Terlalu mencintai seseorang, terkadang membuat kita tidak bisa lagi berfikir dengan jernih. Rasa cinta yang teramat dalam mampu membutakan mata dan hati kita, sehingga tidak dapat lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ucapan orang lain pun tidak akan mampu lagi menghentikan kita.
Seperti yang dialami oleh Erina saat ini, meskipun kedua orang tuanya selalu melarangnya menjalin hubungan dengan kekasihnya Doni, namun tetap saja dia kukuh pada pendiriannya. Sedikitpun dia tidak pernah menghiraukan kedua orang tuanya.
Untuk kesekian kalinya, ayah Erina memarahi Erina agar tidak lagi menjalin hubungan dengan Doni. Namun seperti biasa, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, begitulah Erina menanggapi ucapan ayahnya.
"Kamu benar-benar keterlaluan Erin, sudah berapa kali ayah bilang, akhiri hubungan kamu dengan anak berandalan itu. Sampai kapanpun ayah tidak akan menyetujui hubungan kalian. Awas saja kalau sampai ayah melihat lagi kamu menemuinya di kolam si Rian, ayah kurung kamu. Bikin malu orang tua!" maki ayah Erina dengan matanya yang melotot, penuh emosi.
Namun Erina hanya diam saja, dia menunggu ayahnya selesai bicara. Setelah ayahnya selesai bicara, dia pun kembali masuk ke kamarnya. Begitulah setiap kali Erina dimarahi ayahnya, dia tidak membantah, namun dia juga tetap tidak mau menuruti permintaan ayahnya. Ibu Erina pun sudah menyerah membujuk Erina agar menjauhi Doni, namun karena cinta Erina terlalu besar dengan Doni, membuatnya benar-benar tidak bisa berpisah dengan Doni.
Ayah Erina sangat menentang keras hubungan mereka lantaran dia yakin kalau Doni bukan lelaki baik-baik. Doni yang hanya tinggal dengan paman dan bibinya semenjak kedua orang tuanya sudah tidak ada, ditambah dia yang sudah tidak punya apa-apa lagi karena seluruh hartanya telah habis untuk biaya pengobatan ibunya semasa hidup.
Almarhum ibunya Doni, semasa hidup sering sakit-sakitan sehingga biaya pengobatan diperoleh dari menjual satu per satu harta yang dimilikinya, lantaran Doni hanya bekerja serabutan itupun hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sementara Ayahnya sudah lebih dulu meninggal saat dia masih duduk di bangku SD.
Kehidupan Doni sangat jauh dari kata sempurna, dia seorang pemuda yang urakan dan pergaulannya pun terlihat kurang baik. Namun meskipun demikian, dia mampu membuat Erina jatuh cinta. Doni sungguh bisa membuat Erina merasa nyaman berada didekatnya, sehingga Erina benar-benar tidak bisa lagi berpisah dengan Doni. Mereka sudah lama menjalin hubungan, dari Erina masih duduk di bangku kelas dua SMA sampai sekarang dia lulus, mereka masih tetap bertahan meski dilarang keras oleh ayah Erina.
Erina yang sedang dimabuk cinta, selalu saja punya cara untuk bisa bertemu dengan Doni, Meskipun dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh kedua orang tuanya.
Seperti biasa, setelah berhasil keluar dari rumah, Erina langsung pergi menemui Doni. Kali ini mereka tidak lagi bertemu di kolam seperti biasa, melainkan dirumah Rian, temannya Doni yang hanya tinggal sendiri di rumah. Orang tua Rian tinggal di kota untuk menjalankan usaha mereka, sementara Rian disuruh menjaga rumah dan usaha kolam ikannya di desa.
"Tuh, pacarmu sudah datang bro. Jangan lama-lama pacarannya, nanti buruan susul aku ke kolam, kalau telat aku potong gaji mu," gurau Rian.
Doni selama ini bekerja dirumah Rian, membantu Rian mengurus kolam ikannya yang lumayan luas. Mereka teman baik dari kecil, sehingga Doni pun sudah biasa dirumah Rian. Makan, minum, tidur dan apapun itu tanpa merasa canggung.
"Iya, nanti aku nyusul. Dasar bos gak punya hati, dikit-dikit potong gaji," timbal Doni.
Rian keluar rumah hendak menuju ke kolam ikannya yang lumayan jauh dari rumahnya. Didepan rumah dia menyapa Erina lebih dulu yang baru saja sampai.
"Hai Rin, tuh si Doni sudah nungguin kamu dari tadi. Hati-hati sama buaya yang satu itu, aku tinggal dulu ke kolam ya. Tolong ingatkan dia untuk menyusul ku nanti, karena kalau sendiri aku gak sanggup mengurus kolam seluas itu. O iya, kira-kira kapan kalian nikah, gak bosan apa pacaran Mulu. Aku aja yang gak punya pacar udah pengen nikah, cariin aku pacar dong Rin, masa aku cuma disuruh jadi obat nyamuk kalian doang, tega kalian ya," gerutu Rian, yang membuat Erina hanya tersenyum.
"Iya, nanti aku cariin pacar buat kamu. Itu pun kalau ada yang mau Yan," ejek Erina.
"Wah, parah kamu Rin. Ya udah, aku pergi dulu ya. Hati-hati, awas dicaplok buaya," ucap Rian yang langsung pergi ke kolam ikannya dengan mengendarai motornya.
Erina pun langsung bergegas masuk ke rumah Rian. Di dalam sudah ada Rian yang berbaring di sofa, menunggu kedatangan Erina sambil memainkan ponselnya.
Erina berhenti melangkah, dia melihat-lihat suasana ruangan rumah Rian. Sangat sepi, karena Rian memang hanya tinggal sendiri di rumah itu. Mata Erina lalu tertuju pada beberapa botol minuman yang tergeletak di sudut ruangan itu. Erina menarik nafas panjang, dadanya tiba-tiba terasa sedikit sesak. Dia tau, pastilah Doni ikut mabuk semalam. Erina sudah berulang kali mencoba menasehati Doni agar tidak lagi mabuk-mabukan, tapi sepertinya Doni tidak mendengarkannya.
"Hai sayang, kamu sudah datang. Kok gak bilang-bilang, sini sayang aku sudah nungguin kamu dari tadi," ucap Doni yang baru sadar dengan kedatangan Erina.
Erina melangkah perlahan, sebenarnya dia sedikit ragu bertemu dengan Doni didalam rumah yang suasananya sepi seperti ini. Dia merasa kurang nyaman, namun hanya ini tempat yang aman agar tidak diketahui oleh ayahnya. Setelah beberapa hari lalu ayahnya memergokinya bertemu Doni di kolam Rian.
Erina duduk di dekat Doni, dengan wajahnya yang sedikit terlihat tegang. Doni pun berusaha agar Erina nyaman berada disitu. Dia peluk Erina dan dia cium pipi Erina.
"Sayang, kamu kenapa kok kayak gak nyaman gitu. Kenapa?" tanya Doni.
"Gak pa-pa ya kita ketemuan disini, aku cuma merasa kurang nyaman aja. Gak enak kalau sampai dilihat orang," jawab Erina sambil melepas pelukannya.
"Udah sayang, kamu gak usah pikir yang aneh-aneh. gak pa-pa, gak akan ada orang yang tau kita disini. Jadi kamu jangan takut ya, karena cuma ini tempat yang aman untuk kita ketemuan. Kamu gak mau kan kita ketahuan ayahmu lagi,"
"Iya sih, kamu tau gak sayang, aku dimarahin habis-habisan dirumah setelah kejadian itu. Makanya aku baru bisa menemui kamu sekarang. Sebenarnya aku lelah sayang, harus main kucing-kucingan terus dengan orang tua ku. Kamu juga gitu kan sayang?" tanya Erina.
"Iya sayang, aku pun sebenarnya lelah juga seperti ini. Tapi aku tidak tau bagaimana caranya agar ayahmu menyetujui hubungan kita. Aku pun kasihan melihatmu selalu dimarahi orang tuamu. Maafkan aku sayang, membuatmu dalam keadaan seperti ini,"
Mereka pun kembali berpelukan, dua insan yang saling mencintai namun sulit untuk bisa bersatu.
Erina kembali menatap botol minuman yang ada disudut ruangan itu, pastilah tadi pagi Rian lupa membuangnya. Erina seketika menjadi kesal dengan Doni, karena ucapannya selama ini tidak pernah dihiraukan oleh Doni. Erina pun melepaskan pelukannya.
"Sayang, bisa gak sih kamu berhenti mabuk. Aku sudah sering mengingatkanmu, tapi kenapa kamu tidak mau mendengarkan aku? kamu cinta kan sama aku? jadi aku mohon berhentilah mabuk-mabukan. Bagaimana ayah bisa menerimamu, kalau kamu masih terus seperti ini," gerutu Erina yang kesal dengan kelakuan Doni.
"Iya sayang, aku akan berusaha berhenti mabuk. Itu semalam gak enak saja sama teman-teman, mereka semua minum, masa aku sendiri yang gak minum kan gak seru sayang,"
"Justru kalau kamu minum-minuman itu yang gak seru. Aku gak suka sayang kamu seperti itu, kamu ngerti kan sayang. Kamu bisa pergi saja kalau teman-teman kamu mabuk, andai kamu gak enak tetap disitu,"
"Iya, aku ngerti sayang. Iya deh, lain kali aku gak ikut-ikutan mereka kalau mereka mabuk," jawab Doni yang mungkin hanya sekedar basa-basi.
"Janji ya?"
"Iya sayang, aku janji,"
Terlihat senyum manis Erina di bibirnya yang seksi itu. Dia sangat mencintai Doni, jadi semarah apapun dia sama Doni, tetap luluh hatinya dengan rayuan Doni.
"Sayang, aku kangen banget sama kamu," ucap Doni yang lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Erina.
"Iya sayang, aku juga kangen banget sama kamu," jawab Erina.
Keduanya berc***an bibir dengan mesra, yang tentunya ini bukan pertama kalinya mereka lakukan. Doni mencium Erina dengan penuh n***u, dia merasa punya kesempatan menyalurkan hasrat bi***inya pada Erina. Dengan pintu rumah yang tertutup, di tambah tidak ada seorang pun dirumah itu selain mereka berdua.
Tanpa Erina duga, Doni menyentuh bagian depan Erina yang membuat Erina seketika menggeliat, karena ini baru pertama kalinya Doni melakukannya.
"Sayang, kamu apa-apaan sih. Ini berlebihan sayang, Erina gak mau ah, ini geli," gerutu Erina sambil memindahkan tangan Doni.
Namun Doni tidak menghiraukan ucapan Erina, dia kembali melakukannya sambil terus mencium bibir Erina. Erina pun lama-lama tidak bisa menolaknya lagi, semakin lama Erina justru semakin terlena dan terbuai oleh sentuhan-sentuhan Doni.
Tidak sampai disitu, Doni yang sudah tidak bisa lagi menahan nafsunya mencoba membuka kancing baju Erina, namun Erina menolaknya.
"Jangan sayang, jangan lakukan itu," pinta Erina.
"Sayang, aku mohon. Aku menginginkannya sayang, beri aku kebahagiaan. Kamu benar mencintaiku bukan?"
"Iya, aku sangat-sangat mencintaimu,"
"Buktikan sayang kalau kamu mencintaiku, buat aku bahagia sayang, aku mohon," pinta Doni dengan lembut.
Erina yang memang sangat mencintai Doni, tidak bisa lagi menolak permintaan Doni. Rasa cintanya yang berlebihan, membuatnya selalu ingin membahagiakan Doni bagaimanapun caranya. Tidak pikir panjang, akhirnya dia pun membiarkan Doni membuka kancing bajunya perlahan.
Akhirnya, mereka pun hanyut dalam kemesraan-kemesraan yang membuat mereka semakin bergairah.
Mereka benar-benar sudah masuk dalam perangkap bujuk rayuan setan, yang membuat mereka lupa, kalau yang mereka lakukan itu adalah sebuah perbuatan dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan.
Doni mere***kan tubuh Erina di sofa. Doni mencium bibir Erina, lalu berbisik ditelinga Erina:
"Aku benar-benar sangat menginginkanmu sayang, bolehkah aku melakukannya sekarang,"
"Terserah kamu sayang, aku pasrah. Lakukan apapun yang kamu mau, aku sangat mencintaimu sayang, aku milikmu," jawab Erina. Sentuhan bibir Doni di seluruh tubuhnya, membuatnya benar-benar terangsang.
Doni pun tidak bertanya-tanya lagi, dia yang memang sudah tidak tahan lagi menahan naf*unya, langsung melakukannya. Dia membawa Erina melayang ke udara, menikmati indahnya surga dunia yang baru pertama kali mereka rasakan. Sofa berwarna abu-abu menjadi saksi, untuk yang pertama kalinya mereka bercinta.
Setelah melewati indahnya bercinta, keduanya pun duduk di kursi sofa. Erina buru-buru memakai lagi pakaiannya, begitu juga Doni. Setelah itu Doni memeluk Erina, Sepertinya dia benar-benar puas, bisa menyalurkan hasrat bir***nya pada Erina, yang sudah tidak mampu lagi dia bendung.
"Terimakasih ya sayang, kamu sudah memberikan apa yang aku mau. Kamu sudah membuktikan kalau kamu memang benar-benar mencintaiku. Aku sangat bahagia sayang, sekali lagi terimakasih ya sayang," ucap Doni sambil mencium kening erina.
"Iya sayang, aku sudah menyerahkan kesucian ku padamu dengan segenap jiwa dan ragaku. Berjanjilah kamu tidak akan pernah meninggalkan aku. Aku sangat mencintaimu, aku tidak mau kehilangan kamu. Berjanjilah, kamu akan memperjuangkan cinta kita. Kamu tidak akan pernah mundur kan menghadapi ayahku?"
"Iya sayang, aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku juga akan berjuang untuk mendapatkan restu orang tuamu," jawab Doni.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Erina pun berniat pulang ke rumah. Dia takut kalau terlalu lama, ayahnya mencarinya. Karena kalau sampai ayahnya tau dia menemui Doni, dia benar-benar akan dikurung di dalam kamar. Ancaman ayahnya benar-benar membuat dia takut, dia takut kalau sampai dia tidak bisa lagi bertemu dengan Doni. Karena sehari saja dia tidak bertemu Doni, rasanya bagaikan setahun. Kalau sampai dia tidak bisa bertemu Doni, pastilah dia sangat tersiksa.
"Sayang, aku pulang dulu ya. Takut ayah mencari ku. Satu lagi, aku ingin kamu menikahi ku secepatnya. Aku tidak mau terus-terusan seperti ini, selalu saja sembunyi-sembunyi. Aku ingin hidup bahagia dan tenang denganmu. Seandainya ayah tetap tidak merestui kita, kita bisa tetap menikah tanpa restu mereka. Aku sangat mencintaimu sayang, aku benar-benar tidak sanggup berpisah denganmu,"
"Iya sayang, aku juga berpikir seperti itu. Aku akan tetap mempertahankan mu, bagaimana pun caranya. Aku juga tidak mau berpisah denganmu. Ya sudah, pulanglah. Aku tidak mau kamu dimarahi lagi gara-gara aku,"
"Iya sayang, aku pulang. O iya, kamu gak lupa kan disuruh menyusul Rian di kolam. Dia teman yang baik ya, aku senang kalau kamu bergaul dengan orang-orang yang baik, karena itu bisa membawa pengaruh baik juga buat kamu,"
"Aku gak lupa sayang. Iya, Rian memang teman yang baik. Aku juga akan segera menyusul ke sana. Sekali lagi terimakasih ya sayang untuk hari ini, untuk semuanya yang sudah kamu berikan. Aku sangat bahagia hari ini sayang, benar-benar bahagia,"
"Iya sayang, aku pun bahagia," jawab Erina sambil memeluk Doni sekali lagi, lalu pergi meninggalkan Doni dengan mengendarai motornya.
Doni pun bersiap-siap pergi ke kolam, namun sebelum berangkat dia makan dulu. Dia sudah menganggap rumah Rian seperti rumahnya sendiri, sehingga dia pun bisa makan minum dan tidur sesuka hatinya. Setelah selesai makan, barulah dia pergi ke kolam. Gaji dia bekerja di kolam Rian tidaklah seberapa, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya saja. Dia pun tidak pasti sebulan sekali memberi uang belanja pada bibinya. Namun beruntung bibinya baik, jadi tidak pernah mempermasalahkan itu semua dan tetap bisa menerima Doni dengan baik di rumahnya, dengan segala sikap dan kekurangan Doni. karena bibinya sudah berjanji pada kakaknya, akan mengurus dan menerima Doni dengan baik.
Sesampainya di rumah, Erina beruntung karena ayahnya belum pulang dari kantor kelurahan. Ayah Erina, pak Rahmat adalah seorang kepala desa di desanya. Sementara Erina adalah anak semata wayang dari pak Rahmat dan Bu Santi. Wajar kalau mereka ingin yang terbaik untuk anak mereka satu-satunya dan mengharapkan seorang menantu yang benar-benar bertanggung jawab dan bisa membahagiakan Puteri mereka.
Erina langsung masuk kamar, namun ibunya yang mengetahui kepulangannya langsung menemuinya di kamar. Ibunya juga sudah paham, kalau Erina pasti baru saja menemui kekasihnya, Doni.
"Erin, ibu minta sama kamu, berhentilah mencintai Doni. Ibu yakin nak, kalau dia bukan laki-laki yang pantas kamu jadikan imam. Dia bukan laki-laki baik nak, sadarlah Erin. Kami hanya ingin yang terbaik untuk kamu, kami ingin melihatmu bahagia," ucap Bu Santi dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Kalau ibu ingin Erin bahagia, ibu gak usah khawatir, Erin sangat bahagia Bu bersama Doni. Hanya dia Bu yang Erina cinta, hanya dia juga yang bisa membuat Erina bahagia. Mengertilah Erin Bu, Erin sangat mencintai Doni, Erin gak mau berpisah dengan Doni Bu, Erin mohon mengertilah Bu,"
Bu Santi hanya bisa menangis lalu memeluk anak semata wayangnya. Hatinya hancur, melihat anaknya yang begitu menyayangi seorang laki-laki yang sudah jelas tidak baik dan tidak pantas menjadi seorang lmam untuk anaknya. Namun Bu Santi tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanyalah seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya, dia pun hanya bisa pasrah dengan keputusan anaknya, meski batinnya menderita.
"Ya sudah, makanlah dulu sudah siang. Ibu tidak mau kamu sering-sering menemui Doni, gak enak sama tetangga, mereka semua pada ngomongin kamu Erin. Ibu gak mau, keluarga kita jadi bahan pergunjingan mereka, kamu ngerti kan maksud ibu,"
"Iya Bu, Erina mengerti,"
Sementara itu di kolam Rian, Doni dan Rian sedang duduk istirahat sambil ngobrol. Mereka baru saja memberi makan ikan-ikan yang ada di kolam itu.
"Don, jadi kira-kira kapan kamu akan menikahi Erina. Jangan terlalu lama pacaran, nanti lama-lama bisa hambar rasanya. Bisa-bisa dia bosan juga sama kamu. Kamu masih belum berani ya menemui ayah Erina? huh, payah kamu Don, kalau aku jadi Erin dah tak putusin kamu, cowok kok gan gentle," ejek Rian.
"Kamu benar Yan, Erin sendiri juga sudah mengajak kami menikah, tapi kamu tau sendiri lah bagaimana keadaanku,"
"Doni...Doni, justru kalau kamu menikah, bisa jadi rezeki mu tambah lancar. Banyak aku lihat orang-orang sukses setelah menikah, meski sebelumnya dia orang miskin dan penuh penderitaan. Jadi tunggu apa lagi, kamu gak kasian tu sama Erin tiap hari harus sembunyi-sembunyi menemui mu belum lagi kalau ketahuan ayahnya, dia pasti seharian dimarahi ayahnya. Kalau saran dari ku, cepatlah menikah, hadapi ayah Erin kalau kamu memang benar mencintai Erin,"
Doni terdiam, dia berpikir memang benar semua yang dikatakan Rian. Sepertinya dia memang harus menemui langsung ayahnya Erina untuk meminta restu padanya, juga untuk membuktikan kalau dia memang benar-benar serius menjalin hubungan dengan Erina dan ingin menikahi Erina secepatnya.
"Oke lah, nanti aku ke rumah Erin menemui ayahnya. Tapi bagaimana kalau dia tetap tidak bisa menerimaku, sebenarnya itu yang selalu membuatku ragu menemui ayah Erin,"
"Semangat dong bro, belum juga mencoba sudah menyerah. Masalah diterima atau tidaknya itu urusan belakang, yang penting kamu coba dulu beranikan diri menemui ayah Erin, semua perlu usaha, jangan cuma diam saja,"
Selain bos yang royal, Rian juga seorang sahabat yang baik, yang selalu memberikan semangat dan nasehat untuk Doni. Itulah seorang teman, selalu ada saat kita susah maupun senang. Tidak pernah meninggalkan kita dalam situasi bagaimanapun juga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!