NovelToon NovelToon

Kecil-kecil Jadi Pelakor

Bab 1

“Bi Minaaaa...” teriak Sarah ketika selesai mandi dan tidak menemukan pakaian yang akan dia pakai hari ini.

“Bi Minaaaaaa....” teriak Sarah sekali lagi.

Bi Mina, nenek yang sudah berusia enam puluh tahun lebih itu berlari tergopoh-gopoh menuju kamar utama di mana asal suara teriakan itu berada.

“Aku kan sudah bilang kalau aku mau pakai baju kemeja biru yang tempo hari aku beli, kenapa masih belum di siapkan. Aku sudah hampir terlambat” kata Sarah pada Bi Mina masih dengan nada suara tingginya ketika Bi Mina masuk ke dalam kamarnya.

“Maaf Nyonya, saya pikir Tuti sudah menyiapkannya jadi saya turun untuk membuat sarapan” kata Bi Mina sambil mengucapkan maaf berulang kali.

“Alasan saja kamu. Sudah sana, cepat siapkan” kata Sarah lagi. Bi Mina lalu bergegas mencari baju yang di maksud Sarah. Setelah menemukan baju yang di maksud, Bi Mina kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Nenek tua itu mengusap peluh yang mengalir di keningnya karena berlari tadi.

Sarapan sudah tersaji di atas meja, suami Sarah juga sudah ada di sana sejak tadi. Setelah berpakaian dengan rapi, Sarah lalu turun dan ikut sarapan bersama suaminya.

“Kamu kenapa lagi sih?” tanya Bintang Aditama, suami Sarah. Wanita itu tidak menjawab suaminya, dia hanya sibuk menikmati sarapannya.

“Sarah, aku bicara sama kamu” Bintang kesal karena di abaikan oleh istrinya.

“Nggak ada apa-apa, hanya pembantu kamu itu kerjanya tidak becus. Lagi pula kenapa kamu tidak pecat saja dia, dia itu sudah tua, sudah tidak bisa lagi bekerja. Nyusahin aja” jawab Sarah panjang lebar tanpa melihat ke arah suaminya.

“Bi Mina itu sudah bekerja sama keluargaku sejak dulu, dan menurut aku juga kerjanya masih bagus”

“Jadi maksud kamu, aku yang salah” balas Sarah. Wanita itu tidak terima jika suaminya lebih membela pembantu dari pada dirinya. Dia meletakkan sarapannya dan pergi meninggalkan suaminya.

Melihat Sarah yang kesal, Bintang mengejar istrinya itu dan minta maaf padanya.

“Lain kali jangan bela pembantu sialanmu itu di depanku”

“Iya, aku minta maaf,” Bintang lebih memilih mengalah dari pada melanjutkan perdebatan dengan istrinya. Mereka berdua lalu pergi dengan kendaraan yang berbeda. Setelah sebelumnya Bintang memberi ciuaman mesra pada istrinya yang juga di sambut Sarah tidak kalah mesranya.

Bintang Aditama adalah seorang pengusaha kaya raya yang menikahi Sarah Diandra lima tahun yang lalu. Mereka menikah atas dasar cinta dan tidak ada paksaan apapun dari salah satunya walaupun usia mereka terpaut cukup jauh.

Tahun ini Bintang akan berusia tiga puluh lima tahun Sementara sarah akan berusia dua puluh tujuh tahun.

Sarah bekerja sebagai designer profesional yang menangani pakaian untuk kalangan atas, termasuk artis dan istri para pejabat juga kolega suaminya. Dengan mendompleng nama besar suaminya, kariernya kian menanjak sampai bisa sesukses seperti saat ini.

Pernikahan mereka belum di karunia anak hingga saat ini, bukan karena ada masalah kesehatan di antara mereka tapi karena Sarah belum ingin memiliki anak. Dia tidak mau selama hamil akan menghambat pekerjaan yang sangat dia cintai itu.

Berbeda dengan Bintang, laki-laki itu sudah sangat ingin memiliki keturunan karena usianya yang sudah tidak muda lagi. Belum lagi desakan dari orang tuanya yang memintanya segera memberikan keturunan untuk penerus perusahaan keluarga karena Bintang adalah anak tunggal di keluarganya.

Karena sangat mencintai istrinya dan tidak ingin orang tuanya menyalahkan Sarah, Bintang mengatakan kepada orang tuanya bahwa dialah yang bermasalah. Ada kelainan padanya sehingga susah untuk mendapatkan keturunan. Alhasil, orang tuanya pun tidak menyalahkan sarah dan hanya mendesak Bintang untuk berobat secara rutin.

Setelah pasangan suami istri itu pergi, barulah Bi Mina dan dua orang pelayan yang lain bisa sarapan.

“Maaf yah, Bi. Aku tadi lupa menyiapkan baju untuk Nyonya. Jadinya Bi Mina yang kena semprot” kata Tuti. Tadi dia ada di kamar utama mengambil pakaian kotor sekaligus menyiapkam pakaian untuk Sarah, tapi karena terkejut melihat Bintang yang tiba-tiba ada di belakangnya, dia pun tidak jadi menyiapkan baju untuk Sarah padahal Bi Mina sudah meminta tolong untuk menyiakan baju itu.

“Iya” Bi Mina mengusap lembut rambut Tuti karena tidak mau membuat gadis itu merasa bersalah. Bi Mina juga tidak mau gadis-gadis muda ini mengalami apa yang dia alami, biarkan saja dia yang sudah banyak makan asam garam kehidupan yang mendengar kata-kata kasar dan makian Sarah tiap hari.

Sejak Sarah masuk ke rumah itu, semua memang jadi berbeda. Sarah sangat perfek hingga pada hal-hal kecil. Tidak boleh ada pakaian kotor di dalam kamar saat dia pulang bekerja. Tidak boleh ada makanan yang sama di sajikan dua kali sehari di atas meja. Seprei harus di ganti tiga kali seminggu dan juga gorden di kamar harus di ganti dua kali seminggu dan masih banyak aturan-aturan baru yang dia keluarkan.

Saat melayani orang tua Bintang dulu, jika makan siang tidak habis, makanan itu tidak boleh di buang dan di makan lagi malam harinya kalau memang masih layak untuk di makan. Mereka orang yang sangat menghargai apapun yang di lakukan orang lain kepada mereka, walaupun mereka membayar untuk itu.

“Sayang banget, Tuan harus menikah dengan orang seperti Nyonya”, seloroh Ami, pelayan yang lain.

“Hussh, tidak boleh bicara seperti itu. Jodoh itu sudah ada yang mengatur, bukan kita yang menentukan. Lagi pula, Tuan kan juga bahagia dengan Nyonya, jadi kita harus ikut mendoakan kebahagian mereka,” kata Bi Mina menasehati gadis-gadis itu.

Kedua gadis itu juga muak menghadapi Sarah yang suka protes tentang pekerjaan yang mereka sudah lakukan dengan baik, tapi gaji mereka bekerja di rumah itu lumayan tinggi, jadi mereka hanya mengurut dada menghadapi Sarah.

“Ada apa sih, pagi-pagi sudah ngumpul. Nyonya dan Tuan sudah pergi?” Nadia, cucu Bi Mina yang bertanya. Dia sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Hari ini dia pergi sekolah agak terlambat karena ada rapat guru-guru di sekolah.

“Iya”, jawab Ami.

“Tadi Bi Mina ke....” Tuti tidak melanjutkan ucapannya setelah Bi Mina memberi kode lewat tatapan mata padanya.

“Kenapa, kena semprot nenek sihir itu lagi,” tebak Nadia. Gadis itu sudah sering mendengar Sarah meneriaki Neneknya, tapi tiap kali Nadia ingin membela neneknya, Bi Mina selalu menahannya.

“Kita punya hutang yang besar pada Tuan dan Nyonya besar, Nyonya Sarah itu adalah menantu mereka, kita harus menghormatinya” kalimat itu yang selalu Bi Mina katakan kepada Nadia.

Nadia tentu menyadari hal itu, dia juga sangat menghormati Tuan dan Nyonya besar karena berkat kebaikan hati mereka, Bi Mina dan Nadia bisa punya tempat untuk berteduh dari teriknya matahari dan dinginnya air hujan. Dan berkat mereka juga, Nadia bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

“Sabar ya, Nek. Setelah Nadia tamat sekolah, Nadia akan cari kerja dan bawa Nenek keluar dari rumah ini”, kata Nadia. Bi Mina hanya tersenyum sambil mengusap rambut panjang cucunya itu.

Di mana orang tua Nadia? Ibunya meninggal saat melahirkannya dan Ayahnya meninggalkannya saat itu juga. Hanya ada Bi Mina di sana, wanita tua itu memutuskan untuk membawa Nadia dan membesarkannya walaupun keluarga sudah menyarankan untuk menitipkannya di panti asuhan

Bab 2

Malam ini Sarah pulang lebih cepat dari pada Bintang, dia terlihat sangat lelah. Setibanya di rumah, Sarah langsung masuk ke kamarnya untuk istirahat. Tidak lama setelah Sarah pulang, mobil Bintang juga sudah terlihat memasuki halaman rumah.

“Malam Tuan”, Sapa Nadia saat melihat Bintang turun dari mobil. Sepulang sekolah, Nadia biasanya membantu membersihkan rumah besar itu.

“Nadia, kenapa tidak belajar? Bukannya sebentar lagi kamu ujian?” Bintang memang cukup akrab dengan Nadia karena dia melihat gadis itu tumbuh besar di rumahnya.

“Habis ini, Tuan” jawab Nadia dengan sopan. Bintang tersenyum ramah padanya lalu beranjak menuju kamarnya. Dia sudah mendapat informasi dari sekertarisnya kalau istrinya juga sudah ada di rumah.

Diam-diam Nadia memperhatikan Bintang dari belakang, walaupun sudah berusia tiga puluhan tapi Bintang masih terlihat sangat muda dari usianya. Tubuh tinggi tegapnya membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan terpesona. Belum lagi senyuman manis setiap kali dia melengkungkan bibirnya, bisa membuat siapa saja yang melihat senyuman itu pasti ingin melihatnya lagi dan lagi.

“Sayang banget sudah menikah sama nenek sihir” kata Nadia dengan suara sangat pelan yang mungkin hanya dia yang mendengarnya.

Sang Nyonya sedang tidak enak badan, jadi dia meminta makan malam di antar ke kamarnya saja. Bi Mina sudah menyiakan makanan dan menyusunnya di atas nampan, tapi karena agak berat sehingga meminta tolong pada Nadia untuk membantunya membawa nampan itu ke atas.

“Hati-hati, jangan sampai jatuh” kata Bi Mina yang berjalan di depan Nadia. Sesampainya di depan kamar, Nadia memberikan nampan itu kepada Bi Mina, lalu wanita tua itupun masuk ke dalam kamar setelah mengetuk pintu. Melihat neneknya sudah masuk, Nadia pun kembali ke dapur untuk membantu Tuti dan Amy membersihkan.

Belum berapa langkah Nadia meninggalkan tempat itu, sudah terdengar bunyi piring berjatuhan.

“Praaang praanggg”

Nadia kembali dan sedikit membuka pintu kamar itu. Dia melihat Neneknya sedang berlutut di depan Sarah dengan air mata yang berlinang.

“Sudahlah sayang, Bi Mina tidak sengaja menumpahkan makanan itu di baju kamu” Bintang mencoba menenagkan Sarah.

“Kamu tahu berapa harga baju ini, hah. Gaji kamu setahun tidak akan cukup membeli baju ini”, teriaknya. Ternyata Bi Mina tidak sengaja menjatuhkan kuah ayam saos pedas di gaun tidurnya yang membuatnya marah besar.

“Maafkan saya, Nyonya. Saya benar-benar tidak sengaja” kata Bi Mina dengan terisak, dia masih berlutut di depan Sarah.

“Kamu tidak akan terima gaji sampai gaji kamu cukup untuk membayar harga gaun ini” kata Sarah melemparkan gaun tidurnya yang sudah dia lepas tepat mengenai wajah Bi Mina. Padahal gaun itu masih sangat layak di pakai, toh juga dia hanya memakainya di dalam kamar saja selama beberapa menit karena bintang pasti akan melepaskannya untuk bisa menikmati tubuh indah istrinya itu kalau dia lagi dalam mood yang baik.

“Jangan, Nyonya. Saya membutuhkan uangnya untuk biaya kuliah Nadia” mohon Bi Mina. Bintang hanya bisa diam saja karena tidak ingin berdebat lagi dengan Sarah tentang Bi Mina. Dia hanya memberi kode kepada Bi Mina untuk membereskan pecahan piring dan makanan yang berserakan. Dia pasti tidak akan tega melihat Bi Mina tidak mendapatkan upahnya.

Sementara itu di luar pintu, Nadia yang melihat semuanya benar-benar terbakar amarah. Dia mengepalkan tangannya erat dengan kilatan api membara di matanya. Meski begitu, dia tidak bisa melakukan apapun untuk membela Neneknya. Mereka masih membutuhkan tempat tinggal dan juga mengumpulkan uang untuk biaya kuliah dan membeli rumah kecil saat mereka keluar dari rumah itu nantinya.

Nadia buru-buru pergi saat melihat Bi Mina akan segera keluar, dia tidak mau kalau Bi Mina sampai tahu dia melihat apa yang terjadi di dalam. Bi Mina pasti akan sangat terluka jika mengetahuinya, biarlah dia menyimpan semuanya sendiri.

“Nek” Nadia menghampiri Bi Mina yang baru turun dari tangga, gadis itu pura-pura tidak melihat mata yang masih basah Neneknya.

“Ayo makan, aku sudah lapar banget” kata Nadia dengan manja. Dia tahu kalau Bi Mina paling suka saat dia merengek minta makan karena biasanya gadis itu sangat malas jkika berurusan dengan makanan.

“Ayok, Nenek juga sudah lapar” kata Bi Mina. Wanita itu bersikap biasa saja seolah tidak ada yang sudah terjadi padanya. Nadia lalu merangkul Neneknya ke dapur lalu makan bersama dengan pikiran masing-masing.

‘Aku pasti akan bikin perhitungan dengan kamu, tunggu aja’ kata Nadia dalam hatinya.

Bahkan sampai di sekolahpun, Nadia masih teringat kejadian semalam. Hatinya sakit melihat Nenek yang di sayanginya di perlakukan seperti itu oleh Sarah. Walau bagaimanapun, Bi Mina jauh lebih tua darinya, bagaimana mungkin dia membiarkan orang tua berlutut di depannya.

Nadia kembali tersulut emosi mengingatnya.

“Brengsek” makinya.

“Lagi marah sama siapa sih” kata Vanesa teman baiknya, entah dari mata gadis itu tiba-tiba ada di hadapan Nadia bersama Angel. Mereka bertiga adalah teman satu geng di sekolahnya.

Vanesa berasal dari keluarga berkecukupan, semua kebutuhannya sudah terpenuhi tanpa kekurangan apapun. Tapi orang tuanya terlalu sibuk hingga dia tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya.

Sedangkan Angel berasal dari keluarga sederhana, walaupun begitu dia tidak pernah kekurangan apapun. Tapi Ibunya selalu membandingkan dirinya dengan kakaknya yang selalu berprestasi membuat dirinya merasa kasih sayang orang tuanya hanya untuk kakaknya saja, dia selalu di abaikan.

Maka dari itu mereka mencari kasih sayang dari orang lain, Vanesa dan Angel adalah sugar baby mereka berdua punya sugar dady yang memberikan apa yang tidak mereka dapatkan di rumah.

“Biasa, nenek lampir bikin ulah lagi” jawab Nadia dengan kesal.

“Sarah Diandra?” tanya Angel yang di jawab anggukan kepala dari Nadia.

“Aku pengen banget bikin dia merasakan apa yang aku rasa, marah, kesal. Aku mau dia menderita” kata Nadia berapi-api.

Vanesa dan Angel memperhatikan Nadia dengan seksama. Gadis itu cukup cantik dan mungkin akan sangat cantik jika dia mau berdandan, mengubah gaya rambut dan juga pakaiannya.

“Aku ada ide yang di jamin bikin Sarah Diandra menderita, saking menderitanya dia mungkin tidak mau lagi hidup di dunia ini” kata Vanesa yang membuat mata Nadia berbinar mendengarnya.

“Apa?” tanyanya tidak sabaran.

Vanesa dan Angel saling tatap lalu tersenyum.

“Ambil suaminya” kata Angel blak-blakan.

“Apaaaaaa? kalian gila? Tuan Bintang itu sangat mencintai Sarah Diandra tahu, lagi pula aku mana berani melakukan itu, yang ada Nenek akan mengusir aku. Aku nggak mau, ide yang lain saja” tolak Nadia dengan cepat.

“Itu sama saja jadi pelakor” katanya lagi.

“Katanya mau bikin Sarah Diandra menderita” Vanesa mencoba memanas-manasi Nadia.

“Lagi pula aku tahu kalau kamu itu suka kan sama Tuan Bintang kamu itu” tambah Angel.

“Bayangkan, kamu berhasil membuat Sarah Diandra menderita sekaligus mendapatkan Tuan Bintang pujaan hati kamu” perlahan-lahan pikiran Nadia mulai di rasuki hasutan teman-temannya. Dia diam berfikir sejenak.

“Urusan Nenek Mina bisa belakangan, lagian juga kamu kan cucu satu-satunya, jadi tidak mungkin dia tidak memaafan kamu” tambah Angel. Nadia masih diam mempertimbangkan hasutan teman-temannya.

“Tapi apa Tuan Bintang bisa tergoda sama aku, dia lihat aku setiap hari kayak liat anak kecil” katanya.

“Tenang aja, aku ada ide” Vanesa dan Angel lalu menarik tangan Nadia dan membawanya ke suatu tempat yang akan membuat siapapun yang melihatnya terpesona.

Bab 3

“Nadia, ini kamu” Tuti pangling melihat penampilan Nadia. Rambut lurusnya di buat bergelombang, dia yang biasa hanya memakai bedak baby di wajahnya kini bahkan memakai pensil alis dan lipstik juga maskara untuk memperindah bulu matanya yang memang sudah lentik bahkan tanpa maskara.

“Kamu cantik banget sih” kata Tuti terpukau.

“Cantikkan, aku juga baru sadar kalau aku cantik” kata Nadia memuji dirinya sendiri sambil tersenyum riang.

Nadia mengibaskan rambutnya dan masuk lewat pintu belakang. Pintu yang khusus untuk pembantu. Nadia meletakkan barang-barang pemberian teman-temannya yang mereka beli bersama tadi. dia melihat dirnya di cermin dengan penuh percaya diri.

“Aku cantik juga” pujinya tiada henti pada dirinya sendiri. Malam ini Nadia akan mulai mempraktekan apa yang sudah di ajarkan Vanesa dan Angel padanya. Sebenarnya Nadia tidak bermaksud merebut Bintang dari Sarah, dia hanya akan mencoba memberi Sarah sedikit pelajaran dengan membuat Bintang berpaling darinya. Itupun kalau dia mampu membuat Bintang berpaling dari wanita sesempurna Sarah Diandra.

Kebetulan malam ini Amy sedang tidak enak badan, jadi Nadia yang akan mengagantikan tugasnya membersihkan kamar utama. Kamar itu memang di bersihkan dua kali sehari sesuai perintah Sarah. Sebelum Nadia masuk ke kamar, dia lebih dulu memperhatikan lewat jendela. Biasanya jam segini Bintang sudah pulang, dia akan masuk ke kamar saat melihat mobil Bintang masuk di halaman.

Seperti keberuntungan berpihak padanya, mobil Bintang sudah terlihat memasuki halaman. Tapi sebelum Nadia masuk ke kamar utama, dia harus memastikan apakah Bintang hanya sendiri atau berdua bersama Sarah karena biasanya Bintang akan menjemput Sarah lebih dulu.

Lagi-lagi dia beruntung, Bintang turun dari mobil seorang diri, Nadia pun bergegas masuk ke dalam kamar dengan alasan membersihkan kamar itu sesuai dengan perintah Sarah.

Nadia memperbaiki rambutnya, memastikan lipstiknya sudah merah menggoda. Tidak lupa juga dengan pakaiannya. Dia hanya memakai kaos ketat dan hotpants yang memperlihatkan paha mulusnya.

“Siapa kamu?” tanya Bintang saat melihat seorang gadis yang baru kali ini dia lihat. Nadia berbalik dan membuat Bintang terdiam beberapa detik.

“Tuan...” katanya pura-pura terkejut.

“Nadia?” Bintang mencoba memperjelas pandangannya, dia tidak salah, gadis cantik yang seksi di depannya memang adalah Nadia.

“Mbak Ami lagi sakit, jadi saya yang ganti membersihkan kamar utama karena Nenek sama Mbak Tuti lagi masak” katanya beralasan.

Bintang memandang Nadia dari atas ke bawah, “Kamu sudah besar ternyata” katanya melihat perubahan Nadia sambil melepas dasi dan jasnya. Nadia memperhatikan semua gerakannya.

“Iya, masak kecil terus” jawabnya, tentu dengan sangat sopan.

“Tuan Bintang, butuh sesuatu. Mau saya siapkan air mandi?” kata Nadia menawarka diri.

“Boleh” jawab Bintang. Nadia tersenyum canggung lalu masuk ke kamar mandi. Awalnya dia hanya ingin memperlihatkan pada Bintang bahwa dia sudah gadis remaja dan bukan anak kecil lagi, dia sudah bisa menjadi seorang wanita untuk seorang laki-laki. Nadia hanya iseng saja menawarkan untuk menyiapkan air mandi untuk Bintang, dan ternyata Bintang juga mau di siapkan air mandinya oleh Nadia.

Di dalam kamar mandi, Nadia tanpa sengaja menyiram tubuhnya sendiri karena berfikir shower di kamar mandi itu tidak berfungsi.

“Aduh” teriaknya. Bintang buru-buru masuk ke kamar mandi begitu mendengar teriakan Nadia. Dia sudah setengah telanjang dan hanya memakai handuk yang menutupi pinngang dan bagian bawahnya.

“Ada apa?” tanyanya.

“Saya nggak sengaja” Nadia memegang shower dengan wajah paniknya. Lekukan tubuhnya terlihat jelas di balik kaos tipis yang sengaja dia pakai. Bintang bahkan menelan ludah melihatnya. Namun buru-buru dia tersadar dan memberikan handuk pada Nadia.

Begitupun dengan Nadia, dia baru kali ini melihat perut rata dan dada bidang Tuannya ini.

“Pakai ini dan ganti bajumu” kata Bintang. “Biar aku yang siapkan airnya sendiri” sambungnya lagi.

“Maafkan saya, Tuan”

“Tidak apa-apa, kamu kan tidak sengaja. Ayo cepat ganti baju kamu, nanti malah masuk angin.”

Nadia mengambil handuk dari tangan Bintang, saat berjalan keluar, lagi-lagi dengan tidak sengaja dia tergelincir hingga jatuh dan menimpa tubuh Bintang. Tanpa sadar dadanya bahkan bersentuhan dengan  tubuh Bintang membuat sesuatu di dalam tubuh laki-laki itu bergejolak.

“Maaf, Tuan. Maafkan saya”, katanya menunduk tidak berani lagi melihat Bintang.

“Ya sudah, cepat keluar” kata Bintang. Nadia pun bergegas meninggalkan kamar itu sebelum Sarah kembali.

“Kenapa aku malah terpancing begini sih. Dia itu kan masih anak kecil” Bintang merutuki dirinya sendiri. Tapi anehnya dia malah tebayang-bayang akan wajah cantik dan lekukan tubuh padat berisi Nadia.

Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pikiran joroknya pada anak kecil. Dia lalu mandi, menyiram kepalanya dengan air dingiin bermaksud mengusir libido yang tiba-tiba datang.

Tepat pukul delapan malam, Sarah kembali ke rumah. Tanpa membersihkan dirinya terlebih dahulu, dia langsung menuju meja makan. Dia sudah kelaparan karena belum makan sejak siang tadi karena pekerjaannya yang menumpuk.

Bintang turun bersamaan Sarah yang sudah duduk di meja makan, dia terkejut melihat istrinya yang sudah ada di meja makan sebelum masuk ke kamar terlebih dahulu.

“Aku pikir kamu belum pulang” sapa Bintang pada istrinya seraya mencium pucuk kepalanya.

“Aku baru aja sampai, aku lapar banget” katanya.

“Loh, makan siang yang aku kirim nggak kamu makan?” Bintang memang sering meminta sekertarisnya mengirim makan siang untuk istrinya karena dia tahu kalau Sarah sering sekali lupa makan kalau sudah sibuk dengan pekerjaannya.

“Aku nggak sempat. Bentar lagi kan Celine Aurella mau menikah, jadi banyak yang mau aku buatin gaun”

“Celine Aurella yang artis itu?” Sarah hanya mengangguk saja sambil berdehem karena mulutnya penuh dengan makanan.

Bintang lalu ikut makan bersama istrinya, tapi matanya berkeliaran seolah mencari sesuatu, atau seseorang?

Setelah makan malam, Bintang dan sarah kembali ke kamar mereka. Sarah dengan manja memeluk pinggang suaminya dan menyeret kakinya seolah sudah tidak punya kekuatan untuk berjalan. Bintang yang gemas melihat istrinya lalu menggendongnya seperti pengantin baru menuju kamar mereka.

Di dalam kamar, Bintang kembali teringat pada gadis kecil yang tadi ada di kamarnya. Dan tiba-tiba sesuatu di bawahnya kembali mengeras seolah minta untuk di sentuh. Bintang yang melihat Sarah keluar dari kamar mandi dengan wajah lelah sepertinya harus gigit jari. Tidak mungkin dia meminta jatah pada istrinya dalam keadaannya yang seperti itu, dan lagi Sarah pasti akan langsung menolaknya.

“Kamu kenapa, Sayang?” tanya sarah melihat Bintang yang melakukan push up tengah malam.

“Aku lagi pengen banget, tapi aku nggak tega minta sama kamu” jawabnya terus terang.

“Oohh...” kata Sarah tanpa merasa tidak enak hati tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.

Ini juga bukan pertama kalinya dia menolak suaminya bahkan sebelum suaminya meminta. Terkadang Bintang hanya bisa melakukannya saat Sarah dalam mood yang baik. Walau begitu, Bintang masih selalu memaklumi istrinya.

Sarah sudah tertidur dengan pulas saat Bintang keluar dari kamar mandi, Bintang lalu bergabung bersama istrinya di bawah selimut dan mendekapnya sangat erat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!