Suatu hari di dalam sebuah rumah yang cukup mewah.
"Diminum obatnya, cepat!" bentak seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun kepada anak muda yang terkulai lemas di atas kursi roda. Anak muda itu mengunci mulutnya rapat rapat, karena dia tahu obat jenis apa, yang saat ini berada dalam genggaman tangan wanita itu. Wanita kejam yang tidak punya hati setelah resmi menjadi ibu tiri si anak muda.
Frederico Castano, pemuda berusia dua puluh tahun, tidak pernah menduga hidupnya berubah seperti di neraka sejak sang ayah memutuskan untuk menikah lagi. Awalnya anak muda yang akrab dipanggil Rico sangat tidak setuju kalau ayahnya menikah lagi. Namun karena Riko juga tidak tega melihat ayahnya kesepian setelah ibunya meninggal di saat usia Rico menginjak angka lima belas tahun, akhirnya anak muda itu memberi izin sang ayah untuk menikah lagi.
Awalnya wanita bernama Corazon, terlihat seperti malaikat. Dia bisa memberikan kehangatan kepada Rico dan juga ayahnya sehangat ibu kandung. Namun siapa sangka di tengah malam di saat Rico pulang kuliah, dia mendengar kenyataan kalau kebaikan Corazon hanyalah sebuah cara untuk menikmati harta ayahnya.
Sayang sekali, Rico yang mendengar Corazon sedang berbicara dengan saudaranya yang bernama Bulgoso, kepergok oleh saudara Corazon yang lain, yang biasa dipanggil Ferguso. Rico langsung ditangkap dan disidang oleh tiga orang itu. Dari sanalah Rico mengetahui fakta kalau sang ayah sejak satu bulan ini ternyata dipaksa mengkonsumi obat berbahaya secara bertahap agar bisa dikendalikan mereka.
Bukan kenyataan pahit itu saja, Ciripa, nama seorang wanita yang menjadi kekasih Rico, ternyata juga bagian dari ketiga orang itu. Awalnya Rico pikir kedatangan Ciripa karena akan menolongnya. Tapi nyatanya, di depan telinga Rico sendiri, Ciripa hanya memanfaatkan uang Rico saja dan dia sudah menjalin kasih dengan Ferguzo. Sabagai bukti kalau ucapan Ciripa benar, wanita itu tak segan segan bermain ranjang dengan Ferguso di depan mata Rico.
Betapa hancurnya hati anak muda itu. Tiga orang yang ditolong ayahnya, malah berbuat gila hanya demi harta yang dimiliki sang Ayah. Bahkan sang pacar juga ikut berkhianat karena berpikir semua harta Tuan Castano akan berpindah ke keluarga Ferguso.
"Anak sialan! Buka mulutmu, cepat!" teriak Corazon dengan lantang.
"Udahlah, kak, nggak perlu teriak teriak seperti itu. Kita habisi aja ayahnya, toh dia bakalan nggak bisa ngapa ngapain," ucap Bulgoso dengan santainya.
Corazon nampak menyeringai. Wanita itu sangat tahu apa yang menjadi kelemahan Rico, yaitu ayahnya. Begitu juga dengan Castano, Rico adalah kelemahanya. "Buka mulutnya, atau aku habisi ayah kamu!"
Seperti biasanya, tidak ada pilihan lain lagi, Rico perlahan membuka mulutnya dengan segala amarah yang dia pendam lalu menelan obat yang dimasukan oleh tangan Corazon.
"Kamu tahu ini, obat apa?" ucap Corazon sambil berjongkok dengan seringai jahatnya. "Obat yang akan membuat otak kamu berhenti berpikir, hehehe ..."
Rico hanya bisa menahan segala amarahnya. Setelah obat yang telah membuat kakinya tidak bisa bergerak dan juga mulutnya tidak bisa berbicara, sekarang, Rico kembali harus mendapat kenyataan pahit kembali. Sudah tiga hari anak muda itu mengkonsumsi obat itu dan Rico sudah merasakan efeknya. Daya ingatnya memang perlahan sudah memudar.
"Udah, ayok, Kak, kita pergi. Banyak yang harus kita urus," ajak Bulgoso.
"Mommy pergi dulu, kamu jadi anak yang baik di rumah, oke?" ucap Corazon sambil mengusap kepala Rico deengan senyum yang terlihat menjijikan. Kudua orang itu lantas pergi dan Rico tahu, mereka pergi hanya untuk menghamburkan uang ayahnya.
Di tempat lain, Castano, hanya mampu menatap sedih anaknya dengan segala rasa penyesalannya. Castano sangat menyessal karena dialah yang membujuk Rico agar diijinkan menikah lagi. Bahkan Castano sempat menghentikan keuangan dan fasilitas Rico demi mendapat izin menikah dari sang anak. Tapi ternyata keputusannya malah membuat hidup sang anak menderita dan juga dirinya. "Maafkan Daddy, Nak, maafkan Daddy," rintih Castano dalam hati.
Seperti yang Rico duga, Corazon dan Bulgoso saat ini memang sedang berada di sebuah mall untuk menghamburkan uang Castano. Di sana gabung juga Ciripa dan Ferguso untuk ikut menikmati hasil jerih payah Castano.
"Kak, kapan kita akan memiliki semua harta Castano seutuhnya?" tanya Bulgoso saat mereka sedang duduk di sebuah cafe dengan barang belanjaan yang cukup banyak tergeletak di bawah meja.
"Benar, Kak. Apa kakak nggak pengin kita keliling luar negeri tanpa terhalang dana jatah dari Castano? seratus juta perbulan, buat apa?" Ferguzo ikut mengeluh.
"Kakak sendiri juga bingung, gimana caranya menguaasi semua harta mereka," keluh Corazon setelah menyeruput es copinya.
"Ngapain bingung kak?" Ciripa ikut bersuara. "Kita ke kantornya pengacara castano aja untuk meminta surat wasiat."
"Wahh! benar, ide bagus tuh!"
Tanpa pikir panjang lagi, keempat orang serakah itu langsung beranjak pergi dengan segala angan dan harapan.
...@@@@@...
"Apa! Castano akan melimpahkan semua hartanya untuk Rico! Bagaimana mungkin?" Corazon benar benar syok begitu mendengar kabar sari pengacara kepercayaan suaminya. "Anda sedang tidak bercanda kan?" Pengacara bernama Anderson itu sontak menyunggingkan senyumnya.
"Anda jangan macam macam ya, pak! Masa kakak saya sebagai istrinya tidak mendapatkan apa apa!" Bulgoso ikut meradang. Empat orang itu benar benar dibuat terkejut dengan apa yang baru mereka dengar.
"Loh, nyonya Corazon baru satu tahun menjadi istri Tuan Castano, sedangkan surat wasiat ini dibuat dua tahun sebelum anda menjadi istri Castano. Kalau anda minta diubah sebaiknya anda rundingkan dulu dengan Tuan castano, Nyonya," jawab sang pengacara dengan santainya.
"Anda kan tahu, suami saya lagi sakit! Anda juga tahu, Rico juga mengalami sakit yang sama dengan ayahnya. Harusnya anda berpikir, mana mungkin anak yang cacat bisa menjalankan perusahaan milik ayahnya?" ucap Corazon berapi api.
"Itu sudah tugas saya, Nyonya, jadi terserah anda bagaimana caranya, tolong bicarakan dengan suami anda terlebih dahulu."
Corazon dan ketiga orang yang bersamanya semakin dibuat geram. Mereka saling pandang dan seperti sedang berdiskusi dengan pandangan mata, lalu mereka saling mengangguk. Corazon lalu bangkit dari duduknya dan melangkah pelan, memutar mengitari meja kerja pengacara sambil tersenyum menuju tempat duduk Anderson.
"Apa tidak ada cara lain agar surat wasiat itu bisa diubah, Tuan?" ucap Corazon sambil mengusap dada Anderson dari belakang lalu dia menunduk dan mendekatkan mulutnya di telinga sang pengacara. "Kita bisa saling kerja sama loh agar anda bisa mendapat untung lebih banyak."
Anderson lantas tersenyum lalu tangannya mengacung ke salah satu arah. "Di sana ada cctv yang sedang mengawasi kita, kalau anda siap masuk penjara,silakan lakukan sesuka hati anda, Nyonya."
Corazon langsung membeku. Niat hati ingin merayu Anderson, gagal hanya karena kamera cctv. Corazon langung melepaskan tangannya dan pamit dengan wajah merah padam. Ketiga orang yang ikut bersamanya juga merasakan keksalan dan kemarahan yang sama. Mereka pergi tanpa hasil apa apa.
"Benar benar orang yang serakah, aku yakin, sakitnya Tuan Castano dan Rico, ada campur tangan kalian semua," gumam Pak pengacara setelah semua tamunya pergi.
"Gimana ini, kak? Apa yang harus kita lakukan?" ucap Bulgoso begitu mereka sudah berada di dalam mobil.
"Nggak tahu aku lah. Aku juga bingung. Kalau tiba tiba kita melenyapkan Castano, maka kita yang akan dicuragai. Apa lagi pengacara itu sepertinya tahu perbuatan kita," sungut Corazon.
"Wahh! Gimana dong? Padahal kan Rico sebentar lagi ulang tahun yang ke dua puluh satu? Jadi kita bakalan gagal menguasai semua hartanya," Ciripa ikut bersuara dan ucapannya semakin menambah kepanikan tiga saudara itu.
"Nah benar itu. Gimana ini, Kak? Aku nggak mau hidup miskin lagi," rengek Bulgoso.
"Emangnya kamu pikir kakak mau hidup miskin lagi? Kakak juga ogah," sungut Corazon semakin kesal.
"Gini aja deh, gimana kalau yang kita singkirkan Rico aja. Biar castano tidak memiliki ahli waris. Tentunya kita harus tetap tekan Castano agar mau merubah wasiatnya," Ferguzo yang sedari tadi fokus mengemudi, ikut bersuara. Semua yang mendengar usulan Ferguso langsung saja pada terdiam. tapi tak lama setelahnya, wajah mereka langsung berbinar dan mereka saat itu juga menysusun rencana.
Di sore harinya, keempat orang itu benar benar menjalankan rencananya. Dengan dalih akan mengajak Rico piknik, keempat orang itu langsung memposting segala persiapan mereka. Bahkan video sandiwara mereka yang terlihat sangat peduli pada Rico, mereka juga unggah. Hal itu mereka lakukan, untuk digunakan sebagai bukti dan mencari simpati masyarakat.
Castano sendiri, sangat ingin mencegah anaknya pergi karena dia memiliki firasat yang tidak baik. Namun sayang, pria itu tak berdaya diatas kursi rodanya. Hingga anaknya pergi, Castano hanya bisa menangis dalam diam.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, sampai lah mereka di sebuah tempat wisata. Mereka sengaja memilih tempat yang ada kamera pengawasnya sebagai bukti kalau Rico terus bersamanya. Tapi di suatu tempat yang sepi, Ferguzo dan Bulgoso pura pura ke toilet, Disana mereka berganti pakaian dan pura pura menjadi penculik dan membawa kabur Rico yang duduk di kursi roda.
Kedua pria itu menyembunyikan sementara tubuh Rico di tempat yang tidak ada kamera cctv dan mereka berganti pakaian lagi dan pura pura kembali dari toilet. Corazon dan Ciripa saat itu juga sedang berpura pura menangis dan mereka bergegas melapor ke pihak keamanan dengan hilangnya Rico.
Beberapa lama kemudian setelah keadaan aman, mereka mengambil tubuh Rico dan membawanya pergi ke suatu tempat
...@@@@@@...
"Gimana anakku, Sayang? Acara pikniknya, menyenangkan, bukan?" ucap Corazon dengan senyum penuh kemenangan kepada anak tirinya yang terdiam tidak berdaya. Semua yang berada di dalam satu mobil, menyeringai, menertawakan ketidak perdayaan anak muda yang telah mereka racun secara bertahap.
Rico yang menjadi korban keganasan empat orang di depannya, hanya bisa menatap tajam dengan kemarahan yang tidak bisa dia lampiaskan. Dirinya benar benar tidak berdaya walau sekedar untuk melindungi diri. Hanya ada sumpah serapah yang bisa dia teriakan di dalam hati saja.
Sudah cukup lama ke empat orang itu melakukan perjalanannya. Hingga dua jam kemudian., mereka telah sampai di tempat tujuan mereka. Tempat yang sangat sepi dan jauh dari pemukiman penduduk. Sore itu, hujan deras sedang mengguyur bumi. Dengan diiringi halilintar dan angin yang cukup kencang, keempat orang itu mengeluarkan tubuh Rico yang tidak berdaya.
"Selamat datang di rumah barumu, Sayang," ucap Corazon begitu Rico menatap tempat dirinya berada. Sebuah pemakaman dan Rico tahu, apa yang direncanakan ke empat orang durjana itu.
"Ada pesan terakhir nggak yang ingin kamu sampaikan, Yang?" sekarang giliran Ciripa yang bertanya dengan tatapan mengejek. "Biar nanti aku yang sampaikan pada Daddy." Rico hanya mampu memberikan tatapan tajamnya, namun tatapan tajam itu sama sekali tidak berarti bagi wanita yang saat ini sedang terkekeh. "Nggak usah melotot gitu, sayang. Sama sekali tidak menakutkan."
"Udah, kita singkiran dia sekarang aja, keburu nanti ada, orang," ucap Ferguso, dan langsung disetujui oleh ketiga orang lainnya.
Bulgoso mendorong kursi roda, tempat korbannya berada. Rico hanya bisa menitikkan airmata sambil terus mengucapakan sumpah dalam hati. "Jika aku diberi kesempatan untuk bangkit kembali, akan aku balas kalian, yang lebih menyakitkan dari ini. Aku bersumpah atas nama orang tuaku." bersamaan dengan sumpah itu, hujan lebat, angin kencang dan petir terus menggelegar, sampai ke empat orang itu berhenti tepat disebuah sumur tua.
"Cepat buka sumurnya!" titah Bulgoso. Tiga orang yang bersamanya, langsung bekerja sama membuka penutup sumur tua yang ada di tengah area pemakaman. Hati Rico bergetar dengan airmata yang menderas dan hati yang terus mengucapkan sumpahnya.
"Selamat jalan anakku, Sayang. Jangan rindukan Daddy kamu. Mommy akan merawatnya dengan baik, oke?" ucap Corazon dengan santainya. "Lempar dia sekarang adik adilkku!"
"Siap, kakak!" Suara tawa terus menggema bersamaan dengan suara menggelegar dari petir petir yang berkilatan. "Lempar sekarang!"
Wush!
Tubuh Rico terhempas menuju ke dasar sumur. Matanya menatap tajam ke arah empat yang sedang menertawakannya. "Aku bersumpah! Akan aku balas kalian!"
Byur!
Tubuh Rico perlahan tenggelam dan keadaan menjadi gelap.
"Sekarang, kita pulang," ajak Corazon setelah dua orang adiknya menutup kembali sumur tua itu. Mereka bergegas meninggalkan area pemakaman dan kembali melanjutkan rencana mereka. Beberapa jam lamanya setelah melakukan perjalanan pulang, ke empat orang itu, akhirnya sampai di dalam rumahnya dengan tenang dan wajah berseri.
Corazon langsung menuju ke kamar dimana suaminya saat ini berada. Wanita itu sudah tidak sabar untuk memberi kabar dengan apa yang terjadi pada Rico. Namun, sesampainya di tempat yang dia tuju, Corazon terperangah karena suaminya tidak ada di tempatnya.
"Sayang! Kamu dimana? Aku ada kabar bagus untuk kamu loh!" seru Corazon dengan terus mencari suaminya ke toilet dan sebagainya. Tapi Corazon tidak menemukan sosok yang dia cari dimanapun. "Kemana orang cacat itu?"
Corazon mencari ke tempat lain, tapi tetap dia tidak menemukan keberadaan Castano. Akhirnya Dia memanggil kedua adiknya yang sudah memasuki kamar mereka masing masing.
"Ada apa sih, Kak?" tanya Ferguzo yang saat itu hendak melakukan seuatu dengan sang kekasih di kamarnya.
"Castano hilang!" seru Corazon, wajah terlihat sangat frustasi.
"Apa! bagaimana mungkin!" seru Ferguzo dengan mata membalak.
"Aku tidak menemukan Castano di ruangan manatapun. Nggak mungkin kan dia naik ke lantai atas."
"Ahh sialan! ya udah, kita berpencar mencarinya! Kalau pun pergi, paling belum jauh." ucap Ferguso.
"Coba cek cctv?" usul Ciripa.
"Di sini nggak ada cctv. Kamu mau perbuatan kita semua terekam? Kalau lagi apes, bisa sial kita," balas ferguso. Mau tidak mau mereka pun berpencar mencari Castano.
Sementara itu di tempat lain.
"Eugghh!" terdengar suara lenguhan khas orang baru bangun tidur ataupun tidak sadarkan diri. Tubuh orang itu bergerak sampai orang itu mendengar suara yang cukup membuatnya kaget.
"Dia sudah bangun!"
Sementara itu, orang yang baru saja terbangun, perlahan membuka matanya lalu menatap wajah wajah orang yang sama sekali tidak dia kenal sedang menatapnya juga. "Aku dimana? Apa aku masih hidup!"
...@@@@@...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!