NovelToon NovelToon

Dikejar Mas Mantan

Prolog — Pertemuan Kembali

"Sa, dipanggil pak boss ke ruangan," ucap salah satu bodyguard bosnya yaitu Gery.

"Oke, makasih ya, Ger." Alyssa tersenyum. Setelah itu dia merapikan sedikit pakaiannya dan meninggalkan meja kerjanya untuk menemui sang boss.

Bukan apa-apa, dia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan yang cukup besar, lagi bosnya ini perfeksionis, jadi dia harus selalu menjaga penampilannya.

Sesampainya di depan ruangan Alyssa menghela napasnya beberapa kali. Setelah siap barulah dia masuk ke dalam.

Terlihat Endru sudah menunggunya di dalam. Pria berusia 60 tahun itu memang sudah menganggap Alyssa sebagai putrinya, hingga saat dia sampai Endru menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Duduk, Sa."

"Baik, Pak." Alyssa membalas senyuman Endru setelah itu dia duduk di kursi  yang berhadapan langsung dengan CEO perusahaannya ini.

"Ada apa bapak memanggil saya?" Tanya Alyssa.

Endru berdeham. "Mulai besok saya tidak akan memimpin perusahaan ini."

Alyssa mulai deg-degan, apa itu artinya dia akan dipecat mulai hari ini? Sungguh, dia tidak siap kalau sampai harus dipecat.

"Saya akan menyerahkan perusahaan ini kepada anak tunggal laki-laki saya yang baru pulang dari Amerika."

"Maaf menyela, Pak. Bukannya bapak–"

"Ibunya baru mengizinkan kami berdua bertemu setelah puluhan tahun berpisah dan seminggu lalu mantan istri saya meninggal. Jadi sekarang saya akan menyerahkan semuanya pada putra saya."

"Jadi saya dipecat, Pak?" Tanya Alyssa ragu.

Endru terkekeh, dia yakin kalau pertanyaan ini pasti akan terlontar dari gadis yang ada di hadapannya ini.  "Tidak, saya sudah sangat mempercayai kamu dan kinerja kamu bagus, Sa."

"Oleh karena itu mulai besok kamu dampingi anak saya dan berikan dia informasi lengkap mengenai perusahaan ini. Jelaskan juga tentang proyek yang sedang kita tangani beserta jadwal untuk beberapa Minggu ke depan," lanjutnya.

Mendengar itu Alyssa bernapas lega, dia pikir dirinya akan dipecat. Dia sangat takut, karena di zaman sekarang sangat sulit, belum lagi jenjang karirnya di sini sangat bagus.

"Baik, Pak. Saya akan lakukan semaksimal mungkin. Bapak tidak usah khawatir."

"Bagus, itu yang saya suka dari kamu." Kalau begitu tolong agendakan untuk besok semua pegawai harus menyambutnya dengan baik.

Alyssa mengangguk, tentu. Dia sudah diberikan kepercayaan dan ini saatnya dia menunjukan kalau dia memang layak mendapatkan kepercayaan ini.

.

.

.

Keesokan harinya ...

Sebuah mobil SUV hitam sudah berada di depan loby, menyadari hal itu semua pegawai berbaris untuk memberikan sambutan kepala CEO baru sekaligus anak pemilik perusahaan ini.

Saat pria itu turun dari mobil, semua orang terpesona oleh ketampanannya. Pria itu tinggi dan tegap, kulitnya putih, tubuhnya kekar, semua orang sudah pasti terpana apalagi kaum wanita. Memang tidak salah sih kalau melihat dari garis keturunan Endru Ardan Alarie.

Jevano Gautama Alarie namanya, anak tunggal dari Endru dan Marisa. Mereka bercerai sejak Jevano berusia 3 tahun, hingga sampai dia dewasa tidak pernah mengetahui siapa ayahnya.

Hingga suatu saat takdir menemukan Jevano dengan ayahnya lagi karena Ibunya mengalami kangker otak stadium akhir. Marisa tidak mau Jevano sendiri menghadapi kehidupan, itu kenapa dia memutuskan untuk memberi tahu Endru kalau dia mengizinkannya untuk menemui putranya sebelum dia meninggal.

Saat dia memasuki loby semua orang menunduk seraya menyambutnya dengan hangat dan tak selang beberapa lama dari arah yang berlawanan Endru dan juga Alyssa menghampiri pria itu.

Awalnya Alyssa biasa saja, namun saat pria itu melepas kacamata hitam dan menatapnya lekat, tubuhnya seketika mengingil dan dadanya terasa sesak mengingat kejadian beberapa tahun lalu yang berhasil membawanya ke sini untuk menghindari pria itu.

Berbeda dengan Alyssa, kini pria itu menatapnya penuh kerinduan, dia sudah mencari gadis itu kemana-mana sampai mau gila rasanya dan sekarang mereka dipertemukan di tempat ini.

"Maaf telat, Dad. Jalanan Surabaya macet ternyata. Kami kesulitan untuk melaju karena macet."

Endru menepuk bahu putranya seraya tersenyum bangga. "Tidak apa-apa, suka dengan kantor yang, Dad miliki?"

Jevano mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Lumayan, mungkin kedepannya saya akan merenovasi sedikit agar terlihat lebih modern."

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan."

Jevano mengarahkan pandangannya dan melirik ke arah Alyssa. "Dia–"

"Dia sekretaris Dad dan sekarang dia akan bertugas menjadi sekretaris kamu, Je. Dia orang berkompeten jadi Dad harap kalian bisa bekerja sama."

Endru menatap ke arah Alyssa seolah memintanya memperkenalkan diri.

Alyssa sadar kalau dia sedang berada di kantor, profesionalitasnya sudah pasti dituntut di sini. Dengan sekuat tenaga dia berusaha tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Jevano.

"Perkenalkan, Pak nama saya Alyssa Roseana Navier, bapak bisa memanggil saya Alyssa. Senang bisa bertemu dengan anda, semoga kita bisa menjadi partner kerja yang baik."

Dengan senang hati Jevano menerima uluran tangan Alyssa, dia bisa merasakan tangan itu berkeringat dan begitu dingin, apa sebegitu takutnya Alyssa melihatnya? "Jevano Gautama Alarie, senang bisa bertemu dengan kamu, Nona."

Alyssa hanya tersenyum kaku, sementara Endru hanya menghela napas. Ternyata putranya ini mewarisi sisi buayanya. Tapi sangat wajar memang apalagi mengingat putranya yang berusia 28 tahun dan belum menikah.

Bukannya dia sudah sangat siap untuk menikah? Jadi bukannya bagus kalau dia memilih-milih dari sekarang?

Beres dengan penyambutan itu Alyssa bergegas ke kamar mandi. Rasa sesaknya semakin menjalar mengingat kenangan beberapa tahun lalu yang mematahkan hatinya.

"Aku bosan, mari kita berpisah."

"Maksudnya? Kamu bercanda kan, Sayang? Emang aku salah apa?" Tanya Alyssa yang kini matanya sudah berkaca-kaca menahan tangisnya.

"Bosan, lagipula aku sudah menemukan seseorang yang baru," ucapnya tanpa keraguan.

Alyssa mencari celah kebohongan dari mata Jevano, tapi mata ini menatapnya dengan tegas menandakan kalau Jevano tidak main-main sekarang.

"Siapa?"

"Gista."

"Semudah itu, Jev? Aku salah apa sampai kamu pacaran sama sahabat aku sendiri, kamu jahat! kamu sangat jahat Jev aku benci kamu!" Alyssa menenggelamkan wajah di kedua telapak tangannya. Tangisnya pecah menerima kenyataan kalau Jev sejahat itu padanya.

Apalagi setelah dia menangis begini tidak ada lagi peluk hangat yang menyambutnya, Jev pergi begitu saja tanpa ada rasa bersalah, meninggalkan Alyssa yang dengan rasa sakitnya.

Mereka berpacaran selama 4 tahun dan pada saat itu Jevano meninggalkannya begitu saja dengan alasan yang menyakitkan. Itu kenapa dia ingin pergi sejauh mungkin dari kehidupan Jevano, hingga akhirnya dia pindah ke Surabaya bersama Ibunya.

Alyssa menyeka air matanya, 3 tahun ini dia berusaha melupakan Jevano. Kenapa mereka harus bertemu lagi? Kenapa semesta pintar sekali mempermainkan perasaannya.

"Aku benci kamu, Jevano!" Alyssa yang semula menyandarkan diri di pintu, perlahan tubuhnya merosot. Dia kembali terisak sembari memeluk kedua lututnya yang ditekuk.

Sudah 3 tahun terlewati kenapa rasanya masih seperti ini? Kenapa masih sesakit ini saat melihatnya kembali?

Keputusan Mutlak Jevano

Setelah puas menangis, Alyssa mencoba untuk tetap tenang. Ini masih jam kerja meskipun tidak ada pekerjaan karena semua orang sibuk menyambut si boss besar, tapi tetap saja dia tidak boleh seperti ini di kantor. Yang ada nanti dia dicurigai kalau habis menangis.

Perlahan Alyssa keluar dari kamar mandi dan menata kembali make up-nya di cermin. Setelah itu, tanpa berniat untuk mengikuti acara lagi, Alyssa kembali ke mejanya.

Dia memilih untuk kembali mengerjakan pekerjaan yang dia tunda demi acara ini. Ya setidaknya perasaan dia sedikit lebih baik kalau dia sibuk begini.

Namun tiba-tiba ...

"Ekhm ... Bisa ikut ke ruangan saya?"

Alyssa menatap ke sumber suara yang dia kenali itu adalah Jevano. Perlahan dia menghela napasnya seraya menganggukkan sedikit kepalanya. "Baik, Pak."

Jevano tersenyum, setelah itu tanpa ada kata-kata lagi mereka berdua masuk ke ruangan Jevano.

Untuk beberapa saat tidak ada kata-kata yang terlontar dari mereka. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jadi ada apa bapak memanggil saya ke sini?" Tanya Alyssa berusaha profesional.

"Kamu lupa denganku, Alyssa?" Tanyanya sembari bersidekap dada.

"Apa ada yang bisa saya bantu? Perlu saya jelaskan tentang perusahaan ini lebih detail?"

"Kamu kemana saja?"

"Baik kalau tidak ada–"

"Aku merindukanmu, Alyssa. Aku mencarimu kemana-mana tapi kamu menghilang tanpa memberi kabar sedikitpun."

Cukup Alyssa tidak tahan kalau begini. Tapi dia tidak bisa bicara apa-apa dan memutuskan untuk diam, membuat Jevano gemas sendiri karena gadisnya itu masih setia diam dari tadi seolah menghindarinya.

"Mau sampai kapan kamu berpura-pura tidak mengenalku, Alyssa?" Tanya Jevano dengan suara pelan namun dalam.

"Lebih baik tidak saling mengenal dan fokus dengan kehidupan yang kita jalani. Jadi apa masih ada yang bisa saya bantu, Pak Jevano?"

Jevano mengangguk-anggukkan kepalanya. Baik kalau Alyssa masih ingin diam, dia akan mengikuti permainan gadis yang ada di hadapannya dan lihat seberapa kuat dia bertahan.

"Jangan panggil saya Pak, panggil saya Tuan," pintanya yang kali ini mengubah gaya bahasanya.

"Baik, Tuan. Ada lagi?"

"Temani saya makan siang sekarang," ucap Jevano seraya berdiri dari tempatnya seolah tidak ada penolakan.

Namun itu tidak bisa diterima begitu saja oleh Alyssa, apa-apaan. Kenapa Jevano tidak pernah berubah dan selalu menjadi orang yang berpendirian mutlak. Kenapa dia bisa menjadi seenaknya setelah menghancurkan hatinya berkeping-keping?

Apa dia tidak ingat saat dia sendiri lah yang memutuskan untuk pergi dari kehidupannya? Apa dia lupa saat di mana dia mencium orang lain di hadapan matanya sendiri setelah satu jam putus dengannya? Sialan sekali Jevano Gautama Alarie itu!

Ingin sekali Alyssa mencakar-cakar wajah tampannya agar tidak menjadi sok kecakepan lagi padahal memang begitu adanya. Sayangnya dia harus mengakui kalau mantannya itu sangat tampan!

"Tuan, untuk itu saya tidak bisa! Saya tidak bisa makan siang dengan Tuan," ucap Alyssa tegas. Dia tidak mau kalau sampai nanti dia kebablasan atau nanti dia bersikap tidak sopan saking kesalnya.

Jevano berbalik dan mendekat ke arah gadisnya. "Itu pernyataan dan bukan pertanyaan."

"Saya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

"Daddy mengatakan kalau saya bisa bertanya pada kamu soal perusahaan ini, soal jadwal untuk beberapa Minggu ke depan. Jadi, itu bukan pekerjaan?" Simpel sebenarnya. Kalau Alyssa tidak mau bicara dengannya, mari buat pekerjaan menjadi alasan agar mereka bisa bicara.

"T-tapi."

"Saya bilang ini pernyataan. Saya tunggu di loby jika kamu tidak menyusul, akan langsung saya pecat."

Tanpa ada kata-kata lagi Jevano keluar dari ruangannya. Alyssa mendengus kesal. Kalau begini caranya bagaimana dia bisa tahan bekerja di kantor yang sama dengan Jevano yang sangat pemaksaan. Oh Tuhan sekarang apa yang harus dia lakukan?

Pada akhirnya dengan sangat-sangat terpaksa Alyssa mengejar Jevano, tapi sebelumnya dia telah mengambil tasnya terlebih dahulu.

Tapi saat dia mengejar tepat dibelakang tiba-tiba Jevano berhenti dan membuat Alyssa menabrak punggungnya.

"Kamu tidak bisa berjalan dengan baik?"

"Kamu– Maksudnya Tuan yang berhenti lebih dulu hingga membuat saya menabrak Tuan."

"Kamu berani menyalahkan saya?" Tanyanya.

"Tidak, Tuan. Saya yang salah."

"Bagus, sekarang masuklah." Jevano membukakan pintu depan dan mempersilahkan Alyssa untuk masuk.

Sengaja memang dia mengendarai mobilnya sendiri agar bisa berduaan saja dengan Alyssa, tapi nampaknya gadis itu seperti tertekan walaupun pada akhirnya dia masuk juga.

Melihat itu Jevano tersenyum puas, untuk sementara waktu bukan masalah kan menyalahgunakan kekuasaannya? Lagi pula dia benar-benar sangat merindukan Alyssa.

Tak selang beberapa lama mobil pun melaju, Alyssa fokus menatap kaca jendela sementara Jevano sesekali melirik ke arahnya.

"Apakah pemandangan di luar lebih menarik daripada saya, Alyssa."

"iya," singkatnya.

"Ck, kamu ini sekarang senang sekali membuat saya kesal. Padahal dulu kamu adalah gadis paling manis yang pernah saya temui."

Alyssa menelan salivanya dengan susah payah, namun dia tidak boleh goyah. Pria ini memang suka saja mempermainkan perasaan orang lain. Mentang-mentang wajahnya tampan!

"Kamu habis menangis?" Tanya Jevano.

"Tidak."

"Jangan bilang kamu menangisi pria yang pernah kamu cintai." Ini di luar kantor, jadi tidak masalah kan kalau dia sedikit nyeleneh? Dia ingin tau saja, karena sejujurnya dia khawatir juga melihat Alyssa menangis.

"Untuk apa? Tidak ada gunanya juga saya menangisi orang yang tidak penting. Buang-buang waktu." Bahkan sepertinya dia sudah tidak peduli lagi kalau Jevano akan memecatnya, salah sendiri dia memancing kemarahan Alyssa.

Boomm ...

Selain jadi lebih galak, ternyata gadisnya ini semakin tajam saja bibirnya. Benar-benar gadisnya ini sudah jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur dia semakin cantik.

Dia bukan seperti Alyssa saat masih SMA dulu, dia sekarang tumbuh menjadi seorang wanita karier yang mempunyai aura dan kharismatiknya sendiri. Benar-benar jauh dari Alyssa yang lugu dan polos seperti dulu.

"Kamu yakin tidak merindukannya?" Tanya Jevano sekali lagi, siapa tau pertahannya goyah. Kalau benar-benar goyah tentu akan dia lamar sekarang juga agar Alyssa tidak pergi darinya lagi.

"Tidak akan pernah." iya percayalah itu adalah sebuah kebohongan yang dia ciptakan untuk menutupi semua perasaan yang berkecamuk dalam pikirannya.

Ada senang, sedih, kecewa, kebencian, sakit hati dan semuanya bersatu padu membuat kepalanya hampir pecah hanya karena bertemu lagi dengan Jevano.

Bohong kalau dia tidak ingin memeluk pria itu sekarang juga dan bohong kalau Alyssa tidak lagi mencintainya. Karena selama ini alasan dia masih bertahan dengan status kesendiriannya adalah dia – Jevano Gautama Alarie.

Dia rindu sekali, tapi apa pantas seseorang seperti Jevano mendapat atensinya? Tidak, kali ini dia tidak akan menjadi bodoh lagi. Dia bukan Alyssa di 3 tahun lalu. Sekarang dia harus lebih kuat dari sebelumnya.

Jevano tersenyum miris. Sebenarnya dia sakit mendengar pernyataan Alyssa. Tapi ini baru awal. Dia masih punya banyak waktu untuk kembali meyakinkan Alyssa agar mau kembali dengannya.

Namun dia tidak kuat ingin memeluk tubuh Alyssa dan menghirup aroma tubuhnya yang selalu Jevano sukai. Iya serindu itu memang. Padahal dia selalu berharap kalau bertemu dengan Alyssa lagi dia bisa memeluknya dengan erat tanpa mau melepaskannya lagi.

Panggilan Dari Gistara

Benar saja siang ini Jevano mengajak Alyssa makan siang di sebuah restoran Jepang. Dia masih hafal sekali apa yang Alyssa sukai dan tidak. Jadi karena Alyssa tidak membuka suaranya, Jevano langsung saja memesankan sebuah ramen dengan sushi mentai kesukaan Alyssa.

Alyssa menatap makanannya tak minat, bukan apa-apa, tapi semua ini mengingatkannya tentang hubungan mereka di masa lalu dan jujur membuat usahanya untuk melupakan Jevano sedikit goyah.

"Jadi apa yang ingin anda tanyakan, Tuan?" Tanya Alyssa yang nampaknya tidak berniat memakan makanan miliknya.

"Makan dulu, saya lapar. Nanti akan saya tanyakan setelah saya menghabiskan semuanya," ucap Jevano yang kini mengambil sumpit dan menyeruput mienya.

Alyssa yang memperhatikan itu berdecak. Kebiasaanya tidak pernah berubah sejak dulu. Selalu memakai sumpit dengan posisi terbalik. Sejujurnya dia gerah, tapi tidak ingin membetulkan atau mengambilkan sumpit baru untuk Jevano.

"Jangan perhatikan saya begitu, saya tidak akan diambil orang. Cepat makan."

"Saya tidak lapar."

"Baik kalau begitu buang saja," ucapnya enteng.

Namun perkataan itu membuat Alyssa menghela napasnya. Dia tau sekali kelemahan Alyssa adalah tidak bisa menyia-nyiakan makanan yang ada di hadapannya. Bahkan saat Jevano menyisakan makanannya dia langsung mengomel agar Jevano menghabiskannya.

"Kamu masih tidak mau makan?"

"Mau, Tuan." Setelah mengatakan itu Alyssa pasrah dan mulai memakan makanannya yang memang menjadi kesukaannya.

Kebetulan dia juga lapar, tapi namanya juga Alyssa, dia akan menjaga image dan menjunjung gengsinya sampai setinggi langit, apalagi untuk orang yang pernah menyia-nyiakannya. Dia tidak akan membiarkan seseorang memilikinya dua kali.

Jevano tersenyum melihat Alyssa yang sudah mulai memakan makanannya. Kalau Alyssa ingin bermain-main dengannya, tentu Jevano lebih jago daripada Alyssa. Karena sejak dulu Alyssa tidak pernah bisa menolak atau mengalahkannya dalam hal apapun.

Tiba-tiba ponsel Jevano yang tergeletak di meja berbunyi. Sekilas Alyssa melirik ke sumber suara. Matanya masih bagus meskipun sedikit minus. Tertera nama Gistara di sana. Sahabat yang dulu membuat Jevano meninggalkannya.

Sejenak dia terdiam dan Jevano mengangkat panggilannya.

"Ya?" Tanya Jevano saat mengangkat panggilan dari gadis pujaannya mungkin. Namun Alyssa masih tetap stay cool. Meskipun dia merasa sakit melihat nama itu lagi di hadapannya.

"..."

"Sibuk, saya ada urusan." Setelah mengatakan itu Jevano langsung mematikan panggilannya dan menatap Alyssa yang nampaknya mematung sembari menatapnya penuh kebencian.

"Saya tidak ada hubungan dengan Gistara, Sa. Saya–"

"Jadi apa yang ingin tuan tanyakan karena saya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan!" Potong Alyssa.

"Alyssa kamu harus dengar ini dulu, saya–"

"Cukup ... " Kali ini Alyssa tidak kuat menahan gejolak perasaan yang dia tahan sejak tadi pagi. Suaranya nampak parau, matanya mulai mengeluarkan air matanya.

"Alyssa ... "

"Mau kamu apa sih, Jev?" Tanya Alyssa kali ini dengan mode non formal. Masalah ini masalah pribadinya dan jika setelah ini dia kehilangan pekerjaannya juga dia tidak peduli. Bahkan air mata turun begitu saja di pipinya.

Jevano menghela napasnya, dia tidak bisa melihat wanita yang dia cintai ya menangis seperti ini. Dia tidak akan pernah sanggup. "Selesaikan makanmu dulu, baru kita bicara."

"Kamu bisa gak sih jangan–"

"Ini perintah Alyssa, saya boss kamu!" Tegasnya.

Alyssa menghela napasnya dengan air mata yang semakin deras mengalir. Dia tidak paham dengan apa yang Jevano pikirkan. Oke mereka bertemu dengan ketidak sengajaan, tapi dia tidak bisa menutup mata atas apa yang terjadi beberapa tahun lalu.

Kenapa Jevano seolah mudah untuk melupakan apa yang dia perbuat padanya? Kenapa dia seolah tidak merasa bersalah padahal Alyssa sehancur itu. Jadi karena tidak kuat Alyssa memilih pergi dari sana tanpa bicara apa-apa.

Jev yang melihat itu langsung membayar bill dan mengejar Alyssa sampai akhirnya tangan Alyssa berhasil dia genggam. "Alyssa tunggu!"

"Lepasin!"

Merasa mendapat perlawanan Jev pun menarik Alyssa untuk masuk ke dalam mobilnya namun Alyssa menolak. "JEVANO STOP!"

Jevano yang kaget mendengar itu langsung menatap Alyssa yang kini menatapnya sendu. Arght sial ini menyiksanya. "Alyssa dengarkan aku dulu."

"Apa sih yang mau aku dengar dari kamu, kamu kenapa seolah gak ingat apapun yang terjadi beberapa tahun lalu, kamu lupa gimana kamu dengan teganya mutusin aku karena kamu selingkuh sama Gista? Kamu lupa?!"

"Oke kita dipertemukan itu secara tidak sengaja tapi bisa gak sih kamu bersikap selayaknya orang asing aja? Kenapa kamu malah ingetin aku sama hal yang gak pernah mau aku inget lagi kenapa?!" Bentaknya.

Jevano terdiam, dia buka tidak ingat. Dia bahkan masih mengingat jelas tentang apa yang terjadi di masa lalu. Dia sadar kalau dia salah, tapi memang salah untuk memulainya kembali setelah sekian lama?

Ada beberapa hal juga yang ingin dia bicarakan dengan Alyssa, tapi Alyssa seolah membentangkan jarak yang cukup panjang dengannya. "Alyssa ... "

"Aku cape sama kamu, Jevano. Kamu selalu menjadi orang yang paling egois yang aku kenal. Aku benci kamu! Aku gak peduli kamu mau pecat aku atau engga aku benci kamu!"

Setelah mengatakan itu Alyssa menyeka air matanya sendiri dan pergi meninggalkan Jevano yang masih mematung di tempatnya. Alyssa tidak peduli, sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan Jevano lakukan nanti.

Memang dia pikir dia siapa yang bisa membolak-balikkan perasaannya seperti ini. Dia pikir dia siapa sampai Alyssa harus menurut padanya dan menyangkal semua perasaan yang datang padanya?

Alyssa benar-benar tidak peduli sampai akhirnya dia masuk ke taxi dan memutuskan untuk langsung pulang ke rumah meskipun jam kerjanya belum berakhir.

Di satu sisi Jevano menendang ban mobilnya. Kenapa Alyssa tidak mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu sih? Kenapa juga Gistara menghubunginya di saat seperti ini?

"Arghhhtt, aku masih mencintai kamu, Alyssa!" Terdengar erangan frustrasi dari mulut Jevano. Dia bahkan menyugarkan rambutnya beberapa kali. Dia tidak mau kalau sampai Alyssa kembali menjauh darinya dan kehilangan dia untuk kedua kali.

Jadi Jevano langsung masuk ke mobil untuk menyusul Alyssa, gadis itu pasti sekarang kembali ke kantor. Tidak mungkin dia pulang begitu saja karena ini masih jam kerja.

Di dalam sana Alyssa menangkup wajahnya sendiri dan menangis sejadinya. Melihat nama Gistara dan mengetahui Jevano masih berhubungan dengan sahabatnya itu membuat hatinya kembali sakit.

"Kenapa kamu jahat banget sama aku?" Lirih nya.

Tubuhnya bergetar hebat, dadanya sesak sekali sampai dia memukulinya beberapa kali. Tidak peduli juga dengan supir taxi yang sesekali menanyakan keadaannya, dia hanya menggelengkan kepalanya.

Dia sudah memutuskan kalau dia akan resign dari kantor ini dan pergi dari kehidupan Jevano lagi. Dia tidak mau berada di lingkup yang sama dengan Jevano yang membuat hatinya patah berkali-kali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!