Hai guys, ini karya ke-4 aku. semoga suka🤍
Terimakasih sudah mampir, terima kasih. semoga kalian suka, dan jangan lupa like dan komen ya.
🍒🍒
Acara akad nikah tanpa di hadiri mempelai wanita, berjalan dengan lancar. pernikahan ini hanya di hadiri beberapa orang dan wali perempuan.
"Bagaimana para saksi?" Tanya penghulu.
"Sah"
Dengan ini ia resmi menjadi seorang Suami. Yusuf Adnan, Atau biasa di panggil dengan sebutan Gus Yusuf. laki-laki penyayang dan sangat lemah lembut. Tapi jika tidak berhadapan dengan keluarganya ia kan dingin dan sangat jarang memperlihatkan senyuman nya.
Dulunya ia sangat ramah, dan murah senyum. tapi karena ketampanan yang ia miliki membuat orang salah mengartikan senyumnya.
pada suatu hari, Dimana ia masih menginjak usia tujuh belas tahun Yusuf terkenal sangat ramah di sekolah. ia tidak sekolah di pondok abi-nya melainkan ia sekolah di sekolah umum, SMA.
Memiliki wajah yang sangat tampan dan bisa memikat wanita dengan mudah membuat dirinya serba salah di waktu itu. banyak sekali para wanita mengira kalau senyum Yusuf itu menyukai dirinya, padahal faktanya itu tidak bener.
Dan semenjak itu, ia menjadi dingin. Dan hangat di keluarganya saja. Dia tidak mau kejadian di bangku SMA terulang kembali.
Sekarang umurnya dua puluh tiga tahun dan Yusuf bersedia menerima permintaan Abi nya, yang menyuruh dirinya untuk menikahi seorang gadis yang merupakan salah satu santri yang mondok disini. Dia tidak tahu bagaimana wajah istrinya yang ia tahu namanya.
Setelah mengucapkan ijab qobul Yusuf di antara ke bandara, ia harus pergi menyelesaikan pendidikan selama satu tahun di Mesir.
Tanpa melihat wajah wanita yang ia baru saja nikahi, ia pergi meninggalkan kota ke lahiran dan akan kembali satu tahun kedepan.
***
Sementara itu, suasana pondok sangat damai di tambah dengan angin sepoi-sepoi. Kelas telah berlalu beberapa menit yang lalu, banyak para santri yang melakukan aktivitasnya, seperti mencuci pakaian mereka.
Suara tawa dan senyum mereka sangat damai, tidak ada beban seperti waktu mereka menginjakkan kaki di sini untuk pertama kalinya.
Tapi berbeda dengan khalisa, Pikiran mengingat apa yang sang Abi sampaikan beberapa hari lalu. ia di suruh menandatangi surat yang berisi pernyataan dirinya. dimana didalam surat tersebut ia bersedia menikah. tapi satu hal yang ia tidak tahu, kapan pernikahan itu akan berlangsung dan siapa dan bagaimana wajah calon suaminya.
Khalisa menuruti permintaan sang Abi, sang Abi yang sering sakit membuat dirinya menerima permintaan sang Abi, karena hanya Abi dan kakak laki-lakinya hal keluarganya saat ini.
Sang ibu meninggal dunia ketika ia berusia lima tahun, Setelah kepergian sang ibunda ia di besarkan oleh sang Abi dan di temani sang kakak, Kahfi.
" Khalisa kamu di panggil sama ustadzah Aini"
" Baik, aku kesana dulu" Khalisa pergi menuju ruangan ustadzah Aini..
" Assalamualaikum warahmatullahi ustadzah"
" waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Silahkan duduk Khalisa."
" Iya ustadzah. Kalau boleh tahu ada apa ya ustadzah memanggil saya?" Tanya khalisa sopan ia menundukkan kepalanya..
" Ini ada telpon untukmu " Ustadzah Aini memberikan telpon pada khalisa.
" Terimakasih ustadzah, izin keluar ustadzah." Khalisa keluar dan menerima telpon yang diberikan tadi.
" Assalamualaikum Bang " Sapa khalisa, ia tahu pasti ini Abangnya, Kahfi.
" Waalaikumsalam warahmatullahi dek. Bagaimana kabar nya?"
" adek baik bang, Abang sama Abi bagaimana? apa penyakit Abi masih sering kambuh?" khalisa khawatir.
" Alhamdulillah Abi baik dek dan Abang juga baik. Abang sedang perjalan menuju pondok, adek mau di belikan apa?"
" Khalisa titip seperti biasa aja bang, Abang hati-hati di jalan." Khalisa mengakhiri telpon dan mengembalikannya pada ustadzah Aini.
***
" Abi gak ikut bang?" kata Khalisa melihat ke belakang Kahfi.
" Gak dek, Abi lagi pergi. jadi beliau gak bisa mengunjungimu hari ini. gak pa-pa kan?"
" Gak pa-pa Abang, yang penting Abi sehat. khalisa sudah sangat senang mendengarnya."
" Anak pintar, ini titipannya." memberikan kresek belanjaannya " Tadi Abang juga beli es krim, dah lama kita gak makan es krim bersama." Mereka menikmati es krim mereka, Dulu sebelum masuk pondok mereka selalu menghabiskan waktu untuk memakan es krim bersama.
" Abang, Khalisa kangen sama bunda" kerinduan yang tak pernah tersampaikan, ingin sekali memeluk tubuh wanita yang telah melahirkan dirinya, tapi ia hanya bisa memeluk sebuah kertas Poto saja, tidak bisa memeluk raganya..
" Sama Abang juga kangen" Kahfi memberikan pundaknya untuk Khalisa bersandar.
" besok, kalau Khalisa sudah libur kita ke makam bunda ya bang."
"Iya dek, tapi jangan sedih. nanti bunda ikut sedih." Kahfi selalu mengatakan hal yang sama ketika adiknya bersedih mengingat sang bunda. Ia pun sebenarnya tak kalah sedihnya kala mengingat sang bunda, pelukan wanita yang sangat ia cintai teramat ia rindukan, tapi dia tidak boleh menunjukkan kesedihannya di depan adiknya ia harus kuat.
" Abang, Abang tahu kan tentang pernikahan yang dikatakan Abi waktu itu " tanya khalisa setelah lama mereka lama terdiam.
" iya, Abang tahu. Apa adek keberatan tentang pernikahan itu?" Kahfi khawatir Khalisa terbebani dengan pernikahan yang di maksud sang Abi. dan hari ini ia baru saja menghadiri ijab qobul pernikahan adiknya.
" Tidak bang, Abi bahagia ketika membicarakan perihal pernikahan itu waktu itu. Khalisa tidak keberatan, karena Abi bahagia."
" Dek, maaf... Abang .."
" Abang tidak perlu minta maaf, Abi bahagia dengan pernikahan ini. yang terpenting Abi bahagia bang, Khalisa ikhlas."
" Sebenernya ada yang ingin Abang sampaikan. Tapi Abang tidak mau mendahului Abi. "
" khalisa ngerti bang." Kesedihan yang mereka rasakan hanya mereka yang bisa merasakannya. Cukup lama Kahfi menemani sang adek untuk berbagi kelu kesah. dan akhirnya ia pun pamit untuk pulang.
***
Khalisa kembali ke kamarnya, membawa kantong keresek belanja. Bertemu dengan sang Abang membuat beban di pikirannya berkurang, dan mengobati rindunya.
"Wah kamu habis belanja ya? kenapa tidak mengajak ku" ucap Rima teman sekamar khalisa.
"Bang Kahfi berkunjung rim" Ya, Rima tahu tentang bang Kahfi, karena Khalisa serin menceritakannya dan juga pernah menyuruh Rima untuk menemaninya menemui sang Abang waktu ia kelas X.
" Bang Kahfi, pasti wajah bang Kahfi semakin tampan "Rima membayangkan wajah tampan Kahfi yang selalu membuat dirinya terpanah.
" Dia memang tampan rim, aku tahu itu. kamu tidak perlu meragukan itu. " kata Khalisa.
" Iya bener, Abang mu itu sangat tampan. Kenapa umur ku sama dia sangat berbeda jauh. Dia dua puluh enam, sedangkan aku belum genap tuju belas tahun. " Sungguh Rima sangat mengidolakan Kahfi dari awal ia melihatnya.
" Lalu, kalau umur kalian berbeda jauh memangnya kenapa rim?" Tanya khalisa, sebenernya ia tahu Kalau Rima menyukai Kakaknya.
" kan sulit dapet restunya khalisa. kamu ini gak paham atau pura-pura bodoh." kesel Rima.
" haha, gini rim. Abang aku itu sang pemilih, dia sangat menyeleksi ketat wanita yang mendekatinya. dan menurut ku kamu bukan tipenya" Kata Khalisa asal. ia sendiri tidak tahu bagaimana tipe Abang nya, dulu ia pernah bertanya pada Kahfi tentang wanita seperti apa tipenya, tapi jawab Abangnya sang simpel, seperti dirimu dan bunda.
" kamu tidak mengerti sekali perasaan ku, Hibur kek, atau apa kek. bilang kek kalau aku itu tipe Abangmu, biar nih hati rada berbunga-bunga gitu. " Kata rima kesel.
" Mengatakan yang sejujurnya, lebih baik. dari pada aku mengatakan apa yang kamu katakan tadi, maka posisi ku akan salah kedepannya. aku tidak mau bermasalah hanya karena ucapanku hari ini, terlebih itu dengan kamu, Rima."
" Ya, setidaknya beritahu aku bagaimana tipe bang Kahfi" Rima terus mendesak khalisa untuk mengatakan seperti apa tipe Kahfi.
" Nanti saja rim, biar aku tidak salah. akan ku tanyakan langsung pada bang Kahfi. "
...🍒🍒...
^^^04.06.23^^^
Satu tahun berjalan dengan cepat, kepulangan putra pemilik pesantren tersebar luas, Penyambutan yang sangat mewah. Yusuf lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, ia Salah satu mahasiswa Indonesia yang berprestasi.
Suara Hadroh terdengar ketika mobil warna putih memasuki area pondok. Para santri berjejer melihat ke arah mobil dan menantikan orang yang ada di dalam mobil untuk keluar.
" Sa lihat, Gus Yusuf sangat tampan" kata rima yang terpesona melihat Gus Yusuf.
" Ya dia, tampan. " Jawab Khalisa membenarkan apa yang di ucapkan Rima. Memang benar adanya Yusuf atau biasa di kenal dengan Gus Yusuf sangat tampan.
" Aku yakin Wanita yang akan manjadi istrinya pasti sangat cantik dan juga sangat beruntung"
" iya kau benar, wanita itu pasti sangat beruntung. "
Acara demi acara berlangsung, semua santri disini tidak ada yang tidak mengangumi sosok pria muda yang sangat berprestasi dan sangat tampan.
" Akhirnya acaranya berakhir juga" khalisa dan Rima kembali ke kamar mereka, dan di ikuti kedua temannya Tia dan Dian.
" Walaupun acara berlangsung sangat lama, tapi tidak membosankan." Ucap Tia terus membayangkan senyum Gus Yusuf Ketika menyampaikan rasa terima kasihnya tadi atas penyambutan dirinya.
" kamu bener Tia, Bahkan aku masih ingin duduk disana dan melihat wajah Gus Yusuf, dia sangat tampan dan senyumnya sangat manis. ini pertama kalinya aku melihat senyumnya."
" Ya Allah, bolehkah aku meminta Gus Yusuf menjadi suami ku" Rima berdoa, ia mengangkat kedua telapak tangan nya ke atas.
Plak
" kamu itu harus sadar diri, kalau kamu yang bersanding dengan Gus Yusuf yang ada Gus Yusuf yang akan menderita" Tia memukul bahu Rima agar cepat sadar dengan apa yang ia ucapkan tadi.
" Tia!! sakit..."
" Tapi di antara kita berempat ini yang pantas bersanding dengan Gus Yusuf itu menurutku khalisa, Ya kan?" Ucap dian membuat Khalisa dengan cepat menggelengkan kepalanya.
" Tidak.. tidak.. aku tidak pantas bersanding dengan beliau " jawab khalisa, dia melihat cincin yang melingkar di jari manisnya " karena aku sudah menjadi istri orang " ia meneruskan kalimatnya dalam hati.
" Menurut ku sih, kamu pantas bersanding dengan Gus Yusuf. kamu itu pintar dan cantik. "
" Ya, aku setuju. walaupun aku menginginkan Gus Yusuf, tapi Kalau Gus Yusuf berjodoh dengan mu, aku ikhlas sa"
" Aku juga juga ikhlas, di antara kita berempat itu kamu yang paling pintar di semua mata pelajaran, sedangkan kami hanya bisa ngerti cara bergosip"
" Astaghfirullah, kalian tidak boleh berkata seperti itu. Kalian pintar dan juga cantik. aku sangat risih mendengar apa yang baru saja kalian katakan. " Jawab khalisa, Dia tahu dirinya sudah menjadi seorang istri walaupun ia tidak tahu siapa laki-laki yang telah menjadi suaminya. Dia tidak mau termakan dengan omongan yang dikatakan teman-temannya ini, ia takut akan mengkhianati Suaminya.
" semoga bang Adnan bisa menyelesaikan pendidikan nya tahun ini, agar Abi bisa melihat kita bersama. "
****
Selepas acara Yusuf masuk kedalam kamarnya, kamar yang sangat ia rindukan. Senyum itu terbit kala mengingat wajah istrinya. Yusuf tahu kalau Khalisa itu istrinya, karena beberapa bulan setelah ia sampai Mesir, mertuanya mengirimkan Poto Khalisa dan di saat itu juga khalisa memakai cincin di jari manisnya sampai sekarang.
" Dia sangat cantik, Lebih cantik dari Poto yang di kirim Abi" Yusuf mengambil selembar Poto yang sengaja dia cetak waktu itu.
" Melihat senyuman mu secara langsung membuat aku tambah mencintai mu Humaira"
" aku Tidak sabar menunggu mu tamat sekolah, agar kita bisa bersama"
tok tok
" Nak ayok makan malam"
" iya ummi, Aku segera ke sana"
Yusuf anak tunggal, hanya dia satu-satunya penerus dari keluarganya. Ummi Salma tidak bisa mengandung karena ada kelainan di rahimnya setelah ia melahirkan Yusuf.
" Bagaimana nak, kamu pasti sudah melihat wajah istri mu" Tanya Ismail, setelah Gus Yusuf ikut bergabung dengannya..
" iya Abi, aku sudah melihatnya. " Kata Gus Yusuf tersenyum mengingat wajah istrinya.
" Jadi kapan? kamu membawanya tinggalkan bersama?"
" Aku tidak mau menggangu sekolahnya Abi, aku akan menunggunya sampai tamat. "
" Apa tidak kelamaan nak, kalian sudah berpisah selama satu tahun. apa tidak sebaiknya kalian tinggal bersama nak? biar ummi ada yang nemenin kalau kau dan Abi sedang keluar. "
" Keputusan ada di tanganmu nak"
***
Hari Senin, selesai melaksanakan upacara bendera, semua santri masuk ke dalam kelas masing-masing, dan menunggu ustadz dan ustadzah mereka.
Tia dan Khalisa satu kelas, Keduanya duduk di meja paling depan. Sembari menunggu ustadz yang mengajar mereka hari ini, khalisa membaca ulang rangkuman beberapa hari yang lalu, Tia juga melakukan hal yang sama.
" Assalamualaikum warahmatullahi" ucap ustadz Ismail besama dengan Gus Yusuf.
" waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Semua santri melihat kerah sumber suara.
" Baik semuanya, pasti kalian sudah kenal dengan beliau kan?" Semua santri mengangguk kepalanya. " Beliau yang akan mengajar dikelas ini, mulai hari ini. "
" Mata pelajaran kalian hari ini apa?"
" Fikih, bab tentang fikih wanita " Jawab khalisa, karena memeng dia ketua kelas.
" Baik, Sekarang kalian bisa memulai pelajarannya bersama beliau. saya pamit keluar Gus" Yusuf melihat ke arah semua santri, membuat semua santri di kelas ini menundukkan kepalanya tidak ada yang berani mengangkat kepalanya.
" rasanya ingin sekali aku memeluk mu Humaira ku "
" Baik, sekarang kita masuk ke bab tentang fikih wanita. Sebelum kita lanjut siapa yang tahu penulis fikih wanita?"
" Fikih Wanita di tulis oleh Syekh Kamil Muhammad Uwaidah " Jawab khalisa mengangkat tangannya.
" Bener, beliau adalah penulis fikih wanita. Siapa?"
" Syekh Kamil Muhammad Uwaidah " jawab mereka semua serempak.
" Didalam bab ini, membahas tentang fikih wanita. menurut ilmu fikih haid adalah?"
" Haid adalah mengalirnya sesuatu atau keluarnya darah dari rahim perempuan yang dalam keadaan sehat serta bukan karena melahirkan atau sakit pada waktu tertentu." Khalisa Kembali menjawab dan mengangkat tangannya.
" Baik, kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Apa saja yang tidak boleh di lakukan wanita ketika haid?" Tanya Gus Yusuf dan kembali ia melihat istrinya yang mengangkat tangga. " Yang lain"
" salat, puasa, berhubungan intim, tawaf, masuk ke dalam masjid, menyentuh Al-Qur'an dan bercerai." Jawab Tia.
" Baik, saya rasa kalain cukup paham dengan pembahasan fikih wanita, kita akan lanjutkan membahas tentang pernikahan. apa itu sudah di bahas?"
" Belum " Jawab mereka.
" baik, Dalam pengertian fiqih, nikah adalah akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal nikah/kawin. Selain itu, menurut kompilasi hukum Islam, perkawinan adalah akad yang kuat atau mistaqon gholidhon untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya adalah ibadah.
Yusuf terus menjelaskan semuanya tentang pernikahan menurut ilmu fikih. " Apa ada pertanyaan?"
Khalisa mengangkat tangannya " Silahkan"
" Sah kah pernikahan tanpa di hadiri mempelai wanita?" Tanya khalisa. Yusuf terdiam mendengar pertanyaan Khalisa, apa istrinya sedang mencari kebenaran tentang pernikahan mereka?.
" Jawabannya sah!! Dalam kitab Kifayatul Akhyar, dijelaskan:
يُشْتَرَطُ فِي صِحَّةِ عَقْدِ النِّكَاحِ حُضُورُ أَرْبَعَةٍ وَلِيٍّ وَزُوْجٍ وَشَاهِدِي عَدْلٍ وَيَجُوزُ أَنْ يُوَكَّلَ الْوَلِيُّ وَالزَّوْجُ
“Disyaratkan dalam keabsahan akad nikah kehadiran empat pihak, yaitu wali, mempelai pria, dan dua orang saksi yang adil. Dan diperbolehkan wali dan mempelai pria diwakilkan.” (Taqiyyuddin al-Husaini al-Hushni, Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayah al-Ikhtishar, Dar al-fikri, juz, 2, hal 390).
Ketidakhadiran mempelai wanita tidak mempengaruhi sah atau tidaknya suatu perkawinan, namun harus ada wali yang mewakilkan. Berangkat dari penjelasan ini, tidak hadirnya mempelai wanita diperbolehkan asalkan mempelai wanita ridho dengan akad nikah tersebut dan memiliki bukti tertulis. Oleh karena itu, bukan menjadi permasalahan lagi apabila calon mempelai wanita tidak bisa hadir dalam proses akad nikah.
Khalisa khusus mendengar penjelasan dari Gus Yusuf, Dari penjelasannya sudah pasti pernikahan dirinya dan suaminya sah di mata Agam. khalisa menghela nafas.
" Apa ada lagi yang ingin kamu tanyakan?"
" Tidak ada Gus, itu saja. terimakasih"
" semoga kamu merasa apa yang aku rasakan. ingin bersama mu berada dalam satu langkah yang sama. Humaira"
Hari libur paling enaknya duduk di bangku taman, menenangkan pikiran dan mendamaikan hatinya. Beberapa lama Khalisa, Tia, Dian dan rima duduk disini, ustadz Ismail mendekat kearah mereka.
" Assalamualaikum"
" Waalaikumsalam warahmatullahi" Jawab mereka berempat menundukkan kepalanya.
" bisa bicara sebentar dengan khalisa?"
" Maaf ada apanya ustadz?" tanya khalisa, walaupun laki-laki di depannya ini teman Kahfi tapi Khalisa selalu menolak ajakan darinya, berbentuk apapun. karena bukan mahramnya.
" Tidak ada, hanya ingin ngobrol sebentar."
" Maaf ustadz saya tidak bisa" tolak khalisa.
" Hm, saya hanya ingin memberikan mu ini. " Ustadz Ismail mengeluarkan sebuah coklat dan memberikannya pada khalisa.
" Maaf saya tidak bisa menerimanya ustadz..." Tolak khalisa secara halus, sedang tiga orang yang sedang menyaksikan itu hanya terdiam melihat Khalisa menolak pemberian ustadz Fikri.
" Kenapa ini hanya sebuah coklat"
" Tapi maaf saya tidak bisa menerima ustadz, karena satu dan lain hal. Maaf"
" Kamu boleh memberikan coklat ini pada teman mu, tapi terima ini dulu" ustadz Fikri terus memaksa Khalisa untuk menerima Coklat itu.
" Baik ustadz, saya terima. " Jujur khalisa sangat risih dengan ini semua, melihat ustadz Fikri memaksanya seperti ini, dan terpaksa menerima coklat itu.
" Kalau begitu saya pamit.... assalamualaikum warahmatullahi "
" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh " Jawab mereka berempat.
" Astaga gila, ustadz Fikri pemaksa banget " Ucap Tia yang dari tadi sudah geram melihat ustadz Ismail memaksa Khalisa untuk menerima Coklat itu. tapi dia tidak bisa langsung ngomong di depan ustadz Ismail tadi, karena itu tidak sopan.
" Bener banget, baru tahu aku sumpah." Dian juga kesal melihat ustadz Ismail.
" Kamu sering di paksa seperti ini sa?" tanya rima
" Gak, ini pertama kalinya beliau memaksa ku menerima pemberiannya"
" Gila emang ustadz fikri" Mereka tidak habis pikir.
" ini buat kalian, mumpung gratis. " Khalisa memberikan dua coklat yang berukuran besar pada mereka bertiga.
"Beneran kamu gak mau sa?"
" Buat kalian saja." Karena Khalisa tidak bisa menerima pemberian dari orang lain, selain suaminya nanti.
" Khalisa, kamu di panggil sama ummi, di suruh ndalem " ucap salah satu pengurus yang menghampiri mereka.
" Terimakasih, saya kesana sekarang." Jawab khalisa " Kalian nikmati coklat, aku mau ke ndalem dulu"
" Gak mau di temani?"
" gak perlu, cuma ke ndalem."
***
" nak khalisa ummi boleh minta tolong?" Tanya ummi Salma.
" insyaallah bisa ummi" Jawab khalisa, dia juga tidak akan bisa menolak permintaan ummi Salma, karena ummi Salma sudah menjadi ummi nya di sini.
" Tolong ambilkan pakaian kotor Gus Yusuf di kamarnya, dan bisakah kamu mencucinya?" Khalisa mematung mendengar permintaan ummi Salma. dia tidak mungkin melakukan itu, karena ia pasti sangat bersalah pada suaminya. tapi di sisi lain juga khalisa tidak bisa menolak.
" Bisa ummi. kalau boleh tahu Gus Yusuf.... apa beliau ada di kamar?" Tanya Khalisa hati-hati.
" Dia ada di kamarnya nak, tidak apa-apa ummi tadi sudah mengabarinya kalau ada santri yang akan mengambil pakaian kotornya " ummi Salma bisa melihat wajah gugup khalisa dan rasa takutnya.
" Kalau begitu Khalisa ke kamar Gus Yusuf dulu ummi" Pamit Khalisa, walaupun takut dan gugup ia terus menjalan apa yang di suruh ummi Salma.
tok tok
Khalisa dengan setia menunggu pintu kamar untuk terbuka. Dengan perasaan yang sangat gugup dan sangat gelisah ia terus mematung di depan pintu.
" Iya ada apa?" tanya Gus Yusuf setelah membuka pintu kamar. Senyum nya terukir melihat istrinya berdiri di depan pintunya.
" Saya di suruh mengambil baju kotor Gus sama ummi" Kata khalisa cepat dengan menundukkan kepalanya.
" Masuk saja, baju kotornya ada di dalam kamar mandi" Jawab Gus Yusuf dan sedikit memberikan khalisa jalan masuk..
" Maaf Gus.... bisakah anda yang membawa baju kotornya kesini? "
" Tidak bisa, kamu bisa masuk sekarang mengambil sendiri!" suruh Gus Yusuf dan ia masuk ke dalam kamarnya.
Khalisa terus mematung didepan pintu, Bagaimana ini? apa yang harus dia lakukan? dia sangat gugup.
" bang Adnan maafkan Khalisa." khalisa menghela nafasnya dan masuk kedalam kamar setelah mengumpulkan keberaniannya.
" Assalamu'alaikum" ucap khalisa ketika sudah masuk kedalam kamar dan di jawab pemilik kamar.
" waalaikumsalam warahmatullahi, kamar mandinya sebelah sana "
Dengan perasaan yang tidak keruan khalisa mengambil semua baju kotor itu, dan dengan perlahan ia keluar dari kamar.
" terimakasih" Ucap Gus Yusuf sangat lembut.
" iya... Gus. " Jawab khalisa sangat gugup.
***
Khalisa mencuci semua baju Gus Yusuf dan Khalisa juga tidak henti-hentinya meminta maaf pada suaminya.
" Bang Adnan maafkan Khalisa, andai kita tidak berpisah, dan pernikahan kita tidak di sembunyikan seperti ini, mungkin baju laki-laki yang aku cuci untuk pertama kalinya itu kau buka baju laki-laki yang sekarang aku cuci ini. Maafkan aku. "
Semenjak abi-nya mengatakan kalau dirinya sudah menikah dan Suaminya sedang melanjutkan pendidikannya, khalisa menerima dengan ikhlas walaupun ia belum pernah melihat wajah suaminya.
Beberapa dengan Gus Yusuf, mertuanya memberikannya Poto yang utuh, memperlihatkan wajah Khalisa. sedangkan dirinya, sang Abi hanya memberikan Poto pemuda yang di ambil dari belakang, tidak memperlihatkan wajahnya.
" Maafkan Khalisa bang Adnan" Dia juga di beritahu kalau nama Suaminya Adnan, sang Abi tidak memberitahu nama lengkapnya. Jadi Khalisa yang bisa menyebut separuh dari nama suaminya di setiap doanya.
Sementara di dalam ndalem, ummi Salma mendatangi putranya di dalam kamar. " Bagaimana? apa keputusan mu?"
" Entah ummi, dia sangat gugup ketika berdekatan dengan ku tadi padahal jarak kami sedikit jauh."
" Apa hanya itu yang membuat mu masih ragu mengajaknya untuk tinggal bersama?" Gus Yusuf mengangguk.
" apa perlu kita memberi tahu yang sebenarnya?"
" Tidak perlu ummi, kita tunggu sampai khalisa tamat saja ummi. aku tidak mau menganggu pendidikannya. "
" Tapi sudah cukup satu tahun kalian berpisah, tidak baik untuk suami istri berpisah terlalu lama. "
" Aku mengerti ummi, tapi aku tidak mungkin egois. aku sudah menyelesaikan pendidikan ku, dan dengan sesuka hati ku menyuruhnya ada di sampingku sedangkan ia masih belum menyelesaikan pendidikan nya, ini pasti akan berdampak pada pendidikannya. "
" Menurut ummi, tidak akan ada masalah dengan pendidikan Khalisa, ummi bisa menyuruh khalisa manjadi santri ndalem agar ia bisa tinggal disini. "
" Tapi apa dia menerima pernikahan ini ummi?" tanya Gus Yusuf, apakah Istrinya menerima pernikahan mereka, mengingat khalisa pernah menanyakan tentang sah kah pernikahan yang tidak di datangin mempelai wanita. dan itu terjadi pada pernikahan mereka.
" Apa kamu tidak melihat cincin yang melingkar di jari manis menantuku"
" Tidak, aku tidak memperhatikan jarinya."
" kau hanya memperhatikan wajah istrinya mu bukan? ummi sudah duga itu. " ummi Salma menggoda Anaknya. " Jangan terlalu lama mengambil keputusan. ummi pamit keluar dulu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!