjutkan sekolah dimana?" Ayah terserah pada mu saja, dimanapun kamu sekolah ayah akan mendukung, baik disini atau ke luar negeri."
"Masih Yura pikirkan yah, sekarang Yura ingin fokus dulu sama sekolah, semoga dapat nilai tinggi dan lulus sesuai harapan ayah dan ibu."
"Baiklah kalau begitu, ayo berangkat! kalian sudah selesaikan makan nya?" Ayah mau ke kantor, duluan."
"Iya Ayah," jawab Rangga dan Yura.
"Kak, antarkan adikmu ke sekolah dulu baru kamu berangkat ke kampus!"
"Baik Bu."
"Ayo dik kita berangkat sekarang biar tidak telat, kakak ada kelas pagi di kampus!"
"Oke let's go!"
"Hati-hati ya nak," ibu pun mengantarkan Yura dan Rangga sampai depan pintu, setelah Yura dan Rangga masuk ke dalam mobil.
Sementara itu, di SMA Tunas Bangsa. Diah dan Mila menunggu Yura yang belum datang di parkiran sekolah.
"Ini sudah jam 07.15 pagi, 15 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Yura kok belum nongol juga sih Mila?" ucap Diah sambil menggerutu tak jelas.
"Sabarlah Diah, mungkin dijalan Yura kena macet, kita tunggu saja dulu."
Ketika mereka berdua melihat ke gerbang sekolah, bertepatan dengan kedatangan Yura yang diantar oleh kakaknya Rangga.
Di dalam mobil, "Kak Rangga, Yura pamit sekolah dulu ya."
"Ya hati-hati ya dik, entar kakak jemput."
"Ya kak, aku keluar dulu," sambil membuka pintu mobil.
"Yura Yura sini!" teriak Diah dengan kencang.
"Hey, kalian selamat pagi, ayo kita masuk kelas! kalian tidak lupa kan hari ini ada ulangan Kimia Bu dewi?"
"Mila, apa lo sudah belajar?"
"Sudah Yura."
"Kalau Diah, bagaimana?"
"Hehe... gue lupa, bagaimana ini ?" tanyanya dengan cemas.
"Ya sudah, mumpung ada sisa waktu sebelum masuk kelas lebih baik kita belajar!"
Saat berjalan di koridor sekolah.
"Yura" panggil Diah.
"Ada apa Diah?"
"Apa lo tau tentang Erlangga Bramasta? itu lo Ketua OSIS SMA Trisakti."
"Dia...
"Kenapa Yura, kok lo terkejut?"
"Gapapa kok, nanti setelah jam istirahat gue akan cerita pada kalian berdua, sekarang yang penting kita masuk kelas, terutama lo Diah jangan sampai nilai lo anjlok."
"Ih...jangan gitu ah kalian berdua."
"Ayo Mira, Yura cepat jalan kita masuk ke kelas!"
"Yura...apakah lo akan membuka cerita masa lalu tentang Erlangga pada Diah?" tanya Mila.
"Ini tak bisa gue tutupi seumur hidup Mila, lambat laun siapapun yang dekat dan berteman dengan gue pasti akan gue kasih tau, karena gue percaya kalian adalah teman baik gue."
"Lo tenang saja Ra, gue selalu ada buat Lo." ucap Mila.
Setelah bel masuk berbunyi, semua murid masuk kelas mereka masing-masing.
Di kelas X I IPA 2, kelasnya Yura, Diah dan Mila.
"Hey kalian bisa jawab ulangan Kimia tadi? tanya Diah kepada Yura dan Mila yang sebangku di depan, sedangkan Diah sebangku dengan Ambar."
"Kalau gue bisa jawab kok", kata Mila.
"Yura kamu gimana tadi bisa jawab gak?"
"Syukur gue bisa jawab, kenapa Diah?"
"Hehehe... soal no.30 kok susah banget ya?"
"Gue sih jawab seadanya saja asal soal yg lain bisa gue kerjakan."
"Ya gapapa kali Diah, menurut gue sih agak susah soal no.30."
"Nah... iyakan soalnya menjebak banget."
"Sudahlah, kalian berdua ayo kita ke kantin, perut gue sudah meronta untuk diisi, habisnya tadi lumayan menguras otak, kalau ulangannya dari Bu Dewi!" kata Mila.
Tiba di kantin sekolah.
"Mila, Yura kalian mau pesan apa?" tanya Diah.
"Kalau gue pesan, nasi goreng 1, es teh."
"Oke deh Mila, terus kalau Yura mau pesa apa?"
"Hmm... tunggu gue masih berpikir mau makan apa?"
"Cepatlah Ra, jangan terlalu lama berpikir!"
"Bukan begitu Mila, habisnya...coba kalian lihat stan makanan di kantin kita banyak banget."
"Ya jelaslah, kalau banyak pilihan kayak gini susah untuk memilih makanan yang enak."
"Cepatlah entar keburu bel masuk Yura, dan Lo hutang cerita sama gue!"
"Baiklah, gue pesan bakso 1 sama es jeruk 1 deh."
"Oke deh gue pesan dulu, terus kalian berdua cari meja yang kosong!"
"Bagaimana baksonya Ra, apa enak?"
"Ya ini enak banget Diah, lebih enak yang ini daripada bakso yang kemarin sih."
"Oh itu karena penjual baksonya beda."
"Maksud lo apa Diah?" sambil mengernyitkan dahi.
"Lo gak tau ya, Pak Slamet penjual bakso di kantin kita, kemaren itu pulang kampung ke Cirebon. Jadinya untuk mengisi tempat yang kosong, pihak sekolah mencari penjual bakso baru. Nah penjual bakso yang baru namanya Bu Heni."
"Diah" panggil Yura.
"Ya, kenapa Yura?"
"Benarkah lo ingin tau tentang Erlangga?"
"Iya gue ingin tau tentang ketos yang terkenal dingin di SMA Trisakti!"
"Baiklah kalau begitu", sambil menghembuskan nafas dan sedikit terdiam.
Yura akhirnya mulai bercerita tentang Erlangga.
"Apa lo baik-baik saja Yura?" tanya Mila.
"Gue baik-baik saja Mila, lo jangan khawatir!"
"Ya sudah, kami siap mendengarkan cerita lo."
*Flashback Tiga Tahun Lalu.
"Gue dan Erlangga sudah berteman dari kami kecil", sambil tersenyum Yura melanjutkan ceritanya. "Erlangga tinggal di komplek perumahan di sebelah utara rumah gue, kami kenal karena orang tua kami berdua ternyata berteman semasa kuliah."
"Bundanya Erlangga, temannya ibu gue, namanya bunda Anisa sedangkan Daddy nya bernama Daddy Alex."
"Mereka sudah gue anggap sebagai orang tua kedua gue, setelah ayah dan ibu gue sendiri."
Dulu karena kesibukan ayah, yang sering kerja ke luar kota bahkan ke luar negeri. Gue dan Kak Rangga sering dititipkan sama bunda Anisa oleh Ibu. Karena ibu sering menemani Ayah bekerja.
Semakin hari, gue dan Kak Erlangga semakin dekat, karena sering bermain bersama.
Apalagi semenjak, adiknya Ibu gue akan menikah. Gue yang hendak diajak ikut pulang ke rumah nenek oleh ibu dan ayah.
Jadi tidak ikut pulang kesana, karena Bunda Anisa tiba-tiba menjemput gue di rumah. Bunda bilang Kak Erlangga marah dan sedih kalau gue tinggal ke rumah nenek.
Melihat bunda Anisa yang sedih dan terus memohon kepada orang tua gue. Apalagi gue setiap dengar nama Kak Erlangga, entah kenapa rasanya gue gak bisa jauh darinya.
Karena gue terus nempel di pelukan bunda Anisa dan gak mau dilepaskan. Jadinya dengan berat hati. Ibu gue menitipkan gue selama seminggu disana.
"Anisa, titip Yura ya?"
"Ya, kamu tenang saja Hani, Yura akan aku jaga seperti anakku sendiri, jadi kamu jangan khawatir!"
"Yura, jangan nakal ya nak, harus nurut dan patuh sama bunda Anisa!" seru Bu Hani sambil mengelus kepala Yura.
"Sepertinya Erlangga putra ku suka sama putri mu Hani, Apa kamu setuju jika mereka berdua dijodohkan?"
"Hmmm... aku sih mau saja Anisa biar lebih mempererat hubungan dua keluarga kita."
"Tapi mereka masih anak-anak, semoga saja setelah mereka beranjak dewasa, cinta bisa hadir diantara mereka berdua dan berjodoh."
Disela perbincangan Bunda Anisa dan ibu, datanglah ayah gue yaitu ayah Kevin sambil menggendong Kak Rangga.
"Bu kamu ini, kalau ada teman yang datang gak baik, tidak di ajak masuk ke dalam, tapi malah berdiri tanpa dipersilahkan duduk!"
"Tidak usah Mas Kevin, saya cuma mampir sebentar mau ijin bawa Yura, efek Erlangga takut ditinggalkan Yura yang akan pulang ke rumah neneknya", sergah Bunda Anisa.
"Iya yah, yang dikatakan sama Anisa benar."
"Apakah tidak masalah Bu, Yura dititipkan disana?"
"Ya... mau bagaimana lagi yah, lihat anak gadismu itu, baru nyebut nama Erlangga senangnya bukan main, apalagi aku sudah berusaha melepaskan dia dari gendongan Anisa, Yura gak mau dilepas yah!"
"Ya sudah Bu kita ijinkan saja Yura disana untuk sementara waktu."
Akhirnya, Ayah, ibu, dan Kak Rangga pergi ke rumah nenek tanpa gue.
Tiba di rumah keluarga Bramasta
"Erlangga, kamu dimana nak!" teriak bunda Anisa saat baru masuk ke dalam rumah.
"Ya ampun kemana tu anak? Sayang bunda pulang, kamu dimana sih?" sambil mengandeng tangan Yura.
Bunda Anisa keliling rumah besar itu dan Erlangga ternyata sedang bermain di kamarnya.
"Erlangga, kok diam ayo sini lihat dulu, bunda bawa siapa ayo tebak!"
"Apaan sih Bun, Erlangga masih sibuk nih merakit robot!"
"Sini lihat dulu, bunda bawa siapa!"
"Iya sabar bunda", saat Erlangga menoleh ke belakang alhasil Erlangga terpaku melihat Yura.
"Yura lo cantik dan manis bahkan bayangan lo selalu ada di ingatan gue" batin Erlangga.
"Erlangga kok kamu diam nak, sini ajak Yura main, gimana kejutannya bunda berhasil kan?"
"Yura, bunda tinggal ke dapur sebentar ya, kamu bermain sama Erlangga dulu."
"Baik bunda" jawab Yura.
"Yura sini ikut kakak! tiba-tiba Erlangga memegang tangan Yura, desiran apa ini?" batin Erlangga.
"Iya kak."
Erlangga pun mengajak Yura bermain di kamarnya dan memberinya sebuah kotak berwarna merah.
"Kak, apa kotak apa ini?"
"Ini adalah rahasia kita berdua, kelak kalau kita besar nanti. Kakak ingin, kamu yang jadi pengantin kakak. Nah bukalah kotak ini ada cincinnya tolong kamu simpan."
"Baiklah kak."
Bunda Anisa yang sedang menyiapkan cemilan di dapur, tersenyum bahagia. Karena suasana di rumahnya ramai semenjak kedatangan Yura.
Menginjak SMP ketika kakeknya Erlangga meninggal, Erlangga dan keluarganya mendadak pindah ke luar negeri. Sejak saat itu, gue sudah mencoba menghubungi kak Erlangga tapi handphonenya tidak aktif. Gue tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, biasanya kak Erlangga selalu akan angkat teleponku atau kami bertukar pesan, jika kami berdua tidak bertemu, biarpun kami satu sekolah SMP kami selalu bisa berkomunikasi seperti biasanya.
Baik saat gue bermain ke rumah nya atau dia kadang yang bermain ke rumah gue. Bukan cuma gue yang hilang kontak dengan Erlangga, bahkan ibu juga tak bisa menghubungi bunda Anisa.
Sedangkan mengenai kematian kakeknya Erlangga, kami diberi tau oleh satpam yang berjaga di rumah kediamannya, saat gue ingin berkunjung kesana sama ayah dan ibu.
Sejak saat itu, gue terus mencari dimana kak Erlangga, apakah masih di luar negeri atau sudah balik ke Indonesia? dibantu ibu dan ayah serta kak Rangga, tapi tak ada hasil apapun selama kami mencari tentang mereka. 3 Tahun berlalu, gue masih setia menunggu kabarnya dan saat gue kemarin les, gue mendengar nama Erlangga disebut kembali oleh siswi dari Sekolah SMA Trisakti, yang kebetulan menjadi teman gue di tempat les.
Gue tidak menyangka ternyata Erlangga sudah kembali kesini, awalnya gue tak percaya itu kak Erlangga atau orang lain yang punya nama yang sama, saat teman les gue berbicara tentang brosur pertandingan basket antar SMA.
Ternyata kak Erlangga ada ketua OSIS di SMA itu.
"Sudah Yura jangan menangis, kalau kamu dan kak Erlangga berjodoh pasti kalian akan bertemu dan dipersatukan kembali" ucap Diah
"Yakinlah Yura, jika Tuhan sudah berkehendak lo dan Kak Erlangga, tidak akan bisa menolak dan menghindar lagi Mila", seru Mila
"Kalau sudah berjodoh pasti sejauh atau sedekat apapun akan bertemu, kita hanya bisa berdoa dan pasrahkan kepada Tuhan."
"Apakah kalian tau tentang benang merah takdir?"
"Apa itu Diah?"
"Benang apa itu Diah", tanya Yura.
"Benang merah takdir adalah kepercayaan Asia Timur yang berasal dari mitologi Tiongkok, digambarkan sebagai benang merah tak kasatmata yang ditali pada jari sepasang yang ditakdirkan untuk bertemu sebagai cinta sejati."
"Wow apakah mitos itu nyata adanya?" tanya Mila.
"Siapa tau itu akan terjadi pada kisah cinta Yura dan kak Erlangga. Sudah jangan menangis Yura! saatnya kita kembali ke kelas."
"Apakah benar ada benang merah takdir?" batin Yura sambil berjalan dengan Mila dan Diah, meninggalkan kantin menuju ke kelas mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, di ruang OSIS SMA Trisakti.
"Baik teman- teman OSIS semuanya, kita akan mulai agenda rapat hari ini."
"Mohon dengan hormat, Ketua OSIS SMA Trisakti saudara Erlangga Bramasta, agar memberikan salam pembuka dan sekaligus memulai rapat pada hari ini, waktu dan tempat saya persilahkan", ucap Agni.
"Terima kasih banyak, Agni sebagai pembawa acara rapat dan selamat siang teman-teman OSIS sekalian, puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan, agar agenda rapat pada hari ini bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan, selamat siang teman-teman OSIS, hari ini saya akan mulai agenda rapat mengenai Pertandingan Basket antar SMA."
"Sebagai mana yang kita semua bahas pada, rapat kemarin. Saya Erlangga selaku ketua OSIS, Juan selaku wakil ketua OSIS, Hendra selaku Bendahara OSIS, serta Agni selalu sekretaris OSIS, Bapak pembina OSIS serta Bapak Kepala Sekolah."
"Sudah menyepakati beberapa hal untuk Persiapan Pertandingan antar SMA, hasilnya adalah bahwa diantara Sekolah SMA yang akan ikut dalam pertandingan basket , sekolah kita ditunjuk sebagai tempat diadakannya pertandingan tahap pertama, jadi saya harapkan kalian para anggota OSIS, yang sudah dibagi menjadi 8 sie agar melakukan job disk dan tugasnya masing-masing."
"Jika ada yang mau ditanyakan saya persilahkan."
"Ijin ketua, saya Dodik dari sie acara, saya sudah menghubungi Ketua Tim Basket sekolah kita, tapi mereka kekurangan anggota, karena Niko dari kelas X IPS 1 mengalami cedera 3 hari lalu, untuk itu, saya harap ada calon anggota basket tambahan untuk perbantuan, bisa juga dicalonkan dari tiap kelas yang memang punya bakat di bidang basket."
"Dik begini saja, umumkan ke seluruh kelas di semua jurusan bahwa Tim basket kita kekurangan anggota! dalam waktu 7 hari saya harap, sudah terima nama anggota yang baru yang ingin bergabung, hubungi juga Ketua Tim basket kita Krisna agar bertemu dengan saya langsung!"
"Siap Ketua laksanakan!"
"Dari sie yang lain apakah ada lagi?"
Selama 2 jam berlalu akhirnya rapat OSIS pun selesai.
"Agni, kamu sudah catat kan semuanya hasil rapat hari ini?"
"Lapor, sudah pak Ketua."
"Oke lah untuk semua anggota OSIS, rapat hari ini saya tutup, jika ada yang kurang bisa menghubungi wakil ketua OSIS, silahkan kembali ke kelas kalian masing-masing!"
"Kak Erlangga tunggu!"
"Ya ada apa?" jawab Erlangga.
"Hmmm ... begini kak, ini ada bekal lebih kebetulan ibuku masak banyak, jadi tadi aku lihat kakak belum sempat istirahat."
"Maaf ya Agni, saya tidak bisa menerima bekal dari kamu."
"Kok gitu kak? salahnya dimana?"
"Juan kesini dulu, cepat gak pakai lama!"
"Ya ampun bos Erlangga, kenapa sih teriak-teriak aku gak tuli bro?"
"Nih ada bekal dari Agni, lo saja yang makan, gue sudah kenyang."
"Wah ... dedek Agni cantik ada acara apaan nih, bawa bekal segala, sini bekalnya biar kakak Juan yang baik hati dan tidak sombong ini, yang menerima dengan senang hati."
"Oke semua saya permisi dulu mau pulang!"
"Eh Erlangga tunggu dong bro, kok buru-buru pulang!"
"Gue ada urusan keluarga."
"Ya sudah sana lo pulang", ucap Hendra.
"Kak Erlangga tunggu kak!"
"Agni berhenti!"
" Ih, kak Juan jangan nahan gue dong."
"Lo ini gak capek apa ngejar Erlangga segitunya? asal lo tau ya, sampai ke ujung dunia pun Erlangga gak akan nerima lo, jadi hargailah martabat lo sebagai seorang cewek, paham kan!"
"Tapi kak gue ... "
"Sudahlah, mana bekalnya kebetulan kakak lapar lebih baik gue saja yang makan kan, daripada teronggok di tempat sampah."
"Nih ... silahkan ambil semuanya!"
"Dasar adik kelas", seru Juan.
"Ada apa bro?" tanya Hendra.
"Ah ... gue kira siapa ternyata lo Hen."
"Ya ini gue emangnya lo kira gue hantu?"
"Ya gak begitu juga kali."
"Lah terus kenapa?"
"Biasalah bro urusan para siswi disini yang sering ngejar si Erlangga."
"Padahal kita juga gak jauh ganteng dan terkenal kayak Erlangga."
"Ya iyalah", jawab Hendra sambil menganggukkan kepalanya.
"Gue gak habis pikir sama si Agni, sudah ditolak mentah-mentah sama si Erlangga, nah tadi lo liat kan yang terjadi, tetep aja dikejar."
"Erlangga sudah punya, makanya dia menjaga hati dan memberi jarak pada cewek lain yang ingin dekatin dia."
"What? sambil melongo, lo gak salah makan kan bro, kok gue sebagai sohibnya gak tau, dari kapan lo tau bro?"
"Jangan bilang sama siapapun, lo harus janji sama gue, sebagai teman dekatnya Erlangga! gue maklumi itu privasi dia, entah mau ngasih tau kita atau gak ya terserah dia, asal kita tetap mendukung yang terbaik buatnya."
"Terus ceweknya Erlangga siapa bro? anak sini gak?" tanya Hendra.
"Nama ceweknya sih gue gak tau, tapi tu cewek bukan anak SMA kita tapi anak SMA Tunas Bangsa."
"Jadi, penasaran gue sama Erlangga, diam-diam bisa duluan dia dari pada kita yang nikah, hahaha."
"Jangan ngomong sembarangan lo Hen, kayak lo gak tau sifatnya Erlangga saja."
"Iya sih, ayo kita pulang! ada banyak tugas menanti kita."
Di Rumah Besar Bramasta.
"Sore bunda", ucap Erlangga yang baru pulang dari sekolah.
"Sore nak, kok kusut gitu muka gantengnya anak bunda, ada masalah di sekolah nak?" tanya Bunda Anisa.
"Biasa Bun, banyak kegiatan yang harus aku handel disekolah, apalagi aku ketua OSIS, tanggung jawabku banyak."
"Ya sudah, cepat naik ke atas, mandi sana habis itu kita makan! Bunda sudah menyiapkan makanan ke sukaan mu."
"Baik Bun"
Di meja makan.
"Bunda, daddy kapan pulang?"
"Kemarin Daddy mu telpon bunda, katanya besok sudah pulang, kenapa kamu rindu Daddy?"
"Hmmm ..."
"Erlangga kok diam, bunda tau kamu rindu sama Daddy yang akhir-akhir ini, jarang kumpul sama kita, apalagi perusahaan kita sekarang semakin berkembang, dan tentu saja kelak kamu yang akan mewarisinya, karena kamu anak kami satu-satunya."
"Jangan kesepian nak, disini masih ada bunda lagian besok Daddy mu pulang, sabar ya!"
"Baik bunda"
Sementara di kamar Erlangga.
"Hah ... mending gue tidur deh, besok Daddy juga pulang! sambil dengar musik, dimana ya headset handphone, perasaan kemarin ada di dalam laci.".
Tiba-tiba tak sengaja Erlangga melihat album kenangan waktu kecil.
" Apa ini, kenapa dengan jantungku? siapa gadis ini, Tuhan kepalaku kok mendadak sakit?"
"Argh ... Bunda!" teriak Langga dari dalam kamar.
"Ya Tuhan, kamu kenapa nak? dimana yang sakit nak, apa kepalamu sakit lagi?" tanya bunda Anisa.
Hiks ... hiks ... hiks
"Ya Bun, tadi aku melihat sekelebat bayangan gadis, apa dia gadis yang Erlangga kenal?"
" Kenapa kamu bertanya begitu nak?"
"Coba Bunda lihat album ini, semua foto ini, memperlihatkan kebersamaan Erlangga dengannya? siapa dia Bun? argh sakit."
"Sudah nak suatu saat kamu akan tau, sekarang kamu tidur dan minum obatnya, jangan banyak pikiran. Bunda sayang sama Erlangga, seperti yang bunda bilang dari dulu sama kamu, dia gadis yang cantik, manis dan pintar dan dia bersekolah di SMA Tunas Bangsa."
"Plis Bun kasih tau Erlangga namanya? Bunda gitu deh sama Erlangga, suka sekali main rahasia."
"Hahaha ... bunda doakan kamu segera ingat dan bertemu dengan dia."
Setelah keluar dari kamar Erlangga, bunda Anisa langsung masuk ke kamarnya dan menelepon seseorang.
" Halo hani, apa kabar?"
"Iya saya Hani, anda siapa ya?"
"Ih ... kau ini temanmu saja kau tak ingat, ini aku Anisa."
"Ya Tuhan Anisa, kemana saja selama ini, 3 tahun kalian sekeluarga menghilang tanpa kabar hiks ... hiks."
"Jangan menangis Han, nanti akan aku ceritakan semuanya pada mu, kabar kami semua baik disini, bagaimana dengan Yura Han? pasti dia tumbuh jadi gadis yang cantik."
"Iya dia semakin hari semakin cantik Nis."
"Jelas calon mantuku itu."
" Ngomong-ngomong Nis, kamu dapat no. hp ku darimana?"
"Itu masalah gampang Han, anak buah suamiku yang ngasih tau."
"Maaf aku tak mengabari mu sebelumnya."
"Gapapa Nis, pasti kamu punya alasan dibalik semua ini."
"Besok apa kau sibuk? kalau tidak, bisa kita bertemu berdua, sekalian kita have fun."
"Kamu bisa aja Nis, iya sih sudah lama banget kita gak ketemu, mau bertemu dimana?"
"Bagaimana di kafe Bintang, sejak aku tiba disini, aku dengar, kafe itu bagus cocok bagi ibu-ibu yang mau arisan, lagi pula menu makanannya enak."
"Oke boleh juga, sampai jumpa besok Nis, aku tutup dulu telponnya."
Klik ...
"Akhirnya kami akan bertemu, kejadian yang pahit telah berlalu, aku harap masa indah segera hadir dan menanti untuk digapai", batin Bunda Anisa.
"Erlangga, Yura, bunda dan ibu akan selalu mendoakan agar kalian terus bersama selamanya."
Di Rumah Besar Pradipta.
"Bu kok tumben lama telponan, sama siapa?" tanya ayah Kevin.
"Haduh ... ayah ini main masuk kamar tanpa ketok pintu dulu, kan bunda terkejut ini untung Hpnya gak jatuh!"
"Orang pintunya dari luar terbuka, ya jangan salahkan ayah dong kalau langsung masuk."
"Benarkah yah? kok bunda gak ingat?"
" Mana bisa ingat telponan aja lama banget, seru amat!".
"Hehehe ... sini yah duduk dulu!"
"Ya sabar yang, aku taruh tas kerja dulu, jadi mau cerita apa?"
" Ayah tadi Anisa telpon , aku bahagia sekali, akhirnya mereka sudah kembali kesini."
"Syukurlah, jadi apa kalian akan bertemu?"
"Tentu, kami rencananya besok bertemu di kafe , tapi jangan bilang Yura sama Rangga dulu yah?"
"Kok gitu yang, ini kabar baik loh, apalagi buat Yura."
"Bukan begitu yah, kita harus tau alasan mereka tiba-tiba hilang tanpa kabar dan juga apa yang sebenarnya terjadi, setelah kita tau yang sebenarnya, baru kita kasih tau Yura dan Rangga sebagai kejutan yang manis."
"Itu ide bagus yang, mulai sudah sikap jahil kayak dulu, suka sekali main rahasia, hahaha."
"Kok ayah ketawa."
"Bagiku kamu lucu sayang, demi kebahagiaan anak kita, kamu sampai bertindak sejauh ini."
"Ayah tau kan selama 3 tahun putri kita, Yura masih setia menunggu Erlangga, dulu Anisa pernah ingin menjodohkan Yura sama Erlangga, tapi aku hanya menjawab jika memang mereka berdua berjodoh, siapapun tidak bisa menghalangi jalan Tuhan."
" Ya kamu benar sayang, kita hanya bisa berdoa dan pasrahkan semua pada Tuhan."
"Jangan menangis lagi, aku mandi dulu, ini sudah malam, anak-anak pasti menunggu kita di ruang makan."
"Bibi kok ayah dan ibu belum tiba?"
" Eh non Yura bikin bibi kaget aja, untuk piringnya gak jatuh."
"Maafin Yura ya bik."
"Gapapa non mungkin nyonya sama tuan lagi ada urusan penting, bibi ijin ke belakang sebentar non."
"Ya silahkan bik."
"Selamat malam putrinya ibu."
"Bu kenapa lama sekali turun?"
"Oh itu tadi ada urusan penting dengan ayah."
"Urusan apa kok privasi sekali?"
"Rahasia! hahaha ... ayo duduk dulu kita makan malam sambil menuggu Ayah sama Rangga."
"Rangga pulang!" teriak Rangga yang baru pulang dari kampus.
"Eh anak ibu, kok bisa basah begini nak?
"Tadi pulang kuliah, kakak lupa bawa jas hujan alhasil ya, jadi basah begini, apalagi hujannya deras banget di komplek sebelah, tapi sampai rumah kok gak ada hujannya sama sekali!"
"Ayo cepat naik ke atas, kamu harus segera mandi Rangga, jangan sampai sakit!"
"Hahaha ... kakak rambutmu kok aneh gitu."
"Diam kamu dik! derita kena hujan ya gini basah kuyup."
"Sudahlah Yura, biarkan kakakmu naik ke atas, kasian dia baru pulang dari kampus kena hujan, setelah selesai langsung turun ya Rangga, Ibu tunggu di ruang makan sama Yura dan ayah!"
"Baik Bu, kakak ke atas dulu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam kelas X I IPA 2,.
"Yura", panggil Mila dari depan pintu kelas.
" Ada apa Mila? hati-hati gak usah berlarian kayak dikejar hantu begitu."
"Sebentar, biarin gue atur nafas dulu, huh ", sambil duduk dibangku samping Yura.
"Ehh ada apa nih?" tanya Diah.
"Gak tau nih si Mila, baru datang langsung gempar."
"Hai kalian berdua emangnya gak buka web sekolah?"
Yura dan Diah pun kompak menggelengkan kepalanya.
"Ya ampun", ucap Mila sambil menepuk kepala dengan tangannya.
" Nih coba kalian baca dengan seksama, berita terhangat hari ini di sekolah kita!"
"Tidak mungkin", jawab Yura dengan terkejut sedangkan Diah masih melongo gak jelas.
"Kalian paham kan maksud gue?"
Yura dan Diah pun mengangguk tanda mengerti.
"Kenapa jadwal teknikal meeting Pertandingan Basketnya , mendadak diadakan di sekolah kita?"
" Tolong kalian scroll ke bawah dech gess!"
"Mana-mana"
"Ih Diah sabar dong, gue mau lihat juga."
" Seperti yang kalian baca berdua, di pengumuman itu tertera, karena Aula dari Sekolah SMA Bhakti International digunakan sebagai tempat acara program Kementerian Kebudayaan, makanya tempat teknikal meeting nya jadi diadakan di sekolah kita."
"Itu berarti, gue bisa lihat dong para cogan yang jadi perwakilan sekolah tiap SMA?" ucap Diah.
"Betul sekali", ucap Mila sambil menjentikkan tangannya.
"Wah ... ya Tuhan semoga kita beruntung bertemu dengan mereka, iyakan Yura!"
"Semoga aku bisa bertemu dengan Kak Erlangga", ucap Yura dalam hati.
Bel masuk pelajaran pertama pun berbunyi.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Selamat pagi Bu", ucap para murid dengan serentak.
"Baiklah, silahkan kalian buka buku halaman 30, Hari ini kita akan belajar tentang Kimia dari unsur kimia beserta senyawanya, sekian penjelasan dari ibu, apa kalian mengerti?"
"Mengerti Bu", ucap semua murid.
"Ayo ges kita istirahat ke kanti!" ucap Yura sambil berdiri dan mengajak Diah serta Mila.
Setibanya di kantin mereka bertiga mencari bangku yang kosong, karena jam istirahat banyak murid yang lain makan disana.
"Eh ada meja kosong tuh, disana dekat para senior kelas XII", ucap Mila.
"Yuk kita kesana aja daripada kita gak dapat duduk!"
"Tunggu Mila, lo gak lihat tatapan para siswi kelas XII, kok mereka pada ngelihatin kita sih?"
"Benar juga lo, Ra." ucap Mila.
"Apa kita ada yang aneh coba lihat!" sambil mereka bertiga menatap penampilannya masing-masing.
"Gak ada yang aneh tuh dengan penampilan kita."
"Gess coba kalian noleh ke belakang, itu bukannya para anggota Tim basket", sambil Diah menyentuh pundak Yura.
" Astaga, kak Robby, kak Ravi tolong cubit pipi gue Ra, mimpi apa gue semalam beruntung banget hari ini bisa melihat mereka."
"Ah sakit ... kok lo cubit gue keras sih Ra", rengek Mila.
"Ya kan tadi lo yang nyuruh gue, nah lihat sana ini nyata lo gak mimpi."
Sambil menyeret ke dua temannya mencari tempat duduk di kantin.
"Ayo buruan, perut gue udah lapar banget, dari pada ngeliatin para tim Basket gak akan bikin kalian kenyang!" seru Yura.
Setelah mereka dapat tempat duduk. Diah kemudian langsung memesankan mereka makanan dan minuman.
"Cobain mie goreng gue Ra! ini enak banget."
"Masa sih."
"Nih makan!"
"Hmmm ... enak juga Mila."
"Bagi dong sama gue."
"Sini Diah gue suapi lo! gimana enak kan?"
" Yup" ucap Yura dan Diah.
Saat mereka bertiga asik mengobrol, datanglah ketua Tim Basket Tunas Bangsa si Robby dan para anggotanya.
"Permisi dik, kakak boleh ikut makan gak disini? kebetulan meja yang lain penuh, cuma tempat kalian aja ada kosong lagi 3."
"Silahkan kak."
"Makasih ya dik."
Sambil duduk Robby, Ravi, dan Malik pun menyantap makanannya. Tidak lupa mereka memperkenalkan diri masing-masing dan saling mengobrol."
"Kenalin gue Malik anak XII IPS 1, nah sebelah gue namanya Robby Ketua Tim Basket sekelas juga sama gue, dan yang duduk seberang Robby namanya Ravi anak XII IPS 2, kami bertiga anak basket", jelas Malik.
"Salam kenal juga kak, gue Mila yang duduk sebelah gue Yura dan yang duduk sebelah kak Ravi, namanya Diah, kami bertiga anak kelas X I IPA 2", mereka mengangguk dan sambil menyapa satu sama lain.
Sementara itu, Robby dengan tanpa permisi, merebut minuman Yura.
"Kak lo apaan sih, itu kan minuman gue!"
"Maaf, gue lagi haus ternyata baksonya pedas, ntar gue ganti dech minuman lo."
" Bukan gitu kak, gak enak minum bekas orang lain."
"Sudahlah Yura, maklum saja reflek mungkin kak Robby", ucap Mila.
"Tapi Mila" ucap Yura sambil cemberut.
"Kenapa, lo masih gak terima, hmmm ... ?" goda Robby sambil menyeringai.
"Ravi, pesankan minuman ulang buat si Yura!"
"Sekarang Rob?" tanya Ravi sambil tergugu.
"Besok ... ya sekaranglah! masa lo mau lihat anak orang gak ikhlas ngasih ke gue."
"Gini-gini gue punya banyak uang, apapun bisa gue beli, termasuk minuman punya lo! atau sekalian lo pengin jadi pacar gue, sambil tertawa penuh maksud."
"Cukup kak, masalah kecil seperti ini, kakak gak perlu bertindak merendahkan orang lain, apalagi mengagungkan apa yang kakak punya."
"Gue diam tadi untuk mencerna dengan baik sikap apa yang harus gue lakukan, biarpun gue gak terima awalnya, dan maaf ... gue menolak untuk jadi pacar kakak! Masalah ini, jangan diperpanjang oke, permisi kami harus balik ke kelas."
Setelah Yura dan kedua temannya meninggalkan kantin.
"Gila lo Rob, gue gak nyangka aja tumben lo gercep begini sama cewek , hahaha ..."
"Kayak gak tau gue aj lo Lik, nemu yg cantik dan gemes seperti Yura itu jarang, gue rasa gue udah tertarik sama itu cewek, gue harus dapetin dia!" ucap Robby.
"Lo yakin Rob, mau jadiin cewek tu pacar lo?" tanya Ravi.
"Kenapa tidak, terserah gue dong mau dekat dengan siapa, yang jelas gue gak mau kalah."
"Terus, gimana dengan fans lo yang bejibun di sekolah ini, gue kasihan aja sama Yura, bisa-bisa di bully dia", ucap Malik.
"Lihat aja nanti, bagaimanapun caranya gue harus dapetin Yura!" sambil senyum menyeringai.
"Sebagai teman lo, gue cuma kasih saran aja jangan pernah mainin hati cewek, kalau lo beneran cinta sama tu cewek buktikan Rob, jangan sekedar membual tapi tindakan nol besar. apalagi menyakiti, ingat dosa dan penyesalan akan lo terima."
"Hahaha ... tentu saja, gue juga gak tau ini cinta atau bukan yang jelas gue tertarik sama Yura, pokoknya gue harus mendapatkan dia!"
"Kalian berdua sudah selesai makannya?" tanya Ravi.
"Kalau sudah kita harus kembali latihan, pertandingan masih 5 hari lagi dan kita harus menang kali ini, gue gak mau kalah dari SMA Trisakti kayak tahun lalu."
"Apalagi lo Robby, ujung tombak SMA kita, dan balas kekalahan tim basket kita tahun ini!"
"Tenang saja Vi, gue yakin tim basket kita tahun ini menang", jawab Robby.
"Yuk bro kita menuju lapangan basket, sudah banyak anggota lain pergi kesana!"
"Baiklah ayo kita mulai latihannya!"
"Siap ketua", jawab Malik dan Ravi berbarengan.
Sementara di Kafe Bintang, Bunda Anisa sedang menunggu Ibu Hani sambil meminum, minuman yang sudah dipesannya.
"Sudah jam 12.00 , kok Hani belum datangnya?" sambil melihat jam yang terpasang pada tangannya.
"Ah ... lebih baik aku telpon saja dulu!"
Tring ... tring, bunyi hp Bu Hani.
Ibu Hani, yang baru keluar dari taxi, segera mengambil hpnya dalam tas.
" Halo Nisa, iya aku sudah sampai depan Kafe Bintang, kamu dimana? Oke baiklah, aku segera kesana!"
"Hani aku sebelah sini", sambil melambaikan tangannya, saat ia melihat Bu Hani, sudah masuk ke dalam Kafe.
"Maaf ya Nis, aku sedikit telat datang, tadi jalannya macet."
"Gapapa Han, aku baru 15 menit disini, santai saja, duduk dulu, kamu mau pesan apa? biar aku panggilkan pelayan."
"Hmmm ... mas saya pesan, cokelat panas dan croissant."
"Baik Bu mohon ditunggu."
"Sebenarnya apa yang terjadi Nis, kalian sekeluarga 3 tahun lalu, mendadak menghilang tanpa kabar, dan info yang kami dapatkan terakhir kali dari satpam yang berjaga di rumahmu, dia bilang, kalian sekeluarga pergi, karena kakeknya Erlangga meninggal."
"Iya Han, itu semua benar."
Flashback
3 tahun lalu, saat Erlangga baru pulang dari sekolah. Aku yang ada di ruang tamu, dapat telepon dari asisten Daddy yang ada di Singapura. Iya bilang " Bu Anisa, Tuan Besar Steven meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit, maafkan saya Bu. Baru bisa mengabari anda sekarang, karena kejadiannya mendadak."
Hiks ... hiks ... hiks
"Daddy jangan tinggalin Anisa."
Erlangga yang melihat bundanya menangis di ruang tamu, langsung berlari menghampiri.
"Bunda, kenapa menangis?"
"Erlangga yang sabar ya nak", sambil memeluk dan mengusap kepala Erlangga. "Kakekmu sudah meninggal."
"Bunda baru saja dapat kabar dari Singapura", ucap Bunda Anisa sambil menangis.
Bagaikan tersambar petir. Erlangga yang mendengar kabar duka tersebut, mendadak terdiam di pelukan bundanya, dan menangis terisak.
"Bunda jangan bercanda, bagaimana kakek bisa meninggal? Sedangkan 2 hari lalu, kakek masih bisa berbicara dengan Erlangga di telepon!"
"Lebih baik kita sekarang, berangkat ke Singapura! Bunda mau telepon Daddy mu sekarang, ayo nak naiklah ke kamarmu, segera masukan pakaianmu ke dalam koper!"
"Baik bunda" jawab Erlangga.
Kami sekeluarga langsung bertolak ke Singapura. Saat Daddynya Erlangga tiba dari perusahaan.
Setelah melakukan penghormatan terakhir untuk mendiang kakeknya Erlangga, aku sebagai anak satu-satunya Daddy. Diminta masuk ke perusahaan oleh asisten Daddy.
" Dan kamu tau Han, apa yang terjadi selanjutnya?"
Terjadi penggelapan dana besar- besaran dan korupsi yang dilakukan kepala manager disana, yang baru selesai diselidiki detektif yang disewa oleh Daddy ku.
Akibat, mendengar kabar buruk secara mendadak tersebut, penyakit jantung Daddy ku kumat dan membuat ia pingsan sampai jatuh ke lantai dalam ruang kerjanya. Asisten Daddy ku, baru tau hal itu , karena dapat telepon dari detektif itu.
Makanya Han, untuk mempertahankan perusahaan yang di dirikan oleh Kakeknya Erlangga, Aku dan Kevin dibantu oleh asisten dan anak buah kami yang di Singapura. Bekerja keras untuk memajukan perusahaan, memberantas pegawai yang korupsi sehingga tidak membuat perusahaan Daddy ku bangkrut.
Setahun berlalu , perusahaan akhirnya stabil dan maju dengan pesat. Tapi saat kami akan kembali ke Indonesia, kami sekeluarga mengalami kecelakaan hebat.
2 jam saat perjalanan menuju bandara, kami yang sedang berbincang asik di dalam mobil, tak menyangka ada truk datang dari arah berlawan menuju ke arah mobil kami, naas saat pak sopir yang hendak berbelok, menghindari truk tersebut. Ia bilang rem mobil kami blong.
Tabrakan pun tak bisa terhindari, mobil kami terbalik terseret ke luar jalur, aku dan Kevin yang duduk di kursi belakang mengalami luka ringan dan terbentur tapi Pak sopir meninggal. Sedangkan Erlangga yang duduk di kursi depan penumpang mengalami luka cukup parah, karena ada perdarahan di otak.
Sebelum ia tak sadarkan diri, di dalam mobil ambulance yang membawa kami ke Rumah Sakit terdekat.
Ia terus bergumam pada ku, "Bun Erlangga janji akan selalu mendampingi Yura, Erlangga akan selalu ada untuk Yura." ucap Erlangga sambil mengambil sebuah cincin di dalam saku celananya.
"Nak, sadarlah jangan tinggalin bunda dan Daddy.!"
"Tenanglah Bun, Daddy juga khawatir dan cemas seperti bunda melihat kondisi Erlangga! Tapi kita hanya bisa berdoa kepada Tuhan, semoga anak kita bisa selamat."
Sementara dalam ruangan UGD,.
"Dok, nadi pasien lemah, perdarahannya tak mau berhenti", ucap seorang perawat.
"Segera lakukan CT Scan, hubungi dokter bedah saraf dan anastesi, kita harus bertindak cepat!"
"Baik dokter."
"Keluarga pasien atas nama Erlangga Bramasta!"
"Iya dok, saya Daddy nya dan ini bundanya, Bagaimana dengan kondisi putra saya dok?"
" Maaf tuan, saat ini kami masih berusaha menyelamatkan putra tuan, untuk itu kami perlu ijin dari kalian untuk melakukan operasi bedah pada otaknya, karena hasil CT scan nya menunjukan ada gumpalan darah dalam kepala."
"Baiklah dok, kami setuju lakukanlah operasinya !Asal yang terbaik buat putra tunggal kami."
"Baik pak, silahkan anda dan istri tunggu di luar ruang operasi, sekarang anak anda akan dibawa ke dalam ruangan."
"Sayang hiks ... hiks ... hiks Erlangga dad", sambil memeluk suaminya.
"Tenanglah Bun, kita harus kuat agar putra kita sembuh", sambil berpelukan.
Setelah operasinya selesai, kami kira waktu itu kondisi Erlangga akan membaik. Tetapi saat sadar ternyata Erlangga amnesia Han, kata dokter yang merawatnya di Rumah Sakit di Singapura. Itu akibat dari benturan yang keras pada kepala dan membuat 1/2 memorinya hilang. Untuk itu dokter menyarankan kepada kami pengobatan Erlangga harus bertahap dan jangan paksakan dia untuk mengingat memori yang hilang. Biarkan dia mengingat kepingan memori itu secara perlahan dan bertahap.
Untuk itulah, setelah kondisi Erlangga perlahan pulih dan normal perlahan kami sementara waktu, menyekolahkan dia di Singapura, sebelum membawa dia pulang kembali ke Indonesia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!