* * *
Mike yang muak dituduh sebagai seorang Gay oleh Papanya akhirnya mengalah dan mengikuti kemauan sang Papa untuk menikah dengan gadis yang sudah Papanya pilihkan!
Bukan tanpa alasan Mike belum kunjung menikah di usia yang baru menginjak kepala tiga itu. Trauma setelah ditinggal selingkuh oleh kekasihnya membuat Mike tidak percaya lagi pada wanita!
"Wanita tidak akan pernah cukup dengan segala yang ada, ketampanan, harta, dan kasih sayang. Meski mereka sudah diberikan semuanya, masih belum cukup untuk mereka!"
Mike melempar kertas foto dan biodata data Aera yang tadinya ada di atas meja kerja. "Yang benar saja, dia lebih cocok jadi adik daripada istriku! Bukannya melayaniku, malah sepertinya aku yang akan melayaninya! Cih, merepotkan sekali!"
* * * *
Aera disebut sebagai peri keberuntungan oleh teman-temannya, apa yang gadis itu inginkan selalu terwujudkan! Terlahir dari keluarga terpandang dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang membuat Area memiliki sifat yang begitu manja! Meski hanya ia tunjukan pada keluarganya!
Melihat Aera yang tak kunjung bersikap dewasa membuat orangtua Aera sedikit cemas, terlebih lagi Aera selalu bergantung pada mereka selama ini!
Demi membentuk sikap dewasa Aera, Papa dan Mamanya memutuskan untuk menikahkan Aera dengan seorang pria dewasa, yang menurut mereka bisa membimbing Aera agar menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi!
"Menikah? Aera nggak mau, Pa!"
Tanpa banyak bicara Mama menyerahkan beberapa foto pria yang akan menjadi suami Aera lengkap dengan biodatanya!
"Cantik itu bonus, jadi istri orang kaya itu harus!"
"Jadi gimana, masih nggak mau juga?"
"Kalo calonnya kayak gini sih Aera mau, Pa! Hehehehe!"
Dalam pikiran Aera menjadi istri orang kaya adalah suatu hal yang menyenangkan, walaupun sudah menikah dan tidak tinggal lagi dengan orangtuanya Aera tidak akan pernah kekurangan harta, dia masih bisa membeli semua kebutuhan dan keinginannya! Tidak perlu bekerja, tinggal minta suami saja!
Mau makan pasti sudah ada koki yang menyiapkan, seperti di rumahnya. Aera juga tidak perlu pusing memikirkan baju kotor, ada pelayan yang akan mencuci, menyetrika dan merapikan pakaiannya! Begitulah dibayangan Aera, sesuai dengan kehidupannya sebagai anak orang kaya!
"Masalah cinta, siapa sih yang nggak akan jatuh cinta pada sosok Aera!" Dengan bangga gadis itu yakin kalo Mike akan jatuh cinta padanya saat pandangan pertama!
******
Sebagai calon istri orang kaya raya, Aera tentu juga harus mempersiapkan dirinya, mulai dari memperketat perawatan kulit, wajah dan setiap inci badannya. Padahal baik Aera ataupun Mike belum bertemu secara langsung, hanya melihat dari foto saja. Tapi anehnya, keduanya sama-sama tidak mengajukan penolakan atas perjodohan yang orangtua mereka lakukan. Parahnya Aera malah senang dengan perjodohan ini, bahkan sudah lama mendambakannya.
"Pria mana yang mampu menolak pesona Nona Aera!" Gumam Aera sembari menatap pantulan wajah cantiknya, bukan terlalu percaya diri, tapi begitulah fakta yang ada, dan Aera sangatlah menyadari dan mensyukuri kecantikan wajah yang Tuhan berikan padanya.
Berbeda dengan Aera yang tampak antusias dan mulai mempersiapkan diri, Mike justru malah sebaliknya, pria itu malah semakin sibuk dengan segala urusan pekerjaan yang tak kunjung kelar, sampai-sampai Tuan Arga harus turun tangan dan datang langsung untuk bertemu dan bicara dengan putranya itu.
"Iya, Papa atur aja, Mike pasti datang--" jawab Mike saat Papa Arga membicarakan soal pertemuan dengan keluarga Aera.
"Mulailah memikirkan dirimu sendiri, Mike. Papa nggak selamanya bisa mengurus dan menemanimu, pada waktunya Papa juga akan beristirahat, sama seperti Mama."
Mata Mike yang tadinya terpejam terbuka lebar, ia menatap ke arah Papa Arga. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari pria itu, selain tatapan matanya yang menatap Papa sendu.
Malam itu, Mike menghabiskan waktu dengan makan malam dan menemani Papa Arga bermain golf, meski Mike sendiri tidak terlalu suka, bahkan tidak pernah tertarik untuk memainkan permainan ini sebelumnya.
Jauh dalam lubuk hati Mike, ia sama sekali belum siap kehilangan sosok Papa yang selama ini menjadi support sistem terdepan di setiap langkahnya, setelah kepergian Mama dua belas tahun yang lalu.
"Setidaknya ini semua demi ketenangan dan kebahagiaan Papa."
Dengan penuh percaya diri, kaki mulus Aera yang beralaskan hak pink muda yang senada dengan dress yang ia gunakan melangkah memasuki salah satu ruangan privat di sebuah restoran bintang lima, Aera berjalan tepat di samping Mamanya yang juga memancarkan aura cantik, tegas, dewasa dan penuh wibawa.
Baru dua langkah memasuki ruangan, langkah kaki Aera tiba-tiba terhenti, ketika matanya menanggap sosok pria yang duduk tepat menghadapnya, bahkan tatapan pria itu kini tertuju padanya?
Aera menarik napas pelan. Tak dipungkiri jantungnya berdegup kencang, terlebih lagi sekarang ia malah duduk berhadapan dengan pria yang ia duga adalah calon suaminya.
"Benar-benar tipikal Sugar Daddy." Kalimat itulah yang pertama kali terbesit dalam benak Aera ketika melihat sosok Mike secara langsung, pria itu mengenakan pakaian yang cukup formal, sebuah kemeja putih lengan panjang yang sedikit digulung, dan dipadukan dengan celana hitam panjang, rambutnya terlihat begitu rapi, wajahnya tegas, tatapannya tajam, tapi dia cukup murah senyum, tidak yang seperti Aera duga sebelumnya.
Aera mencoba memasang wajah setenang mungkin, duduk berhadapan dengan Mike benar-benar memecahkan fokus Aera. Sepertinya Aera salah, bukannya Mike yang akan terpesona pada pandangan pertama, melainkan dirinya yang tak mampu menolak aura yang terpancar dari sosok Mike.
"Mike, ini Aera, apakah kamu masih mengingatnya?" ucap Mama Yuna. Mike menggeleng pelan, detik berikutnya pria itu mengulurkan tangannya.
"Mike--"
"Aera." Balas Aera, ukuran tangan Mike yang jauh berkali-kali lipat dengan tangannya membuat Aera tertegun. Tangan kekar itu terasa cukup hangat saat menyentuh kulit tangannya.
Dari pertemuan pertama ini, Aera dapat menyimpulkan kalau Mike tipe orang yang tidak banyak bicara, tapi cukup hangat, bahkan sangat cocok dengan kedua orangtuanya, benar-benar tipe suami idaman Aera.
Dari percakapan Mama Yuna dan Papa Arga, Aera dapat menarik satu kesimpulan lagi, bahwa sebenarnya ia dan Mike dulu pernah bertemu saat pemakaman Mama Mike, tapi sayangnya Aera sama sekali tidak mengingat momen itu, bahkan Aera yakin tidak pernah bertemu dengan Mike sebelumnya. Begitu pun dengan Mike.
Papa Leo, Mama Yuna dan Papa Arga terus berbicara tentang acara demi acara yang harus mereka persiapkan, sementara dua orang yang sedang dipersiapkan acaranya malah diam seribu bahasa. Lebih tepatnya, Aera bingung harus mengeluarkan kata-kata apa, tatapan gadis itu tertuju pada Mike yang sedang menyimak percakapan sang Papa. Terlihat pria itu menyimak dengan seksama.
"Bagiamana, Mike, Aera, apakah ada yang tidak kalian setujui?" tanya Papa Arga. Mike menggeleng. "Mike setuju dengan semuanya!"
"Aera juga."
Mendengar jawaban keduanya Papa Arga pun tersenyum bahagia, ia tidak sabar menunggu momen di mana Mike akan melepaskan status lajangnya dan mempersunting sosok gadis cantik dari keluarga yang tak kalah terpandang seperti mereka. Melihat senyum Aera membuat Papa Arga teringat pada mendiang istrinya. Gadis itu benar-benar mengingatkannya pada sosok yang selalu ia rindukan selama ini. Papa Arga berharap, semoga Aera bisa mengisi kekosongan dalam hidup putranya.
******
Tepat pukul 11 malam, Mike baru tiba di rumah, karena ada beberapa urusan ia terpaksa meminta Papa Arga untuk pulang terlebih dahulu setelah makan malam bersama dengan keluarga Aera.
Berbicara tentang Aera, sudut bibir Mike sedikit tertarik, membentuk sebuah senyum tipis. Melihat dari gerak geriknya, Mike cukup tau harus menilai gadis itu seperti apa. Dari segi paras, Mike akui, dia memiliki kecantikan yang sesuai dengan fotonya, tubuhnya kecil, sangat jauh dari ekspektasi Mike, dan dari caranya berpakaian, Mike tau kalau dia adalah gadis yang sangat peduli pada penampilan, bahkan dari semua barang yang melekat pada tubuhnya malam ini, Mike juga bisa menyimpulkan kalau dia tipe orang yang menyukai barang-barang branded, tak masalah, dan tidak ada yang salah, karena dia juga terlahir dari keluarga yang kaya. Jadi semuanya wajar-wajar saja.
"Apa tujuan gadis ini ingin menikah denganku? Apakah harta kekayaan orangtuanya belum cukup untuk memenuhi kebutuhannya?"
Kalimat itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Mike, entah, sulit baginya untuk menemukan alasan lain selain itu. Mustahil juga Aera mengiyakan perjodohan ini tanpa ada sesuatu yang menariknya, bukan? Dan Mike rasa, hartalah jawabannya!
"Baiklah, jika kamu menginginkan hartaku, kamu akan mendapatkannya, tentunya dengan imbalan yang sepadan!"
Pria itu merebahkan tubuhnya, berharap adanya sebuah cinta sepertinya terlalu mustahil sekarang, terlebih lagi, Aera jauh dari kata istri idamannya. Mike bahkan tidak yakin kalau gadis belia itu bisa menjadi sosok istri baginya!
Di ruang yang didominasi oleh warna pink dan putih, seorang gadis yang baru saja bertemu dengan calon suaminya itu masih berbaring sambil senyam-senyum menatap langit-langit kamar. Bayangan pernikahan mewah, bulan madu keliling dunia, shoping sepuasnya, semuanya sudah tergambar dalam khayalan Aera.
"Ini aku lagi mimpi atau gimana? Ini beneran nikah sama Mike? Beneran nikah sama spek Sugar Daddy?" gumam Aera. Berbicara tentang umur, dari awal Aera sama sekali tidak mempermasalahkan. Asalkan masih tampan, bukan duda, dan yang terpenting kaya raya, hahahaha.
"Nanti manggilnya apa, ya? Kak Mike? Om Mike? Sayang? Darling? Daddy?"
"Ah, Daddy, iya, panggilan Daddy kayaknya cocok, hahahaha." Wajah Aera tiba-tiba memerah saat membayangkan dirinya memanggil Mike dengan panggilan itu. "Daddy, lihatlah Sugar Baby-mu ini, dia butuh uang shoping yang lebih banyak lagi, tanpa batas!!"
Gadis itu cekikikan tak karuan, membayangkannya saja bisa membuat Aera merasa sebahagia ini, tanpa pernah berpikir apakah semuanya akan benar-benar terjadi? Saat ini yang ada di pikiran Aera adalah bagian-bagian indah dalam dunia pernikahan. Seperti yang sering ia tonton dalam drama.
******
Dari awal persiapan acara, semua disiapkan langsung oleh orang-orang suruhan dan kepercayaan Papa Arga, mulai dari persiapan untuk acara pertunangan, tempat, dekor, dan segala macamnya, Papa Arga menginginkan yang terbaik untuk Putra dan Calon Menantunya. Papa Arga juga mempersiapkan semuanya dengan penuh pertimbangan, baik dari pihak Mike dan Aera, Papa Arga benar-benar menginginkan kenyamanan dan kebahagiaan untuk mereka.
Dari Aera sendiri, ia mengajukan ingin melakukan acara pertunangan di luar ruangan, tepatnya ingin di pinggir pantai dengan suasana langit senja, Aera amat sangat mendambakannya. Mendengar pernyataan itu, Papa Arga langsung menanyakan pendapat Mike, dan pria itu oke-oke saja, mau dilakukan di mana-mana pun bisa. Aera juga meminta untuk acara pertunangannya cukup dihadiri oleh keluarga inti dan beberapa teman dekat.
"Sumpah, ini kamu beneran mau nikah sama dia, Ra?" Tanya Kaela, sepupu Aera, atau lebih tepatnya seorang sahabat yang menemani sejak kecil, bahkan sudah menjadi anak angkat di keluarganya. Usia Aera dan Kaela hanya terpaut beberapa bulan, dan Kaela jauh lebih dewasa daripada Aera yang lebih tua darinya. Gadis itu sekarang sedang menempuh pendidikan S1 nya di luar negeri, berbeda dengan Aera yang tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang itu. Apalagi harus tinggal mandiri di negeri orang.
"Iya, emang kenapa? Kok kamu kayak nggak setuju gitu?" Aera membenarkan posisinya, menatap Kaela yang berdiri di pinggir kasur sambil menatap lekat-lekat layar handphone nya yang menampilkan beberapa foto Mike di sana.
"Em, aku nggak ragu sama cowoknya, tapi sama kamu---"
Gadis itu bergantian menatap Aera. "Kamu yakin udah siap buat nikah?"
Aera mengangguk penuh semangat. "Yakin."
"Ra, coba kamu pikir-pikir lagi deh. Seumur hidup sama dia, kamu sanggup?"
Tanpa ragu, Aera kembali menganggukkan kepalanya. "Aku siap dinafkahi seumur hidup!"
Kaela menghela napas pelan, ia tau sekali seperti apa sudut pandang Aera terhadap pernikahan yang akan ia hadapi sekarang.
"Kamu udah siap jadi Ibu?" tanya gadis itu pelan.
Aera diam sejenak. "Kalau itu, rencananya aku ingin menunda dulu, aku ingin menikmati masa-masa pernikahan, aku akan membicarakan itu dengan Mike nanti."
"Are you happy?" jelas penuh kekhawatiran yang keluar dari setiap pertanyaan Kaela.
"Yes, i'am."
Detik berikutnya Kaela berhamburan memeluk Aera, rasanya ia belum percaya kalau gadis di hadapannya ini akan memasuki dunia pernikahan, dunia yang bagi Kaela sangat belum siap untuk ia hadapi. Tapi Kaela berusaha berpikir positif, mungkin dengan ini Aera bisa sedikit berubah, menjadi sosok yang lebih dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
Apapun itu yang membuat Aera bahagia, Kaela pasti akan mendukungnya.
******
Setelah dipusingkan dengan segala urusan pekerjaan, Mike kembali dipusingkan dengan urusan pertunangan, Papa Arga memintanya untuk menjemput Aera, agar mereka bisa mencoba gaun dan baju yang sudah disiapkan untuk acara.
Tepat seminggu setelah pertemuan makan malam itu, Mike dan Aera kembali bertemu, bedanya, Mike kali ini langsung datang ke rumah Aera, untuk menjemputnya, tentu saja itu atas perintah Papa Arga. Dengan menggunakan setelan kemeja abu dan celana hitam panjang, Mike memasuki rumah bak istana. Pria itu tidak kaget, bahkan apa yang ada di hadapannya sekarang tidak seberapa dengan apa yang sehari-hari ia lihat di kediamannya.
"Silahkan duduk, Mike. Tante panggil Aera dulu," ucap Mama Yuna yang menyambut kedatangan Mike. Tak mau waktunya terbuang sia-sia, Mike pun mengeluarkan handphone, mengecek beberapa pekerjaan yang ia tinggalkan hari ini.
"Ma, Aera udah oke, kan?" tanya gadis yang masih mematung di depan cermin, entah sejak kapan ia berdiri di sana dan terus memandangi penampilannya, yang jelas, kondisi kamarnya sudah seperti kapal pecah, baju berhamburan di atas kasur, mungkin hampir dari setengah isi lemari sudah ia keluarkan. Alat make up tergeletak di mana-mana. Mama Yuna hanya bisa menggeleng pelan melihatnya.
"Udah, kok, Putri Mama yang satu ini selalu cantik. Ayo, Mike sudah menunggu di bawah--" belum sempat Mama Yuna menyentuh tangan Aera, gadis itu tiba-tiba berlari kecil menuju lemari tas yang lebih besar dan tinggi dari tubuhnya.
"Maaa, Aera cocok pakai yang mana? Yang ini? Atau ini?" Gadis itu menunjukkan sebuah tas hitam ukuran sedang dengan merk ternama, di tangan kirinya ada tas berwarna cream dengan merk yang sama juga.
"Yang hitam lebih cocok!"
Aera tersenyum riang, ia kembali berdiri di depan cermin, memperbaiki rambutnya yang terurai indah, dengan senyum penuh percaya diri, gadis itu mengikuti langkah Mama Yuna menuruni tangga menuju ruang tamu.
Mike yang menyadari kedatangan Aera dan Mama Yuna pun langsung menyimpan kembali Handphonenya, tatapan pria itu tertuju pada Aera, detik berikutnya ia berdehem dan mengalihkan pandangan pada Mama Yuna.
"Udah?"
Aera mengangguk pelan.
"Baiklah, kalau begitu, Mike---"
Mama Yuna mengangguk pelan sebelum Mike menyelesaikan ucapannya, wanita paruh baya itu mengantarkan mereka sampai halaman depan, tak lupa juga berpesan pada Aera untuk menjaga sikap, meski terlihat kalem, sebenernya gadis itu memiliki jiwa yang cukup bar-bar dan liar.
"Hati-hati."
Mobil sport berwarna hitam itu melesat meninggalkan halaman depan, sementara dua penghuni di dalamnya diam seribu bahasa.
Aera melirik sekilas, Mike tampak fokus pada jalanan di depannya. "Eum, apakah kita bisa membicarakan beberapa hal?" ucap Aera membuka percakapan.
"Hmmm."
Kening Aera sedikit mengerut ketika mendapatkan jawaban seperti itu dari Mike. Tapi detik berikutnya ia tersenyum penuh arti. "Pertama-tama, aku harus memanggilmu apa?"
"Terserah."
Singkat, padat dan jelas. Aera berdecak pelan.
"Daddy?"
Mike melirik sekilas. "Aku tidak gila sampai harus menikahi anakku sendiri!"
Frutt. Gadis itu menahan tawa. Membuang wajah ke arah jendela. "Bagaimana dengan Kak Mike?"
"Terserah."
"Om Mike?"
"Terserah."
"Tapi Daddy lebih---"
Aera menghentikan ucapannya setelah mendapat tatapan tak biasa dari Mike. Bahkan sampai membuat gadis itu bergidik geri.
"Benar-benar aura Sugar Daddy ya gaes!" Batin Aera.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!