Langit malam diterangi oleh terang dari bulan purnama merah menambah kesan misteri di dalam hutan belantara. Dalam kegelapan yang menggantung, seorang laki-laki berdiri tegap, menggenggam senapan M4 dengan kuat di tangannya. Nafasnya berat, mata terfokus, dan tekadnya tak tergoyahkan. Namanya adalah Ethan Parker, seorang anggota pasukan khusus yang telah berkecimpung dalam pertempuran melawan kejahatan selama bertahun-tahun.
Ethan telah diutus untuk melacak jaringan mafia perdagangan organ tubuh yang kabarnya beroperasi di hutan ini. Kabar tersebut menyebutkan bahwa pemimpin jaringan ini merupakan sosok yang sangat berbahaya.
Keheningan malam terputus ketika suara langkah kaki menginjak ranting pepohonan kering yang patah. Ethan mengencangkan pegangan senapannya dan dengan hati-hati merambat maju, berusaha mempertahankan ketenangannya. Namun, apa yang ia lihat membuat jantungnya berdebar kencang di dadanya.
Dari balik pohon, Ethan melihat banyak tubuh manusia digantung bergelantungan di halaman depan sebuah rumah. Tampaknya tubuh manusia itu dijemur untuk diambil lemaknya. Ada ember penampungan di bawah tiap gantungan. Pemandangan ini sungguh mengerikan di luar batas kemanusiaan.
Rumah sederhana itu dijaga oleh beberapa orang bersenjata api. Tampak penjaga di luar rumah ada tujuh orang bersenjata senapan AK 47 dan pistol di pinggang mereka. Markas mereka tampak dijaga cukup ketat.
"DROOOTTT DROOOTTT DROOOTTT ...."
Ethan memulai membuka tembakan.
"Serang!"
Ethan berteriak pada anak buahnya yang berjumlah 12 orang yang menunggu aba-aba darinya sejak tadi. Ethan berlari maju. Anak buah Ethan berlari di belakangnya. Mereka bergantian berlari maju sambil saling melindungi.
Suara tembakan bersaut-sautan saling balas. Ethan terus maju sambil menembak. Anak buah Ethan sudah mengepung rumah tersebut. Tujuh orang penjaga sudah tergeletak pindah ke alam lain.
'BRAK'
Suara Ethan menendang pintu rumah.
Ethan langsung masuk ke dalam rumah diikuti oleh anak buahnya. Ethan harus memanfaatkan momen pendadakan agar musuh tidak siap.
"Jangan bergerak! Letakkan senjata! Vincent Moretti, permainanmu berakhir di sini! Kami tahu tentang operasimu yang keji. Menyerah lah letakkan senjata!"
Ethan berteriak dengan suara tegas. Ethan mempertahankan posisi, matanya terfokus pada Vincent Moretti, pemimpin jahat di depannya. Senapan M4 yang dipegangnya dengan erat diarahkan ke arah lawan.
"Jadi kau pikir kau bisa menghentikan ku, huh? Kau tak tahu apa yang sedang kau hadapi."
Vincent berdiri diam sambil tersenyum pada Ethan. Tidak ada sorot mata ketakutan sedikitpun dari Vincent. Semua anak buah Vincent juga berdiri diam dengan senjata api masih di tangan.
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Vincent dan ketiga anak buahnya di hadapan Ethan tidak mengindahkan perkataan Ethan. Mereka semua malah bergerak tiba-tiba mengarahkan senjata mereka pada Ethan.
"DROOOTTT DROOOTTT DROOOTTT ...."
Senapan Ethan langsung menyalak menembak para mafia yang hendak menyerang. Ethan dan anak buahnya tidak ingin kalah cepat dalam adu kecepatan menembak jarak dekat ini. Semua anak buah Vincent terkapar bersimbah darah tanpa sempat menembakkan senjatanya.
Saat Ethan menembakkan peluru ke arah pimpinan mafia, peluru itu menembus tubuhnya namun tetap berdiri kokoh. Pimpinan mafia itu melolong dengan keras dan tubuhnya mulai berubah. Pistol di tangannya jatuh di lantai. Kulitnya diliputi bulu hitam, wajahnya memanjang menjadi mengerikan, dan gigi-gigi tajam seperti belatung muncul di mulutnya. Ethan terpaku, kaget dengan perubahan yang ia saksikan.
Sekarang, Ethan menyadari bahwa ia berhadapan langsung dengan seorang werewolf. Werewolf selama ini hanya Ethan pahami sebagai makhluk mitos saja. Ini sungguh nyata di depan mata Ethan.
Tanpa ragu, werewolf yang dulunya adalah pimpinan mafia itu melompat ke arah Ethan dengan kecepatan yang menakutkan. Ethan bereaksi cepat, berusaha bertahan dari serangan yang ganas dengan terus menembak. Namun, kekuatan werewolf itu jauh melebihi ekspektasinya. Serangan itu brutal dan tak terduga. Ethan terlempar ke belakang, senapannya terjatuh dari tangannya.
Peluru senapan tampak tidak terlalu berpengaruh pada werewolf. Rentetan tembakan yang dilakukan anak buah Ethan sia-sia saja. Luka werewolf secara instan langsung sembuh seketika. Werewolf dengan kecepatan tinggi menyerang anak buah Ethan. Satu per satu, empat orang anak buah Ethan di dalam ruangan itu dicabik-cabik dengan ganas oleh werewolf yang mengamuk tanpa perlawanan berarti. Mereka akhirnya terkapar tidak bernyawa dalam kondisi badan tidak ada yang utuh.
Ethan berusaha kembali berdiri dengan susah payah namun werewolf Vincent melompat menuju Ethan dengan kecepatan kilat. Ethan dengan cepat menghindar dan berusaha mempertahankan diri dari serangan ganas werewolf itu. Ethan mencabut pisau komando dari sarungnya.
Serangan dan blokade berlangsung dengan kecepatan yang luar biasa. Ethan mengayunkan pisau dengan keahlian, mengincar leher dan lambung werewolf Vincent. Namun, kekuatan dan ketangkasan werewolf membuatnya sulit untuk melukai makhluk itu.
Vincent menerkam Ethan dengan gigi-gigi tajamnya, mencoba mengoyak kulitnya. Ethan dengan cepat melompat ke belakang, menghindari serangan yang mematikan. Keduanya saling berhadapan, pandangan mereka penuh dengan kebencian dan tekad.
Keduanya terus berkelahi dalam pertempuran yang brutal. Ethan menggunakan gerakan cepat dan presisi untuk menyerang titik lemah Vincent. Namun, tak peduli seberapa serius luka yang ia berikan, Vincent terus bangkit kembali dengan kekuatan yang tak tergoyahkan.
Akhirnya, dalam momen yang membelalakkan, Vincent melancarkan serangan terakhir yang menghantam Ethan dengan kekuatan penuh. Ethan terhempas ke belakang dengan punggungnya membentur tembok. Rasa sakit menusuk tubuhnya, dan dunia di sekitarnya berputar-putar. Matanya mulai kabur dan kehilangan fokus. Dia merasa darahnya mengalir deras dari luka-luka parah yang ia peroleh dari serangan brutal Vincent.
Ethan mencoba berdiri dengan susah payah, namun tubuhnya terasa lemah dan tak mampu menahan beban. Dia meraba lengan yang penuh dengan darah dan menghela napas dalam-dalam. Dalam keadaan yang hampir pingsan, dia menyadari bahwa Vincent berhasil melarikan diri.
Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kekuatannya, Ethan berjalan keluar rumah dengan berpegangan di dinding rumah. Darah yang mengalir deras membuatnya merasa pusing dan lemas. Dia menyadari bahwa dia membutuhkan bantuan segera jika ingin bertahan hidup.
"Darn it!"
Ethan mengumpat dengan kekesalan. Dia mengutuk nasib buruknya saat ini. Ethan melihat anak buahnya yang berada di luar rumah juga sudah tidak bernyawa. Kondisi mereka tidak jauh lebih baik dari anak buahnya yang ada di dalam rumah. Kehilangan Vincent membuatnya merasa gagal, tapi dia tak akan menyerah begitu saja. Dendam yang membara masih menyala di hatinya, dan dia berjanji akan menemukan Vincent dan menghancurkannya.
Dengan tekad yang kuat, Ethan mengeluarkan alat komunikasinya dari saku dan memanggil rekan-rekannya. Suara kecil keluar dari perangkat itu, dan dia berharap ada yang mendengarnya.
"Ethan di sini. Aku butuh bantuan segera. Vincent Moretti berhasil melarikan diri. Saya terluka parah dan membutuhkan evakuasi segera."
Suaranya terdengar lemah, tapi dia berharap bahwa pesan itu sampai ke tim penyelamatnya. Sambil menunggu bantuan datang, dia memusatkan pikirannya untuk mengumpulkan kekuatan yang tersisa.
Beberapa saat kemudian, suara radio memenuhi telinganya. "Ethan, ini Tim Penyelamat Delta. Kami mendengar permintaanmu. Kami sedang menuju lokasi. Bertahanlah, Bung!"
Ethan merasa lega mendengar suara itu. Dia tahu bahwa bantuan sedang dalam perjalanan. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa hanya mengandalkan mereka. Dia harus mencari cara untuk pulih dan melanjutkan perburuannya sendiri.
Sambil menunggu bantuan datang, Ethan membalut luka di tubuhnya dengan menggunakan perban yang dia bawa di tasnya. Darah masih merembes perlahan dari kain perban, tetapi setidaknya dia bisa menghentikan pendarahan untuk sementara waktu.
Saat Ethan berusaha terus berjalan mengejar dalam rasa lemahnya, dia merasakan kehadiran yang aneh di sekitarnya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling dengan waspada. Ada sesuatu yang tidak beres.
Dalam sekejap, kawanan serigala muncul dari balik semak-semak di dekatnya. Banyak sorot mata yang tajam memandang lurus ke arah Ethan, mengeluarkan suara menggertakkan gigi. Bulu di punggung Ethan berdiri tegak, dan dia tahu dia harus siap untuk pertempuran baru.
Dari kegelapan, suara gemuruh dan geraman mulai terdengar. Ethan memutar kepalanya dan melihat dengan kaget bahwa dia sudah dikelilingi oleh kawanan serigala. Matanya melebar saat dia menyadari bahwa ini bukanlah serigala biasa, tetapi serigala yang berukuran besar dan ganas.
Serigala-serigala itu memandang Ethan dengan nafsu makan yang jahat. Mereka melihatnya sebagai mangsa yang lemah dan mudah ditaklukkan. Namun, Ethan tidak akan menyerah begitu saja.
Ethan mengumpulkan keberanian terakhirnya dan mengeluarkan pisau yang dia bawa dari pertarungan sebelumnya. Senjata apinya tidak dia bawa karena Ethan tahu peluru tidak bisa melukai werewolf sama sekali. Masih lebih efektif pisau karena Ethan sudah melihat luka sayatan pisau pada werewolf lebih lama pulih dari pertarungan sebelumnya. Dia memegang pisau itu dengan erat, siap untuk menghadapi serangan mereka.
Serigala pertama melompat ke arah Ethan, mencoba menggigit dan mencakar nya. Ethan dengan cepat menghindar dan menikam serigala itu dengan pisau. Serigala itu meraung kesakitan dan jatuh ke tanah, tetapi serigala-serigala lainnya tak tergoyahkan. Mereka terus menyerang dengan gigi dan cakar yang tajam.
Serigala-serigala itu terkejut dengan perlawanan sengit Ethan. Beberapa di antaranya terluka parah dan mundur sejenak. Namun, itu hanya sebentar karena mereka segera kembali menyerang dengan lebih banyak amarah dan keganasan.
Sambil menghindar, Ethan berusaha mencari celah untuk menyerang. Setiap gerakan dan serangan yang dia lakukan dilakukan dengan ketepatan dan kekuatan yang maksimal. Dia mencoba melumpuhkan serigala-serigala itu satu per satu, mengarahkan tusukan pisau dengan presisi yang mematikan.
Ethan menggunakan pisau dengan keahlian yang dimilikinya, mengayunkannya dengan presisi dan kekuatan. Setiap gerakan mengincar titik-titik vital para serigala yang menyerangnya. Namun, para serigala itu juga tak mau kalah meskipun sudah ada beberapa serigala yang terkapar. Gigi-giginya tajam dan cakar-cakarnya kuat, mencoba melukai Ethan dengan setiap kesempatan yang ada.
Namun, jumlah serigala dan kekuatan mereka yang ganas membuat pertarungan semakin sulit bagi Ethan. Dia merasakan gigi-gigi yang mencakar tubuhnya, darahnya mengalir deras. Rasa sakit yang menusuk membuatnya semakin kesulitan bertahan.
Dalam keadaan yang semakin putus asa, Ethan merasakan adrenalin mengalir dalam darahnya. Dia mengeluarkan teriakan yang penuh keberanian dan melancarkan serangan balik dengan kekuatan yang tak terduga. Pisau itu menari dengan lincah, menusuk dan mengiris serigala-serigala itu dengan kejam.
Akhirnya, setelah perjuangan yang panjang dan melelahkan, Ethan berhasil melumpuhkan hampir semua serigala. Namun, ada satu serigala terbesar yang tersisa, pemimpin kawanan itu. Serigala itu menatap Ethan dengan mata yang penuh dengan nafsu pembunuh.
Akhirnya, setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Ethan mampu mengalahkan serigala terakhir dengan tusukan telak di jantungnya. Serigala itu jatuh ke tanah dengan suara yang redup, tak berdaya lagi. Napas Ethan terengah-engah saat dia berlutut di sekitar banyak mayat kawanan serigala yang bergelimpangan.
Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dari pertempuran yang baru saja terjadi. Luka-luka barunya mulai terasa dan rasa lelah mulai melanda. Dia tahu dia tidak bisa terlalu lama berlama-lama di sini. Bantuan sedang menuju, dan dia harus memanfaatkan waktu yang ada.
Ethan melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang goyah, mengandalkan kekuatan terakhir yang tersisa. Setiap langkahnya dipenuhi dengan rasa sakit, tetapi dia terus maju dengan tekad yang kuat. Dia tidak akan menyerah, tidak akan berhenti sampai dia menemukan Vincent dan membawa keadilan pada mafia yang kejam.
Saat malam semakin larut, Ethan merasa semakin lemah. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Tetapi, ketika semua harapan hampir sirna, dia melihat sinar lampu jauh di kejauhan. Bantuan akhirnya tiba.
Tim Penyelamat Delta tiba di lokasi, membawa peralatan medis dan perlengkapan evakuasi. Mereka menemukan Ethan tergeletak di tengah hutan, lemah dan tidak sadarkan diri. Dengan hati-hati, mereka merawat luka-lukanya dan mengangkatnya ke dalam kendaraan evakuasi.
***
Ethan membuka matanya perlahan-lahan dan melihat sekelilingnya. Dia berada di dalam ruang perawatan militer yang terang benderang. Suara peralatan medis dan desiran angin dari air conditioner mengisi ruangan yang hening. Ethan merasakan perban yang mengelilingi tubuhnya dan mengetahui bahwa luka-lukanya telah diperban dengan rapi.
Namun, yang membuatnya bingung adalah fakta bahwa dia berada dalam ruang yang terisolasi. Dia melihat kaca searah yang memisahkan ruang itu dengan ruang di luar. Kaca itu tampak seperti kaca pengamatan. Ethan merasa seperti sedang diawasi dari jauh.
Ethan merasa indera penciuman dan pendengarannya menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Matanya terasa lebih jelas melihat benda-benda kecil di sekitarnya.
Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, dan meskipun masih merasakan kelemahan, dia bisa bergerak dengan lebih baik daripada sebelumnya. Dia mencoba untuk berdiri, dan dengan hati-hati menggantungkan tubuhnya pada infus yang terpasang di lengan.
Namun semua tangan dan kaki Ethan diikat dengan kain di tempat tidur. Ethan tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Bahkan untuk duduk pun tidak bisa karena kaki dan tangannya terikat cukup rapat dan kencang di tempat tidur.
Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka perlahan dan seorang perawat masuk. Dia memandang Ethan dengan penuh perhatian dan tersenyum lembut.
"Aku senang melihatmu sadar, Mr. Parker," kata perawat itu dengan suara lembut. "Kamu sedang dalam perawatan intensif sejak kamu ditemukan di hutan. Kamu harus beristirahat dan memulihkan diri sepenuhnya!"
Ethan menatap perawat itu dengan heran. "Di mana aku berada? Dan mengapa aku sendirian di sini?"
Perawat itu memberi isyarat kepada Ethan untuk tetap tenang di tempat tidur dan duduk di sampingnya. Dia melihat ke arah kaca searah yang memisahkan mereka dari koridor di luar.
"Mr. Parker, kamu berada dalam fasilitas yang sangat rahasia," kata perawat itu dengan suara serius. "Kamu sedang dalam unit perawatan intensif khusus yang ditujukan untuk pasien dengan kemampuan istimewa seperti milikmu."
Ethan merasa semakin bingung dengan penjelasan itu. "Kemampuan istimewa? Apa maksudmu?"
Perawat itu menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Kami mengetahui tentang kemampuanmu yang unik, Mr. Parker. Kemampuanmu untuk melawan dan mengalahkan serigala liar dengan cara yang tak lazim. Itulah sebabnya kamu dibawa ke sini, untuk menjalani perawatan khusus dan menjaga rahasia ini tetap terjaga."
Ethan terkejut mendengar pengakuan tersebut. Dia tidak pernah menduga bahwa kemampuannya akan menjadi perhatian seperti ini. Namun, dia merasa ada yang tidak beres dengan semua ini.
"Siapa yang memerintahkan membawaku ke sini? Dan mengapa aku sendirian di ruangan ini?" tanya Ethan dengan rasa curiga.
Perawat itu melihat ke sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada yang mendengarkan, lalu menjawab dengan suara rendah, "Mr. Parker, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui. Saya ikut prihatin pasukan khusus mu, mereka semua telah gugur. Mereka semua sudah dikuburkan dengan upacara militer yang layak seperti halnya pahlawan yang gugur saat berjuang."
Ethan merasa mendengar kabar tersebut seperti halnya sedang tersambar petir. Wajah anak buahnya terlintas dalam pikirannya. Sebagai seorang atasan adalah hal yang sangat menyedihkan jika semua anak buahnya gugur secara bersamaan. Jika nyawa bisa ditukar, Ethan ingin dialah yang gugur sedangkan anak buahnya tetap hidup semua.
Ethan merasakan beban berat di hatinya. Mereka adalah rekan-rekan setianya, saudara-saudara dalam pertempuran. Ethan tidak bisa menghilangkan rasa bersalah yang menghantui pikiranmu. Mereka telah berada di sisinya sejak awal, setia mendampingi dalam setiap misi. Namun, kini mereka telah pergi untuk selamanya.
Ethan merasa sepi dan terluka dalam hati. Dia membiarkan perasaan sedih dan penyesalan mengisi ruangan itu saat dia berbaring di ruang perawatan yang terisolasi. Dia berusaha merangkai ingatan tentang setiap rekan yang telah berjuang bersamanya. Kepahitan itu menjadi bara api yang membakar tekadnya untuk membalaskan dendam dan memastikan keadilan.
"Saya merasakan bahwa saya sedang diawasi, dan pintu masuk ruangan ini juga dijaga," ucap Ethan dengan pandangan tajam.
Perawat itu mengangguk, mengungkapkan sedikit kegelisahannya. "Kamu benar, Mr. Parker. Kamu berada dalam perlindungan yang ketat di sini. Keberadaan mu dan kemampuanmu telah menarik perhatian pihak-pihak yang berkuasa. Mereka ingin memastikan bahwa kamu tidak membocorkan informasi atau melarikan diri."
Ethan merasa semakin waspada. Dia merasakan ada kekuatan yang jauh lebih besar dari sekadar mafia organ tubuh yang mengincarnya. Ada kekuatan yang ingin mengeksploitasi kemampuannya, dan itu membuatnya semakin bertekad untuk melindungi diri dan melanjutkan perburuannya terhadap Vincent Moretti.
"Saya tidak akan membiarkan siapa pun menghentikan saya," ucap Ethan dengan tekad yang kuat. "Saya akan menemukan Vincent dan menghadapinya."
Perawat itu meletakkan tangan lembutnya di atas tangan Ethan. "Mr. Parker, saya menghormati keberanian dan tekadmu. Namun, saat ini yang terpenting adalah pemulihan mu. Kami akan membantumu dalam misi mu, tetapi kamu harus berhati-hati dan cerdas. Musuhmu yang sebenarnya bisa jauh lebih kuat dan licik dari yang kamu bayangkan."
Ethan mengangguk mengerti. Dia merasakan adrenalin berdenyut di dalam dirinya, siap melanjutkan pertempuran yang belum usai. Dengan panca inderanya yang lebih tajam dan setelah dia sembuh, dia akan menghadapi segala rintangan dan membalaskan dendamnya.
Ethan masih merasakan adanya pengawasan yang ketat pada dirinya. Setiap gerakan dan setiap suara yang dia buat sepertinya terawasi dengan cermat. Dia tahu bahwa dia tidak sendirian di dalam fasilitas ini, dan ada pihak-pihak yang ingin mengendalikan dan memanfaatkan kemampuannya.
Ethan mengamati kaca searah yang memisahkan ruang perawatan dengan koridor di luar. Setiap kali dia melihat sekelilingnya, dia merasakan adanya mata yang mengamatinya dari balik kaca itu. Dia merasa seolah menjadi subjek eksperimen dalam dunia yang tak terlihat.
Kehadiran perawat itu sendiri memberikan rasa kenyamanan bagi Ethan, meskipun ada pertanyaan yang terus berkecamuk dalam pikirannya. Dia merasa ada lebih banyak rahasia yang disembunyikan darinya, dan dia merasa semakin tidak nyaman dengan situasi ini.
Ethan merasa tegang saat mengamati rotasi waktu yang tepat untuk meloloskan diri. Setiap detik berharga, dan dia harus memilih saat yang paling menguntungkan untuk menghindari pengawasan yang ketat.
Dia memperhatikan dengan seksama saat perawat melakukan rotasi keluar dari ruang perawatan sambil melihat ke jam dinding. Dia merasakan gerakan cermat dari pengawas di balik kaca melalui indera werewolf. Dia melihat mereka bertukar jaga di waktu yang sama. Sedikit banyak Ethan mulai bisa mendengar juga percakapan dari balik kaca. Indera werewolf mulai berkembang semakin sensitif.
Ethan mencatat setiap detil gerakan dan pola rotasi pengawas dalam pikirannya. Dia mengingat dengan cermat waktu ketika pengawas meninggalkan pandangan CCTV di kamarnya. Ethan juga menghafal gerak CCTV di kamarnya. Ini adalah momen krusial yang harus dia manfaatkan untuk persiapan melarikan diri.
Namun, Ethan juga menyadari bahwa dia harus menunggu tubuhnya cukup kuat untuk melancarkan aksi pelariannya. Dia masih dalam proses pemulihan, dan melompat ke tindakan tergesa-gesa hanya akan membahayakan dirinya sendiri. Dia perlu memastikan kekuatan dan kecepatannya pulih sepenuhnya.
Sambil menunggu waktu yang tepat, Ethan fokus pada pemulihannya. Dia melakukan latihan pernapasan dan gerakan ringan di tempat tidurnya untuk membangkitkan energi dalam tubuhnya. Dia mempercepat kesembuhan tubuhnya dengan bantuan penyembuhan tenaga dalam yang sudah pernah dia pelajari dari gurunya. Setiap hari, dia merasakan kekuatannya kembali pulih dan perlahan-lahan merasakan dirinya bertambah kuat.
Ethan menggunakan waktu itu untuk menyusun rencana melarikan diri yang matang. Dia memikirkan jalur yang harus dia ambil, cara menghindari keamanan, dan cara mengelabui pengawas yang terus memantau setiap langkahnya. Dia tahu bahwa keberhasilan pelariannya akan bergantung pada ketepatan dan kecerdikan dalam melaksanakan rencananya.
'KREEEK'
Suara lirih besi bengkok diremas. Hanya Ethan yang dapat mendengarnya.
Ethan mencoba meremas besi pinggir untuk mencoba kekuatannya. Besi tempat tidurnya dapat bengkok. Sejenak Ethan terkejut dengan peningkatan kekuatannya sendiri. Ethan yakin sekarang pintu terkunci sudah dapat dia buka paksa dengan kekuatannya sekarang.
Akhirnya, setelah berhari-hari menunggu, saat yang tepat tiba. Ethan merasakan kekuatannya pulih sepenuhnya dan dia siap untuk meloloskan diri. Saat rotasi waktu pergantian pengawas datang, dia memanfaatkan kesempatan ini dengan segala kesiagaan.
Dengan gerakan yang terlatih, Ethan melompat dari tempat tidurnya saat pengawas mengalihkan perhatiannya Ethan merasa tegang saat mengamati rotasi waktu yang tepat untuk meloloskan diri. Setiap detik berharga, dan dia harus memilih saat yang paling menguntungkan untuk menghindari pengawasan yang ketat.
Dia memperhatikan dengan seksama saat perawat melakukan rotasi keluar dari ruang perawatan. Saat pintu terbuka, dia mengamati gerakan cermat dari pengawas di balik kaca. Dia melihat mereka bertukar posisi dengan hati-hati, berkomunikasi dengan isyarat yang hanya mereka yang tahu.
Ethan mencatat setiap detil gerakan dan pola rotasi pengawas dalam pikirannya. Dia mengingat dengan cermat waktu ketika pengawas meninggalkan pandangan CCTV di kamarnya. Ini adalah momen krusial yang harus dia manfaatkan untuk melarikan diri tanpa terdeteksi.
Namun, Ethan juga menyadari bahwa dia harus menunggu tubuhnya cukup kuat untuk melancarkan aksi pelariannya. Dia masih dalam proses pemulihan, dan melompat ke tindakan tergesa-gesa hanya akan membahayakan dirinya sendiri. Dia perlu memastikan kekuatan dan kecepatannya pulih sepenuhnya.
Sambil menunggu waktu yang tepat, Ethan fokus pada pemulihannya. Dia melakukan latihan pernapasan dan gerakan ringan di tempat tidurnya untuk membangkitkan energi dalam tubuhnya. Setiap hari, dia merasakan kekuatannya kembali pulih dan perlahan-lahan merasakan dirinya siap untuk melanjutkan pertempuran.
Ethan menggunakan waktu itu untuk menyusun rencana melarikan diri yang matang. Dia memikirkan jalur yang harus dia ambil, cara menghindari keamanan, dan cara mengelabui pengawas yang terus memantau setiap langkahnya. Dia tahu bahwa keberhasilan pelariannya akan bergantung pada ketepatan dan kecerdikan dalam melaksanakan rencananya.
Akhirnya, setelah berhari-hari menunggu, saat yang tepat tiba. Ethan merasakan kekuatannya pulih sepenuhnya dan dia siap untuk meloloskan diri. Saat rotasi waktu pergantian pengawas datang, dia memanfaatkan kesempatan ini dengan segala kesiagaan.
Dengan gerakan yang terlatih, Ethan melompat dari tempat tidurnya saat pengawas mengalihkan perhatiannya dari CCTV. Dia dengan cepat bergerak menuju pintu dan menggunakan kecepatan serta ketangkasannya untuk menghindari pengawas yang terlambat menyadari aksinya.
Tubuhnya yang kuat dan panca indera werewolf-nya membantunya menghadapi setiap rintangan. Dia menghindari penglihatan CCTV, melompati rintangan, dan dengan sigap melalui koridor yang sunyi. Dia meluncur seperti bayangan, menjauh dari penjara rumah sakit yang pernah membatasinya.
Ethan melanjutkan pelariannya dengan hati-hati dan kecepatan yang tinggi. Dia memanfaatkan setiap pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk menghindari pengejar.
Tubuhnya yang kuat dan panca indera werewolf-nya membantunya menghadapi setiap rintangan. Dia menghindari penglihatan CCTV, melompati rintangan, dan dengan sigap melalui koridor yang sunyi. Dia meluncur seperti bayangan, menjauh dari penjara rumah sakit yang pernah membatasinya.
Ethan melanjutkan pelariannya dengan hati-hati dan kecepatan yang tinggi. Dia memanfaatkan setiap pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk menghindari pengejar.
Ethan menyadari bahwa penjara rumah sakitnya berada di tengah hutan hujan tropis. Setelah beberapa jam menjauh dari rumah sakit penjara, Ethan tiba-tiba merasakan rasa sakit yang luar biasa melanda tubuhnya. Dia terguling-guling di tanah, mengerang menahan rasa sakit yang tak tertahankan. Ternyata saat itu adalah proses perubahan wujudnya menjadi werewolf yang sangat menyakitkan.
Mata Ethan berubah merah, gigi taringnya tumbuh, dan tubuhnya mengalami transformasi menjadi sosok werewolf yang ganas. Namun, sebelum perubahan wujudnya selesai, pasukan pengejar yang mengajarkannya berhasil menemukannya. Mereka segera mendekat dan memegangi Ethan, memastikan bahwa dia tidak bisa melarikan diri. Ethan diikat dan dipegangi.
Seorang perawat yang ikut serta dalam pengejaran segera mendekati Ethan dan menyuntikkan suatu zat ke tubuhnya. Zat tersebut memiliki efek yang membuat Ethan kembali pulih dan berubah kembali menjadi manusia normal, namun dalam kondisi yang sangat lemah dan tak berdaya.
Ethan merasa frustrasi dan putus asa. Setelah berjuang melawan penjara rumah sakit dan berusaha melarikan diri, dia kembali jatuh ke tangan musuh. Meskipun masih ingin membalas dendam pada Vincent dan menemukan kebenaran di balik segala rahasia yang disembunyikan darinya, saat ini kekuatannya telah terpatahkan.
Saat rasa sakit Ethan mulai hilang dia bangkit berusaha melawan sekuat tenaga. Para pasukan yang memeganginya terlempar. Tali pengikatnya lepas semua. Ethan mencoba berlari meloloskan diri.
Komandan pasukan menepis senjata laras panjang anak buahnya di sampingnya yang sedang diarahkan pada Ethan. Anak buahnya akhirnya menurunkan senjatanya tidak jadi membidik Ethan yang berusaha kabur.
'BRUUUK'
Ethan mendadak jatuh terjungkal saat berlari. Ethan tidak bisa berdiri kembali. Kekuatannya hilang seketika. Badannya lemas tidak bertenaga.
Dalam keadaan lemah ini, Ethan menyadari bahwa dia tidak mungkin melawan pasukan pengejar yang kuat dan dipersenjatai dengan baik. Dia memutuskan untuk bersikap sabar dan menunggu kesempatan lain untuk melarikan diri. Dalam kondisi seperti ini, upaya langsung tidak akan menguntungkan baginya.
"Ethan, tenanglah! Kamu bukan ditahan atau menjadi obyek percobaan. Kamu sedang dalam tahap pemulihan dari perubahan werewolfmu. Apa kamu tidak percaya denganku?"
Komandan Pasukan berteriak sambil berjalan mendekati Ethan.
"Apa maksudnya? Saya pikir saya ditahan di sini."
Ethan sedikit lega, suara itu adalah suara yang sudah sangat dia kenal. Dialah Letnan Kolonel Anderson, atasannya yang sudah seperti sosok orang tua baginya. Ethan adalah yatim piatu jadi atasannya yang selama ini dia anggap panutan sebagai sosok ayah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!