NovelToon NovelToon

DARAH TANAH JAWA

DARAH TANAH JAWA : Episode 1

Sebuah kerajaan kecil di tanah Jawa. Tempatnya yang indah dan tenang, istananya yang megah dengan orang-orangnya yang ramah. Kerajaan itu bernama Wiyagra Malela. Sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Jabang Wiyagra.

Prabu Jabang Wiyagra adalah seorang raja yang sangat santun dan ramah kepada siapa saja. Meski pun dia seorang raja, namun dia tidak pernah malu untuk berkumpul dengan siapa pun. Dia sering berkumpul dengan rakyatnya. Dia sering berkunjung ke rumah makan kecil di sebuah desa yang terpencil.

Dia juga orang yang suka dengan keindahan, seperti taman dan juga tempat-tempat hiburan. Prabu Jabang Wiyagra membuat kerajaannya ini menjadi destinasi wisata untuk para kerajaan besar yang ada di Nusantara. Banyak raja-raja dan orang-orang terhormat yang datang ke kerajaannya ini, karena tempatnya yang sangat indah.

Meski pun begitu, Prabu Jabang Wiyagra tetaplah seorang raja yang tegas dan sangat ditakuti oleh raja-raja besar yang ada di Nusantara. Karena sebelum dia menjadi seorang raja, dia adalah seorang ksatria yang berjuang membela tanah kelahirannya dari pertikaian dua kerajaan besar. Yaitu kerajaan Batih Reksa dan Reksa pati.

Dua kerajaan ini masih saling bertarung satu sama lain. Dan mereka tidak pernah damai hingga sekarang. Namun, Prabu Jabang Wiyagra yang kala itu masih menjadi seorang ksatria, dia memutuskan untuk tetap berada di tengah-tengah. Dia tidak mau memihak kemana pun.

Dia hanya tidak mau tanah kelahirannya menjadi tempat pembuangan mayat untuk dua kerajaan itu, karena wilayah ini berada tidak jauh dari kedua wilayah kerajaan besar tersebut. Akhirnya diputuskanlah, kalau Jabang Wiyagra diangkat menjadi seorang raja oleh orang-orang yang mendukung perjuangannya.

Bertahun-tahun dia berusaha membangun kerajaan ini sedikit demi sedikit. Hingga usianya yang sekarang sudah empat puluh tahun, Prabu Jabang Wiyagra sudah mampu membuat kerajaan ini berkembang pesat. Prabu Jabang Wiyagra memiliki seorang permaisuri bernama Ayu Anindya. Dialah yang selama ini mendukung Prabu Jabang Wiyagra dan menjadi pendukung utama bagi Prabu Jabang Wiyagra sendiri.

Ratu Ayu Anindya selalu memberikan arahan yang baik untuk suaminya. Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang membuat kerajaan ini semakin berkembang. Ratu Ayu Anindya yang selama ini sudah mencegah perang di kerajaan ini, karena sebelumnya Prabu Jabang Wiyagra ingin sekali menghancurkan dua kerajaan besar yang tidak pernah damai itu.

Namun berkat pemikiran dari Ratu Ayu Anindya, Prabu Jabang Wiyagra berfikir dua kali untuk melakukan serangan ke kerajaan Batih Reksa dan Reksa Pati. Dia menyarankan Prabu Jabang Wiyagra untuk menguasai daerah-daerah penting yang menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Batih Reksa dan Reksa Pati. Dengan begitu dia bisa memberikan pilihan sulit kepada kedua kerajaan itu untuk tidak menyerang wilayahnya, atau menjadikan wilayah ini sebagai jalur perang.

Cara itu berhasil hingga sekarang. Dengan kekuatan prajurit kerajaan yang sangat luar biasa, sekarang kerajaan Wiyagra Malela sudah menguasai jalur ekonomi terbesar di Nusantara ini. Semuanya ada di kerajaan Wiyagra Malela. Sehingga banyak sekali kerajaan besar yang menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan ini. Yang membuat kerajaan lain enggan untuk melakukan peperangan dengan kerajaan Wiyagra Malela.

Walau pun begitu, tetap saja ada pertikaian kecil yang terjadi di kerajaan Wiyagra Malela. Banyak bandit atau kelompok penjahat yang dikirim oleh kerajaan Batih Reksa dan Reksa Pati. Tapi mereka semua selalu pulang dengan tangan kosong.

Sebenarnya banyak sekali kerajaan yang mendukung kerajaan Wiyagra Malela untuk melakukan penyerangan ke kedua kerajaan besar itu, tapi Prabu Jabang Wiyagra selalu menolak. Karena seberapa besar pun keuntungan yang didapatkan dalam peperangan, peperangan tetaplah merugikan.

“Bagaimana pun juga, kita tetap harus bersiap Gusti Prabu. Sampai sekarang, mereka hanya mengirimkan para bandit untuk membuat kekacauan. Tapi tidak tahu besok atau lusa.” Ucap Maha Patih Putra Candrasa.

“Kamu benar Maha Patih. Pasukan kita harus selalu bersiap untuk segala kemungkinan yang akan datang. Aku yakin, pasti mereka sudah menyusun kekuatan. Namun, jika kedua kerajaan itu masih terus berperang, artinya kita masih aman.”

“Mohon ampun Gusti Prabu. Hamba tidak mengerti.”

“Begini Maha Patih, jika sebuah kerajaan yang besar dan kuat terus menerus melakukan peperangan, maka lama kelamaan mereka pasti akan melemah karena ulah mereka sendiri. Dan kalau tetap diteruskan, maka kedua belah pihak akan sama-sama hancur.”

Maha Patih Putra Candrasa dan para Patih yang lainnya mengangguk-angguk, tanda mereka sudah mengerti apa yang dimaksud oleh Prabu Jabang Wiyagra. Maha Patih Putra Candrasa adalah orang yang sangat setia kepada kerajaan ini. Bahkan sebelum kerajaan ini berdiri, dia sudah ikut berjuang bersama dengan Prabu Jabang Wiyagra dan sudah menjadi tangan kanannya sejak lama.

Karena itulah, saat kerajaan ini berdiri, Putra Candrasa diangkat menjadi Maha Patih dan menjadi komando utama di kerajaan ini.

Dulu Maha Patih Candrasa adalah seorang gelandangan, yang namanya dikenal sebagai Copret, karena dia suka mencuri makanan dari pada pedagang. Padahal nama aslinya adalah Karman. Hidupnya terlunta-lunta tak tentu arah.

Apalagi saat perang antara kerajaan Batih Reksa dan Reksa Pati pecah, hidupnya menjadi semakin sulit dan semakin sengsara. Sampai pada suatu waktu, dia mendengar ada sekelompok pejuang yang menginginkan kedamaian di tanah ini. Sehingga dia pun ikut bergabung dengan kelompok itu, yang dipimpin oleh Jabang Wiyagra sendiri.

Ditangan Jabang Wiyagra, Copret dilatih ilmu bela diri dan ilmu kanuragan. Dia menjadi pejuang hebat diantara yang lainnya. Karena namanya tidak cocok untuk menjadi seorang Maha Patih, akhirnya namanya dirubah menjadi Putra Candrasa. Dan sejak itu, Maha Patih Putra Candrasa menjadi seseorang yang sangat dihormati.

Dia juga ditakuti oleh banyak raja-raja besar, terutama Prabu Sura Kalana dari Kerajaan Batih Reksa, dan juga Prabu Ditya Kalan dari Kerajaan Reksa Pati. Hal itu disebabkan karena Maha Patih Putra Candrasa berhasil membunuh tiga orang Patih. Yang dua orang Patih berasal dari pihak Kerajaan Batih Reksa, dan yang satunya lagi berasal dari Kerajaan Reksa Pati.

Ditambah dengan ratusan prajurit yang mati dari kedua belah pihak karena serangan ganas dari Maha Patih Putra Candrasa. Hal ini yang kemudian menjadi pertimbangan bagi dua kerajaan untuk menyerang Kerajaan Wiyagra Malela. Jadi mereka hanya menggunakan para bandit dan juga para pendekar nakal untuk membuat kekacauan di kerajaan ini.

Dua kubu yang bersebrangan itu berharap agar kekuatan Kerajaan Wiyagra Malela bisa melemah. Jika sampai kekuatan kerajaan ini melemah, mereka bisa menggunakan kembali jalur kerajaan ini sebagai jalur perang dan pengiriman logistik mereka untuk mempersingkat waktu. Karena sekarang, Kerajaan Wiyaga Malela menjadi kerajaan yang memotong jalur apa pun dari kedua kerajaan besar yang selalu berperang itu.

Sebenarnya, Kerajaan Reksa Pati dan Kerajaan Batih Reksa adalah saudara. Mereka masih satu darah. Kedua kerajaan ini adalah pecahan dari Kerajaan Reksa Digdaya yang dipimpin oleh Prabu Jaya Digdaya. Prabu Ditya Kalana adalah adik dari Sura Kalana yang waktu itu disahkan menjadi putra mahkota. Prabu Sura Kalana jelas tidak terima dengan keputusan ayahandanya. Sehingga dia marah dan membunuh ayahnya sendiri yang saat itu sudah sangat tua dan tidak mampu lagi bertarung seperti dulu.

Prabu Ditya Kalana marah besar dan mengutuk keras perbuatan kakaknya itu. dia menyerang semua orang yang berhubungan baik dengan Sura Kalana. Membunuh mereka satu persatu, dan menghabisi semua pendukung Sura Kalana. Ambisi balas dendamnya berubah menjadi ambisi kekuasaan. Tidak berbeda jauh dari kakaknya itu. Karena kekuasaan, mereka menjadi buta.

Mereka tidak segan untuk menghabisi siapa saja yang menjadi penghalang untuk kepentingan mereka. Mereka tidak pernah mau berdamai. Mereka selalu berbeda pendapat dan tidak pernah bisa saling memahami satu sama lain.

Sura Kalana pun pergi dan membentuk kelompoknya sendiri. Dia mendapatkan dukungan dari pamannya yang bernama Gabah Lanang. Dengan bantuan dari Gabah Lanang, dia berhasil membangun kerajaannya sendiri.

Walau sebenarnya, tanpa ia sadari, dia sudah dijadikan boneka oleh pamannya sendiri. Karena kekuasaan, dia sama sekali tidak menyadari hal tersebut. Yang ada dipikirannya hanyalah kekuasaan. Dia ingin menjadi Raja Diraja dan berkuasa di seluruh Nusantara.

DARAH TANAH JAWA : Episode 2

Prabu Jabang Wiyagra mendapatkan laporan dari Patih Dawala yang bertugas di salah satu pelabuhan kerajaan, kalau ada seorang utusan dari Kerajaan Reksa Pati yang membawa dan dititipkan kepada Patih Dawala. Surat itu dikhususkan untuk Prabu Jabang Wiyagra.

“Bacakan suratnya Patih.”

Dihadapan para Patih yang lain, dan juga disaksikan oleh Maha Patih Putra Candrasa, Patih Dawala dengan perlahan membuka gulungan surat itu. Betapa terkejutnya Patih Dawala saat membaca judul dari surat itu adalah sebuah tantangan kepada Kerajaan Wiyagra Malela.

“Dengan ini, saya Prabu Ditya Kalana. Dan surat ini ditulis secara pribadi untuk Prabu Jabang Wiyagra. Saya Prabu Ditya Kalana meminta Prabu Jabang Wiyagra untuk bergabung dengan Kerajaan Reksa Pati, guna melakukan serangan besar-besaran kepada Kerajaan Batih Reksa. Jikalau Prabu Jabang Wiyagra tidak menyetujuinya, maka dengan terpaksa kami mendeklarasikan kepada Kerajaan Wiyagra Malela. Dan kami tidak akan berbelas kasih.”

Setelah membaca surat itu, Patih Dawala kembali menaruh gulungan surat itu dipinggannya. Dia masih berada di hadapan Prabu Jabang Wiyagra yang hanya tersenyum mendengar isi surat itu.

“Duduklah Patih Dawala.”

“Terimakasih Gusti Prabu.”

“Kita semua sudah sering mendengar pertikaian antara Kerajaan Reksa Pati dan juga Kerajaan Batih Reksa. Mereka tidak pernah damai. Dulu, saat aku belum menyatakan diriku menjadi seorang raja, mereka sudah lebih dulu bertikai. Dan pertikaian ini sungguh sangat merugikan.”

“....Baik merugikan kerajaan-kerajaan besar lain, atau pun merugikan kerajaan-kerajaan kecil. Dan yang paling merasakan penderitaanya adalah rakyat yang tidak bersalah. Maka dari itu, sekarang mungkin waktunya kita untuk bertindak. Dengan kekuatan para prajurit kita yang sudah kita bangun.” Ucap Prabu Jabang Wiyagra kepada para pengikutnya.

“Mohon maaf Gusti Prabu, izinkan hamba bicara.”

“Silahkan Patih Daraka.”

“Menurtu hamba, bagaimana kalau kita bergabung saja dengan Kerajaan Reksa Pati untuk mengalahkan Kerajaan Batih Reksa. Namun, kita membantu dengan kemampuan yang apa adanya saja. Jangan menggunakan prajurit-prajurit pilihan dalam perang ini.”

“Apa maksudmu Patih Daraka?” Tanya Prabu Jabang Wiyagra.

“Begini Gusti, kita buat Prabu Ditya Kalana berfikir kalau kita benar-benar memberikan dukungan untuknya. Setelah peperangan, jelas kekuatan mereka akan sedikit melemah, karena sekarang Kerajaan Batih Reksa yang dipimpin oleh Prabu Sura Kalana sudah semakin kuat. Akan banyak prajurit yang mati dan juga banyak yang menjadi korban dari peperangan besar itu.”

“.....Setelah Kerajaan Batih Reksa kalah, barulah kita mengambil kesempatan untuk menyerang Kerajaan Reksa Pati. Karena yang hamba tahu, Prabu Ditya Kalana suka mengadakan pesta besar setiap kali mereka menang dalam pertarungan.” Jelas Patih Daraka.

“Jadi maksudmu, kita akan menghantam dua-duanya? Benar begitu Patih?” Kata Prabu Jabang Wiyagra.

“Benar sekali Gusti Prabu.”

Prabu Jabang Wiyagra mencerna setiap saran yang diberikan oleh Patih Dawala. Karena jika mereka diam terus menerus, tidak menutup kemungkinan kalau kerajaan ini bisa saja dihancurkan oleh Kerajaan Reksa Pati yang sekarang sudah bertambah kuat dari sebelumnya. Namun seperti biasa, Prabu Jabang Wiyagra selalu meminta persetujuan dari Maha Patih Putra Candrasa.

“Menurutmu bagaimana Maha Patih?”

“Apa yang dikatakan oleh Patih Daraka ada benarnya Gusti Prabu. Karena jika mereka terus dibiarkan, maka mereka bisa membuat Tanah Jawa ini menjadi semakin rusak. Sudah ribuan orang yang mati, jika kita hitung jumlah kematian kedua kerajaan itu karena peperangan. Banyak orang yang menderita dan pada akhirnya mereka yang kaya memilih untuk pindah ke wilayah kerajaan kita.”

“......Sedangkan mereka yang tidak memiliki apa-apa dan hidup sengsara, akan semakin sengsara dibawah kepemimpinan dua raja yang sudah gila kekuasaan itu.” Jawab Maha Patih Putra Candrasa.

“Yah.. Tapi, kerajaan sebesar Reksa Pati pasti memiliki persenjataan yang lengkap. Aku ragu kalau persenjataan kita masih mampu mengalahkan mereka.” Ucap Prabu Jabang Wiyagra yang masih ragu dengan keputusannya untuk melakukan rencana itu.

“Mohon izin berbicara Gusti Prabu.” Ucap Patih Rekta meminta izin.

“Silahkan Patih Rekta. Semua yang ada disini aku izinkan untuk memberikan saran apa saja.” Jawab Prabu Jabang Wiyagra.

“Gusti Prabu tidak perlu ragu dengan persenjataan kita. Kita memiliki Patih Semaya dan Patih Panamaya yang ahli dalam pembuatan senjata, dari yang kecil sampai senjata yang berukuran raksasa.”

“Mohon maaf Gusti Prabu, jika Gusti Prabu Jabang Wiyagra memberikan izin kepada hamba dan juga Patih Semaya untuk membuatkan senjata, maka kami berdua akan memerintahkan pasukan kami untuk membuat senjata-senjata yang tidak dimiliki oleh kerajaan mana pun.” Ucap Patih Panamaya.

Prabu Jabang Wiyagra yang awalnya ragu pun akhirnya mulai yakin dengan semua suara yang diberikan oleh Para Patihnya ini. Dia menyetujuinya, karena mereka semua mau dan siap untuk bekerja sama demi keberhasilan rencana yang dibuat oleh Patih Daraka.

Mereka akhirnya sepakat satu sama lain untuk membalas surat itu yang menyatakan persetujuan mereka untuk bergabung dengan Kerajaan Reksa Pati. Kemudian surat itu dikirimkan oleh salah satu prajurit Patih Dawala kepada Prabu Ditya Kalana.

......................

Setelah beberapa hari, surat itu pun akhirnya sampai kepada Prabu Ditya Kalana. Dia begitu senang dengan keputusan Prabu Jabang Wiyagra yang setuju untuk bergabung dengannya melakukan serangan ke Kerajaan Batih Reksa.

“Setelah ini, Kerajaan Batih Reksa hanyalah meninggalkan nama. Dan kang mas Sura Kalana hanya punya nama besar.”

“Benar Gusti Prabu.” Jawab Maha Patih Kinjiri.

Maha Patih Kinjiri adalah tangan kanan Prabu Ditya Kalana yang terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Saat Prabu Ditya Kalana kalah dalam pertarungan melawan pasukan Kerajaan Wiyagra Malela, Maha Patih Kinjiri belum mengabdi kepada Prabu Ditya Kalana.

Sehingga kala itu kekuatan Prabu Ditya Kalana masih sangat lemah dan sering kali kalah dalam peperangan. Sejak adanya Maha Patih Kinjiri bersamanya, Kerajaan Reksa Pati memiliki kekuatan yang semakin meningkat, karena para prajuritnya dilatih jauh lebih keras dari sebelumnya oleh Maha Patih Kinjiri.

Sekarang Kerajaan Reksa Patih juga sudah berkembang pesat ditengah-tengah peperangan mereka dengan Kerajaan Batih Reksa. Ekonomi mereka yang sempat terpuruk selama beberapa tahun karena mengalami banyak kekalahan, juga sudah mulai bangkit.

Mereka juga memiliki persenjataan yang lebih lengkap, baik senjata yang digunakan dalam pertempuran, mau pun senjata yang digunakan sebagai pelindung benteng pertahanan. Dan semua keberhasilan dicapai berkat nasehat yang diberikan oleh Maha Patih Kinjiri.

Walau pun Kinjiri seorang Maha Patih, dia juga menjadi guru ilmu kanuragan dari Prabu Ditya Kalana, sehingga raja muda itu pun menjadi semakin kuat dalam semakin ahli dalam strategi perang. Sudah bertahun-tahun Kerajaan Reksa Pati berperang dengan Kerajaan Batih Reksa. Mereka saling balas satu sama lain. Saling serang sana sini.

Bahkan tidak jarang yang diserang adalah daerah pedesaan yang berisi rakyat biasa yang tidak bisa melakukan perlawanan.

Antara Prabu Ditya Kalanan dan Prabu Sura Kalana, keduanya sama-sama berambisi untuk menguasai semua kerajaan-kerajaan besar yang tersebar di seluruh Tanah Jawa.

Namun semua itu hanyalah sebatas ambisi. Kedua kerajaan itu disibukkan oleh nafsu mereka sendiri, sehingga mereka sulit untuk berkembang ke arah sana. Mereka tidak berani melakukan serangan kepada kerajaan-kerajaan besar lainnya, karena sudah bisa dipastikan mereka semua akan kalah.

DARAH TANAH JAWA : Episode 3

Setelah menerima penawaran dari Prabu Ditya Kalana, Prabu Jabang Wiyagra pun mengirimkan Patih Sanggem dan Patih Kayat untuk memberikan pengawalan, karena Prabu Ditya Kalana akan berkunjung ke Kerajaan Wiyagra Malela bersama dengan pamannya Gabah Lanang, dan juga Maha Patih Kinjiri.

Kunjungan itu dimaksudkan untuk mempererat hubungan dua kerajaan. Nimas Ayu Anindya sebenarnya merasa khawatir dengan semua rencana dari para Patih kerajaan yang memberikan saran kepada suaminya untuk menerima tawaran tersebut.

Karena dia tahu betul bagaimana sifat Prabu Ditya Kalana yang disetir oleh pamannya, Gabah Lanang.

“Dinda, tidak usah khawatir. Semua rencana yang sudah aku susun bersama dengan para Patih kerajaan pasti akan berjalan dengan lancar.” Ucap Prabu Jabang Wiyagra kepada istrinya.

“Kakanda, bagaimana aku tidak khawatir? Kanda menerima tawaran dari Prabu Ditya Kalana yang hanya seorang raja muda yang dikendalikan oleh Gabah Lanang. Gabah Lanang adalah orang yang sangat licik Kanda. Dia selalu berusaha mencari kesempatan dalam setiap kesempitan.”

“Aku tahu Dinda, aku tahu. Tapi jika kita ingin hidup tenang, maka inilah jalannya. Jangan sampai kerajaan kecil ini menjadi api tanpa asap. Semua orang tahu kemegahan, kemahsyuran, dan keramah-tamahan kerajaan ini, tapi jika kita tidak bisa menghentikan peperangan dua kerajaan besar ini, selamanya Kerajaan Wiyagra Malela hanya akan menjadi tempat hiburan.”

“Baiklah Kanda. Tapi Kanda harus berjanji, jangan pernah meninggalkan Dinda. Dan jangan mati di medan perang.”

“Iya. Iya Dinda. Aku berjanji. Aku akan berusaha. Aku berjanji.”

Prabu Jabang Wiyagra memeluk erat istrinya. Dia tahu bagaimana rasa khawatir yang sedang mendekap istrinya. Namun ia tidak punya pilihan. Dia tidak mau Kerajaan Wiyagra Malela selamanya menjadi kerajaan kecil yang hanya menjadi tempat wisata.

Prabu Jabang Wiyagra ingin kerajaan ini berkembang besar seperti kerajaan-kerajaan besar yang lainnya. Dia ingin kedamaian tercipta dibawah kekuasaannya. Kerajaan Batih Reksa dan Reksa Pati sudah sulit didamaikan, apalagi disatukan. Jadi jalan satu-satunya adalah memerangi mereka satu persatu.

......................

Kedatangan Prabu Ditya Kalana di Kerajaan Wiyagra Malela sampai ketelinga kerajaan-kerajaan besar yang lain. Mereka semua khawatir kalau perang ini akan menjadi perang besar yang kemudian menyeret kerajaan yang lainnya.

Namun Prabu Suta Rawaja dari Kerajaan Rawaja Pati, Prabu Bujang Antasura dari Kerajaan Antasura, dan juga Prabu Bagas Candramawa dari Kerajaan Candramawa telah sepakat untuk tidak ikut campur terlebih dahulu dengan urusan Kerajaan Wiyagra Malela dan Kerajaan Reksa Pati.

Mereka semua justru semakin mempererat tali persaudaraan mereka. Karena Prabu Suta Rawaja mulai merasakan kegundahan. Prabu Suta Rawaja adalah kakak kandung dari Prabu Jaya Digdaya. Yang berarti, Prabu Suta Rawaja adalah Uwa dari Prabu Ditya Kalana dan Prabu Sura Kalana.

Prabu Suta Rawaja tidak pernah mau ikut campur dalam perang dua saudara itu, karena mereka sangat sulit untuk dinasehati. Ditambah lagi dia juga tidak tega kalau harus membunuh keluarganya sendiri, apalagi mereka berdua adalah anak dari adik kandungnya, Prabu Jaya Digdaya.

Namun setelah mengetahui kalau Prabu Ditya Kalana bergabung dengan Prabu Jabang Wiyagra, dia menjadi semakin khawatir. Karena cepat atau lambat, dia pasti akan terlibat. Dalam perkumpulan yang diadakan oleh Prabu Bujang Antasura di kerajaannya, akhirnya Prabu Suta Rawaja mengungkapkan kekhawatirannya itu kepada sahabat-sahabatnya.

“Jujur saja, aku sangat khawatir dengan perang ini. Karena dengan bergabungnya Ditya Kalana dengan Prabu Jabang Wiyagra, pasti akan menguatkan kekuatan Kerajaan Reksa Pati. Aku belum siap untuk melihat Sura Kalana mati.” Ucap Prabu Suta Rawaja kepada mereka semua.

“Tenangkan dirimu sahabatku. Selama kamu tidak ikut campur dalam perang mereka, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Aku yakin, Prabu Jabang Wiyagra tidak benar-benar menerima penawaran itu begitu saja. Pasti dia merencanakan sesuatu untuk kedua putra dari adikmu, mendiang Prabu Jaya Digdaya.”

“.....Aku mengenal baik siapa Jabang Wiyagra. Dia bukan orang sembarangan. Kita amati saja permainannya. Yang terpenting, kita semua yang ada di ruangan ini tidak melanggar perjanjian yang sudah kita sepakati bersama.” Ucap Prabu Bujang Antasura.

“Benar apa yang dikatakan oleh Prabu Bujang Antasura, Prabu Suta Rawaja. Prabu Bujang Antasura, dan kita semua yang ada di tempat ini mengenal baik Prabu Jabang Wiyagra. Dilihat dari sepak terjangnya sebelum ini, dia pernah berhasil menghentikan perang besar antara Ditya Kalana dan Sura kalana selam beberapa tahun. Dan sekarang, dia pasti juga sudah memiliki rencana yang bagus untuk mendidik kedua putra dari mendiang Prabu Jaya Digdaya.” Ucap Prabu Bagas Candramawa.

“Ya. Terimakasih banyak semuanya. Aku sudah sangat tua. Dan tidak bisa bertarung seperti dulu lagi. Kalau dua saudara kandung itu datang kepadaku untuk ikut bergabung dengan salah satu dari mereka, aku tidak yakin bisa menolaknya. Pasti mereka akan mengancamku. Aku juga tidak yakin bisa melawan mereka.” Jawab Prabu Suta Rawaja.

Prabu Suta Rawaja memang raja yang paling tua diantara mereka. Umurnya sudah lebih dari seratus tahun. Dia sedikit lamban sekarang. Ditambah lagi dia tidak memiliki putra mahkota atau pun permaisuri, karena dulu putra mahkota dan permaisurinya meninggal karena mengalami sakit yang parah.

Dan satu-satunya orang yang pantas menggantikan Prabu Suta Rawaja adalah Maha Patihnya, yaitu Maha Patih Raseksa. Prabu Bagas Candramawa dan Prabu Bujang Antasura pun merasa sedih melihat keadaan Prabu Suta Rawaja. Disana juga ada raja-raja dari kerajaan kecil yang ada dibawah kekuasaan tiga raja besar itu.

Mereka saling berbisik satu sama lain, dan mereka memutuskan untuk memberikan perlindungan penuh kepada Prabu Suta Rawaja saat perang sudah benar-benar pecah.

“Prabu Suta Rawaja, aku mewakili seluruh raja-raja yang ada di ruangan ini, kami memutuskan untuk memberikanmu perlindungan penuh kepadamu dan kerajaanmu. Kami akan memenuhi kerajaanmu dan semua wilayah pentingnya dengan pasukan kami.”

“.........Prabu Suta Rawaja makan dan minum di meja ini bersama kami, maka Prabu Suta Rawaja adalah sahabat, saudara, dan keluarga kami!” Ucap Prabu Bujang Antasura.

Prabu Suta Rawaja menatap haru ke arah mereka semua yang ada di ruangan ini. Selama ini Prabu Suta Rawaja selalu merasa kesepian dan selalu berada dalam kesendirian. Hanya Maha Patih Raseksa yang mampu menghiburnya. Namun sekarang, dia juga merasakan dari keluarga barunya. Dia benar-benar merasakan kembali rasa kekeluargaan yang sebenarnya, diumurnya yang telah senja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!