NovelToon NovelToon

I Love You, Queen Halu

Bab 1

"Huayyyammm goreng..! Ah kenapa matahari cepat sekali nongol, perasaan malam lama banget baru muncul."

"Yuraa, Cepat bangun! ini sudah jam 07.00 pagi. Kamu nggak pergi ke kantor Tuti?"

Seorang wanita yang kira-kira berumur 60_an sedang menata sarapan diatas meja, sambil masih saja bersungut-sungut atas kelakuan anak perawannya itu.

"Yaa Nyai, ni juga lagi Oteweh mandi Express ala Ms.Yura." Gadis itu berlari kearah bathroom untuk menjalankan ritual paginya. Mandi plus buang hajat yang wajib dilakukan ketika mata terbuka di pagi hari.

"Huh, tuh anak gak berubah dari jaman Pak Soekarno sampe jaman Pak Jokowi masih aja gak bisa bangun pagi. Heran deh, tuh anak siapa sih!" Wanita yang dipanggil Nyai itupun masih saja berceloteh ria, Walaupun tidak ada pendengar yang baik di sisinya.

Tiba-tiba saja wanita paruh baya itu dipeluk dari belakang, Tapi wanita itu tidak kaget sama sekali. Karena ia sudah sangat hapal dengan kebiasaan anak lajangnya yang satu ini.

"Hans, cepat panggilkan adikmu si Tuti itu! Dan lepaskan lah tangan mu ini. Bagaimana gadis diluar sana mau menjadi istrimu, Kalau hobimu nempel kayak gini sama ibu toh?"

"Biarkan saja buk, lagian untuk apa memikirkan istri kalau umur ku saja masih remaja." Hans masih saja bergelayut manja di bahu ibunya, yang kalau dilihat terasa lucu. Secara pria itu bertubuh tinggi, Sedangkan ibunya bertubuh mungil.

"Apa katamu? Remaja? Apa perlu ibu menunjukkan akte kelahiran mu supaya Kamu sadar kalau kamu sudah berumur 29 tahun? Heran.. punya anak dua kok kelakuan aneh-aneh." Sambil melepaskan celemek si ibu pun duduk di meja makan, sambil menunggu anak gadisnya yang tak kunjung turun.

"Anyong Eoma, Hyung! Apakah princes ini sudah cetar membahana?" Yura berputar sambil memperlihatkan penampilannya pagi ini.

"Biasa aja!" Jawab Hans sambil memasukkan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Dasar kakak lucnut, kapan sih kakak mengakui kalau adikmu semata wayang ini cantik luar biasa." Yura mulai ritual sarapan pagi ini, walaupun agak kesal juga sama Abang si gak pernah memuji adiknya.

"Sudahlah Yura, Hans! tidak baik berdebat di meja makan toh, Nanti jodohnya jauh."

"Kata siapa Eoma?" Yura bertanya sambil mengunyah makanan yang penuh dalam mulutnya.

Kali ini bukan Ibu yang menjawab melainkan kakaknya "Kata Ibu lah, emang yang tadi ngomong sendok?"

"Ihh kakak nyebelin, pantes gak laku-laku orang mulutnya gak ada manis-manisnya!" Yura menjulurkan lidahnya meledek si kakak.

"Biarkan saja toh, inilah aku. ngapain juga bermulut manis untuk mengambil hati wanita. nanti juga kalau kakak udah jadi sultan, cewek juga yang ngejar-ngejar kakak. Emang kamu mau punya cowok yang modal gombalan doang? Upss kakak lupa, selera kamu kan si Idol Korea itu." Hans menatap sinis ke arah adik perempuannya.

"Lah, emang Napa? Kalo nanti salah satu diantara mereka jodoh Yura, Kakak bakal kejang-kejang. Secara kakak kan udah TUA, Jantungnya masih sehat kan?" Yura sengaja menekan kata tua untuk membuat si kakak makin bete.

Ibu hanya geleng-geleng melihat tingkah kedua anaknya, yang tiada hari tanpa berdebat. "Sudahlah kalau kalian sudah selesai, Sono cepat berangkat"

"Ya udah buk Yura berangkat ya, Doain Yura ya biar suatu hari nanti Aku bisa bawa Ibu ke Korea, Sekalian mau ketemu calon mantu Ibu hehe." Yura menyalim tangan ibunya dan mulai pergi meninggalkan Ibu dan kakaknya yang masih berada di meja makan.

"Iya, ingat kalau di kantor kerja yang benar. Cukup di rumah aja kamu jadi Tuti."

"Siap Bu, Dan untuk Abang ku tersayang kapan nih bawa mantu buat Ibu, ingat umur loh.Tahun depan kakak udah genap 30 tahun, Aku gak mau aja nanti anak kakak manggil Papanya kakek hahha." Yura sangat puas membalas kakaknya tersayang pagi ini. Dia berjalan sambil melambaikan tangannya tanpa menoleh lagi.

Hans mendengus kesal mendengar celotehan adiknya, Yang kesannya lebih mengejek sih sebenernya.

Tiba-tiba Hans penasaran dengan julukan baru yang diberikan ibunya kepada sang adik.

"Emangnya Tuti itu apa buk?"

"Tukang tidur!" Ibunya pergi ke wastafel untuk mencuci peralatan makan mereka barusan.

"Ya juga ya, Ibu dapat inspirasi dari mana nama Tuti itu?"

"Ya jelas dari kelakuan adikmu itu, memangnya apa yang dia lakukan kalau sedang weekend. Selain rebahan, nonton Drakor, ngehalu gak jelas, capek ngehalu tidur sampe malem. Ibu sampe bingung mengapa dia segitu terobsesinya sama idol-idol Korea itu."

"Biarkan saja buk, daripada dia kelayapan toh! Usianya sudah 25 tahun tak sekalipun kita dibuat khawatir karena keluyuran." Hans juga mengambil tas kerjanya, bersiap-siap berangkat ke kampus.Dia menjadi Dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta.

"Iya juga sih, Ibu bersyukur juga sampai saat ini kalian berdua menjadi anak kebanggaan Ibu. Walaupun terkadang adikmu sedikit nyebelin. tapi Ibu tetap bersyukur sama Tuhan, Telah memberikan anak-anak yang pengertian dan sayang sama Ibu." Mata Ibu berkaca-kaca dikala mengingat bagaimana kedua anaknya selalu berusaha, agar tidak menyakiti hatinya.

Hans berjalan ke arah Ibunya kemudian mencium kening wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini. "Ibu tenang saja, sekarang sudah tugas kami untuk membahagiakan Ibu. Sekarang Ibu tak perlu khawatir tentang keuangan kita lagi. Yura mendapat pekerjaan yang bagus di perusahaan besar pula. Begitupun Aku menjadi Dosen di salah satu universitas ternama di kota ini."

"Hans, terimakasih sudah menjadi sosok kepala keluarga di rumah ini dan menjadi kakak yang penyayang untuk adikmu. walaupun kalian sering sekali berdebat, Tapi Ibu yakin kalian saling menyayangi satu sama lain. Dan Ibu sangat kesal pada Ayahmu, mengapa Dia cepat-cepat mau dipanggil Tuhan." Hans terkekeh mendengar ujung kalimat Ibunya.

"Itu sudah menjadi takdir Ayah Bu, Kalau bisa memilih diapun tak ingin cepat-cepat pergi meninggalkan kita! Apalagi meninggalkan anak perempuan kesangannya yang masih sangat kecil waktu itu. Ya sudah Bu, jangan terlalu banyak pikiran. Hans ke kampus dulu." Sama halnya dengan Yura, Hans Salim tangan sang Ibu. Setelah itu tak lupa juga ia mencium pipi sang Ibu.

Itulah bedanya Hans dengan Yura, Hans tak segan memperlihatkan rasa sayangnya kepada sang Ibu walaupun ia seorang pria. Sedari kecil Hans lebih dekat dengan Ibu, Dan Yura lebih dekat bahkan selalu nempel kepada sang Ayah. Seakan gadis itu tahu bahwa waktu Ayahnya tak akan lama bersamanya.

Ayah mereka meninggal ketika Hans berusia 8 tahun, sedangkan Yura berusia 4 tahun. Kenangan Yura tentang Ayahnya hanya sedikit yang Dia ingat itupun samar-samar.

Disaat Ayah mereka meninggal, Hanya 1 toko kue yang ditinggalkannya. Itu juga yang membiayai kehidupan mereka dan juga biaya pendidikan Yura dan Hans.

Tapi karena kue buatan ibunya memang terkenal enak, kue yang dijualnya laris manis. bahkan saat Hans kuliah dan Yura duduk di bangku SMA, Ibunya berhasil membuka 2 toko kue lagi di sekitar kota Jakarta.

Dan sekarang toko kue mereka tersebar di beberapa daerah, Jika di hitung Ibunya memiliki 18 cabang toko kue saat ini dengan nama toko "KELUARGA BAHAGIA" itu nama yang dibuat oleh Ayah mereka. Dan Ibunya tak ada niat sekalipun untuk mengganti nama toko itu.

Bersambung... 💞💞

💟

💟

💟

Jadi gays, ini karya perdana author dan aku belum ada pengalaman menulis sebelumnya.

jadi kalau tulisan aku masih amburadul mohon bimbingannya ya emak-emak dan kakak-kakak cantik semuanya.

Aku sangat senang jika kalian mengkritik karya ku yang masih jauh dari kata sempurna ini. Jangan lupa like and komen biar aku tahu letak kesalahan aku dimana. 💕💕💕

sekian dan terimakasih 💖💖💖

Bab 2

Bukan hal yang mudah untuk menjalani kehidupan tanpa sosok seorang Ayah, Begitu banyak rintangan yang harus dilewati hanya untuk sekedar mencari sesuap nasi. Begitu juga dengan Ibu Ira yang harus banting tulang untuk menghidupi kedua anaknya dan juga dirinya. Saat mereka masih kecil Beberapa kali Hans dan Yura harus memendam keinginan untuk memiliki mainan yang mereka inginkan karena tidak ingin menyusahkan sang ibu. Padahal sebenarnya ibunya tak pernah menolak apa yang mereka inginkan! Memang sepengertian itulah mereka sejak masih kecil.

Beruntung mereka tinggal di lingkungan orang-orang yang saling menghormati satu sama lain, Sehingga Hans dan Yura tidak pernah mengalami yang namanya di ejek di sekolah karena tidak memiliki Bapak.

Setelah lulus SMA, Hans memutuskan kuliah sambil bekerja. itu dilakukannya karena ingin meringankan beban ibunya, Awalnya ibunya menentang keinginan Hans untuk bekerja! karena dirinya merasa masih sanggup membiayai pendidikan mereka meski hanya dengan bermodalkan usaha toko kue mereka.

Hans sadar, Selama ini ibunya jarang bahkan tak pernah memikirkan kebutuhannya sendiri demi mereka anak-anaknya. Bahkan ibunya hampir tak pernah membeli baju baru Selama bertahun-tahun! Maka dengan tekad yang kuat, Hans membuka les privat yang bayarannya lumayan besar, Karena anak-anak yang diajarnya berasal dari Keluarga kaya.

Sedangkan Yura fokus membantu ibunya di toko untuk membuat kue sejak dirinya masih SD, Waktu itu tokonya belum begitu maju sehingga belum ada karyawan yang dipekerjakan. Semua dikerjakan tanpa karyawan, Mulai dari membuat kue, Melayani pembeli, Sampai membeli bahan ke pasar atau ke supermarket mereka lakukan semuanya. Memang sesibuk itulah kehidupan mereka dulunya, Beberapa kali Yura mendapat teguran dari guru karena tertidur di kelas akibat kecapekan membantu ibunya dari sepulang sekolah sampai sore hari. Tapi meskipun sibuk Yura tidak pernah tak menyelesaikan tugasnya di sekolah, Karena baginya dengan kepintaran maka memudahkan langkahnya di masa depan. Terbukti, Di SMA dia selalu menduduki peringkat juara kelas sampai di bangku kuliah dirinya mendapat nilai yang memuaskan.

Memang pepatah mengatakan hasil tidak pernah mengkhianati usaha benar adanya, Di usia yang masih muda Hans berhasil menjadi seorang dosen di universitas ternama, Sedangkan adiknya menjadi Sekretaris di salah satu perusahaan besar di Jakarta.

Orang tua manapun pasti akan bangga melihat kedua anaknya memiliki masa depan yang cerah meski tanpa sosok seorang suami. Dulu ibunya sempat tak percaya diri mampu menyekolahkan anaknya sampai sarjana, Maklum saja karena dia maupun suami tak memiliki harta lain kecuali toko kue mereka. Kedua orang tua Hans bukan berasal dari keluarga yang berada sehingga tidak ada harta warisan atau semacamnya. Sehingga setelah menikah mereka harus mampu berdiri di kaki mereka tanpa sokongan dari keluarga masing-masing.

Tapi ditengah kehidupan mereka yang terbilang berkecukupan, Tidak membuat mereka sepenuhnya bahagia. Karena biar bagaimanapun mereka merindukan sosok ayah ditengah-tengah Keluarganya.

Setelah Hans berhasil menjadi dosen, Dia mengembangkan toko kue mereka dengan membangun beberapa cabang. Tak lepas dari itu kue buatan ibunya cukup laris dan sudah banyak diketahui orang lain.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Saat ini Yura sudah sampai di depan gedung perusahaan tempatnya bekerja, Setelah selesai memarkirkan mobilnya Ia pun segera menuju lantai paling atas. Ruangannya tepat bersebelahan dengan ruangan direktur utama.

Dari kejauhan terlihat pria tegap penuh wibawa menuju ke arahnya.

"Selamat pagi pak." Yura sedikit membungkukkan kepala untuk memberi hormat.

"Ya selamat pagi, Tolong ikut keruangan saya Yura."

"Baik pak." Yura segera mengekor dibelakang Satria sang bos, Yura beriringan dengan asisten pribadi Pak Satria, Namanya Doni.

"Silahkan duduk." Pak Satria sudah duduk di kursi kebesarannya.

"Baik pak, terimakasih."

"Jadi begini, Saya sudah memutuskan untuk pensiun. Dan kedepannya anak saya yang akan menggantikan posisi saya."

"Jadi saya dipecat pak? Trus saya nanti kerja apa dong pak? Jaman sekarang susah banget cari kerja pak!" Yura sangat terkejut dengan pemberitaan bosnya itu. Bagaimana tidak, Dia sungguh tidak rela bila harus kehilangan pekerjaannya saat ini. Secara gaji yang diterima sangatlah fantastis.

"Bukan, Saya tidak memecat mu! yang ingin saya sampaikan kamu akan tetap bekerja di perusahaan ini. Tetap menjadi sekretaris, Tapi bukan sekretaris saya. Melainkan menjadi sekretaris anak saya Gheo. Yang nantinya akan menjadi CEO di Cristiano Group."

"Begitu ya pak, Saya kira bapak pensiun saya juga ikut pengganguran pak."

"Haha, Rugi rasanya bila melepaskan kamu dari perusahaan ini. Kamu sangat banyak membantu saya, Intinya tetap lah pertahankan kinerja mu seperti selama ini."

"Baik pak! Saya akan berusaha semampu saya, Bapak kan tahu saya lagi berjuang mati-matian ngumpulin duit buat kejar masa depan saya ke Korea hehehe."

Pak Satria hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah sekretarisnya itu. Memang sesantai itulah interaksi antara mereka, Karena bagi Pak Satria Yura sudah seperti putrinya sendiri. Beberapa kali Ia menawarkan rumah, dan mobil kepada Yura. Itu karena Yura tidak pernah mengecewakan dalam pekerjaannya.

Tetapi gadis itu selalu saja menolak, dengan alasan Ia tidak suka menerima pemberian dengan cara cuma-cuma.

Pak Satria adalah guru bagi Yura, Selama bekerja dengannya banyak pelajaran positif yang Yura dapatkan darinya.

"Ada beberapa poin penting yang ingin saya sampaikan, Supaya nanti saat kamu bekerja dengan anak saya kamu tidak kebingungan."

"Emangnya ada apa dengan Tuan Gheo Pak?"

"Tidak ada yang salah dengan anak saya, Hanya saja dia sedikit pendiam dan tidak banyak bicara. Ketika kamu bingung atau tidak paham tentang pekerjaan cobalah bertanya sama Doni. Karena saya tidak yakin anak saya itu mau mengajari atau membimbing kamu seperti selama ini yang saya lakukan ketika kamu bertanya." Pak Satria berhenti sejenak lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Sebenarnya saya juga sudah yakin dengan kemampuan bekerja mu saat ini, Dan aku rasa tidak akan menyulitkan mu. Semoga kamu betah menjadi sekretaris Gheo."

"Semoga saja Pak, Saya akan berusaha membuat Tuan Gheo tidak kecewa dengan hasil kerja saya." Yura sangat senang karena pikiran tentang dia akan dipecat ternyata salah.

"Dan yang terakhir saya ingin meminta tolong pada mu, Dan ini di luar pekerjaan."

Yura melihat wajah Pak Satria yang terlihat sangat serius.

Bersambung.....💞💞💞💞

Sekian dulu ya gays..

like dan komen seikhlasnya saja hehhe....

Bab 3

Yura sedikit was-was dengan pernyataan Pak Satria karena seperti yang disampaikan oleh beliau, dia meminta tolong diluar dari pekerjaan yang sifatnya sudah pasti pribadi.

"Jadi begini, Seperti yang kamu tahu beberapa upaya sudah saya lakukan untuk membuat anak sulung saya memiliki keinginan untuk menikah. Beberapa anak sahabat serta anak rekan bisnis juga sudah saya kenalkan. Tapi semua berakhir dengan sia-sia, Saya sempat ragu apakah Gheo normal! Kamu paham kan maksud saya?"

"Maksud Bapak tuan Gheo tidak suka wanita begitu?"

"Walaupun saya harap pemikiran saya ini salah, tapi melihat bagaimana dia selalu menolak gadis yang saya kenalkan. Wajar saja jika kami khawatir dan berpikir demikian." Pak Satria menghembuskan nafasnya dengan kasar, Karena dia tahu umurnya sudah tak lagi muda. Dia butuh penerus selanjutnya dari anak-anaknya.

"Jadi apa yang bisa saya bantu pak?" Kali ini Yura juga tak kalah serius menanggapi permintaan Pak Satria.

"Coba kamu dekati dan cari tahu apa yang membuatnya tidak tertarik sama lawan jenis, Mungkin dengan begitu saya bisa bertindak untuk mengatasinya."

"Tapi tuan Gheo sepertinya sulit untuk didekati pak." Yura sedikit tahu tentang anak bosnya itu, Beberapa kali Yura bertemu dengan anak-anaknya di acara keluarga yang sering dilaksanakan oleh Pak Satria.

Hanya Gerald dan Mika yang menyapa dan mengajaknya mengobrol beserta Ny.Satria tentunya. Sedangkan Tuan Gheo sekalipun tak pernah berbicara dengannya.

"Itulah sebabnya saya menetapkan kamu menjadi sekretarisnya, Dengan seringnya berinteraksi dengan mu mungkin dia mau membuka diri. Jadi buatlah dia senyaman mungkin berbicara dengan mu."

"Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa pak, Tapi saya akan berusaha mencari tahu apa penyebabnya tuan Gheo tidak memiliki kekasih sampai saat ini." Yura pikir tidak ada salahnya membantu pria paruh baya yang sudah hampir 2 tahun ini menjadi bosnya.

"Saya mengerti, Saya harap kamu tidak mengalami kesulitan ketika menjalankan permintaan dari saya. Ketika kamu butuh bantuan atau solusi, jangan sungkan untuk menghubungi saya." Pak Satria tersenyum tulus menatap gadis manis di hadapannya ini.

Karena sampai saat ini dia masih saja merasa bersalah kepada gadis yang sudah menjadi sekretarisnya ini. Walaupun sudah banyak membantu Yura dan keluarganya sejak dulu, tanpa sepengetahuan mereka tentunya. Tetap saja perasaan bersalah itu masih bersarang di hatinya.

"Tapi kalau boleh saya tahu mengapa Bapak ingin sekali tuan Gheo cepat menikah, Bukankah masih ada tuan Gerald? Dan saya ingat beberapa waktu lalu bapak pernah bercerita kalau tuan Gerald sudah memiliki kekasih seorang aktris terkenal."

"Memang benar, tetapi sudah menjadi tradisi di kelurga Cristiano tidak ada yang bisa menikah jika kakaknya belum menikah. itulah sebabnya Mika masih bertunangan, waktu kekasihnya melamar saat itu juga saya menegaskan supaya mereka bertunangan terlebih dahulu. Dan untuk Gerald memang sudah siap untuk menikah, semua halangannya ada pada Gheo." Yura Hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan tradisi turun-temurun di keluarga Cristiano yang baru diketahuinya hari ini.

"Tapi Bapak tidak berniat untuk menjadikan saya istrinya kan pak?" Walaupun geli sendiri mendengar ucapannya, Yura harus mewanti-wanti sejak awal.

"Hahaha kamu merasa anak saya kurang tampan? Banyak yang bilang kalau pemuda kaku itu sangat tampan rupawan." Pak Satria tak menyangka kalau Sekretaris yang akan menjadi mantan sekretarisnya itu menolak mentah-mentah putra sulungnya.

"Bukan begitu Pak, Hanya saja Tuan Gheo tak setampan idola saya hehe." Yura tertawa senang tanpa merasa bersalah sedikitpun, sambil membayangkan Tuan Gheo dibandingkan dengan idol tercintanya.

"Oh ya?? Memangnya setampan apa Idol Korea yang sangat kamu sukai itu?"

Dengan semangat 45 Yura segera meraih handphone yang berada di saku blazer yang Ia pakai.

"Ini idola saya semua pak." Yura menunjukkan foto grup idol korea yang beranggotakan 7 orang dari ponselnya.

Pak Satria menyipitkan matanya, sambil membetulkan kaca mata yang dipakainya.

"Wahh mereka kembar semua? Wajahnya kok sama semua ya? Hanya warna rambutnya saja yang berbeda."

Mata Yura auto langsung melotot mendengar ucapan Pak Satria "Apa katanya?? Kembar?? Oh no... jelas-jelas mereka berbeda semua. Dan mereka memiliki ketampanan dengan ciri khas masing-masing."

"Nggak Pak, mereka nggak kembar dan mereka memang tampan semua. Dan ini nih calon suami saya di masa depan." Dengan bangganya Yura menunjukkan foto idol yang manjadi biasnya itu.

"Hmmm, wajahnya tampan dan matanya sipit. kulitnya juga lebih putih dari yang lainnya. Apa dia Albino??."

Yura langsung menjerit dalam hati, "Albino?? oh my God!! setidak tahu itukah pak Satria tentang idolaku?? Sabar.. Untung Pak Satria selama ini menjadi bos yang sangat dermawan kepada bawahannya. jadi aku akan mentolerir sikapnya barusan."

"Bias ku ini bukan albino pak, Melainkan dia memiliki kulit putih pucat." Yura berusaha menjelaskan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang bukan fans K-POP seperti Pak Satria ini.

"Begitu rupanya, Ah.... Memang betul seperti yang kamu katakan tadi mereka tampan semua."

Kali ini Yura langsung senyum Pepsodent mendengar idolanya dipuji oleh sang bos.

"Sekarang bapak tahu kan seperti apa calon suami saya di masa depan? Tapi saya janji setelah saya tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada tuan Gheo, saya akan berusaha membantu bapak untuk segera menemukan menantu idaman?" Yura mengangkat sebelah tangannya dengan penuh semangat.

"Haha kamu sangat bersemangat sekali Yura." Pak Satria menepuk-nepuk bahu Yura dengan penuh kasih.

"Kalau begitu apa saya sudah bisa kembali ke ruangan saya pak?"

"Baiklah! memang hanya itu yang ingin saya sampaikan, Dan tolong siapkan berkas yang sudah saya kirim via email untuk meeting nanti siang. Sekalian saya ingin mengumumkan pensiunnya saya."

"Baik pak, Saya permisi!"

Yura sempat menyapa Doni asisten pribadi Pak Satria yang sedari tadi masih setia berdiri di samping meja sang atasan.

Yura langsung menuju ke ruangannya, Setelah sampai Ia segera menyelesaikan berkas-berkas yang akan dibawa Pak Satria untuk meeting nanti siang.

Setelah bekerja cukup lama jam makan siang telah tiba, Yura cepat-cepat merapikan beberapa dokumen yang berserakan diatas mejanya. Karena siang ini Ia berencana makan di restoran Chinese food di salah satu restoran tak jauh dari perusahaan.

Sambil berjalan Yura menghubungi seseorang melalui handphonenya.

"Emaknya Olaf Lo dimana? Keluar yuk laper nih!"

"..."

"Ya udah gue tunggu loe di parkiran."

"..."

Setelah memasuki lift Yura segera memencet tombol menuju lantai paling bawah yang langsung sampai di lobi.

"Yuraaaa..."

Dari kejauhan terlihat gadis berambut ikal, ertubuh tinggi dan ramping berlari kecil menghampiri Yura.

"Memangnya kita makan dimana sih?" Gadis berparas keturunan China itupun menggandeng lengan Yura.

"Gue lagi pengen makan Chinese food nih, kita ke restoran yang seminggu lalu kita kunjungi."

"Ok deh, Gue juga bosen makan di kantin perusahaan. walaupun makanannya gak kalah sama makanan yang ada di restoran."

Kedua sejoli itu langsung menuju ke mobil masing-masing.

"Elsa! loe bareng gue aja deh Lo nambah kemacetan Jakarta aja tau gak!" Yura tak habis pikir dengan sahabatnya itu, karena jarak yang mereka tempuh hanya 2 km dari gedung perusahaan.

"Yura sayang.. Gue males sama Lo, Lo gak tau caranya nyetir yang baik dan benar. Yang lo tau cuma ngebut doang!"

"Elsa plis deh, ini tuh jam makan siang yang pastinya jalanan juga lagi rame. Gak mungkin juga gwe ngebut." Yura menatap jengah ke arah sahabatnya itu.

"Ya juga ya, ok deh kalo gitu gue nebeng mobil Lo ya yur? Sekalian irit bensin hehe."

Elsa segera menutup pintu mobilnya kembali, dan langsung duduk di bangku samping kemudi.

"Eh emaknya Olaf? udah berapa juta kali gue bilang, gue gak suka Lo panggil yur?!" Yura mulai menjalankan mobilnya meninggalkan lokasi parkiran perusahaan.

"Nama Loe Yura kan? Jadi masalahnya dimana Siti? Loe juga udah berapa milyar kali gue bilang! Gue bukan emaknya Olaf!" Elsa juga tak mau kalah.

Bersambung.............💞💞💞

Jadi gays ini tuh murni imajinasi author semata, Jika ada kesalahan mohon diberi tahu ya gesss.....😘😘😘😍

Diberi tempe sekalian author no problem y gesss ya hehe.... 😍😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!