Di Sebuah mobil yang mewah terlihat sosok wanita dengan paras yang cantik dia adalah Oktavia, sosok perempuan yang masih mencintai pria yang dulu pernah singgah dihatinya, namun semua itu berakhir karena dia menikah dengan Reno, pria dingin namun sangat mencintai Oktavia tanpa sepengetahuannya.
Terlihat Oktavia keheranan sambal menunggu jawaban dari Reno tetapi dia tetap belum mendapatkan jawaban dari Reno yang ada di sampingnya itu. Sehingga dia kembali bertanya pada Reno karena dia ingin tahu jawabannya.
"Mengapa kamu melakukan semua ini?" tanya Oktavia kembali pada Reno.
"Mengapa aku melakukan semuanya? Aku juga tidak tahu apa jawabannya. Namun, semua itu hanya kamu yang tahu jawabannya," Reno menjawab dengan nada dingin.
Mendengar jawaban Reno membuat Oktavia merasa semakin bingung. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh pria yang ada di sampingnya itu.
Oktavia hendak bertanya kembali untuk memperjelas jawaban Reno tadi. Namun, dia tidak jadi bertanya karena mobil sudah berhenti dan sang sopir mengatakan sudah tiba di tempat yang dituju.
Arga turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu mobil, Reno keluar terlebih dahulu. Setelah itu dia mengulurkan tangannya pada Oktavia seraya ingin membantu wanita yang sangat cantik itu keluar.
Oktavia tersenyum lalu menerima uluran tangan pria yang ada di hadapannya itu. Dia pun keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki hotel.
Mereka berdua langsung berjalan menuju restoran yang berada di dalam hotel mewah itu. Suasana hati Oktavia tidak menentu, dia merasa tegang karena akan bertemu dengan Randy.
Namun, ada sesuatu yang membuatnya merasa aneh jika melihat Reno. Dia merasa jika dirinya sudah berlaku jahat dan tidak adil terhadap pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Reno membukakan sebuah kursi seraya mengatakan untuk Oktavia duduk di kursi itu. Setelah Oktavia duduk di kursinya maka dia pun duduk tepat di hadapan wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
Seorang pelayan mendekat dan menyiapkan semua menu yang sudah dipesan dari awal. Sehingga Oktavia tidak menunggu lama untuk menyantap makan malam.
Terdengar suara dentingan tuts piano, mata Oktavia langsung tertuju pada sebuah piano yang ada di depan sana. Dia menatap dengan saksama, dia berpikir jika orang yang sedang bermain piano itu adalah Randy.
Terlihat raut wajah Oktavia yang senang karena melihat pria yang sangat dicintainya. Namun, tidak berapa lama raut kebahagiaan itu berubah tatkala yang bermain piano bukan Randy.
"Cari informasi mengapa dia tidak ada di sini!" perintah Reno pada Arga.
Arga mengangguk lalu dia berjalan meninggalkan Reno dan Oktavia. Dia langsung mencari tahu di mana keberadaan pria itu, meski dalam hatinya merasa senang karena pria itu tidak ada di sana.
"Apa kau merasa kecewa?" tanya Reno pada Oktavia.
Oktavia hanya diam, dia tidak ingin menjawab apa yang ditanyakan oleh Reno. Entah mengapa dia merasa aneh dengan hatinya sendiri, sehingga dia tidak bisa memahaminya.
"Sebaiknya kita makan saja," ujar Oktavia untuk mengubah topik pembicaraan.
Makan malam pun sudah selesai, mereka berdua memutuskan untuk kembali ke apartemen. Karena mereka berdua masih membutuhkan istirahat yang cukup.
"Maaf, Tuan. Sepertinya pria itu tidak masuk kerja," ucap Arga yang baru saja tiba setelah mencari informasi tentang Randy.
"Kau tahu ke mana dia?" Reno bertanya pada Arga.
"Dia berada di pulau Nanami," jawab Arga.
Setelah mendapatkan semua informasi itu, Reno memutuskan untuk kembali ke apartemen terlebih dahulu baru besok dia akan pergi ke pulau Nanami. Oktavia merasa tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Reno.
Dia merasa tidak suka saja karena Reno begitu semangat mencari Randy. Sehingga membuat Oktavia berpikir jika Reno benar-benar tidak menginginkan dekat dengannya.
Oktavia berjalan terlebih dahulu, hatinya masih terasa kesal karena semua yang terjadi hari ini. Dia tidak mengira jika Reno mencari keberadaan.
Tanpa banyak bicara Oktavia mempercepat langkah kakinya, dia sudah tidak ingin berada di hotel ini. Akan tetapi, dia tidak ingin juga kembali dengan cepat ke apartemen.
Dia menghentikan sebuah taksi yang baru saja menurunkan penumpang. Oktavia berbalik lalu melihat Reno dan Arga masih berada di belakangnya.
"Lebih baik aku mencari tempat untuk menenangkan pikiranku ini," gumam Oktavia sembari memasuki taksi yang baru saja menurunkan penumpang.
"Oktavia!" teriak Reno saat melihat Oktavia memasuki sebuah taksi.
Reno langsung berlari begitu pula dengan Arga yang langsung menghubungi sang sopir untuk segera jalan. Sang sopir dengan cepat menjalankan mobilnya dan berhenti di depan hotel.
Mereka berdua pun bergegas memasuki mobil, Reno menurun sopir untuk mengejar taksi yang sudah membawa pergi istrinya itu. Sang sopir pun langsung menginjak pedal gas sehingga mobil melaju perlahan dan menambahkan kecepatan setelah ke luar dari area hotel.
"Kejar taksi itu!" perintah Reno pada sang sopir setelah melihat taksi yang ada di depannya.
Oktavia tidak peduli jika Reno mengejarnya karena yang diinginkannya adalah menenangkan pikirannya. Dia masih memerlukan waktu untuk menelaah tentang semua sikap Reno yang menginginkan dirinya kembali pada Randy.
Dia pun kembali teringat dengan bayangan punggung yang sama persis dengan punggung Reno. Sehingga dia berpikir jika bayangan itu adalah sangkut pautnya dengan kenangan di masa lalunya.
Kenangan yang terlupakan karena sebuah kecelakaan yang dialaminya. Meski sudah berusaha dengan sangat kuat tetap saja Oktavia tidak bisa mengingatnya.
"Berhenti di Harajuku," ucap Oktavia pada sang sopir taksi.
"Baik, Nona." Jawab sang sopir dengan penuh hormat.
Tidak berapa lama sang sopir menghentikannya mobilnya tepat di daerah Harajuku. Oktavia pun keluar dari taksi lalu berjalan-jalan di daerah Harajuku.
Meski dirinya tidak berniat untuk berbelanja atau hal lainnya. Oktavia berjalan tanpa tujuan tetapi dia merasa senang jika berjalan-jalan di tengah keramaian.
Dia menikmati malam ini dengan menggunakan sebuah gaun. Ponselnya terus berdering tetapi Oktavia tidak ingin mengangkat.
Saat dia sedang berjalan-jalan, ada sekelompok orang yang selalu memperhatikannya. Mereka memiliki niat buruk terhadap Oktavia yang terlihat sangat menarik di mata para berandal.
Salah satu dari orang itu berjalan mendekat pada Oktavia, dia berniat untuk mengarahkan Oktavia ke tempat di mana mereka selalu mempermainkan setiap wanita lalu mengambil semua harta benda yang dimilikinya.
Seorang wanita muda terjatuh tepat di depan Oktavia, dia berpura-pura sakit dan meminta tolong untuk mengantarkannya ke toko milik sang ibu.
Oktavia pun tidak menyadari jika semua itu adalah tipu muslihat dari para penjahat. Dia pun membatu wanita mudah itu menuju toko sahnya.
Dia memapah wanita muda itu menuju sebuah gang kecil yang cahaya penerangan di sana sangat redup. Oktavia mulai merasa aneh dengan yang terjadi. Tidak berapa lama muncul beberapa orang yang mulai mendekat.
Beberapa pria itu seperti preman yang tidak memiliki kemampuan. Sehingga Oktavia tidak merasa takut dengan para berandal yang ingin menyerangnya.
Terlihat beberapa pria itu menyeringai, mereka berpikir jika targetnya kali ini sangat cantik. Sehingga menginginkan menikmati tubuhnya.
"Kau begitu bodoh, Nona!" ucap pria muda itu.
"Aku bodoh? Menurut aku kalianlah yang bodoh," Oktavia berkata pada mereka yang terlihat sangat ingin melahapnya.
Para berandal itu terlihat kesal karena mendengar apa yang dikatakan oleh Oktavia. Mereka berjalan mendekat dan menyeringai. Salah satu dari mereka terlihat sangat berhasrat apabila melihat tubuh Oktavia.
Oktavia hanya tersenyum, dia akan melampiaskan semua kekesalannya malam ini dengan menghajar mereka satu per satu. Dia tidak peduli jika mereka akan kehilangan nyawa atau tidak sadarkan diri.
Ponsel Oktavia berdering, dia mengabaikan panggilan itu setelah melihat siapa yang menghubunginya. Karena yang menghubunginya adalah Reno.
Saat ini dirinya tidak ingin bertemu dengan pria itu sebab dirinya bisa-bisa semakin kesal. Dia pun merasa bingung mengapa dirinya merasa kesal tidak bisa bertemu dengan Randy.
Padahal dalam hatinya berkata sudah tidak ingin bertemu lagi dengan Randy. Karena baginya pria itu adalah masa lalu dan harus dilupakan. Namun, apa yang dikatakan tidak mudah untuk dijalankan.
"Aku menginginkan wanita itu!" ucap seorang pria dengan pakaian berwarna kuning.
Pria itu terlihat sangat mesum, sehingga membuat Oktavia merasa muak. Tatapannya itu membuat semua wanita yang melihatnya akan merasa jijik dan ingin menghajarnya.
"Kau menginginkan aku? Jangan harap kau bisa menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" tukas Oktavia dengan nada dingin.
Oktavia tidak akan membiarkan tangan pria yang sangat menjijikkan itu menyentuhnya. Karena dia hanya akan memperbolehkan tubuhnya disentuh oleh pria yang sangat dicintainya.
Seorang pria langsung mendekat pada Oktavia dan melayangkan pukulannya. Secara refleks Oktavia berhasil menghindar dari serangan pria itu.
Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh pria itu, dia tidak mengira jika wanita secantik itu bisa menghindar dari serangannya. Oktavia menyeringai dan itu membuat pria itu semakin kesal.
Serangannya tidak berhasil mengenai tubuh Oktavia, meski dia terus berusaha keras menyerang. Kecepatan Oktavia membuat beberapa orang di antara mereka tercengang.
"Wanita sialan!" pekik pria itu sembari terus menyerang Oktavia.
Pria itu terhuyung ke belakang dan akhirnya terjatuh karena mendapatkan serangan balik dari Oktavia. Hanya sebuah pukulan saja sudah membuat pria itu terjatuh.
"Kalian terlihat sombong. Namun, tidak memiliki kemampuan sama sekali!" ujar Oktavia dengan nada menyindir.
"Aku akan menghajarmu!" tukas seorang pria dengan belahan rambut tengah.
Oktavia tersenyum lalu memberikan tanda seraya menantangnya. Dia semakin bersemangat untuk mengajar mereka satu per satu. Semua kekesalannya perlahan memudar.
Pria itu menyerang Oktavia dengan semua kekuatannya, dia tidak memikirkan apakah kemampuannya bisa mengalahkan Oktavia. Tingkat kepercayaan dirinya itu sangat besar, dia merasa bisa mengalahkan wanita yang ada di hadapannya itu.
Di saat Oktavia sedang bertarung, Reno sedang kesal karena teleponnya tidak pernah diangkat. Dia menyuruh Arga untuk mencari keberadaan Oktavia.
Arga langsung menghubungi seseorang untuk melacak keberadaan sang nona. Karena dia secara diam-diam memasang sebuah alat pelacak yang di tempelkan di ponsel yang nona.
"Tuan, saya sudah menemukan di mana keberadaan, Nona Oktavia." Arga berkata sembari menyerahkan sebuah tab pada Reno.
Reno mengambil tab yang diserahkan oleh Arga lalu melihatnya dengan saksama. Dia memberikan kembali tab itu pada Arga.
"Kita ke Harajuku sekarang!" ujar Reno seraya memerintahkan dengan nada tegas.
Dia sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh Oktavia, dia merasa kalau saat ini harus menghukum Oktavia. Karena selama ini wanita yang sudah menjadi istrinya itu sudah bertindak seenaknya.
Arga menuju sopir untuk segera menuju lokasi yang sudah di ada di dalam tab. Sopir itu mengangguk lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju Harajuku.
Selama dalam perjalanan Reno sudah memikirkan hukuman apa yang harus diberikan oleh dirinya para Oktavia. Dia merasa jika hukuman yang harus diterima oleh wanita yang sudah menjadi istrinya itu sedikit lebih berat dari yang sebelumnya.
Ponsel Reno berdering, dia melihat nomor yang tertera di layar ponsel. Dia melihat nama seseorang yang diperintahkan olehnya untuk mencari keberadaan Randy.
Dia mengangkat teleponnya lalu mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh orang itu. Setelah menerima semua informasi yang dikatakan oleh orang itu. Reno menutup sambungan teleponnya.
Tidak berapa lama mobil terhenti, Reno melihat keluar. Dia lihat sekeliling, begitu banyak orang yang sedang berlalu lalang.
"Tuan, kita tidak bisa menggunakan mobil," ucap Arga pada Reno.
Reno membuka pintu mobil lalu keluar dan berdiri sembari melihat sekeliling. Berharap bisa melihat wanita yang lari darinya, dia tidak menyadari jika saat ini Oktavia sedang bertarung dengan preman.
Arga melihat tabnya kembali lalu dia menunjukkan jalan pada sang tuan di mana keberadaan sang nona. Mereka pun berjalan menuju tempat Oktavia berada.
Reno berjalan mengikuti Arga, dia merasa aneh dengan jalan yang dilewatinya. Dia mulai tidak tenang dan hatinya merasa khawatir pada Oktavia.
Jalanan yang dilewati mulai terlihat sepi, tidak banyak orang yang lewat. Tidak begitu lama terdengar suara yang sedang berkelahi.
Entah mengapa dia merasa jika di sana ada Oktavia, dia pun mempercepat langkah kakinya menuju suara yang terdengar olehnya. Arga mengikuti Reno sembari melihat tabnya, dia merasa aneh karena lokasi sang nona sama persis dengan langkah sang tuan.
Reno menghentikan langkahnya saat melihat Oktavia yang sedang berkelahi dengan beberapa orang pria. Dia tidak bertindak langsung membantu wanita yang sudah membuatnya geram. Dia ingin melihat sejauh mana wanita yang ada di hadapannya itu menghadapi para musuhnya.
Arga yang melihat sang nona berkelahi merasa terkejut karena dia tidak mengetahui jika sang nona bisa ilmu bela diri. Dia hanya memperhatikan setiap serangan sang nona pada para musuh yang sedang mengepungnya.
"Tuan, apakah kita tidak akan menolong, Nona?" tanya Arga pada Reno.
"Kita tunggu saja! Aku ingin tahu sampai di mana para preman itu bisa mengalahkannya," jawab Reno dengan santai.
Oktavia tidak menyadari jika Reno dan Arga sedang melihatnya. Dia hanya mengeluarkan semua emosinya untuk menghadapi para preman itu.
Semua kekesalannya sudah hilang yang ada aja ya rasa senang karena sudah menghajar para pria hidung belang yang sangat menjijikkan. Satu orang berhasil di tumbangkan dan orang itu tidak bisa kembali bangkit.
"Kalian hanya pria besar mulut saja!" tukas Oktavia yang ingin membuat mereka semua terprovokasi.
Oktavia terus saja mengeluarkan kata-kata yang membuat para preman itu menjadi semakin geram. Mereka pun tidak bisa menahan lagi emosinya dan ingin segera menghajar wanita yang sudah menghina harga dirinya.
Melihat para preman itu sudah geram, Oktavia tersenyum lalu mulai bersiap untuk menerima semua serangan dari mereka. Setelah mendapatkan titik yang pas maka gilirannya untuk melumpuhkan mereka satu per satu.
"Maju kalian semuanya!" ujar Oktavia dengan nada menantang.
Semua preman mulai menyerang Oktavia, mereka sudah tidak bisa lagi menerima apa yang dikatakan oleh wanita sombong yang ada di hadapan mereka. Namun, bagi Oktavia semakin mereka kesal maka mereka akan membuat kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan oleh mereka akan menguntungkan bagi dirinya. Oktavia sangat menunggu kesalahan yang dilakukan oleh mereka sehingga dia bisa melumpuhkan mereka semua.
"Apa kau ingin bertaruh siapa yang menang?" tanya Reno pada Arga.
"Tuan, apa saya tidak salah dengar? Mengapa Anda ingin bertaruh di saat Nona sedang dalam bahaya?" timpal Arga yang tidak mengerti dengan sikap sang tuan.
Reno tersebut dan itu kembali membuat Arga terkejut karena sudah sangat lama sekali dia tidak pernah melihat sang tuan tersenyum seperti ini. Dia benar-benar mengira jika sang nona akan membuat sang tuan menjadi bahagia.
Arga sangat berharap jika sang nona bisa mengingat semuanya dan kembali pada sang tuan. Sehingga tuannya tidak akan memutuskan untuk membawa sang nona ke pria yang tidak bisa membahagiakan sang nona.
Perkelahian mereka semakin memanas, Oktavia terus menerima serangan dari tiga orang pria sekaligus. Dia tersenyum meski dirinya sudah terpojok.
"Kau wanita sombong! Sekarang apa yang akan kamu lakukan?!" ujar seorang pria dengan nada menghina dengan napas yang terengah-engah.
"Kau pikir aku sudah kalah?" timpal Oktavia sembari tersenyum.
Mereka bertiga benar-benar dibuat kesal oleh Oktavia, mereka saling melirik. Seragam berkata untuk langsung menghabisi wanita itu.
Mereka semua mengangguk dengan maksud setuju untuk membuat Oktavia tidak berdayanya sehingga mereka bisa menikmati tubuh wanita yang sangat cantik itu.
Seorang pria mengeluarkan sebuah pisau lipat, dia memainkannya dengan begitu cepatnya. Dia mulai mengarahkan pisaunya ke tahap Oktavia.
Dua orang preman menyerang Oktavia dengan pukulan yang bertubi-tubi. Tugas mereka berusaha adalah untuk mengalihkan perhatian Oktavia sehingga temannya yang memegang pisau bisa menyerang Oktavia.
Reno melihat apa yang hendak mereka lakukan, dia pun berjalan mendekat. Dia merasa sudah waktunya bagi dia untuk menghabisi para preman itu.
Oktavia terkecoh, dia tidak menyadari jika dirinya akan diserang oleh pisau lipat. Sehingga dirinya masih fokus oleh kedua pria yang sedang menyerangnya dengan sangat cepat.
"Kau pikir bisa melukai wanitaku?" ujar Reno sembari mencengkeram tangan pria yang sedang memegang pisau lipat itu.
Cengkeraman Reno sangat keras sehingga pisau lipat yang ada di tangan preman itu terlepas ke bawah. Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung melayangkan pukulannya bertubi-tubi dan diakhiri dengan tendangan yang mematikan.
Oktavia melihat Reno yang sedang menyerang satu preman dan terlihat preman itu terjatuh. Preman itu pun tidak bisa bangkit lagi setelah mendapatkan serangan dari Reno.
Arga pun tidak tinggal diam, dia menyerang dua preman yang sedang menghadapi Oktavia. Para preman itu pun akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh Oktavia, Reno dan Arga.
"Apa kau sudah puas?" tanya Arga dengan nada dingin pada Oktavia.
"Bisakah kau tidak sedingin ini?" Oktavia balik bertanya pada Reno.
Oktavia menatap Reno dengan lekat, dia ingin melihat apakah pria itu akan terlihat begitu dingin lagi setelah dia mengatakan hal itu. Dia masih menunggu tetapi tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Sepertinya tidak ada gunanya aku bertanya seperti itu," ujar Oktavia sembari berjalan melewati Reno.
Reno menahan tangan Oktavia sehingga wanita itu menghentikan langkahnya. Oktavia terdiam karena Reno memegang tangannya.
"Apa lagi yang ingin kau katakan?" tanya Oktavia sembari menepis tangan Reno.
Reno kembali memegang tangan Oktavia dan menarik tangannya sehingga tubuh wanita yang menjadi istrinya itu masuk ke dalam dadanya. Dia memeluk Oktavia dengan erat lalu melepaskannya.
Dia menatap wajah Oktavia dengan lembut tanpa berkata atau meminta izin. Reno langsung mencium bibir Oktavia dengan lembut, dia sudah tidak bisa menahan lagi hasratnya untuk menciumnya.
Oktavia mendorong tubuh Reno karena dia tidak ingin pria itu mencium bibirnya. Reno pun terdorong ke belakang tetapi dia kembali menarik tangan Oktavia dan kembali menciumnya.
Mereka tidak menyadari jika salah satu preman kembali berdiri dan mengambil pisau lipat yang ada di atas tanah. Dia tidak berpikir panjang lalu berlari ke arah Oktavia.
Terdengar erangan kesakitan dari bibir Reno karena preman itu menusukkan pisau lipatnya. Seharunya yang terkena oleh pisau itu adalah Oktavia. Namun, Reno melihat preman itu lalu menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk wanita yang sedang ada di dalam pelukannya itu.
"Reno ...," ucap Oktavia dengan nada lirih.
Arga yang melihat semua itu langsung berlari dan menghajar preman itu tanpa ampun. Hingga preman itu jatuh ke atas tanah dengan tidak sadarkan diri.
"Tuan, sebaiknya kita ke rumah sakit," ucap Arga yang merasa khawatir dengan keadaan sang tuan.
"Tidak perlu. Bawa saja aku kembali ke apartemen," jawab Reno yang tidak ingin ke rumah sakit.
"Kita bawa dia ke rumah sakit," Oktavia berkata dan memapah Reno untuk kembali ke mobil.
Reno berusaha menahan rasa sakit, meski darah segar masih mengalir. Dia melihat wajah Oktavia yang terlihat khawatir, Reno tersenyum karena melihat ekspresi wajah wanita yang ada di sampingnya.
Arga menghubungi sopir untuk segera bersiap untuk ke rumah sakit. Tidak berapa lama dia melihat mobil yang sudah siap untuk pergi.
Dia membukakan pintu mobil lalu membantu sang tuan untuk masuk ke dalam mobil. Setelah Reno masuk kedalam mobil, Oktavia pun memasuki mobil dengan perasaan khawatir.
"Kita ke apartemen saja, aku tidak ingin ke rumah sakit!" ujar Reno yang bersikeras tidak ingin ke rumah sakitnya
Entah mengapa Reno tidak mau ke rumah sakit, Oktavia semakin penasaran apa yang menyebabkan pria yang ada di sampingnya itu tidak mau ke rumah sakit. Apakah ada sesuatu yang membuat Reno seperti itu.
Arga pun tidak bisa berbuat apa-apa, dia langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang dan menyuruhnya untuk ke apartemen. Setelah mengatakan semua itu dia pun memutuskan sambungan teleponnya.
"Mengapa kau tidak ingin ke rumah sakit? Di sana kau bisa ditangani oleh dokter," tanya Oktavia pada Reno.
Reno diam, dia benar-benar tidak ingin ke rumah sakit. Karena ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin ke sana, masih ada rasa yang melarangnya untuk pergi ke rumah sakit.
Sang sopir pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia ingin segera tiba di apartemen karena melihat darah sang tuan di pakaian yang menempel di tubuh sang tuan.
Beberapa saat kemudian sang sopir pun menghentikan mobilnya. Arga langsung membuka pintu mobil dan keluar, dia membuka pintu mobil untuk membantu sang tuan.
Reno ke luar dari mobil, dia terlihat menahan rasa sakit. Arga membantunya berjalan hingga menuju lift, dia tidak memedulikan Oktavia yang ingin membantunya berjalan.
Oktavia berjalan di belakang Reno yang sedang dipapah oleh Arga. Dia kembali mengingat apa yang terjadi, dia pun merasa jika Reno sengaja memutarkan tubuhnya sehingga yang terluka adalah Reno bukan dirinya.
Dia pun kembali terpikirkan mengapa Reno tidak ingin ke rumah sakit. Oktavia melihat di depan pintu apartemennya sudah berdiri seorang wanita.
Reno masuk ke dalam apartemen dan dibantu oleh wanita itu. Oktavia tidak mengenal wanita itu, sehingga dia merasa penasaran akan wanita itu.
Arga melihat sang nona yang terdiam saat melihat wanita yang baru saja membawa masuk sang tuan. Dia pun hendak mengatakan siapa wanita itu. Namun, diurungkannya karena dia melihat ini adalah salah satu kesempatan bagi dirinya untuk membuat sang nona memahami arti sang tuan di dalam hati.
"Nona ...," Arga memberikan tanda pada Oktavia untuk segera masuk ke dalam apartemen.
Oktavia pun berjalan perlahan memasuki apartemennya, dia tidak banyak bicara. Dia melihat Reno yang tengah duduk di atas sofa.
Wanita itu membantu membuka pakaian Reno dengan perlahan. Entah mengapa hati Oktavia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilihatnya itu.
Dia sudah tidak tahan lagi melihat apa yang terjadi di depannya. Oktavia pun beranjak lalu berjalan menuju kamarnya dan membuka semua pakaiannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!