.
.
.
💕 HAPPY READING 💕
Namaku Ratu Putri Wardoyo atau yang biasa di panggil Ratu. Aku terlahir di keluarga yang kaya dan bisa dibilang aku bergelimang harta. Namun kedua orang tuaku selalu mengajarkanku hidup sederhana dengan tidak membanggakan harta yang dimiliki oleh orang tuaku.
Aku mempunyai kedua orang tua yang sangat baik dan menyayangiku. Nama orang tuaku Satria dan Dinda, dan aku juga mempunyai kakak yang bernama Raja. Selisih umur kami tidaklah jauh, hanya 1 tahun setengah saja. Mama hamil aku saat usia kak Raja masih 7 bulan.
Meskipun aku orang kaya, aku tidak mau orang-orang tahu siapa aku yang sebenarnya. Bahkan suamiku dan keluarganya saja tidak tahu jika aku anak dari pemilik perusahaan dimana suami dan kakak iparku bekerja. Mereka hanya tahu jika aku anak dari petani dan hanya lulusan SMP saja.
Sampai pada suatu hari aku selalu di rendahkan oleh keluarga suamiku. Beruntung sekali mas Arya, suamiku selalu membelaku dan tidak suka jika aku selalu di salahkan oleh keluarganya. Mas Arya hanya memintaku untuk sabar, dia berjanji jika uang tabungan kami sudah cukup dia akan membeli rumah untuk hunian keluarga kecil kami nanti.
*POV. Author*
" Ratu, mana sarapan nya ? Kok sampai sesiang ini belum juga terhidang!." Teriak ibu Marni mertua dari Ratu.
Enam bulan yang lalu, Ratu memutuskan untuk menikah dengan pria pujaan hatinya, Arya. Mereka menikah hanya dengan acara sederhana, sebab suami Ratu juga hanya karyawan biasa di perusahaan cabang milik ayah Ratu. Sehingga tidak mempunyai banyak biaya untuk mengadakan acara yang meriah. Ratu pun menerimanya dengan hati yang lapang, baginya sah saja sudah cukup. Meskipun kedua orang tuanya sangat menyayangkan keputusan Ratu. Mereka sebenarnya ingin membuat acara yang meriah dan pesta mewah untuk pernikahan Ratu, namun Ratu tidak mau. Sebab dia sangat menghargai suaminya dan tidak mau membuat suaminya tersinggung ataupun salah paham.
Lagipula, Ratu memang sengaja merahasiakan identitasnya agar keluarga suaminya tidak banyak menjilat. Sedikit banyak, Ratu sudah tahu bagaimana tabiat dan watak keluarga suaminya. Suaminya sendiri juga mengatakan jika keluarganya selalu uang, uang yang di permasalahkan.
" Maaf bu, sarapannya baru mau Ratu hidangkan. Tadi Ratu membantu mas Arya bersiap dulu." Ucap Ratu memberitahu ibu mertuanya, Marni.
" Makanya bangun itu dari pagi. Jadi saat kami mau sarapan sudah beres dan kamu juga kalau mau ngurus suami kamu tidak terganggu. Dasar menantu pemalas, sudah malas miskin pula. Aku menyesal dulu merestui pernikahan kalian. Aku kira kamu itu anak orang kaya, nyatanya cuma anak petani miskin. Tampang doang yang cantik tapi harta nol.
Cacian dan hinaan sudah biasa Ratu dapatkan, namun Ratu masih mencoba untuk bersikap sabar. Asalkan tidak ada yang main kekerasan dengan dirinya.
" Bu, lagipula makanannya sudah Ratu masak. Apa susah nya sih bu tinggal di hidangkan di meja makan. Lagi pula ada mbak Rani dan Serli kan? Mereka bisa bantuin untuk menghidangkan, begitu saja kok repot sih bu." Jawab Ratu sambil melirik Rani dan Serli yang dengan santainya duduk di kursi meja makan.
Rani adalah istri dari kakak Arya. Arya memiliki dua saudara, yaitu Bima dan Serli. Bima sudah menikah dengan Rani dan masih tinggal satu atap dengan orang tuanya, sedangkan Serli saat ini sedang berkuliah di salah satu universitas bergengsi di kota itu dengan mengambil jurusan kesehatan atau Bidan.
" Enak saja !! Aku ini tuan rumah, jadi ya harus duduk manis saja."Tolak Serli dengan ketus.
" Aku juga males banget kalau harus berbau-bau dapur. Bisa rusak mek up dan kuku-kuku cantikku ini."Jawab Rani dengan manja sambil meniup-niup kuku nya yang sudah berganti warna lagi.
" Aku tidak meminta kalian untuk memasak loh, tetapi cuma menghidangkan saja di meja. Jadi tidak akan merusak kuku-kuku mu itu mbak, Rani." Ucap Ratu dengan kesal.
Pak Santo sebagai ayah mertua Ratu merasa kasihan dengan Ratu, sebab Ratu selalu diperlakukan tidak baik oleh anak dan menantunya itu. Hampir setiap pagi perdebatan demi perdebatan menjadi bumbu-bumbu saat mereka hendak sarapan. Melihat perdebatan yang tak kunjung berhenti, membuat pak Santo bangkit dan mengambil makanan didapur dan menyajikan di atas meja makan.
" Sudah jangan ribut lagi, ini sarapannya sudah bapak siap kan diatas meja. Bima, tolong kamu itu ajari istri kamu untuk bersikap baik dan minta dia untuk melayani kamu dengan baik, salah satunya dengan memasak. Jangan semua harus dikerjakan dan di urus oleh Ratu, Ratu di sini itu menantu bukan pembantu !! Rani dan Ratu sama-sama menantu, mempunyai kedudukan yang sama. Jika tidak bisa memasak, setidaknya bantu Ratu menyiapkan masakan. Dan kamu Serli, kamu jaga sikap kamu. Jangan sampai saat kamu menikah, kamu akan mengalami hal yang sama seperti Ratu."Ucap pak Santo panjang lebar menasehati anak dan menantunya.
* Ya Allah, terima kasih sudah memberikan bapak mertua yang baik dan penyayang seperti bapak mertua ku ini.* Gumam Ratu dalam hatinya.
" Ayah ini apaan sih. Malah nyalahin Rani dan Serli, urusan masak kan sudah jadi tanggung jawab Ratu. Sebab dia itu hanya pengangguran, beda sama Rani yang mempunyai pekerjaan bagus sebagai menejer di salah satu butik ternama dan Serli juga sibuk dengan urusan kampusnya. Dirumah ini yang pengangguran hanya Ratu, jadi wajar dong kalau dia itu memgurus pekerjaan rumah."Ucap ibu Marni membela Rani dan Serli.
Arya keluar dari kamar dan melihat suasana di meja makan terlihat bersitegang. Arya sendiri sudah paham betul apa yang terjadi, hampir setiap hari di saat sarapan pasti ada keributan seperti sekarang ini.
" Ratu, ambilkan mas sarapannya." Ucap Arya dengan santainya sambil menarik kursi lebih dulu baru dia duduk.
" Iya mas."Jawab Ratu singkat.
Dengan cekatan Ratu mengambil piring yang ada di depan suaminya, mengisinya dengan nasi goreng dan telor ceplok serta acar timun wortel yang selalu Ratu siapkan untuk teman nasi goreng. Sebab Arya tidak begitu suka nasi goreng pakai kerupuk.
" Sekalian isi piringku."Ucap Serli seenaknya memerintah Ratu.
" Ambil sendiri kamu punya tangan." Jawab Ratu dengan berani.
" Lancang kamu ya, Ratu."Seru ibu Marni tidak terima dengan perlakuan Ratu terhadap Serli.
" Bu, Serli itu punya tangan yang utuh jadi dia bisa ambil sendiri. Ratu hanya berkewajiban untuk melayani ku saja, masih untung dia mau masak untuk kita semua. Apa jadinya kalau kalian masak sendiri-sendiri?." Ucap Arya dengan kesal.
Arya sebenarnya ingin sekali pindah dari rumah orang tuanya, dia ingin mengontrak serta belajar mandiri. Namun apa daya, gajinya tidak cukup untuk membayar kontrakan dan biaya hidup mereka sehari-hari belum lagi biaya kuliah Serli hampir setengahnya menjadi tanggungan Arya. Jadi memutuskan untuk tinggal dengan orang tuanya lebih dulu dan mengumpulkan uang untuk bisa membeli rumah.
" Serli, jika kamu tidak bisa sopan sama mbak mu. Mas pastikan uang kuliahmu akan mas hentikan dan kamu minta mas Bima untuk menanggungnya. Dia juga punya gaji, untuk makan sehari-hari saja dia tidak mau keluar uang."Ucap Arya sambil melirik Bima yang sedari tadi hanya diam saja.
" Tidak bisa dong. Gaji mas Bima itu harus masuk ke rekeningku semua, sisain 1 juta saja untuk beli bensin sama rokok mas Bima. Yang lainnya aku yang pegang, sebab kami ini mau beli rumah biar tidak tinggal di rumah ini terus menerus."Ucap Rani langsung menolak.
" Ngasih uang untuk makan juga tidak, bantu untuk biaya kuliah juga tidak, kasih ibu juga tidak. Padahal kalian itu menikah sudah 3 tahun, seharusnya sudah cukup tuh tabungan untuk beli rumah. Mana mbak Rani juga kerja kan sebagai menejer butik terkenal, tentunya gajinya juga besar, kecuali kalau menejernya bohongan."Seru Ratu sambil menyunginggkan senyum jahilnya.
Rani memasang wajah kesal, dan mengepalkan kedua tangannya. Dia benar-benar dibuat kesal oleh Ratu, ucapan ratu tadi seperti sebuah penghinaan untuk Rani. Rani memang bekerja di butik, tapi hanya sebagai karyawan biasa yang melayani pembeli bukan sebagai menejer butik.
" Uang ku sama Rani, Arya. Bagaimana aku mau keluar uang untuk biaya makan sehari-hari. Kalau kamu mau, kamu minta saja sama dia."Ucap Bima seenaknya.
" Tidak bisa begitu dong mas !! Kalau kita keluar uang untuk makan, bagaimana kita bisa cepat beli rumah."Seru Rani tidak setuju.
" Oke, kalau kalian tidak mau keluar uang aku juga tidak keluar uang."Jawab Arya dengan santainya.
Rasanya Ratu ingin tertawa lebar melihat wajah Rani yang kesal. Namun, dia menahannya agar perdebatan tidak semakin memanas.
*********
ALHAMDULILLAH Author sudah rilis karya baru lagi. Semoga kakak para pembaca menyukainya. 🙏🙏😘😘😘😘
.
.
.
💕 HAPPY READING 💕
" Mbak Rani itukan juga kerja? Punya gaji yang lumayan, nah kalau dalam sebulan mbak keluar 1 juta untuk biaya makan kan tidak akan membuat mbak rugi. Mana uang gaji mas Bima juga 90 persen sama mbak Rani. Mas Arya saja keluar 2 juta untuk kebutuhan rumah, masa keluar 1 juta saja tidak mau."Ucap Ratu ikut bicara.
Semua mata memandang ke arah Ratu. Arya kagum dengan keberanian istrinya itu, memang Arya sendiri yang meminta agar Ratu tidak lemah menghadapi keluarganya.
" Terkecuali jika mbak Rani gajinya kecil dan bukan bekerja sebagai menejer, boleh lah keluar 500 ribu saja untuk uang beli sayuran."Seru Ratu tersenyum sinis menatap Rani.
Braaaakkkk
Rani memukul meja makan sampai semua orang yang sedang sarapan tersentak kaget. Rani tidak terima dengan apa yang dikatakan Ratu tadi.
" Maksud kamu apa bicara seperti itu? Kamu meragukan pekerjaanku? Walaupun aku lulusan D3 saja, setidaknya aku pernah kuliah dan saat ini sudah bekerja. Memangnya kamu, yang cuma tamatan SMP dan pengangguran. Mimpi apa si Arya bisa menikah dengan wanita udik seperti mu."Ucap Rani menghina Ratu.
" Mbak, Rani. Ratu itu istriku dan tanggung jawabku. Biarpun dia hanya tamatan SMP dan dia tidak bekerja, itu haknya dia. Sebab aku masih mampu untuk menafkahinya, lagian dia juga bekerja dirumah. Dengan membersihkan rumah dan memasak untuk kalian semua."Ucap Arya membela Ratu.
Suasana sarapan sudah tidak kondusif lagi, Rani tidak menghabiskan sarapannya. Dia cepat-cepat mengajak Bima berangkat kerja, kebetulan tempat Bima bekerja memang searah dengan Rani sehingga setiap hari Rani pulang dan pergi bareng dengan Bima.
" Maaf, pak bu. Sarapannya jadi tidak menyenangkan."Ucap Arya.
" Hemm.."Ucap Pak Santo hanya berdehem saja sambil menikmati sarapannya.
" Arya, hari ini kamu gajian kan? Ibu minta jatah lebih ya, soalnya ibu mau beli gelang emas. Tambahin dulu 1 juta lagi."Ucap ibu Marni seenaknya saja meminta uang tambahan.
" Kalau ibu minta uang tambahan sampai 1 juta, Ratu dapat apa bu? Arya tidak bisa memberikannya bu, ingat bulan depan Arya juga harus membayar uang semester Serli. Uang semester Serli saja sudah 5 juta, setara gaji Arya sebulan."Ucap Arya menolak secara halus.
Wajah ibu Marni nampak cemberut dan dia melirik sinis kearah Ratu yang justru terlihat santai dengan terus mengunyah nasi gorengnya.
" Padahal Serli juga mau minta uang tambahan loh mas. Tidak banyak, 500 ribu saja."Ucap Serli.
" Kalian tahu sendirikan, kalau gajiku cuma 5 juta. Uang itu harus aku bagi-bagi, 1 juta untuk ibu dan 800 ribu untuk uang jajan kamu Ser. Yang 2 juta untuk Ratu dan sisanya baru saya pegang itupun masih aku tabungkan sebagian untuk jaga-jaga bayar semester kamu. Lagi pula aku tidak mau keluar uang untuk keperluan rumah jika kalian terus saja memusuhi istriku dan mas Bima juga tidak mau bantu uang keperluan rumah, jangan semua sama Arya dong. Arya juga ingin menabung untuk masa depan keluarga Arya."Ucap Arya mulai marah.
Pak Santo sendiri mempunyai usaha mebel kecil-kecilan. Meskipun tidak besar, hasilnya lumayan bisa untuk membantu biaya kuliah Serli. Uang semester Serli sebenarnya 8 juta, yang 3 juta di tanggung oleh pak Santo. Belum uang yang lainnya juga, yang buku yang praktek. Kalau bukan pak Santo pasti Arya yang menanggungnya. Untuk Bima sebagai anak yang paling tua mana peduli dengan semua itu. Bima terlalu tunduk dengan istrinya dan uang juga dikuasai istrinya.
" Istri kamu itu hanya dirumah saja tapi kamu kasih jatah 2 juta. Kamu ini benar-benar pilih kasih, Arya."Ucap ibu Marni protes.
" Kalau ibu mau, uang 2 juta itu untuk ibu saja tidak apa-apa kok bu, Ratu ikhlas. Tapi untuk makan dan kebutuhan yang lain ibu beli sendiri. Jangan ibu kira uang 2 juta itu Ratu kuasai sendiri dan untuk Ratu foya-foya, uang itu semua digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah. Sampai Ratu saja pusing bagaimana mengaturnya. Kenapa ibu tidak minta sama mas Bima dan mbak Rani, tah mereka dua-duanya bergaji. Sudah mas, mulai bulan ini uang belanja mas serahkan saja sama ibu. Jika mas Bima dan mbak Rani tidak keluar uang, mereka tidak usah ikut makan."Ucap Ratu juga sudah mulai jengah dengan pembahasannya.
Arya menggenggam tangan Ratu, dia tahu saat ini istrinya itu sudah mulai emosi. Arya tahu betul bagaimana, Ratu. Sebagai seorang suami, tentunya Arya ingin yang terbaik untuk rumah tangganya dan ingin membahagiakan istrinya dengan mencukupi semua kebutuhannya dan hunian yang nyaman. Namun semua itu saat ini belum bisa terwujud, sebab terkendala biaya.
" Tidak masalah, ibu akan mengatur keuangan dirumah ini. Jadi mulai bulan ini uang 2 juta untuk keperluan rumah kamu serahkan sama ibu, Arya."Ucap ibu Marni dengan sumringah.
" Ibu yakin bisa mengaturnya?."Tanya Arya menyakinkan ibunya.
" Yakin dong."Jawab ibu Marni singkat.
Arya hanya mengangguk saja, acara sarapan pun selesai dan Arya berangkat ke kantor dengan mengendarai motornya. Jarak dari rumah ke kantor sekitar 35 menit, dan saat ini baru jam 7 lewat 10 menit. Jam kerja akan dimulai saat jam 8 pagi.
*******
Didalam kamarnya, Ratu berbaring sambil memainkan ponselnya. Untuk ibu mertuanya, saat ini pasti sedang di rumah tetangga untuk berghibah ria. Dan sudah pasti, Ratu lah yang menjadi topik utamanya.
Drreett Drreett Drreett
Ponsel Ratu berdering, ada panggilan masuk dari mamanya. Dengan cepat Ratu mengangkat telepon itu.
[ Assalamualaikum, anak mama yang cantik. Bagaimana kabar kamu, Nak?] Tanya Mama Ratu saat sedang melakukan panggilan telepon.
Dinda dan Satria masih menempati rumah utama, rumah dari nenek Murni. Sedangkan rumah yang pernah di beli Satria untuk Dinda, sudah diberikan kepada Ratu namun Ratu enggan menempatinya. Dia masih senang tinggal di rumah mertuanya, sehingga rumah itu dia sewakan. Lagipula rumah itu ada di kota lahirnya, pekerjaan suaminya ada di kota X jadi tidak mungkin mereka akan tinggal disana.
[ Waalaikum salam, mama ku yang cantik. Alhamdulillah kabar Ratu baik Ma. Mama sama papa sendiri bagaimana?] Tanya balik Ratu.
[ Kami juga baik. Oh iya, apa keluarga suami mu memperlakukan kamu dengan baik, Nak?]
[ Baik sih ma, tapi terkadang juga menyebalkan. Kalau bapak mertua sih baik banget, mama tidak perlu menghawatirkan Ratu. Ratu baik-baik saja, ada mas Arya yang menjaga Ratu. Kabar kak Raja bagaimana ma?.]
[ Ya sama seperti dulu, masih sibuk dengan urusan bisnisnya. Kamu tahu sendiri bagaimana kakak kamu itu, dia sama seperti papa kamu. Kalau sudah bekerja lupa segalanya, sampai lupa juga untuk cari jodoh. Hahaaa.]
[ Ma, Kak Raja itu sudah 25 tahun apa mama tidak mau mencarikan dia jodoh saja. Ya siapa tahu pilihan mama cocok untuk kak Raja. Heheee].
Ratu memutuskan menikah muda dan melangkahi Raja. Awalnya Raja tidak setuju saat tahu Ratu akan menikah, apalagi yang menjadi suaminya adalah Arya. Raja tahu siapa itu Arya, karena Arya adalah karyawannya di perusahan cabang. Raja ingin Ratu mempunyai suami yang benar-benar menerima Ratu apa adanya.
*********
.
.
.
💕 HAPPY READING 💕
Obrolan Ratu dan mamanya terus berlanjut sampai Ratu lupa jika sebentar lagi makan siang. Teriakan ibu Marni mengagetkan Ratu, sehingga Ratu reflek mematikan sambungan teleponnya dan menemui sang ibu mertua. Mamanya tadi pasti mendengar teriakan Marni, biarlah nanti Ratu akan mencari alasan yang tepat untk bicara dengan mamanya.
Ratu keluar kamar dan menuju ruang makan dimana saat ini ibu mertuanya berada. Mata ibu Marni tajam menatap Ratu.
" Ada apa bu? Ini rumah loh bukan hutan, triak-triak tidak jelas."Tanya Ratu saat sudah berada di dekat ibu mertuanya.
" Heehhh... kamu tanya ada apa? Dan ini juga rumahku jadi terserah dong aku mau teriak-teriak itu bukan urusan mu. Dasar menantu pemalas, ini sudah jam setengah 12 tapi belum juga masak untuk makan siang. Sebentar lagi bapak mertua kamu itu pulang, cepat masak sana."Seru Ibu Marni dengan ketus.
Ratu tidak mau membantah, dia pun berjalan ke arah kulkas untuk mencari bahan makanan. Namun yang dia dapatkan hanya terong dan 3 butir telor saja. Pagi tadi memang Ratu tidak belanja karena uang belanja sudah habis, dan baru nanti sore biasanya Arya akan memberikan uang belanja bulanan. Tanpa sepengetahuan orang lain, sebenarnya Arya memberikan uang bulanan 2,5 juta. Yang 2 juta untuk kebutuhan rumah dan yang 500 ribu untuk Ratu pribadi.
" Haahh cuma ada terong dan telor 3 biji saja. Sudah lah aku masak ini saja. Lagian yang makan cuma ibu sama bapak."Ucap Ratu pada dirinya sendiri.
Jika siang memang yang makan hanya kedua mertua Ratu saja, sebab anggota keluarga yang lain sibuk dengan pekerjaannya dan urusannya masing-masing di luar sana. Dan saat makan malam baru semuanya berkumpul.
Ratu mengeksekusi terong dan telur itu, dia membuat balado terong dan telor ceplok saja. Hanya butuh waktu 30 menit masakan Ratu sudah selesai dan terhidang di atas meja bertepatan dengan bapak mertua yang baru saja pulang.
" Masak apa kamu?."Tanya Marni menghampiri Ratu sambil melihat menu yang terhidang di atas meja.
Mata Marni terbelalak lebar saat mendapati hanya ada balado terong dan 3 telor ceplok saja. Menu sangat sederhana yang tidak pernah dia makan, apalagi terong. Marni langsung berkacak pinggang dengan nafas yang tersengal-sengal ingin memarahi Ratu.
" Kamu ini gila atau bagaimana sih Ratu ? Ini makanan apa? Dasar orang kampung, bisanya cuma masak seperti ini. Masak yang lain, Cepat !!."Teriak Marni dengan lantang.
Ratu geram sekali mendengar kata-kata ibu mertuanya itu. Ingin sekali dia memukul ibu mertuanya itu, namun dia tidak mau di bilang menantu durhaka.
" Bu, apa yang mau Ratu masak? Sedangkan di kulkas saja sudah tidak ada apa-apa, mas Arya belum kasih uang bulanan bu."Jawab Ratu dengan kesal.
" Uang 2 juta sudah habis? Dasar boros ! Pasti uang itu kamu pakai untuk foya-foya kan, duh kasihan sekali anakku punya istri boros seperti ini."Ucap ibu Marni.
" Uang 2 juta untuk 1 bulan itu sampai mana bu? Ibu tahu sendirikan dirumah ini ada 7 orang dewasa yang setiap hari makan? Ratu pusing bu mengelola uang 2 juta itu, nah kebetulan mulai bulan ini ibu yang kelola jadi selamat berpusing-pusing."Ucap Ratu lalu dia meninggalkan ibu mertuanya dan masuk ke kamarnya untuk melaksanakan sholat dzuhur.
Pak Santo yang baru selesai sholatpun keluar dari kamar menuju meja makan. Terdengar dari kamar Ratu jika bapak mertuanya itu menasehati sang istri.
" Bu, sudah sih jangan terlalu keras sama Ratu. Kasihan Ratu setiap hari ibu omelin terus, bapak saja pusing dengernya apalagi Ratu. Sudah makan saja apa yang ada tidak perlu ribut dan marah-marah."Seru pak Santo menasehati istrinya.
Ibu Marni hanya mendengus dengan kesal, dia pun ikut duduk dan makan siang dengan menu sederhana yang dia bilang kampungan itu.
" Katanya menu kampungan bu, kok makannya lahab bener?."Tanya pak Santo sambil menggelengkan kepalanya.
" Lapar pak."Jawab ibu Marni dengan mulut yang penuh.
" Bu, Ratu itu menantu kita. Perlakukanlah dia dengan baik. Jangan ibu perlakukan seperti pembantu, dulu Arya meminta Ratu kepada orang tuanya itu secara baik-baik dan Arya sudah berjanji untuk membahagiakan Ratu. Sudah bagus Ratu disini mau mengerjakan pekerjaan rumah. Ibu lihat istrinya Bima, dia sama sekali tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah."Ucap pak Santo menasehati istrinya.
Ibu Marni seperti tidak menghiraukan apa yang dikatakan suaminya, dia terus makan sampai dia menambah nasi 2 piring. Tidak tahu karena lapar atau memang masakan Ratu enak? Pak Santo sampai melongo melihat cara istrinya makan.
" Bu, jangan dihabiskan. Sisain untuk Ratu, dia yang masak saja belum makan loh. Itu telor ceplok kenapa diambil lagi, sisain satu untuk Ratu."Ucap pak Santo mengingatkan Ibu Marni.
" Tidak perlu memikirkan anak itu, dia kalau lapar biar masak lagi."Seru Ibu Marni lagi.
" Apa yang mau di masak bu, bukannya Ratu tadi sudah bilang kalau di kulkas sudah tidak ada stock sayuran lagi. Ibu itu yo ingat sama mantu gitu loh Bu, jangan seenaknya begitu makan."Ucap pak Santo dengan sabar.
Praaakkkk
Ibu Marni memukul meja makan, dia paling tidak suka jika sedang makan terus-terusan di ocehin. Pada dasarnya ibu Marni memang kurang hormat dan patuh kepada suaminya. Sekarang suaminya sudah tua, usaha mebel pun semakin sedikit dan itupun tidak membuat dia puas.
" Bapak ini kenapa sih? Peduli sekali dengan Ratu si menantu miskin itu? Bapak tahu kan dari dulu ibu ini memang tidak setuju Arya menikah dengan wanita itu, sudah miskin dan hanya tamatan SMP. Banyak wanita di luaran sana yang lebih kaya dan berpendidikan, Arya saja yang bodoh menikah sama wanita seperti itu. Cantik doang mah tidak cukup pak, yang penting kaya pak, Kaya !!."Seru ibu Marni sedikit berteriak.
" Bu, pelankan suaramu. Jangan sampai Ratu dengar apa yang ibu ucapkan ini. Dia pasti sedih jika mendengar semua yang ibu katakan, Bu."l Bu, hargailah pilihan Arya dan hargai Ratu. Mau bagaimanapun dia itu menantu kita,Bu."Ucap pak Santo bijak.
" Bodo amat."Seru ibu Marni bangkit lalu meninggalkan meja makan begitu saja tanpa mau membereskan piringnya lebih dulu.
Huuufffttt
Pak Santo menghela nafas dengan berat, bagaimana lagi dia menasehati istrinya. Berbagai cara sudah dia lakukan namun istrinya masih saja tidak berubah. Pak Santo pun bangkit membawa piring kotor ke wastafel, setelah itu dia keluar rumah. Memilih kembali ke tempat usahanya, daripada di rumah dibikin pusing dengan kelakuan istrinya.
************
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!