NovelToon NovelToon

Atas Nama Janji

Episode 1

Seorang wanita berparas cantik dengan dress warna pink motif bunga daisy itu tidak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan menuju sebuah lokasi. Dimana disana ia akan bertemu dengan lelaki yang selama ini selalu ada dalam hatinya.

Tiara turun dari taxi online-nya. Ia sengaja tidak membawa mobil sendiri dengan harapan nanti bisa diantar pulang oleh lelaki itu.

Dengan langkah anggun namun girang dengan bibir yang tidak melunturkan sebuah senyuman, Tiara masuk ke sebuah cafe yang biasa ia dan teman-temannya dulu datangi kala masih sekolah.

Senyum Tiara semakin berkembang ketika melihat Kevin sudah menunggunya di salah satu meja. Tiara segera menghampiri Kevin.

"Kevin!" panggil Tiara.

Kevin yang sedang fokus pada ponselnya langsung mendongak manakala mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Tiara!" sapa Kevin dengan senyum hangatnya.

Dalam hati, Kevin sangat senang sekali bisa bertemu lagi dengan Tiara namun ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

"Maaf ya, Vin, aku datangnya telat. Kamu pasti bosan menunggu, kan?!" Tiara tidak enak hati membuat Kevin menunggunya.

"Enggak kok, Ra. Kebetulan aku juga baru datang sekitar 10 menit yang lalu." jawab Kevin.

Sungguh, Kevin terpana akan penampilan Tiara yang saat ini terlihat begitu cantik dan berbeda.

"Oh iya, ayo duduk, Ra!" ajak Kevin sebab Tiara masih saja berdiri.

Tiara segera menempati kursi tepat di depan Kevin. Hatinya cukup berdebar sekali padahal Tiara sudah sangat menantikan momen ini jauh-jauh hari.

Mereka lantas memesan makanan kemudian berbincang soal perjalanan Tiara ke Indonesia. Kalau kehidupan Tiara di Singapura, Kevin sudah tahu soalnya dia selalu berkabar dengan Tiara.

Mata sipit Kevin menangkap gelagat Tiara yang tidak tenang.

"Kenapa, Ra? Apa ada masalah?" selidik Kevin.

"Eng-enggak, Vin!" gagap Tiara seraya meminum jusnya.

"Tapi kok kamu kayak gak tenang gitu?" desak Kevin. Ia tidak percaya begitu saja.

Tiara menunduk sebentar, memainkan jari-jarinya. Bingung bagaimana memulai pembicaraan itu dengan Kevin. Ia sangat gugup tapi jika tidak dimulai sekarang mau menunggu sampai kapan lagi. Kemudian Tiara memantapkan hatinya untuk mengungkapkan apa yang ada didalam hatinya selama ini. Wanita cantik itu menatap Kevin lekat.

"Hem, sebenarnya ada yang mau aku omongin, Vin! " ucap Tiara masih gugup. Jari-jari tangannya tidak berhenti saling meremas diatas pahanya.

"Ada apa sih? Kok kayak serius gitu?" heran Kevin. Tiara sangat terlihat gusar.

"Hem, aku bingung harus memulai dari mana tapi aku juga gak bisa terus-terusan menahan ini." ungkap Tiara.

Kevin masih menunggu kelanjutan pembicaraan Tiara tanpa menyela. Tangan lelaki itu menumpu dagunya diatas meja membuat Tiara merasa gemas dengan Kevin.

Tiara mengumpulkan keberanian, menghela nafas sejenak.

"Vin, kamu mau gak jadi pacarku?" ungkap Tiara sambil memejamkan matanya.

Kevin terperangah mendengarnya. Lalu ia kembali duduk seperti semula. Seketika kegundahan meliputi hati Kevin serta bingung harus menjawab apa.

Sudah sekitar 1 menit Tiara memejamkan matanya namun tidak ada kata yang terlontar dari Kevin.

Wanita cantik itu segera membuka matanya dengan jantung yang berdegup kencang. Harap-harap cemas menunggu jawaban dari Kevin.

Tiara mengamati wajah Kevin yang terlihat datar dan itu membuatnya semakin bingung. Entah apa yang sedang Kevin pikirkan.

Beberapa menit tidak ada pembicaraan diantara keduanya yang membuat suasana jadi canggung. Tiara sungguh merasa semakin tidak enak hati saja. Seketika ia menyesal telah mengungkapkan perasaannya.

Kevin menghela nafas sebelum menjawab ajakan Tiara.

"Sorry, Ra, aku gak bisa jadi pacar kamu! Aku sedang menunggu gadis kecil dimasa laluku." balas Kevin pada akhirnya.

Hati Tiara seperti ada yang meremas. Ia sungguh tidak menyangka bahwa Kevin akan menolaknya. Ia pikir selama ini, Kevin juga menyukainya namun ternyata salah.

Walaupun hatinya sakit tapi Tiara tetap berusaha menampilkan senyumnya.

"Oh ya? Hem semoga dia segera kembali!" Tiara sekuat tenaga menahan desakan air mata yang ingin keluar.

Seperti mendapat air di gurun yang tandus, ponsel Tiara berdering, menampilkan panggilan masuk dari sang mama.

"Maaf, Vin, aku angkat telpon dulu!" ucap Tiara, Kevin hanya mengangguk.

Tiara menjawab panggilan mamanya dan ternyata ia diminta segera pulang, katanya ada saudara Tiara yang dari jauh. Lantas Tiara segera pamit pada Kevin dan meminta maaf. Sungguh Tiara merasa bersyukur, berkat mamanya, ia bisa segera pergi dari hadapan Kevin dan setelah keluar dari cafe itu, air mata Tiara meluncur dengan derasnya.

Hati Tiara hancur mendapat penolakan dari Kevin dan Tiara sadar bahwa perhatian Kevin untuknya selama ini tidak lebih dari sekedar sahabat.

2 tahun telah berlalu dari kejadian Kevin menolak Tiara. Saat ini, Kevin sedang menggenggam sebuah undangan pertunangan antara Tiara dengan kekasihnya. Tangan Kevin meremas kuat undangan tersebut.

Pikirannya kembali melayang pada kejadian dia menolak Tiara. Kevin sampai memejamkan mata, menyender pada kursi kerjanya.

Kevin bukan tidak menyukai Tiara saat itu bahkan mungkin hingga kini tetapi hatinya kukuh akan menunggu gadis dimasa lalunya yang entah dimana.

"Harusnya aku bahagia dengan ini, Ra. Tapi kenapa hatiku tidak seperti itu?" gumamnya.

Kendati hatinya merasa tidak ikhlas Tiara bersama orang lain, namun Kevin tidak bisa bersama Tiara. Ia akan setia menunggu gadis kecilnya.

Surat undangan yang tadi diremas oleh Kevin, dilemparkannya ke tempat sampah.

"Semoga kamu bahagia, Ra!" bibir Kevin berucap seperti itu tetapi dibagian hatinya yang lain merasa sakit. Sekarang tidak ada lagi harapan untuknya, toh dahulu Kevin sudah menolak Tiara.

Lamunan Kevin buyar manakala seorang laki-laki masuk ke dalam ruangannya. Kevin menatap kesal pada Amir yang seperti menertawakannya. Lalu Amir duduk didepan meja Kevin.

"Mau ngapain lo kesini?" sewot Kevin.

"Anjay, sensi banget lo kayak bini gue kalo lagi PMS." balas Amir.

Ya, Amir sudah menikah. Laki-laki itu rupanya tidak kuat godaan ketika melihat Galang bucin pada Shabita.

"Gue lagi gak mau diganggu!" sahut Kevin. Matanya kembali terpejam dengan posisi semula.

"Cielah galau lo?" tebak Amir sambil terkekeh. Kevin tidak menjawab.

"Lagian lo tuh sok banget nolak Tiara padahal sedari dulu lo suka sama Tiara." lanjut Amir.

"Gue cuma nganggep dia sahabat!" jawab Kevin. Mulut dan hatinya tidak sejalan.

"Iya iya percaya gue. Di hati lo cuma ada gadis kecil yang entah dimana, dirimu berada, hampa terasa hidup ku tanpa dirimu." cibir Amir sambil bernyanyi dengan suara mendayu-dayu.

"Berisik lo!" bentak Kevin.

"Haha santai dong, lo!" Amir tertawa puas meledek Kevin. Amir tahu Kevin sedang galau karena undangan pertunangan Tiara.

"Nanti datang ke pertunangan Tiara jangan lupa gandengan," ledek Amir dengan menaikan satu alisnya.

"Iya nanti gue dateng bawa truk gandeng!" balas Kevin dengan nada kesal.

"Jangan. Nanti gue bantu buatkan virtual gadis kecil lo," saran Amir.

Sebuah berkas melayang ke arah Amir. Jika tidak cekatan sudah pasti itu berkas nemplok di wajah Amir.

"Wanjay, untung gue jago kungfu panda!" Amir mengusap dadanya. Kevin menatap Amir kesal, sedari dulu Kevin selalu jadi bahan ledekan para sahabatnya.

"Dah ah, gue mau nemenin istri tercinta dulu beli baju couple buat nanti ke acara Tiara." Amir kemudian pergi meninggalkan Kevin sendirian di ruangannya.

Kantor Amir dan Kevin berdekatan, hanya kehalang satu gedung. Kedua laki-laki itu bekerja di perusahaan keluarga dan sudah bisa dipastikan mereka pewaris utamanya.

Belum juga Kevin bernapas lega, sekarang datang lagi satu orang yang sudah bisa ditebak pasti menambah kesal.

"Gue tau lo pasti galau, makanya gue mampir kesini." ucap Galang. Dia sudah duduk didepan Kevin seperti Amir.

Ketiga laki-laki itu sudah bersahabat sedari SMA, hingga kini hubungan mereka semakin erat.

"Lebay lo berdua!" hardik Kevin.

"Kita bukan lebay tapi peduli sama jombi ngenes kaya lo," ledek Galang.

"Dah lo pulang aja sana, gue bentar lagi ada meeting!" usir Kevin.

"Ck, dasar bege! Malah ngusir gue." decak Galang.

"Ya dah terserah lo mau sampai kapan disini, gue meeting dulu!" Kevin merapikan jasnya karena terlihat sedikit berantakan.

"Gue cuma mau ngasih saran sama lo sebagai sahabat yang baik, dengerin gue!" Galang melambaikan tangannya supaya Kevin mendekat, Kevin pun mendekat seolah penasaran.

"Rasain lo ditinggal Tiara beneran. Makanya kalo cinta jangan gengsi. Sok banget lagi lo pake bilang mau nunggu gadis kecil itu padahal sampai sekarang lo aja gak tau dia dimana. Mampus lo patah hati!" cerocos Galang sambil tertawa. Kevin hanya menjitak jidat Galang dengan pulpen tanpa menjawab lalu keluar meninggalkan Galang yang masih tertawa mengejeknya.

Kevin berusaha tidak terpancing ucapan Galang, baginya ini keputusan yang tepat. Segala perasaannya untuk Tiara tidak lebih sebagai sahabat. Sampai kapan pun Kevin akan menunggu dan mencari gadis kecilnya.

Episode 2

Di ballroom hotel mewah, acara tunangan Tiara digelar. Saat ini Tiara terlihat cantik nan elegan dengan dress yang dikenakannya. Gadis itu berjalan menuju tempat diadakannya pertunangan.

"Kamu cantik banget, sayang!" puji Frans, calon tunangan Tiara.

"Terimakasih, kamu juga terlihat sangat tampan malam ini." keduanya saling melempar senyum.

Acara pertunangan Tiara dimulai. Frans yang pertama kali memasangkan cincin pada Tiara, setelahnya baru Tiara. Riuh tepuk tangan menggema di ruangan itu setelah keduanya memamerkan cincin yang melingkar manis pada jari mereka.

"Gila, Tiara, serasi banget sama Frans!" puji Amir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tiara cantik banget malam ini!" Shabita tidak kalah memuji Tiara. Mereka berkumpul disatu meja. Ada Galang, Shabita, Kevin, Amir dan Alana, istri Amir.

"Iya beda banget, ya. Kayak bukan Tiara, ini lebih mirip bidadari." sambung Alana.

"Kalo Tiara bidadari, kamu adalah ratu bidadari!" puji Amir pada istrinya.

"Sttt, jangan maen gombal disini, sayang. Kasian ada yang ngenes," keleh Alana. Mata mereka serempak melirik Kevin yang diam membeku.

"Gue berharap Tiara akan bahagia," timpal Galang.

"Tiara pasti bahagia, dia telah menemukan laki-laki yang juga mencintainya." imbuh Shabita.

"Yoi, Tiara berhak bahagia daripada terus berharap sama laki-laki yang ngenes ini," sindir Amir.

"Kenapa sih kalian selalu yakin kalo gue suka sama Tiara?" Kevin akhirnya bersuara.

"Padahal gue gak suka sama Tiara melebihi sahabat," lanjutnya.

"Karena kita melihat sikap lo terhadap Tiara. Bagaimana lo selalu ada dan bela Tiara," imbuh Galang.

"Itu gak bisa dijadikan dasar kalo gue suka sama Tiara, sikap yang gue tunjukkan hanya peduli pada sahabat!" sangkal Kevin.

"Iyain aja deh biar cepet!" sahut Amir.

Kevin memutar mata jengah melihat sahabatnya selalu memojokkannya.

"Hay," suara lembut gadis yang membuat hati Kevin berdebar.

"Hay, Ra!" sapa Shabita. Tiara menghampiri teman-temannya bersama Frans.

"Boleh kita gabung disini?" tanya Tiara.

"Boleh banget dong, kan kursinya masih ada kosong 3." sahut Shabita.

"Makasih." Tiara duduk bergabung, Frans juga.

"Sayang, kenalin ini teman-teman SMA ku dulu!" Tiara memperkenalkan temannya pada Frans.

"Saya Frans!" Frans menyalami satu-satu teman Tiara tanpa terkecuali Kevin.

"Senang berkenalan dengan kalian!" seru Frans sambil tersenyum.

"Kami juga senang berkenalan dengan Mas Frans!" timpal Galang. Umur Frans diatas mereka makanya Galang memanggilnya dengan embel-embel 'Mas'.

"Selamat ya, Ra. Semoga nanti dilancarkan sampai pernikahan kalian!" ucap Shabita.

"Makasih, Abit. Mudah-mudahan tidak ada halangan apa pun," balas Tiara. Matanya tidak sengaja melirik Kevin yang duduk disebelahnya. Kevin diam saja.

"Rencananya kalian nikah kapan?" tanya Amir. Tiara dan Frans saling pandang lalu tersenyum.

"Masih ada beberapa bulan lagi, kemungkinan akhir tahun biar nanti pas bulan honeymoon masih musim dingin di negara tujuan kami." jawab Frans.

"Wah so sweet banget, udah rencanain honeymoon segala!" pekik Shabita.

Mereka lanjut berbincang namun tidak terlalu lama karena Frans mengajak Tiara untuk berkenalan pada rekan bisnisnya. Kevin hanya memberikan selamat pada Tiara tanpa banyak ngomong.

"Lo kentara banget kalo lagi patah hati!" ledek Amir .

"Siapa yang patah hati bege?" sewot Kevin. Teman-temannya kembali menertawakan Kevin yang misuh-misuh sendiri sampai pergi meninggalkan acara.

Kevin melesatkan mobilnya dengan sangat kencang. Entahlah apa yang sedang terjadi dengan pikirannya saat ini. Kevin tidak bisa membohongi hatinya yang merasa seperti diremas manakala melihat Tiara mesra bersama Frans. Kevin berusaha fokus kembali, matanya melihat gantungan kunci bakiak pemberian gadis kecilnya. Gantungan itu tersimpan rapi didalam kotak kecil yang Kevin simpat di dashboard.

"Pokoknya hanya kamu yang aku cinta bukan Tiara! Aku akan segera menemukan mu," Kevin menggenggam gantungan kunci itu dengan sebelah tangan sibuk mengendalikan kemudi.

Episode 3

Pagi hari di mansion mewah keluarga Kevin.

"Vin, kapan kamu nikah?" tanya Bianca, mommy Kevin. Saat ini mereka sedang sarapan.

Kevin menghela napas kasar namun masih melanjutkan sarapannya tanpa berniat menjawab pertanyaan Bianca.

"Mom, jangan nanya itu pada Kevin!" tegur Jodi, daddy Kevin.

"Mommy cuma mau Kevin segera menikah, Dad. Liat tuh temen-temennya udah pada punya momongan, Galang malah udah 2." sahut Bianca.

"Kevin, masih muda, mom. Dia masih senang main-main mungkin," timpal Jodi. Kevin sama sekali tidak menggubris perbincangan orang tuanya.

"Ya setidaknya kenalkan mommy sama pacarnya kek, dari dulu Kevin tuh gak pernah bawa cewek le rumah. Mommy tuh khawatir Kevin masuk kaum pelangi," cemas Bianca.

"Cukup, mom!" Kevin meninggalkan meja makan tanpa pamit pada orang tuanya.

"Tuh kan Kevin merajuk, mommy sih!" tukas Jodi.

"Mommy tuh cuma khawatir, dad. Diluaran sana banyak banget gosip tentang anak kita bahkan temen arisan mommy terang-terangan bilang Kevin kaum pelangi." ucap Bianca sendu. Sebagai seoarang ibu dia sakit hati ketika mendengar anaknya digosipkan hal yang tidak baik tapi Bianca juga tidak bisa berbuat banyak karena memang Kevin tidak pernah membawa wanita ke rumahnya.

"Udah, mommy percaya aja sama Kevin. Mungkin dia punya gadis yang belum bisa dikenalkan kepada kita," Jodi mengusap lengan Bianca untuk menenangkannya. Bianca hanya mengangguk.

Di dalam mobil, Kevin merajuk sendirian. Setir mobil jadi sasarannya. Laki-laki tampan itu sangat kesal, kenapa Bianca terus saja menanyakan hal yang sama setiap waktu.

"Siapa sih yang gak mau nikah? Gue juga mau tapi jodoh gue belum ketemu." rutuk Kevin.

Tak lama kemudian, mobil Kevin memasuki area kantor. Laki-laki bersetelan jas rapi nan mahal itu turun dari mobil tanpa memarkirkannya, dia hanya memberikan kuncinya pada security disana.

Sapaan para karyawan mengawali pagi Kevin. Dia bukan tipe bos yang dingin, perangai Kevin sangat ramah. Terkadang slengean namun jangan sepelekan jika Kevin sedang berada di mode serius, siapapun akan merasa segan padanya.

Kevin baru 2 tahun menjabat sebagai CEO tetapi kinerja sudah banyak yang berhasil. Perusahaannya mengalami kemajuan yang sangat signifikan.

"Selamat pagi, pak!" sapa sekretaris Kevin.

"Pagi juga, Gita! Apa saja jadwal saya hari ini?" tanya Kevin pada Gita. Tadinya Kevin ingin sekretaris laki-laki tapi Jodi menolak, dia harus punya sekretaris wanita. Harapan Jodi sih mereka bisa suka karena Gita merupakan anak sahabatnya namun sampai saat ini belum ada kabar tentang hubungan itu.

"Siang ini bapak ada meeting dengan pihak ABC grup, tempatnya sudah saya reservasi. Sorenya bapak akan memantau pabrik!" jelas Gita.

"Oke, pagi hari saya kosong ya?" tanya Kevin.

"Iya, pak. Kemaren bapak sendiri yang meminta seperti itu," sahut Gita dengan sopan.

"Baiklah!" Kevin akan melangkah menuju ruangannya.

"Pak, maaf, tunggu sebentar!" pinta Gita. Tangan gadis itu membawa sebuah kotak makan.

"Apa ini?" Kevin menatap kotak itu.

"Ini sarapan untuk bapak. Tadi saya masak lebih," tutur Gita.

"Oke, terimakasih!" Kevin membawa kotak tersebut. Sebenarnya bukan sekali dua kali Gita memberinya sarapan, tapi sudah sering. Gita sangat perhatian pada Kevin diluar pekerjaannya sebagai sekretaris. Kevin sadar Gita mungkin menyukainya, lagi-lagi Kevin tidak tertarik. Selama yang dilakukan oleh Gita masih dalam batas wajar, Kevin tidak akan melarangnya.

Walaupun sudah sarapan, demi menghargai pemberian orang Kevin kembali memakan masakan Gita yang rasanya memang enak.

Ditengah aktivitas sarapan kedua kalinya, HP Kevin berdering nyaring. Dilayar terpampang sebuah nama. Dengan segera Kevin menjawabnya.

"Hallo," sapa Kevin.

["Bos, gadis kecil yang bos cari pindah ke singapura."]

Deg!

Kevin tercengang mendengarnya.

"Dari mana kamu dapat kabar itu?" tanya Kevin.

["Dari tetangganya bos."]

Orang suruhan Kevin kemudian melaporkan hasil temuannya. Kevin membuang napas kasar.

Harapannya untuk bertemu gadia kecil itu semakin jauh. Tidak ada info konkrit yang bisa dijadikan petunjuk.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!