Setelah menarik napas yang panjang nan berat, gadis itu kembali membaca buku diary nya, dalam pangkuannya dengan mata yang berkaca kaca. Dia telah mencoba berdamai dengan luka lukanya, banyak sekali cerita sepanjang harinya yang selalu ia tuliskan disana.
Aqila tau bahwa seseorang yang telah menjadi kekasihnya 4 tahun terakhir ini, ternyata memiliki kekasih lain dibelakang Aqila.
Sejak kepindahannya ke jogja, setahun lamanya ia jauh pergi dan menghapus semua tentang masa lalunya itu, namun ia tetap tidak bisa melupakannya.
Melalui buku diary yang selama ini ia tulis, gadis itu selalu memiliki ruang tersendiri untuk mengeluh, meratap, dan menangis.
Sore ini, suasana masih sama seperti kemarin sore-- tetap mendung disertai gerimis. Rumah ini terlihat jauh berbeda dengan rumah sebelumnya, rumah yang memiliki sejuta kenangan itu sengaja harus ditinggalkan demi mencari masa depan yang lebih baik lagi dari masa terpuruk sekarang.
Rumah itu menyimpan banyak sekali dialog dan tawa, namun untuk rumah yang sekarang segala keramaian itu hanya tersimpan dalam benak gadis itu. Meratap dengan dada yang penuh sesak yang seolah terus berdesakan tak memiliki jalan keluar.
Aqila dan keluarganya sengaja pindah ke jogja untuk memperbaiki kehidupan mereka yang berantakan sejak kepergian ayah, ayah telah meninggal 3 tahun yang lalu akibat kecelakaan yang disengaja dilakukan oleh musuh bisnis mereka.
...***...
1 tahun sudah berlalu cukup lama, Aqila salah memertahankan cinta pada orang yang ternyata tak mencintainya sedikitpun, tetapi melupakan lelaki itu dan menghapus perasannya tak semudah yang ia bayangkan.
...Jenandra, ternyata melupakanmu ngga semudah yang aku bayangkan, melupakanmu tak semudah ketika aku jatuh cinta padamu...
Mungkin mencintai secara ikhlas akan lebih baik, di halaman buku terakhir yang ia baca, akhirnya pada 1 lembar kosong lagi ia menuliskan apa yang sedang ia rasa.
Setelah menutup buku diary nya, ia berjanji dalam hati untuk mengakhiri cintanya yang bertepuk sebelah tangan itu.
Entah betapa bodohnya Aqila, tetap mempertahankan hubungannya dengan cowok itu selama 4 tahun lamanya, meskipun ia sudah mengetahui kelakuan bangs*t Jenandra dibelakangnya.
...***...
Aqila mulai melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah, mulai hari ini ia akan melepas semua lukanya. Mencintai itu memiliki 2 akhir yaitu, bahagia bersamanya atau terluka karenanya.
"Hadehh bosen banget gue, kapan sih selesai nya nih mapel?" Qila menopang dagunya diatas tangannya, sembari mendengarkan ocehan guru matematika yang sedang menerangkan materi.
"Qil, mending lo fokus deh.... daripada ntar ada ulangan dadakan, lo gak bisa ngerjainnya" jawab Zia.
Geming. Gadis itu malah menatap keluar jendela, melihat indahnya awan awan putih yang memenuhi langit biru. "The sky is so beautiful but why is my love not beautiful as that sky?" gerutunya terus menatap langit dengan suara yang begitu lirih.
BRUAK!!
Suara gebrakan meja sontak membuat Aqila terlonjak kaget dan menoleh ke samping. Matanya membelalak saat melihat guru laki laki dengan wajah galak itu sedang menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Aqila! nilai matematika kamu itu paling jelek di kelas ini! itu akibat dari kamu ngga pernah dengerin penjelasan bapak! kamu niat belajar gak sih?!" guru berkacamata itu menatap Qila penuh amarah.
"Kan nilai hanya angka, tidak menentukan masa depan kan pak?" jawab Qila dengan santainya menatap mata guru itu.
"Keluar kamu dari kelas!" bentaknya.
"Oke Byee" Qila tersenyum lantas berjalan keluar sembari melambaikan tangannya pada teman temannya.
Zia selaku teman sebangkunya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Qila yang begitu santai menghadapi guru paling killer.
Setelah keluar dari kelas, seperti yang sempat Aqila pikirkan tadi, ia pun melakukan aksinya seperti biasa yang ia lakukan disaat mata pelajaran matematika berlangsung. Gadis itu dengan beraninya memanjat pagar belakang sekolah, lalu berjalan entah kemana.
'Mending gue cari kerjaan' batinnya.
...***...
...KONCO BOBROK...
Zia Bawel
Gila si Qila ya, berani banget tu anak
Dika
Kemana dia sekarang? mapel pak Caplin udah selesai, kok gak balik balik ke kelas tu anak?
Prasetyooo
Biasa, palingan bolos lagi
^^^Aqila^^^
^^^Woii ntar kalo pulang, tolong bawain tas gue ke warung biasa ya, kalo guru tanya gue kemana, jawab aja kayak biasanya^^^
Dika
Bocah edan
Zia Bawel
Sekarang lu dimana?
^^^Aqila^^^
^^^Ngamen^^^
Prasetyooo
Njir!! serius?
^^^Aqila^^^
^^^Iyalah, mending cari cuan daripada sibuk cari nilai, yaudah byee^^^
Dika
Ngamen pake apaan?
^^^Aqila^^^
^^^Pake otak^^^
Aqila sempat pulang kerumah untuk berganti baju dan mengambil gitar milik kakaknya, untung dirumah sepi. Kakak dan ibunya sedang bekerja dan biasanya pulang jam 4 sore atau paling lambat jam 9 malam, sedangkan adiknya masih sekolah.
Gadis itu berjalan di trotoar, sembari memainkan gitarnya dan bernyanyi tanpa malu, hingga beberapa orang memberinya uang. Itulah cara Aqila mencari uang, ia tau ekonomi keluarganya tak semulus dulu, ia juga tidak ingin melulu merepotkan ibu dan kakaknya.
Berhenti di sebuah taman kota hanya untuk sekedar beristirahat sambil meminum teh rio yang dia beli diwarung.
Berjalan tanpa arah sembari menikmati teh rio nya, tiba tiba Aqila menabrak seseorang.
Bruak!
Gitarnya terjatuh ke tanah.
"Maaf maaf" ucap orang itu sembari mengambil gitar milik Aqila yang terjatuh tersebut.
Aqila membelalak saat melihat orang didepannya memakai seragam yang sama seperti seragam miliknya.
'jangan sampe dia kenal sama gue' batinnya.
"Lo" ucapnya sembari menunjuk Aqila.
Belum sempat menjawab Aqila langsung berlari menghindari dari cowok itu.
...***...
Malam ini hujan turun begitu deras, angin berhembus begitu kencang serta petir terlihat menyambar nyambar begitu menakutkan. Ditengah tengah insomnianya, tiba tiba munculah nomer baru yang tak dikenal, memberinya sebuah pesan.
+62 7633 2009 ****
Haii, Qila kan?
^^^Aqila^^^
^^^Siapa?^^^
+62 7663 2009 ****
Nauval
^^^Aqila^^^
^^^Oh^^^
Nauval
Save ya?
^^^Aqila^^^
^^^Ok^^^
Saat diingat ingat kembali, Nauval adalah cowok yang ia temui kemarin sore di sekolah bukan hanya kemarin sore saat sedang bermain basket bersama kedua teman sekelasnya tiba tiba Nauval datang bersama teman temannya dan ikut bermain basket bersama Aqila.
Tak hanya kemarin sore, tadi sore saja dia bertemu dengan Nauval di taman kota saat mereka tak sengaja bertabrakan dan menjatuhkan gitar milik Aqila.
Ternyata dia satu angkatan dengan Aqila, kelas 11 IPS 4 sedangkan Aqila sendiri kelas 11 IPS 2 . Entahlah, dia bisa dapat nomer Aqila darimana.
Nauval
Kok belum tidur?
^^^Aqila^^^
^^^Ya lagi males tidur aja^^^
Nauval
Lucu, bisa bisanya males tidur wkwk
...~.~...
Aqila yang tengah melamun sendirian di kantin."woi! ngelamun terus kerjaannya, lo niat sekolah ga sih?" gadis itu tersentak tepat ketika ia menemukan Pras duduk diseberang mejanya. Disebelah Pras juga ada Dika dan disebelah Aqila ada Zia.
Mereka bertiga asiknya menganggu ketenangan Aqila yang sedang melamun.
"Kesambet lo kalo keseringan bengong" ucap Dika.
"Ga bakal, setannya takut sama gue" sangkal Aqila.
"Lo lagi mikirin apaan sih? kalo ada masalah cerita aja ke kita" timpal Zia.
"Lo kenal Nauval gak?" tanya Aqila.
"Nau-" belum sempat melanjutkan, Aqila langsung membekap mulut Zia ketika ia melihat orang yang tengah ia bicarakan berjalan ke arahnya sembari membawakan beberapa jajanan dan minuman.
"Hai boleh gabung gak?" tanya cowok itu sok akrab.
"Lo siapa?" tanya Dika dengan satu alisnya keatas.
"Oh iya, gue Nauval"
"Ohh tadi si qi-" belum sempat Zia melanjutkan, Aqila langsung menginjak kaki gadis itu dengan keras.
"Mau ngapain?" Aqila menatap cowok itu dengan tatapan dinginnya.
"Ya mau gabung aja, nih ada jajanan. Gue beliin buat kalian, makan aja"
"Dih nyuap, mau apa sih lo?" sewot Dika melihat tatapan mata Nauval yang tak lepas dari Aqila.
"Sok akrab banget sih" cibir Pras.
Dengan terpaksa, Aqila dan kawan kawannya pun memperbolehkan Nauval ikut gabung dimeja mereka, entah obrolan apa saja yang mereka ucapkan, Nauval ikut menimbrung.
"Ohh itu pacar barunya si Nauval?" sirik salah satu cewek berambut coklat sebahu, di seberang meja Aqila, terus memperhatikan meja Aqila dan kawan kawan.
"Masih jauh cantikan elo" timpal temannya.
Percakapan mereka berdua jelas didengar oleh Aqila dan teman temannya.
Aqila menatap gadis itu dengan tatapan dinginnya, "heh biawak! berisik! kalo ngga suka gak usah deket deket, mending suara lo dihemat daripada buat jelek jelekin orang" ucapnya.
"Ngaca dong! kaya lo cantik aja, lo tuh gak beda jauh sama pantat panci!" cibir Dika sontak membuat Aqila, Zia dan Pras tertawa terbahak bahak, sedangkan Nauval terlihat sedang menahan tawanya.
"Apa sih lo! ngga usah ikut ikut deh, lo itu gak ganteng ya!! seenaknya ngatain gue pantat panci!" jawab gadis itu.
"Meskipun gue gak ganteng, gue gak suka sama lo, karena muka lo mirip pantat panci, kayaknya ga bakal ada yang suka sama cewek kayak lo! dateng dateng bikin ribut" perdebatan mulai memanas antara Dika dan gadis itu.
"Udah udah, ga usah diladenin... biasa orang sirik mah gitu" bisik Aqila.
"Sombong banget sih, emang dia siapa?" tanya Zia.
"Dia mantan gue, namanya Risa anak 11 IPA 2" jawab Nauval.
"Kayaknya dia masih gak rela putus sama elo deh, makanya dia ngejelekin gue karena dia ngira gue pacar baru lo" ucap Aqila.
"Bodoamat, gue udah muak sama sikapnya"
"Terus ngapain lo deket deket gue? kita aja baru kenal kemarin" Aqila menaikkan satu alisnya menatap cowok yang tengah duduk disampingnya.
"Gapapa, cu-cuma mau temenan aja" Nauval menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Apa iya?" sewot Pras memutar bola matanya.
"Bentar ya, gue mau ke toilet dulu... qil anterin gue yuk!" ajak Zia langsung menarik tangan Aqila mengajaknya ke toilet.
***
Sesampainya di toilet, Zia menatap Aqila dengan serius. Ternyata bukan karena kebelet tapi ternyata untuk menanyakan hal serius pada temannya itu.
"Sejak kapan lo kenal sama dia?"
"Kemarin, itu aja ngga sengaja kenalnya. Pas waktu gue main basket sama si Virgin ehh tau tau dia dateng sama temen temennya, malah ikut main basket sama gue" terang Aqila.
"Lo ngerasa aneh gak sih sama tingkah dia?"
Aqila mengangguk, "aneh banget"
"Tiba tiba jadi sok kenal, sok dekat, sok asik, sok akrab gitu, ati ati lo" Aqila hanya mengendikkan bahu nya mendengarkan celotehan Zia.
"Kayaknya dia suka sama lo deh, makanya dia deket deket ke elo" lanjutnya.
"Terus?" Aqila menaikkan satu alisnya.
"Ya, kalo beneran dia suka sama lo, lo gimana?"
"Ga peduli, gue lagi males cinta cintaan, kalo lo suka ambil aja"
"Yakin? jangan bilang, lo masih belum move on sama masa lalu lo itu" selidik Zia.
Meski Aqila baru pindah 1 tahun yang lalu, dia sudah percaya pada ketiga temannya untuk menceritakan tentang keluarga dan masa lalunya.
"Engga, gue udah lupa siapa dia.... gue emang lagi males aja cinta cintaan"
"Jangan jangan lo mati rasa ya"
"Lo ngajak gue kesini, cuma mau ngomongin itu?" Aqila mendekatkan wajahnya ke wajah Zia.
"Ehehe, eng-engga kok.... ini gue mau cuci tangan" Zia mengalihkan pandangannya dari Aqila.
"Cepetan!" ketusnya.
"Iya iya" keduanya pun keluar dari toilet.
~•~
Setelah menuliskan sebuah kata kedalam buku diary nya, **Aqila** beranjak dari duduknya, berjalan menuju ke teras rumah sembari membawa gitar dan secangkir kopi, duduklah dia disana sembari menemani adiknya yang entah sejak kapan sudah ada disana, menikmati baksonya.
Di sebuah sore yang sama seperti sore sore sebelumnya, langit masih terlihat gelap, gerimis sejak jam 2 siang lalu masih belum kunjung mereda juga. Ditemani sendu, Aqila memainkan sebuah lagu yang dulunya ia sering nikmati bersama mendiang ayahnya di setiap malam. Nada petikan gitar terdengar begitu getir.
"Galau mulu neng"
Petikan gitar tersebut terhenti. Karena mendengar suara kakaknya yang tiba tiba duduk dikursi sebelahnya, sembari mencomot bakso milik adiknya yang masih setengah termakan.
"Abaaang itu punya Alfa" sang pemilik marah saat tau baksonya dimakan kakak pertamanya.
Rambutnya yang masih basah, membiarkan angin untuk membuatnya kering dengan sendirinya, gadis itu menoleh. "Emang ngga boleh galau?"
Daniel terkekeh kecil, "boleh lah, lo boleh sedih, lo boleh nangis, lo boleh kangen, tapi yang jangan pernah dilupa, lo juga boleh bahagia. Makanya jangan galau mulu, jangan stay sama yang pergi, gue pingin lihat adik gue yang dulu, yang ceria dan bahagia, sekarang lo harus perlahan ikhlasin dan lepasin bayang bayangnya dari pikiran lo" cowok itu mengusap rambut basah adiknya dengan sangat lembut.
Lagi lagi Daniel mencomot pentol yang ada di mangkuk bakso Alfa, sang pemilik jelas marah, tapi Daniel membujuk Alfa dengan menjanjikan untuk membelikannya bakso lagi, lalu cowok itu menegak secangkir kopi milik Aqila, ya begitulah kebiasaannya, seenaknya sendiri main comot milik orang.
"Sedihmu terlalu lama, manusia emang butuh sedih, tapi gak selamanya manusia terus merasakan sedih. Kembalilah seperti dulu, Aqila yang murah senyum, suka ketawa receh, nggak pendiem gini"
Aqila menghela nafas panjang. Sendu diantara keduanya itu lantas menepi saat melihat Alfa yang entah sejak kapan sudah ada didepan rumah, bermain hujan, padahal jam sudah menunjukkan pukul lima sore.
Keduanya saling tatap sembari geleng geleng kepala, tubuh anak itu jelas sudah basah kuyup. "Alfa! udah jam lima ngapain masih main hujan hujanan!! ntar lo masuk angin" omel Daniel pada adik kecilnya yang masih berumur 11 tahun itu.
"Masuk nggak!!" cowok berumur 24 tahun itu lantas melempar sandal pada adiknya, Alfa hanya tertawa meledek melihat kemarahan kakaknya.
Aqila tertawa kecil melihat pertengkaran antara kakak dan adiknya. "Maaaa si Alfa tuh main hujan, udah jam segini!!" teriak Qila mengadu pada sang mama yang berada di ruang tengah.
Mama membelalak mendengar ucapan putrinya, perempuan paruh baya itu lantas beranjak bangun dari duduknya dan menghampiri anak bungsunya sembari membawa payung.
"Bandel! masuk nggak!" ucap mama sembari menjewer telinga Alfa.
"Aw aw sakit ma, iya iya" Alfa berlari mendahului mama, melewati garasi, kalau lewat dalam rumah, jelas mama pasti tambah marah, bisa bisa anak itu dikurung didalam kamar semalaman tanpa gadget.
Aqila kembali terduduk di kursinya, sembari memangku gitar, bahkan kakaknya juga ikut duduk disampingnya.
"Bang, apa salahnya mencintai orang terlalu dalam?"
Belum sempat menjawab, adzan Maghrib telah berkumandang. "Yuk masuk, udah adzan. Ga boleh maghrib maghrib diluar rumah"
Aqila ditinggalkan tanpa penjelasan yang pasti, ia masih bertanya tanya kebingungan, sebab pertanyaan itu telah ia pertanyakan pada kakaknya sebanyak 3 kali tapi tetap saja masih belum mendapatkan jawaban.
"Kenapa umur selalu jadi patokan? lalu apa gunanya perasaan?" gumam Aqila menatap foto lelaki yang telah terbakar separuh. Memang, Aqila dan Jenandra lahir di tahun yang berbeda, Aqila berumur setahun lebih tua dari Jenandra, dan banyak yang bilang kalau mereka tidak cocok karena umur.
***
Ditengah tengah kesibukannya mengerjakan tugas, bahkan gerimis tadi telah berganti hujan. Tiba tiba bel rumah mereka terdengar nyaring, membuat rasa penasaran Aqila memuncak, gadis itupun melongok dari jendela kamarnya yang berada dilantai 2 bertepatan langsung menghadap ke teras rumahnya untuk melihat siapa yang memencet bel rumahnya malam berhujan seperti ini.
Gerbangnya masih terkunci, ia melihat ada seorang laki laki dengan motor Vario telah berhenti didepan rumahnya kemudian memencet bel dan pergi begitu saja.
"Halah biasa orang iseng" gumamnya. Gadis itupun kembali menutup jendelanya.
"Qilaaa" panggil mamanya dari arah tangga.
Terdengar suara langkah kaki menaiki anak tangga, Aqila segera membuka pintu kamarnya dan melongok keluar.
"Apa ma?"
"Kamu pesen minuman?" Aqila praksis menggeleng, karena ia tak merasa memesan minuman.
"Yakin?"
Aqila mengangguk, "emang kenapa?"
"Nih ada minuman, dalemnya ada surat. Katanya buat kamu, mama kira kamu yang pesen ternyata bukan, mungkin ada yang ngasih buat kamu" mama pun memberikan kantung plastik berisi minuman tersebut pada Aqila.
Setelah sang mama kembali turun, Aqila kembali masuk kedalam kamarnya sembari membawa kantung plastik berisi minuman tersebut. Masih dalam keadaan bingung, tiba tiba terdengar suara notifikasi pesan dari handphone nya.
****Nauval****
Malam cantik
Kebetulan tadi, gue lewat depan rumah lo, sekalian gue bawain minuman, gue bawain greentea, lo suka greentea kan?
Kenapa tiba tiba Nauval memberinya minuman, dan sejak kapan dia tau kalau minuman kesukaannya itu greentea, dan satu lagi yang menjadi pertanyaannya, kenapa dia tau alamat rumahnya?
^^^Aqila^^^
^^^Ngapain lo kasih gue minuman?^^^
Nauval
Ya cuma mau ngasih aja, ga boleh?
^^^Aqila^^^
^^^Kok lo bisa tau alamat rumah gue?^^^
Nauval
Rahasia wleee
^^^Aqila^^^
^^^Yaudah thanks, lain kali lo ngga usah kasih gue minuman atau makanan lagi, gue ngga mau ngerepotin orang lain, gue bisa beli sendiri^^^
Nauval
Suka suka gue
Aqila memutar bola matanya, kemudian meminum greentea pemberian Nauval tersebut, ya walaupun dingin dingin begini minum es agak gimana gitu, tapi tetap saja Aqila meminumnya, karena greentea minuman kesukaannya.
~.~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!