NovelToon NovelToon

Anak Jenius Tuanku2

First Meet

Memey langsung pergi ke sekolah putrinya begitu dia mendapatkan telepon dari guru di sekolah Mika. Dia diantar oleh sopir setelah mendapat persetujuan suaminya.

Sesampainya di ruang guru, Memey melihat ada seorang gadis yang babak belur karena dihajar oleh putrinya.

"Kenapa dengan putri saya Pak?" tanya Memey pada kepala sekolah disana.

"Kami tidak tahu apa masalahnya Bu, tapi menurut keterangan Nia. Putri Anda memukulinya tanpa sebab," terang kepala sekolah itu.

"Mohon maaf sebelumnya Pak, tapi putri saya tidak mungkin memukul orang, jika tidak ada yang mengganggunya," bela Memey.

"Tidak ada saksi Bu. Putri Ibu juga tidak bisa ditanya, jadi kami hanya menerima laporan dari Nia saja," kata Kepala Sekolah itu.

"Baiklah Pak, begini saja, saya dan putri saya mohon maaf atas insiden ini, kami akan mengganti biaya perawatan dari adik ini," ujar Memey.

Nia yakin jika Papanya akan mencaci maki dan meminta pihak sekolah untuk mengeluarkan Mika. Gadis tidak bisa bicara, tapi pintarnya luar biasa, membuat dia merasa iri.

"Tidak apa apa Bu, saya maklum, namanya juga anak muda, salah paham sedikit saja sudah emosi. Saya juga minta maaf, mungkin putri saya juga bersalah," kata Papa Nia

Mata Nia membola, dia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Papanya. Kenapa Papanya justru memohon maaf pada Mama Mika. Dia tidak terima.

"Tapi Pak, Bapak harus memberikan sangsi pada Mika karena telah merusak wajah saya," protes Nia pada kepala sekolah.

Kepala sekolah itu menghela nafasnya, Mika sudah berulang kali memukuli temannya. Entah siapa yang bersalah, karena semua peristiwa terjadi saat tidak ada murid lain yang melihatnya.

"Begini saja Pak, Bu, saya selaku kepala sekolah, memberikan hukuman skorsing untuk Mika, karena dia sudah sering membuat masalah," putus Kepala sekolah itu.

"Baiklah Pak, Bu, kalau begitu, kami permisi," pamit Memey.

Setelah keluar dari ruang kepala Sekolah, Nia mengamuk pada Papanya."Papa, kenapa tadi Papa diam saja, harusnya Papa membela Nia supaya gadis itu dikeluarkan dari sekolah."

"Jadi, kamu sengaja berulah karena kamu tidak suka padanya," tuduh Papa Nia.

Gadis itu mengangguk. Papa Nia menghela nafasnya. Mungkin, selama ini, dia terlalu memanjakan Nia, sehingga gadis itu selalu berbuat semaunya.

"Sayang, lain kali, jangan berbuat seperti itu lagi, karena kita tidak tahu siapa musuh yang akan kita jegal," nasehat Papa Nia

"Memangnya siapa Mika?" tanya Nia.

"Mika adalah anak pengusaha terkenal, lebih baik kamu jangan lagi cari masalah sama dia," kesal Papa Nia.

"Iya Pa, Nia minta maaf," sesalnya.

Besok kalau Mika sudah masuk kembali, dia akan mencari cara untuk mengerjai gadis itu.

Satu minggu sudah berlalu, masa skorsing Mika telah habis, tapi putrinya itu masih belum turun untuk sarapan.

"Bang, adek mana?" Tanya Memey pada putranya.

"Diatas Ma, dia tidak mau keluar, sepertinya dia sedang hibernasi," jawab Arka.

Memey menghela nafasnya. Mika pasti mogok sekolah lagi.

"Kita makan aja dulu sayang, setelah itu baru kamu lihat dia," ujar Dani.

Memey pun mengangguk. Mereka lalu sarapan bersama. Ditengah tengah sarapan, terdengar suara barang barang berjatuhan.

Prang Pyar.

"Pa, Mika mengamuk lagi tuh," ujar Memey.

Dani mengangguk, dia lalu ke kamar putrinya. Benar saja, gadis itu tengah memukul kaca di meja rianya dengan kursi. Dani segera mendekati putrinya, dia lalu mengambil kursi dari tangan Mika lalu memeluk putrinya.

"Sayang, tenang, Papa disini," ujar Dani.

Mika yang awalnya mengamuk, perlahan diam setelah punggungnya diusap usap oleh Dani. Setelah emosi putrinya mereda, Dani mulai bertanya, "hari ini kenapa tidak sarapan?"

Mika hanya menggeleng.

"Mau disuapin Papa?" Tawar Dani.

Mika pun mengangguk. Dani memerintahkan ART, untuk membawakan sarapan untuk putrinya.

Setelah sepiring nasi telah habis, Dani mengajak putrinya kembali berbicara.

"Tidak sekolah?" Tanyanya.

Mika hanya menggelengkan kepalanya. Masih melekat di ingatannya peristiwa bersama Nia kemaren.

Flashback

"Hey, anak bisu," Mia menghentikan Mika yang kalah itu hendak pergi ke kantin.

Mika tidak menghiraukan ucapan Nia. Gadis itu terus melangkahkan kakinya. Karena kesal diacuhkan oleh Mika, Nia malah menjambak rambut Mika. Merasa kesakitan, Mika pun membalasnya dengan mencakar dan memukuli wajah Nia.

Flashback Off

"Kenapa?" Tanya Dani.

Namun Mika masih terus menggelengkan kepalanya. Sebelum gadis itu tantrum, Dani memegang wajah Mika.

"Mau pindah ke sekolah lain?" Tawar Dani.

Mika pun mengangguk. Dani menghela nafasnya. Sepertinya, putrinya ini gemar sekali pindah sekolah.

Setelah berdiskusi dengan istrinya, Memey dan Dani akhirnya sepakat memasukkan Mika ke sekolah Fahmi dulu.

Syarat pendaftaran telah dipenuhi. Hari ini, Mika pertama masuk sekolah. Dia masuk kelas unggulan, setelah melewati tes tulis. Mika memasuki kelasnya diantar oleh wali muridnya.

"Anak anak sekalian, kali ini kita kedatangan teman baru. Namanya Mika Putri. Dia tidak bisa berbicara dengan lancar, aku harap kalian bisa membantu Mika ke depannya," ujar guru itu.

Mika hanya tersenyum sambil membungkukkan badannya.

"Baik Mika, karena tempat duduk hanya tinggal satu, apa kamu keberatan duduk di sebelah Zaki? Dia ketua kelas disini," kata guru di kelas itu.

Mika pun mengangguk. Mika berjalan menuju ke kursi Zaki. Belum juga Mika mendaratkan bokongnya, Zaki memegang pergelangan tangan Mika.

"Tunggu, kursinya patah, kamu duduk aja di tempatku. Biar aku ambil kursi lagi," ujar Zaki.

Mika tersenyum sambil menganggukkan kepalanya sebagai tanda ucapan terima kasihnya.

Pelajaran pun dimulai. Mika bisa mengikuti pelajaran di sekolah ini, meski materinya memakai bahasa inggris.

Kriiiing, tanda pelajaran telah usai. Murid murid berhambur keluar. Mika yang malas keluar menunggu di kelas.

"Hai, kenalin namaku Zaki," ujarnya.

Mika pun mengangguk.

"Kamu nggak ke kantin?" tanya Zaki.

Mika menggeleng.

"Gimana kalau aku traktir?" ajak Zaki.

Akhirnya, Mika pun mengangguk. Zaki menyukai Mika yang pendiam, tidak seperti temannya yang lain.

Mereka berjalan bersama ke kantin. Mika menatap makanan yang ada disana. Dia merasa bingung dengan aneka makanan yang ada.

"Kenapa?" Tanya Zaki.

Mili hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak suka kah?" Tanyanya lagi.

Mika mengangguk

"Kamu tidak bisa bicara?" tanya Zaki.

Mika kembali mengangguk.

Ekspresi wajah Mika seolah membius Zaki. Detak jantungnya seolah berlompatan ingin keluar ketika berada di dekat Mika

Mika hanya mengambil minuman saja. Sementara Zaki mengambil makanan kesukaannya. Karena semua tempat duduk sudah penuh, akhirnya Mika dan Zaki duduk di pojokan.

"Mika, sumpah, ini enak banget. Kamu mesti cobain. Aakkk," paksa Zaki seraya mendekatkan sendok penuh makanan itu ke dekat mulut Mika.

Mau tak mau Mika pun membuka mulutnya. Mika yang tak pernah merasakan makanan seperti itu membuatnya ingin lagi dan lagi.

"Enak?" tanya Zaki.

Mika mengangguk. Zaki dan Mika akhirnya makan sepiring berdua.

Kebersamaan mereka tak lepas dari pandangan gadis yang selama ini menyukai Zaki. Dia lalu mengambil gambar mereka kemudian menguploadnya di grup sekolah.

"Mau lagi nggak?" Tanya Zaki saat makanan di piring itu habis.

Mika menggeleng, dia lalu mengambil minumannya kemudian menyodorkannya pada Zaki. Hati Zaki bertalu talu, seperti genderang mau perang diperlakukan Mika seperti itu. Tapi dia mencoba mengalihkannya dengan senyuman manis.

Grup WA sekolah ramai dengan adanya video berdurasi beberapa detik yang berisi adegan suap menyuap antara Zaki dan Mika dengan hashtag 'mari kita patah hati berjamaah'

Hampir semua Zaki lovers ingin mengetahui siapa gadis yang sudah berhasil mendapatkan cinta ketua osis itu.

Tak ingin penasaran, Neela, gadis yang sejak dulu menyukai Zaki, langsung meminta ijin pada pelatih basketnya. Dia ingin pergi ke kantin untuk memastikan kebenaran video itu.

Setelah mendapat anggukan, Neela langsung berlari ke kantin. Dia berharap apa yang ada di video itu hanyalah rekayasa semata.

Benar saja, saat Neela tiba di kantin. Zaki tengah duduk berhadapan dengan seorang gadis.

Dan yang paling membuatnya sakit hati adalah, Zaki tidak menolak saat gadis itu menyuapinya.

Neela pun mendekati mereka kemudian menampar wajah Mika berkali kali. Plak Plak

Pertengkaran Dengan Neela

Mika langsung berdiri. Dia tak rela ada orang yang memukulnya tanpa sebab. Tangannya hendak membalas tamparan Neela, namun terhalang oleh tubuh Dzaki.

Mika terus memukul Zaki karena dia tidak bisa membalas Neela. Zaki memeluk erat tubuh Mika. Dia tidak ingin Mika membuat masalah di hari pertama dia sekolah. Awalnya tangan Mika masih terus memukuli dada Zaki. Namun perlahan, pukulannya semakin melemah dan membalas pelukan Zaki.

Neela semakin kesal melihat tingkah Mika. Neela bermaksud mengurai pelukan mereka. Namun karena mendapat tatapan tajam dari Zaki, nyalinya menciut.

"Ya Tuhan, kenapa dia seperti ingin membunuhku. Aku jadi ngeri melihatnya," gumam Neela saat dia telah meninggalkan Zaki dan Mika.

Zaki membawa Mika ke ruang UKS, dia mengompres bekas tangan Neela yang sudah membiru.

"Apa masih sakit? Kalau iya kita ke rumah sakit sekarang," kata Zaki.

Mika menggelengkan kepalanya. Dia lalu mencari salep yang ada di kotak P3K itu. Setelah menemukannya, dia lalu mengoleskan salep itu pada mukanya.

Setelah memastikan wajahnya sudah tidak memar lagi, Mika pun pergi ke toilet, sedari tadi dia sudah tak tahan ingin buang air kecil.

Mika segera berlari menuju toilet. Sampai disana, belum sempat dia masuk ke dalam, rambutnya sudah dijambak oleh Neela dan kawan kawan hingga dia terjatuh ke lantai.

"Hahaha," Neela cs tertawa terbahak bahak.

"Makanya, jangan coba coba bikin masalah sama gue," ujarnya.

Mika berusaha untuk bangkit. Namun tidak bisa karena, Neela menginjak bahu Mika dengan sepatunya.

"Hei, anak baru, catat di pikiran loe baik baik, kalau Dzaki itu cuma punya gue, dan jangan coba coba untuk merebutnya. Dan mulai detik ini, loe harus jauhin Zaki. Kalau tidak. Kreek," ancam Neela seraya menaruh jarinya di leher.

Mika sudah tak tahan lagi, sedari tadi dia sudah berusaha meredam emosinya. Namun Neela terus saja memancing amarahnya, jadi, jangan salahkan dia kalau dia akan menghajar Neela habis habisan.

Mika lalu menarik kaki Neela hingga gadis itu terjatuh. Dia pun duduk diatas tubuh Neela hendak mencakar dan memukul wajahnya. Namun belum sampai itu terjadi teriakan Zaki menghentikan aksinya.

"Mika, hentikan," teriaknya.

Bukannya berhenti, Mika malah memukuli wajah Neela. Tak tega melihat kondisi Neela, Zaki langsung menggendong Mika lalu membawanya ke ruangan OSIS.

"Bawa Neela ke UKS," teriaknya pada teman Neela yang sedari tadi hanya menjadi penonton saja.

Nia pun membantu Neela berdiri, dia lalu membawa Neela ke ruang UKS. Disana, sudah ada petugas yang membantu Nia mengobati luka sahabatnya.

"Kamu nggak apa?" Tanya Nia.

"Kamu nggak liat apa, kalau muka gue bonyok begini, mana punggung gue sakit lagi," keluh Neela.

"Tuh cewek habis makan apa ya Nei, kenapa tenaganya kuat banget?" tanya Nia.

"Gue juga nggak tahu, turunan preman kali," ujar Neela asal.

Punggung Neela sudah diobati dan memar bekas tamparan dan pukulan Mika tadi juga sudah diberi salep oleh petugas UKS.

Di ruang OSIS.

Mika masih terus mengamuk karena Dzaki yang menghentikan aksinya. Dia memukul bahkan menggigit bahu Zaki karena terus memeluknya.

"Mika, tenang, kamu boleh marah, tapi jangan lagi memukul orang, tarik nafas panjang, lalu hembuskan," bisik Zaki di telinga Mika.

Zaki terus mengulangi ucapannya hingga beberapa kali. Ajaibnya, emosi Mika sedikit demi sedikit mereda. Dia sudah kembali tenang saat ini.

"Lain kali, kalau dia mengganggumu, jangan kamu hiraukan. Lebih baik, kamu hindari dia, oke" ujar Zaki.

Mika hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Apa ada yang sakit?" Tanya Zaki

Mika pun menggeleng. Neela memang tidak sempat memukulnya tadi.

"Oke, sekarang kita balik ke kelas ya," ajak Zaki.

Gadis manis itu pun mengangguk. Dzaki menggandeng tangan Mika sampai ke kelas. Dia lalu mendudukkan Mika kemudian berkata, "aku lihat Neela sebentar, kamu tunggu disini saja."

Zaki menuju ke ruang UKS. Dzaki melihat Neela tengah berbaring disana. Zaki pun mendekatinya.

Melihat kedatangan Zaki, membuat Neela besar kepala, dia berpikir Zaki mengkhawatirkannya.

"Terima kasih sudah mau melihatku, tapi, aku tidak apa apa kok," lirih Neela dengan suara yang dibuat mendayu dayu.

Zaki memutar bola matanya malas, dia jengah melihat kelakuan Neela yang suka sekali membuat masalah. Seolah olah dia adalah kekasihnya.

"Aku harap ini terakhir kalinya kamu mengancam gadis lain supaya mereka menjauhiku. Ingat, diantara kita tidak ada hubungan apa apa," kata Zaki lalu pergi meninggalkan Neela.

Neela pun menahan tangan Zaki. Dia menarik tubuh lelaki itu lalu memeluknya.

"Gue ngelakuin ini semua, karena gue sayang sama loe Zaki. Apa hubungan kita selama ini tidak berarti apa apa untuk kamu?" tanya Neela.

"Dari awal, udah gue tekankan sama loe, kalau hubungan kita hanya sebatas Friend with Benefit. Jadi jangan berharap lebih dari itu," tekan Zaki.

Neela melihat kepergian Zaki dengan hati yang terluka. Dia tak menyangka pengorbanannya selama ini, tidak berarti apa apa untuk Zaki.

"Nia, kenapa Zaki sekarang berubah. Sepertinya dia perhatian banget sama cewek baru itu, apa Zaki suka sama dia ya?" Tanya Neela.

"Aku tidak tahu, harusnya kamu lebih tahu bagaimana dia, kan kamu udah jalan lama ama dia," kata Nia.

"Jalan tanpa status Nia," tekan Neela.

"Ya salah kamu sendiri, kenapa mau?" sahut Nia.

Neela hanya mengedikkan bahunya. Dia sendiri juga tidak tahu alasan kenapa dia mau saja jalan tanpa status dengan Zaki. Mungkinkah ini cinta?

Zaki sudah kembali ke kelasnya. Dia melihat Mika tengah merenung. Bahkan kedatangannya tak membuat gadis itu terusik.

"Hoi, melamun aja" teriak Zaki tepat di telinga Mika.

Tubuh Mika langsung menegang, saat itu juga dia menutup kedua telinganya dengan tangan. Kepalanya terus menggeleng.

Zaki menahan tangan Mika, kemudian dia peluk tubuh gadis itu sambil membisikkan kata, "tenang, tidak apa, everything its gonna be oke."

Setelah berulang kali mengucapakan kalimat itu. Mika sudah kembali tenang. Zaki merasa bersalah telah membangkitkan emosi Mika

Setelah tubuh Mika sedikit tenang, Zaki melepaskan pelukannya. Tak lama setelah itu, guru memasuki kelas. Pelajaran pun dimulai.

"Anak anak perhatikan sebentar, minggu depan akan ada scout camp yang akan diadakan di Eagle Hill, sebelumnya, ini ada surat pemberitahuan untuk orang tua kalian," ujar Guru itu.

Zaki pun membagikan surat itu kepada seluruh siswa, agar orang tua tahu kegiatan putra dan putrinya.

Kriiing

Bel tanda pelajaran berakhir sudah berbunyi. Mika mulai memasukkan semua bukunya didalam tasnya yang berwarna pink.

Belum sempat dia keluar, ada seorang lelaki berambut ikal menghadangnya.

"Hai cantik. Mau aku antar pulang nggak?" Tanyanya.

Mika pun menggelengkan kepalanya. Lelaki itu memegang tangan Mika, tanpa kata, dia menyeret tubuh Mika hingga sampai ke parkiran.

"Kamu tunggu sini, gue ambil motor dulu," ujarnya.

Melihat lelaki itu pergi, Mika segera berlari. Dia harus pergi sebelum lelaki tadi mengajaknya pulang bareng. Mika bersembunyi di sebuah warung yang berada di seberang sekolahnya.

Sudah lebih dari 30 menit Mika menunggu, tapi sopir papanya belum datang juga. Mika gelisah, dia takut sopir Papanya lupa menjemputnya.

Lelah menunggu, Mika akhirnya memesan bakso yang katanya enak itu. Zaki melihat Mika sedang makan di warung depan. Dzaki pun menghampirinya.

"Belum pulang?" tanyanya.

Mika menggeleng, dia masih setia memakan bakso itu. Zaki yang melihat Mika makan begitu semangat jadi ingin makan juga. Dia lalu memesan satu mangkok bakso. Selesai makan, Zaki mengajak Mika pulang bareng.

"Ayo aku antar pulang," ajaknya.

Karena sudah hampir sore, tanpa banyak kata, Mika pun naik ke motor Zaki. Neela yang baru saja keluar dari gerbang sekolah langsung emosi melihat Zaki tengah membonceng Mika.

Benar dugaannya, Zaki suka sama cewek itu. Zaki adalah tipe laki laki yang cuek dan pendiam. Dia bahkan tidak ada ekspresi ketika disapa oleh cewek tercantik sekalipun.

Dulu saja, Neela mati matian mendekati Zaki, hingga akhirnya Dzaki mau menjalani hubungan tanpa status dengannya.

Neela tak ingin kehilangan Zaki. Meski Zaki tidak pernah meliriknya, Neela tidak peduli, yang penting dia bisa bersama Zaki.

Neela sedikit berlari supaya bisa menghentikan laju motor Zaki. Neela berdiri tepat didepan motor Zaki.

"Zaki, aku nggak mau tahu pokoknya kita pulang bareng. Dan gue nggak akan beranjak dari sini sampe loe turunin gadis itu dan pulang bareng gue."

PDKT

Zaki tidak menggubris omongan Neela. Dia lalu sedikit memundurkan motornya, namun saat hendak melajukan motornya, Neela mengambil kunci sepedanya.

"Zaki, kenapa kamu malah pulang bareng dia? Biasanya juga kita pulang bareng," teriak Neela.

"Suka suka gue mau pulang ama siapa? Sekarang, balikin kunci motornya," Balas Zaki.

Mika yang kesal dengan tingkah Neela malah memeluk tubuh Zaki dari belakang. Dia menempelkan kepalanya di punggung Zaki, yang membuat Zaki tersenyum lebar.

Mata Neela membola melihat kelakuan Mika yang seperti sengaja bermesraan di depannya. Karena kesal, Neela akhirnya menarik tubuh Mika hingga terjatuh dari motor.

"Auww," keluh Mika.

"Rasakan itu," sinis Neela.

"Kamu apa apaan sih?" bentak Zaki.

"Biarin, biar dia tahu rasa, siapa suruh deketin kamu," ujar Neela kemudian pergi meninggalkan keduanya.

"Kamu nggak apa apa?" tanya Zaki.

Mika menggeleng. Zaki membantu Mika berdiri, setelah memastikan Mika tidak ada yang lecet atau apa, Zaki kembali membantu Mika naik ke motornya. Dia lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Neela langsung masuk ke dalam kelasnya kemudian menangis disana.

"Kamu kenapa Neel?" Tanya Nia yang bingung melihat temannya tiba tiba menangis.

"Zaki, dia nganterin pulang cewek baru itu, huaa," keluhnya sambil memeluk sahabatnya.

"Kan gue udah bilang, lupain Dzaki. Toh kalian juga nggak punya hubungan apa apa. Cari aja cowok lain," nasehat Nia.

"Gue nggak bisa Nia. Gue cinta banget ama Zaki, dan hatiku sakit saat melihat mereka berboncengan," tangis Neela.

"Ya terus, dengan kamu nangis dan gulung gulung disini, apa itu bisa membuat Zaki suka sama Loe?" Geram Nia.

Neela pun menggelengkan kepalanya. Dia tahu bagaimana kerasnya hati Zaki. Bahkan dia yang rela melakukan apapun tidak bisa membuat Zaki meliriknya.

"Ya sudah, ayo kita pulang," ajak Nia.

Akhirnya Neela pun pulang bareng ama Nia

"Terus gue harus gimana dong Nia?" Tanya Neela.

"Gimana ya? Gue sendiri juga bingung sih, soalnya, Loe kan bukan pacar dia. Mau ngelarang juga nggak ada hak," ujar Nia.

"Itu dia yang bikin gue bingung," sahut Neela.

Sementara Zaki, saat ini, dia sudah mengantar Mika sampai didepan rumahnya. Zaki membantu melepaskan helm yang ada di kepala Mika.

"Gue balik ya, besok, boleh nggak gie jemput kamu?" tanya Zaki malu malu.

Tak disangka, Mika pun mengangguk.

Bunyi suara motor sport Zaki yang meraung raung, membuat Memey keluar, dia penasaran, motor siapa yang saat ini, berhenti didepan rumahnya.

"Mika," panggil Memey.

Melihat wanita yang seusia Mamanya memanggil Mika, Zaki langsung mematikan motornya. Dia pun turun dan mencium tangan wanita cantik itu.

"Siang Tantee," sapanya diiringi dengan senyuman semanis mungkin.

"Kamu siapa?" Tanya Memey.

"Saya temennya Mika Tante," jawab Zaki.

"Kamu yang nganterin anak saya pulang?" Tanya Memey.

Zaki pun mengangguk. Bukannya disuruh masuk, Memey malah menyuruh Dzaki menjauhi Mika.

"Lain kali, jangan lagi mengantar Mika pulang," ujar Memey.

"Kenapa Tante?" tanya Dzaki.

"Kamu pasti tahu kekuarangan Mika, dan saya tidak ingin ada orang yang memanfaatkan kepolosan Mika," letus Memey.

"Saya tahu Tante, dari awal pertama kali saya melihatnya, saya sudah tahu, tidak mungkin saya berbuat seperti itu, karena saya juga memiliki saudara yang seperti Mika.

"Ya sudah, terima kasih sudah mau mengantar Mika pulang," ujar Memey.

"Apa besok saya boleh menjemput Mika Tante?" tanya Zaki.

Melihat wajah Mika yang seolah memohon membuat Memey menghela nafasnya.

"Boleh, kalau tidak merepotkan," putus Memey.

"Terima kasih Tante, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya.

Memey pun mengajak Mika ke meja makan, dia harus bertanya pada putrinya sudah sejah mana hubungannya dengan laki laki tadi.

"Mika, apa kamu senang berteman dengan dia? Siapa tadi namanya?" cecar Memey.

Mika menuliskan kata di sebuah kertas sambil menganggukkan kepala.

"Iya itu, pokoknya kamu harus hati hati. Tidak semua orang itu baik. Kamu harus ingat, apa saja yang tidak boleh dilakukan oleh seorang teman lelaki. Kamu paham?" Tekan Memey.

Mika pun mengangguk. Dani sudah pulang, melihat istrinya sedang memarahi putri kesayangannya ada rasa tak rela dihatinya. Namun, dia juga tidak berani memarahi istrinya. Bisa kacau dunia malamnya kalau sang istri ngambek.

"Ada apa ini Ma? Kenapa marah marah" Tanya Dani pada Memey istrinya.

"Ini loh Pa, tadi Mika diantar pulang sama teman lelakinya," jawab Memey seraya mencium tangan suaminya.

"Mika" panggilnya.

"Bener itu?" Tanya Dani.

Mika pun mengangguk. Melihat respon putrinya, Dani pun menghela nafas panjang. Mungkin, sudah waktunya bagi Mika untuk mengenal lawan jenis.

"Ya sudah, ayo kita mulai makan," ajak Dani.

Semua memulai makannya, tapi Mika hanya melihat dan mengaduk aduk makanannya.

"Sayang, kenapa nggak dimakan?" Tanya Memey.

Mika hanya menggeleng. Memey pun menawarkan beberapa makanan yang ada di meja. Namun Mika menolak semua makanan itu.

"Oke, kamu mau makan yang mana? Ambil saja," ujar Memey.

Mika pun mengambil rendang kesukaan Papanya. Dani dan Memey heran melihat tingkah putrinya, biasanya Mika paling tidak suka makanan bersantan. Namun, selagi Mika masih mau makan mereka membiarkannya saja.

Esoknya, pagi pagi sekali, motor Zaki sudah terparkir rapi di halaman rumah Mika. Zaki menunggu Mika di ruang tamu. Memey yang baru turun, kaget melihat keberadaan Zaki dirumahnya.

"Kamu ngapain disini pagi pagi?" Tanya Memey.

"Mau berangkat bareng Mika Tante," jawab Zaki.

"Tunggu sebentar," ujar Memey

Didalam, Memey langsung menggiring suaminya ke ruang kerja.

"Ma, ngapain Papa ditarik tarik begini? Kalau Mama pengen ya tunggu Mika berangkat sekolah dulu," kata Dani yang langsung mendapat cubitan dari istrinya.

"Aww, sakit Ma," protesnya.

"Habisnya pagi pagi udah mesum aja. Tuh liat di ruang tamu ada si Zaki, katanya jemput Mika" oceh Memey.

"Lah, si kunyuk itu ngapain pagi pagi kesini?" Tanya Dani.

"Kan tadi Mama sudah bilang, gimana sih?" omel Memey.

"Hehehe, Papa lupa, habisnya kalau deket Mama ingetnya cuma itu melulu," katanya.

"Mama khawatir, lelaki itu hanya mempermainkan Mika saja," kata Memey.

"Selama itu baik untuk perkembangan sosial Mika, biarkan saja, biar Papa yang memperingatkan dia," kata Dani.

Memey bisa apa jika suaminya sudah mengizinkan. Dia hanya pasrah saja. Semoga apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.

Dani mengajak Zaki ke ruang kerjanya. Dia ingin mengetahui sejauh mana hubungan putrinya dengan pemuda di hadapannya ini. Dia tidak rela jika ada lelaki yang mempermainkan putrinya.

"Duduk," titah Dani

Tubuh Dzaki bergetar saat duduk di depan Papa Mika. Dia seperti seorang mahasiswa yang tengah sidang skripsi. Apalagi melihat tatapan tajam Papa Mika yang sangat menakutkan, membuat Zaki bergidik ngeri.

"Kenapa Mika bisa kenal denganmu?" Interogasi Dani.

"Kami teman sebangku Om," jawab Zaki.

"Apa yang kamu inginkan dari Mika?" Tanya Dani to the point.

"Tidak ada Om, saya tulus ingin berteman dengannya," jawab Zaki.

"Kamu ingat baik baik, jangan sampai kamu menyakiti putriku. Sedikit saja dia menangis karenamu, aku habisi kamu," ancam Dani.

"Tidak akan Om, saya tidak berani melakukannya," ujar Zaki.

Zaki pun keluar dari ruang kerja Dani, disana Mika sudah siap untuk berangkat bersama. Memey membawakan bekal untuk Mika dan juga suaminya.

"Hati hati sayang, kalau ada apa apa, kamu telepon Mama ya," pesan Memey.

Zaki memperhatikan interaksi keluarga ini, semua berbanding terbalik dengan yang ada di keluarganya. Zaki juga memiliki adik yang seperti Mika, hanya saja, adiknya suka mengamuk dan tidak bisa diajak berkomunikasi. Hal itulah yang membuat ayahnya selalu memarahi dan memukulinya.

Sementara Mika, keluarganya menyayanginya dengan tulus meski dia memiliki banyak kekurangan. Dia jadi iri melihatnya. Kenapa ayahnya tidak bisa menerima keadaan adiknya seperti orang tua Mika

Mika dan Zaki akhirnya berangkat bersama. Entahlah, sejak mengenal Mika, Zaki merasa ingin selalu dekat dengan gadis manis itu. Atau karena Mika yang mirip dengan adiknya, dia sendiri tidak tahu.

Sampai di sekolah, Mika dan Zaki sudah dihadang oleh Neela cs. Zaki langsung menggandeng tangan Mika tanpa menghiraukan Neela.

Emosi Neela sudah hampir meledak melihat tingkah keduanya yang seperti sepasang kekasih itu. Neela tidak tahan lagi, dia akan tunjukkan pada gadis itu siapa dia sebenarnya.

"Zaki sayang, kenapa dari semalam telponku tidak kamu angkat, aku kan kangeen," rengek Neela yang langsung memeluk lengan Dzaki seraya mendorong tubuh Mika hingga terjerembab ke lantai

Mika menatap tajam Neela, dia kesal sekali dengan gadis yang seolah sengaja mencari gara gara dengannya. Emosinya sudah diubun ubun dan siap untuk meledak

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!