NovelToon NovelToon

My Youth Story (Kayla Story)

Episode 1

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Kay......"

"Kay sini." Ajak Lulu.

Mendengar ajakan Lulu, aku yang tengah fokus belajar pun langsung menutup buku dan menghampirinya.

"Kenapa?"

"Kamu udah dengar, berita tentang pertukaran pelajar itu belum?"

"Belum, kenapa memangnya?"

"Dengar-dengar sih, hanya ada 7 orang saja yang akan terpilih nantinya. Beda dengan tahun kemarin, kuota tahun ini lebih sedikit." Jelasnya.

"Kamu tahu dari siapa?"

"Syifa, tadi pagi aku dengar dari dia. Itu pun katanya bisa hanya jadi 4 orang saja, soalnya tahun ini ada sekolah lain yang ikut pengajuan pertukaran pelajaran juga."

"Ah......."

"Kalau aku sih, kepilih syukur. Kalau enggak pun tidak apa-apa, namanya juga peruntungan."

"Iya yah, yang penting kita sudah berusaha."

"Heeh......"

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Nama ku Kayla Nafisah, aku anak tunggal dari ibu bernama Sabrina. Beliau merupakan orang tua tunggal untuk ku, karena sejak lahir ayah ku pergi meninggalkan aku dan ibu. Sampai umurku menginjak 18 tahun, ayah ku itu belum pernah menampakan hidungnya atau pun sekedar memberi kabar pada kami berdua.

Mulanya ayah beralasan akan bekerja ke Hongkong, ikut bersama temannya. Namun setelah setahun beliau pergi, sama sekali tidak ada kabar atau pun berita yang sampai pada kami.

Bunda sudah berusaha untuk mencari informasi terkait menghilangnya ayah saat itu, namun yang anehnya itu keluarga ayah seperti menutup akses untuk bunda atau pun aku.

Sejak saat itu, bunda pun kembali memulai kehidupan kami di kota kecil. Dan bunda pun memulai buka usaha toko kebutuhan atau kelontong di desa kami. Dari hasil usaha itu lah, bunda dan aku bisa bertahan sampai saat ini.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sekarang aku menginjak kelas XI SMA Negri di kota ku, tahun ini aku berminat untuk mengikuti pertukaran pelajaran yang sudah rutin di adakan setiap tahunnya.

Untungnya teman ku Luna atau sering di panggil Lulu pun sama berminat untuk ikut program itu.

Aku dan Lulu sudah berteman sejak kepindahan ku dulu ke desa. Saat itu aku dan dia sama-sama baru menginjak kelas 4 SD. Aku ingat betul, saat itu dia lah yang lebih dulu mendekati aku untuk berteman. Karena kondisi keluarga ku yang tidak lengkap,di barengi cerita-cerita yang di gunjingan kan oleh tetangga di desa kebanyakan anak-anak lain pada saat itu enggan berkawan dengan ku.

Hanya Lulu lah, yang saat itu satu-satunya orang yang mau berteman dan bermain dengan ku sampai saat ini.

Sebulan yang lalu, aku dan Lulu tidak sengaja melihat pengumuman kalau dalam waktu dekat ini akan ada program pertukaran pelajar ke salah satu sekolah favorite di Jakarta. Awalnya aku tidak begitu meminati untuk mengikuti program itu, karena aku merasa minder dan tidak yakin dengan kemampuan ku.

Namun Lulu meyakinkan dan mengajak ku untuk mencobanya. Terlebih lagi, aku mendapatkan dukungan penuh dari bunda.

Hari ini sebulan sudah sejak aku mengikuti seleksinya dan seharusnya dalam waktu dekat hasilnya sudah harus di umumkan oleh pihak sekolah.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Saat jam istirahat tiba, seperti hari biasanya aku dan Lulu langsung pergi menuju kantin sekolah. Namun langkah kami terhenti saat Syifa teman satu angkatan kami, memanggil nama kami berdua.

"Kenapa Syif?" Tanya Lulu.

"Itu kalian harus lihat, pengumuman yang di pasang di mading." Ucapnya.

"Emangnya ada apa?" Tanya ku.

"Ah kalian lihat aja. Biar kalian yang langsung lihat," balasnya sambil tersenyum.

Melihat ekspresi Syifa membuat aku curiga, pasti yang di maksudnya itu, ada sangkut pautnya dengan program pertukaran pelajar kami.

"Ya udah yuk, sebaiknya kita lihat dulu. Baru nanti kita ke kantin, aku udah penasaran."

Untungnya jarak dari tempat mading nya tidak begitu jauh,hanya berjarak sekitar 100 meter saja.

Alangkah bahagia dan campur sedih, aku melihat nama ku berada di jajaran siswa yang berhasil lolos dan bisa mengikuti program pertukaran tahun ini.

David Rahadian.

A. Syifa Wijaya

Kayla Nafisah

Luna Agustin

Ternyata perkiraan Lulu tadi benar adanya, hanya ada 4 siswa yang berhasil lolos mengikuti program tahun ini.

"Yes......."

"Akhirnya setelah perjuangan dan proses yang sudah kita lalui selama ini."

"Kita bisa sampai ke titik ini, Kay."

Lulu terlihat sangat bahagia,tida hentinya dia terus melompat kegirangan. Sampai-sampai siswa lain yang lewat pun di buat keheranan dengan tingkahnya itu.

"Lu, udah."

"Malu itu di lihatin sama anak-anak lain, malu."

Aku pun langsung menariknya dan membawanya langsung ke kantin untuk makan siang.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setibanya di kantin, kami langsung di hadapkan dengan kehadiran Dea dan Hera. Sorot mata mereka berdua memancarkan ketidak sukaan terhadap aku dan Lulu. Mereka merupakan siswi yang satu angkatan dengan aku saat ini, namun kami berada di kelas yang berbeda. Dulunya mereka berdua merupakan teman satu SD dan SMP dengan aku dan Lulu.

"Mau buat ulah apa lagi sekarang mereka berdua," ucap Lulu pelan.

"Sudahlah, kita mendingan tidak usah menghiraukan mereka berdua."

Belum sempat aku menghindari mereka, Dea sudah lebih dulu menarik tangan ku dengan kasar.

"Apa-apaan sih kamu?" Bentak ku.

"Oh sombong yah kamu, mentang-mentang kamu lulus program pertukaran pelajar itu."

"Makin besar kepala aja dia," sambung Hera.

"Iya emang,"

"Mau kalian apa sih? Enggak bosen apa cari gara-gara sama kami berdua." Ucap Lulu.

"Enggak, selama teman kamu ini....."

"Selama aku kenapa? Sebenarnya salah aku apa sih sama kalian. Sejak dulu kalian hobi banget cari gara-gara sama aku."

"Perasaan aku nggak pernah cari masalah sama kalian." Lanjut ku.

"Masalah nya itu kamu, karena kamu terlahir tanpa seorang ayah." Timpal Dea sambil tertawa.

Mendengar hal itu, mata ku langsung terasa panas. Rasanya ingin sekali aku membalas ucapan Dea, namun aku langsung lemah saat seseorang menyinggung tentang kehidupan ku.

"Eh kamu itu lama-lama keterlaluan juga yah,"

"Emang kamu tahu apa tentang kehidupan Kay, sampai-sampai kamu berani menghakimi dia seperti ini." Lanjut Lulu.

"Eh Lulu, kamu kok mau sih berteman dengan dia."

"Udah dia nggak punya ayah, jangan-jangan dia anak haram lagi." Sambung Hera.

"Jaga ya mulut kamu,"

"Kamu tidak punya hak untuk menghakimi aku seperti itu."

"Aku diam bukan berarti aku tidak bisa menghadapi kamu selama ini. Hanya saja aku malas, berurusan dengan anak manja seperti kamu." Tunjuk ku.

Amarah ku sudah membeludak tak terbendung, selama ini aku memilih untuk diam saat mereka berdua menghina ku dan mencaci ku.

"Wah udah berani kamu, ngelawan sama kita." Dea tidak terima dan tangannya sudah bersiap untuk melempar pukulan ke arah wajah ku.

Episode 2

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Dea....."

"Hera....."

Teriakan bu Ine, langsung membuat Dea menurunkan tangannya.

"Awas ya kalian, urusan kita belum selesai."

Terlihat bu Ine, tengah berjalan ke arah kami yang berada di ambang pintu kantin.

"Kalian lagi ngapain? Ibu lihat kamu tadi hendak memukul Kayla."

"Kalian berdua tidak bosan, buat masalah? Selama ini sudah berapa kali saya harus memberi peringatan sama kalian berdua."

"Sekarang kamu Dea, Hera. Ikut sama saya ke ruangan BP....." Lanjut bu Ine sambil menunjuk mereka berdua.

"Iya bu......"

Dengan kepala yang tertunduk mereka berdua berjalan ke arah yang di tunjuk oleh bu Ine.

"Kalian berdua pasti hendak istirahat,"

"Ya udah sana, sebelum jam istirahatnya habis." Ucap beliau.

"Makasih bu," balas ku.

Bu Ine pun menyusul Dea dan Hera yang sudah lebih dulu pergi menuju ruang BP. Sedangkan aku dan Lulu, langsung masuk ke kantin untuk mengambil jatah makan siang kami hari ini.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sebenarnya di kantin sendiri cukup ramai dengan siswa lain yang tengah beristirahat. Namun memang di sekolah ku ini, ada kejadian seperti ini tidak akan ada yang peduli atau berusaha untuk menengahi. Rata-rata siswa di sekolah ini acuh dan tidak peduli dengan apa yang terjadi terhadap siswa lain.

Terlebih lagi, kejadian yang menimpa ku ini bukanlah kejadian kali pertama. Namun sudah sering terjadi dan hanya bisa di pisahkan oleh guru yang saat itu kebetulan lewat atau melihat kejadian.

"Untungnya hari ini ada bu Ine," bisik Lulu.

"Kalau pun tidak ada beliau, aku sudah siap untuk bertengkar dengan Dea. Aku sudah merasa muak dengan dia, selama ini aku sudah cukup sabar saat dia mengejek dan menghina ku."

"Ya aku paham, gimana kesalnya kamu selama ini."

Aku dan Lulu pun mengambil jatah makan siang kami dan duduk di meja yang biasa kami gunakan saat beristirahat.

Sebenarnya ada kantin lain yang biasa di gunakan oleh siswa lain untuk beristirahat. Namun aku memilih untuk istirahat di sini, karena bunda sudah membayar uang konsumsi untuk makan siang ku. Kalau aku tidak mengambilnya, aku tidak enak dan merasa kasihan sama bunda.

"Pasti nanti pulang sekolah mereka berdua seperti biasa bakalan menghadang kita lagi di jalan, seperti waktu itu."

"Sebelum itu terjadi, sebaiknya kita pulang nggak jalan kaki saja hari ini. Kita ikut sama pak Yogi saja, nanti biar aku yang minta ijin sama beliau.

Pak Yogi sendiri merupakan guru olahraga, kebetulan rumah beliau memang satu arah dengan rumah kami berdua.

"Ya udah, lagi pula aku pun malas untuk buat masalah dengan mereka lagi."

"Ujung-ujungnya mereka bakalan mengadu yang tidak-tidak sama orang tuanya." Timpal ku.

"Benar banget,"

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah menghabiskan menu makan siang, aku dan Lulu tidak langsung pergi ke kelas. Kami mampir dulu ke perpustakaan untuk meminjam buku,sebagai bahan untuk nanti kita belajar di rumah.

Biasanya untuk mengisi kekosongan setelah pulang sekolah, aku dan Lulu suka belajar bareng di rumah aku atau pun di rumahnya.

"Kira-kira hari ini kita pinjam buku apa yah?" Ucapnya sambil memilih buku yang tertata rapi di rak.

"Gimana kalau Geografi aja,"

"Coba aku lihat dulu." Balasnya.

"Lulu......!" Seru David yang sama tengah berada di perpustakaan saat ini.

"Eh Vid, kamu di sini juga ternyata." Balas Lulu.

"Hai Kay," sapanya.

"Hai juga,"

"Kalian udah lihat belum, pengumumannya?"

"Sudah, tadi sebelum istirahat. Itu pun kami di kasih tahu oleh Syifa."

"Ah syukurlah kalau kalian udah tahu,"

"Aku senang bisa bareng sama kalian berdua." Lanjut David.

"Iya kita juga," sambung ku.

"Kalau enggak salah, aku dengar mulai minggu depan kita bakal berangkat ke Jakarta."

"Gimana, kalian udah menyiapkan apa saja yang nantinya di butuhkan selama kita sekolah di sana?"

"Belum sih, soalnya kan aku sendiri belum tahu. Apa aku lolos atau tidaknya,"

"Ya kalau udah tahu seperti sekarang ini, paling aku mulai berbenah untuk menyiapkannya." Jelas Lulu.

"Sama aku juga," sambung ku.

"Ya udah kalau gitu aku duluan yah,"

David pun lebih dulu pergi, sedangkan aku dan Lulu masih bingung akan meminjam buku apa hari ini.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Pulang sekolah hari ini, kami pun berhasil pulang dengan ikut pak Yogi. Tadi saat di pertengahan jalan,benar saja aku melihat Dea dan Hera tampak sudah bersiap untuk menghadang kami berdua.

Untungnya Lulu sigap, saat kami keluar dari perpustakaan tadi dia mampir ke ruangan pak Yogi untuk meminta ijin beliau.

"Makasih pak, sudah berkenan kami tumpangi." Ucap ku.

"Tidak apa-apa, lagi pula bapak pulang sendirian ini. Terlebih lagi rumah kalian berdua kelewatan juga,"

"Ya udah kalau begitu saya duluan."

"Iya pak, hati-hati." Balas Lulu.

Sepeninggal pak Yogi, aku dan Lulu harus jalan sekitar 200 meter lagi. Karena letak rumah kami berdua berada di dalam gang dan hanya bisa di lewati oleh becak atau motor saja.

"Eh itu ibu ku," ucap Lulu.

Ternyata ibunya tengah main di rumah ku, karena memang rumah ku terhalang beberapa rumah saja dari rumah dia.

"Bu.......!" Seru Lulu langsung memeluk ibunya.

"Eh kakak udah pulang,"

"Ada apa ini, sepertinya kamu terlihat senang hari ini." Ucap tante Kinan.

Bunda yang tadinya tengah melayani pelanggan pun, langsung menghampiri kami di depan.

"Ada apa?" Tanya bunda.

"Jadi begini, aku dan Kay lolos program pertukaran pelajar untuk sekolah di Jakarta selama satu tahun kedepan." Jelas Lulu.

"Yang benar nak?" Tanya bunda kembali.

"Iya bunda, kami baru tahu hasilnya hari ini."

"Ibu tahu, dari sekolah kami hanya ada 4 orang saja yang berhasil lolos. Salah satunya itu kami berdua," sambung Lulu.

"Ya ampun ibu bangga banget sama kamu, selama ini kamu dan Kayla sudah belajar cukup keras untuk mengikuti program ini."

"Iya bu,"

"Bunda bangga sama kamu nak,"

"Usaha kamu selama ini, akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan." Ucap bunda sambil merangkul ku.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Malamnya saat aku tengah membaca buku di kamar, bunda datang menghampiri ku.

"Eh bunda, kenapa?"

"Ada yang ingin bunda sampaikan sama kamu."

"Apa itu?"

"Berhubung kamu sudah lulus seleksi itu, pastinya dalam waktu dekat ini kamu sudah harus bersiap untuk menyiapkan apa saja yang akan kamu bawa ke Jakarta."

"Bunda punya kenalan di sana, dulu kami merupakan teman satu angkatan saat bunda kuliah. Namanya tante Vina, kalau tidak salah beliau menawarkan untuk kamu tinggal bersama beliau." Jelas bunda.

"Tidak bu,"

"Aku berniat untuk mencari tempat tinggal bersama Lulu. Aku tidak akan tega, kalau harus berpisah dengan dia nantinya."

Episode 3

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Mendengar jawaban ku barusan, bunda pun terdiam sesaat. Lalu menggenggam tangan ku erat, aku tahu beliau saat ini tengah khawatir akan diriku. Karena ini kali pertama aku akan pergi cukup jauh, meninggalkan beliau sendirian di rumah. Meskipun ada mba Ani yang sehari-hari bantu pekerjaan bunda di rumah.

"Apa kamu yakin, akan memilih untuk tinggal mandiri bersama Lulu? Bunda khawatir nak,"

"Aku yakin bunda, aku sudah bicarakan hal ini bersama Lulu sejak lama."

"Terus apa kamu sudah tahu akan tinggal dimana nantinya?" Tanya bunda kembali.

"Kata Lulu, ada saudaranya di sana. Dia tahu tempak kost yang dekat dengan sekolah ku nantinya."

"Tapi bunda pun akan menghubungi teman bunda tante Vina itu, sewaktu-waktu beliau bisa jenguk kamu di sana."

"Iya bunda,"

"Aku tahu bunda khawatir sama aku, tapi aku janji bisa jaga diri aku baik-baik di sana."

"Aku harus belajar mandiri,"

"Baiklah, bunda percaya sama kamu."

"Ya sudah, takutnya kamu mau meneruskan kembali belajarnya. Bunda juga mau tutup toko, kebetulan mba Ani masih belum pulang juga."

"Iya.....''

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Keesokan paginya, seperti biasa Lulu sudah menunggu ku di depan rumah. Tidak lupa sebelum berangkat, aku pamitan sama bunda yang masih sibuk di dapur.

"Yuk......" Ajak ku.

"Eh iya, aku mau cerita. Ini hanya untuk jaga-jaga saja, aku sudah menyiapkan senjata buat nanti di jalan. Takutnya si Dea sama Hera masih dendam sama kita, gara-gara masalah kemarin itu." Jelasnya.

"Senjata apa maksud kamu?" Tanya ku penasaran.

"Ini aku bawa semprotan milik adik ku.''

"Tahu sendiri, mereka berdua paling anti sama air. Kalau aku semprotkan ini air ke wajah mereka, aduh langsung lah mereka bakalan ketakutan karena make up mereka luntur."

"Ya ampun, sampai segitunya kamu."

"Habisnya sih, kalau nggak di gitu kan mereka pasti akan terus gangguin kita."

"Ya udah, terserah kamu saja."

Kami berdua pun berjalan kaki untuk pergi ke sekolah, jaraknya sendiri hanya berjarak 1 kilo saja dari tempat tinggal kami berdua. Sebenarnya di rumah aku punya motor yang tahun lalu di belikan bunda untuk ku, namun karena aku merasa tidak pede untuk membawanya ke sekolah, jadinya aku dan Lulu memutuskan untuk jalan kaki saja.

Dia sendiri pun jauh lebih dulu punya motor di banding aku, namun karena pernah kecelakaan dia tidak mau lagi bawa motor.

Di pertigaan, benar saja kami bertemu dengan Dea. Namun anehnya dia hanya sendirian tanpa ada Hera yang biasa bareng dengan dia.

"Tumben banget dia sendirian, kemana perginya si Hera." Ucap Lulu sedikit berbisik.

"Ya udahlah, biarkan saja. Anggap saja kita nggak lihat dia,"

Aku dan Lulu pun berjalan mendahuluinya, anehnya Dea sama sekali tidak menegur kami berdua dan malah menundukkan kepalanya.

"Aneh banget," bisik ku.

"Iya......"

Karena penasaran kami pun berhenti dan menunggunya. Dea yang menyadari kami berhenti pun,tampak kebingungan dan mengalihkan pandangan matanya dari kami berdua.

"Dea......"

"Kamu kok sendirian, kemana teman kamu yang satu lagi?" Lanjut Lulu.

"Dia tidak pergi sekolah hari ini, katanya neneknya meninggal."

"Oh pantas kamu dari tadi diam saja, coba aja kalau ada teman kamu itu pasti kalian udah menyerang kami langsung."

"Jangan bilang kamu beraninya keroyokan lagi, kalau sendirian seperti sekarang ini kamu nggak berani."

"Eh jangan sembarang yah, aku hanya lagi malas saja untuk berdebat dengan kalian." Timpalnya.

"Udah lah, sebaiknya kita pergi saja."

"Ini masih pagi, masa iya kita udah mau berantem." Lanjut ku.

"Benar juga,"

"Lagian gak ada manfaatnya juga. Ya udah lah, sebaiknya kita cepat-cepat ke sekolah takutnya ada pengumuman."

Aku dan Lulu pun memutuskan untuk mengabaikan Dea kali ini dan memilih untuk pergi lebih dulu.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sesampainya di sekolah, benar saja Syifa sudah menunggu kami di depan kelas.

"Ayo cepat, kita sudah di tunggu pak Hendra di ruangannya."

Belum sempat untuk aku menyimpan tas, aku harus langsung ikut Syifa menuju ruangan pak Hendra.

Di ruangan pak Hendra sendiri sudah ada David yang sudah lebih dulu sampai dan tengah menandatangani berkas. Melihat kedatangan kami, pak Hendra langsung meminta kami untuk menandatangani berkas yang sama dengan David.

"Nah kalian akan berangkat hari Sabtu pagi, bareng dengan siswa dari sekolah lain dari kota lain." Ucap pak Hendra.

"Kita harus menunggu di mana pak?"

"Kalian tinggal ke sekolah saja, nanti bapak sendiri yang akan melepaskan keberangkatan kalian."

"Berarti tinggal 2 hari lagi dong," sambung Syifa.

"Iya....."

"Bapak harap dari sekarang kalian sudah harus mempersiapkan semuanya. Bapak sudah berkordinasi dengan wali kelas kalian juga, jadi sampai hari dimana kalian berangkat kalian tidak perlu mengikuti pelajaran seperti biasanya." Jelas beliau.

"Hah, serius pak?"

"Iya,"

"Bapak sudah mempertimbangkannya dengan guru-guru yang lain."

"Jadi maksud bapak, setelah ini kami bisa langsung pulang." Ucap David meyakinkan.

"Iya......."

Aku dan Lulu sempat kaget dengan pernyataan yang di sampaikan oleh pak Hendra barusan. Karena biasanya tahun-tahun sebelumnya tidak seperti ini.

"Ya sudah karena semuanya sudah selesai, kalian sudah boleh pulang dan bisa menyiapkan apa saja yang akan kalian bawa nanti ke Jakarta."

"Baik pak......." Balas kami bersamaan.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Bunda tampak keheranan, melihat aku sudah kembali lagi dari sekolah. Beliau tengah membuka toko di bantu oleh mba Ani juga.

"Loh nak, kok kamu sudah pulang?"

"Iya bu,"

"Kami di ijinkan untuk pulang lebih awal, oleh pak Hendra."

"Katanya supaya kami bisa menyiapkan diri dan menyiapkan keperluan yang akan di bawa ke Jakarta nanti."

"Ngomong-ngomong, kapan memangnya kamu berangkatnya?"

"Sabtu pagi katanya,"

"Ya ampun, secepat itu. Bunda belum menyiapkan apa-apa nak,"

"Tidak perlu, karena aku pun tidak sekolah jadi bisa aku siapkan sendiri saja bunda. Lagi pula tidak akan banyak juga yang aku bawa nanti."

"Ya setidaknya bunda harus bantu siapkan keperluan kamu,"

"Iya......."

Aku pun ijin untuk masuk duluan dan langsung menuju kamar. Aku malah duduk termenung sambil melihat hamparan sawah yang bisa aku lihat dari jendela kamar ku. Rasanya sepeti mimpi, aku bisa pergi ke Jakarta untuk menimba ilmu di sana.

Meskipun aku harus meninggalkan bunda sendirian di sini. Tapi ini demi cita-cita dan masa depan ku juga, aku bertekad ingin membahagiakan dan buat bunda bangga pada ku.

Aku ingin mematahkan omongan orang-orang di luar sana, yang menganggap bunda tidak bisa mendidik dan mengurusku. Karena beliau hanya seorang perempuan yang di tinggal pergi oleh suaminya tanpa kabar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!