Hari - hariku untuk menjadi dokter muda dilalui dengan senang, tangisan, tawa, kesal, amarah, takut, semuanya jadi satu. Sejak koas, kemana pun aku mengendarai motor. Mama dan Bapak sudah mempercayaiku untuk mengendarai motor kemanapun. Dulu mereka masih berat untuk melepasku mandiri. Tapi kali ini kesempatanku, aku jadi bisa lebih mandiri karna jam yang tidak menentu saat berangkat dan pulang dari Rumah Sakit. Karna jika aku masih terlalu sering minta di jemput dan anter mungkin aku menjadi merasa beban. Jangan tanya kenapa aku tidak mengendarai mobil, aku hanya mau mengirit saja. Karna jika aku mengendarai mobil, pengeluaran pasti akan lebih banyak di bandingkan aku mengendarai motor.
Mungkin kali ini Aku akan memperkenalkan diri lagi ya, Hai.. Aku Riri Saputri. Dokter Muda yang sebentar lagi akan menjadi Dokter Umum. Dokter muda itu adalah Koas, koas itu sebutan untuk kami para Dokter tanggung, bekerja di Rumah Sakit tanpa di gaji. Tugas menumpuk, ujian yang sulit. Kedua orang tua ku selalu mendukungku walaupun aku dalam keadaan terpuruk, tidak menjudge. Karna mereka tau bagaimana sulitnya belajar kedokteran, butuh waktu lama dan cukup banyak dana. Jatuh bangunnya aku yang aku rasakan sudah cukup membuatku hampir menjadi gila. Aku juga manusia biasa yang bisa stress dan depresi, tidak mungkin selalu senang dan bahagia. Belum lagi aku tidak memiliki saudara kandung seperti adik dan kakak, semua harus aku topang sendirian. Orang tua pastinya menjadi tanggung jawabku sampai akhir hayat.
Aku teringat saat sedang duduk berdua di depan TV dengan Bapak, beliau menasihatiku.
"Ri... Gapapa kamu lama lulus, Bapak ingetin sama kamu. Dokter itu berat, taruhannya nyawa manusia. Lebih baik kamu mengulang banyak, lama - lama kamu akan paham materi itu sampai nanti kamu jadi dokter. Jangan pakai nama kamu sebagai anak Bapak. Karna anak dokter, kamu jadi bisa terus - terussan minta bantuan Bapak. Saat nanti kamu jadi dokter, kamu harus berdiri sendiri dan periksa pasien sendiri. Kamu gak akan bisa nanya orang lain untuk mengatasi pasienmu nanti."
"Iya Pak.. Aku juga lagi berusaha di kaki ku sendiri ini untuk menghadapi pasien." Jawabku dengan yakin.
Aku senang sekali berdiskusi masalah kedokteran dengan Bapak, bukan materinya. Tapi tentang bagaimana menjadi dokter yang baik dan benar. Bapak tidak pernah menjadi dosenku di rumah, bahkan aku jarang sekali diskusi masalah penyakit, pengobatan dan lain - lainnya. Bapak lebih menyuruhku untuk membaca modulnya langsung.
***
Kali ini tentang kisah cinta yang sangat tidak masuk akal untuk ukuran orang waras. Aku hanya ingin sekedar menceritakan pengalaman yang begitu mengejutkan untuk hidupku dan juga rasanya berat sekali. Tahun 2018, aku baru saja mengalami gagal nikah dengan mantan kekasihku yang sudah berpacaran kurang lebih 4 tahun lamanya. Tapi kali ini aku di sakiti lagi dengan cara yang tidak wajar. Mungkin untuk sebagian orang yang membaca beberapa novelku sebelumnya kisah cinta yang tidak seperti di kebanyakan FTV, Film dan drama korea. Tapi kali ini kisah cintaku seperti kebanyakan di film - film. Bahkan ini bukan hanya aku saja yang mengalaminya, tapi dari beberapa orang yang aku cari ternyata banyak. Pelakunya pun satu orang tapi dia mengaku mempunyai tim kerja yang melakukan tindakan tidak masuk akal ini.
Mungkin disini kalian akan bertanya - tanya, apasih kisah yang tidak masuk akal ini? Kenapa sih? Kok bisa? Ya mungkin Ririnya bodoh sekali kali ini, kurang membuka mata lebar - lebar. Aku mau bercerita, disini Riri menjadi orang yang sangat bodoh dan buta karena cinta. Tanpa memakai feelingnya dulu di awal. Mencintai seseorang yang diawal wujudnya tidak nyata, hanya nama. Bahkan yang melakukan ini semua adalah kakak kelas saat Riri bersekolah di SMA halim.
Aku ingin menceritakan kisahku ini supaya kita sebagai manusia jangan gampang percaya kepada siapapun. Karna perilaku ku kali ini sangat bodoh dan ceroboh. Sudah berani meletakkan hati seseorang terlalu dalam sampai akhirnya aku punya paranoid dan tingkat kecemasan yang tinggi. Walaupun akhirnya aku bisa bangkit lagi dari keterpurukan itu. Tapi kejadian ini mungkin akan terus aku ingat sampai nanti.
Inilah ceritaku dengan seorang laki - laki bernama Satria Permana Dewantara:
Hari ini aku poli kebidanan sedang full, benar - benar membuatku kesal melihat ibu - ibu yang masih muda sudah hamil. Kalian pada gak sabar banget yaa pengen nikah. Umur 20 tahun sudah 3 anaknya, umur 25 tahun sudah 5 anaknya. Luar biasa membuatku geleng - geleng kepala.
"Duh Tuhan, please dong udahan hamilnya ini ibu - ibu." Sahut juniorku saat kami sedang istirahat.
"Udah makanya lo jangan bau kek." Sahutku sambil terkekeh.
"Ih Ka.. Aku tuh udah mandi loh, supaya menghilangkan Bau di diri aku ini." Jawabnya sambil menggelendotiku.
Sebelumnya aku akan memperkenalkan tim putaranku terlebih dahulu. Yang dari tadi menggerutu adalah Ria. Kata Bau untuk kami para medis adalah pengundang pasien, kami percaya akan hal Bau dan Wangi. Jika kita Bau saat di tempatkan di IGD ataupun di bangsal pasti akan jadi musuh bagi kami yang sudah lelah menerima setumpuk pasien. Tapi jika kami jaga dengan medis yang wangi, kami akan sangat bersyukur karna akan jarang ada pasien datang ke IGD maupun rawat inap di Bangsal. Lalu, ada Ka Nia dia adalah seniorku 2 tahun usianya diatasku, dia orang yang baik dan santai dan ada Lisa yang paling santai dan stay cool anaknya. Dari diantara kami ber4 Ria paling junior. Dia junior ku dan Lisa di bawahku setahun.
"Udah gak usah ngeluh aja, mending lo masuk poli deh. Daripada ribut." Sahut Lisa menyuruh Ria.
"Hahahaha tuh enak kan si Lisa diem diem tiba - tiba ngomong." Kata Ka Nia sambil tertawa.
"Ih aku sama siapa nih Ka? Masa sendirian..." Jawab Ria sambil cemberut.
"Udah sama gue aja.." Aku langsung berdiri dan bersiap - siap.
"Duh emang kakakku yang satu ini paling baik yah.. Yuk temani aku Ka Riri.." Ria langsung memelukku dan menggelendotiku.
"Lebay deh.." Jawabku tersenyum kecil.
"Yaudah berarti habis ini gue sama Ka Nia ya.." Sahut Lisa.
"Okee..." Jawabku dan Ria serempak.
Setelah kami selesai poli, kami pun kembali ke ruangan koas.
"Eh laper gak sih dek?" Tanya Ka Nia.
"Iyaa.... Beli makan yuk di kantin Ka.." Ajak Ria yang selalu lapar setiap saat.
"Iyaa lagian kan yang lain belum pada selesai kegiatan, masih ada yang operasi. Yang bangsal masih standby itu sampe jam 4. Ini masih jam 1 lagi.. Yaampun masih lama pulangnya kita nih..." Sahutku.
Kami pun jalan menuju kantin rumah sakit. Tapi karna waktu itu bulan puasa, kantin tidak seramai biasanya. Mereka semua beragama Kristen dan kebetulan aku juga sedang berhalangan tidak sedang puasa. Jadi aku ikut juga ke kantin.
"Mudah - mudahan masih ada makanan nih. Soalnya kan Bulan Puasa gini, kantin yang buka cuma beberapa pasti." Kata Ka Nia.
"Iya nih, kalo gak ada yang buka mau gak mau pesen ojek online nih Ka..." Jawab Ria.
"Yaudah kita cek dulu ke kantin, mudah - mudahan aja masih ada makanan di kantin." Sahutku.
Sesampainya di kantin ternyata makanan masih ada beberapa. Kami pun segera makan dan membeli jus di kantin.
"Besok kita jaga nih Ka....Semoga aman.." Sahut Ria saat kita sedang menikmati makan.
"Udah deh gak usah ngomong.. Diem aja mending.." Kata Lisa.
"Hahahaha tau nih orang, udah koas bau ngomong juga kadang ya.." Sahutku.
"Udah dek, jangan yang aneh - aneh ngomongnya. Diem aja, besok jaga yaudah diem." Sahut Ka Nia.
Yah begitulah jadi dokter muda, berharap tidak ada pasien karna menjadi dokter muda itu tidak di gaji. Yaa pastinya kita dapat ilmunya dan lelahnya saja tanpa uang. Hehehe.. Jadi terkadang kita egois, ingin sekali jika jaga malam hanya dapat pasien satu atau dua saja atau bahkan tidak ada pasien sama sekali.
***
Hari - hariku selalu sibuk di rumah sakit saat itu. Apalagi saat itu aku sedang di bagian kebidanan, dimana setiap harinya pasti akan ada bayi yang lahir. Entah persalinan normal ataupun Sectio Caesaria. Bahkan untuk memikirkan percintaan saja aku sudah tidak sempat kala itu, dengan masa lalu yang menyakitkan saja sudah mulai aku lupakan karena aku sudah lebih mengutamakan pendidikanku ini.
"Ka.. Lo udah periksa bed 1?" Tanya Ria.
"Udah gue periksa semua tadi... Ini catatannya semua. Tanda - tanda vitalnya semua aman, kecuali ibu yang di bed ujung tuh. Tensinya agak tinggi, makanya dia di pantau kan." Jawabku sembari memberikan catatanku ke Ria.
"Emang kakakku ini terbaik lah rajinnya.. Terimakasih Ka Riri.." Jawab Ria.
"Udah deh gak usah sok manis gitu... Lebay." Jawabku meledek.
"Hahaha yaudah aku salin yaa Ka.." Jawab Ria sembari tertawa.
Aku adalah dokter muda yang rajin tapi terkadang malas. Rajin saat aku sudah di berikan tanggung jawab memegang pasien di bangsal, tapi malas jika junior sudah memeriksa semua pasien di bangsal. Dan aku bukan seseorang yang senioritas, kecuali kalo di komporin sama senior lainnya. Aku mudah berubah menjadi senior yang hanya mau terima pemeriksaan semua pasien di bangsal. Tapi karena aku mau belajar, aku harus tetap turun memeriksa semua pasien yang aku pegang.
27 Mei 2019. Kegiatanku kali ini cukup melelahkan, karena aku sedang di bagian kebidanan jadi pasti banyak yang lahiran dan periksa masa kehamilan. Dan lagi saat aku menjalani di bulan puasa, harus terus menahan lapar, haus, marah dan segalanya.
"Ka.. Lo puasa hari ini?" Tanya Ria saat aku sedang duduk beristirahat di ruangan dokter muda.
"Iya InsyaAllah. Kenapa?" Tanyaku pelan.
"Yah gak bisa diajak makan deh... " Kata Ria dengan wajah sedih.
"Yaampun.. Kan ada yang lainnya yang bisa lo ajak makan Riaaaa.. Ada Lisa tuh.." Jawabku dengan nada agak tinggi tapi sedikit bercanda.
"Hahahaha tapi kan Ka Riri kalo diajak jajan enak, apa aja di beli gitu. Lo tuh ya Ka badan tetep kecil padahal makan lo banyak. Pengen banget gue kayak lo.." Jawab Ria sembari tertawa terbahak - bahak.
"Lo nih orangnya irian banget sih Ria... Yaa kan badan orang beda - beda tau.." Sahut Lisa.
"Ih iya loh Ka.... Aku tuh iri sama badannya Ka Riri.. Makan banyak tapi segitu aja badannya gak gendut - gendut." Jawab Ria menggerutu.
"Gue pengen banget bisa berisi tau Ya... Setelah skripsi dulu turun 5kg gak naik - naik lagi berat badan gue." Jawabku sembari cemberut.
"Yaudah deh kita tukeran aja Ka... Badannya aja tapi hahahaha..." Ledek Ria sembari tertawa keras.
"Ih berisik banget sih Ria ini..." Sahut Lisa.
"Hari ini kita balik cepet gak ya?" Tanyaku sembari memainkan ponsel.
"Biasanya kalo hari Senin gini kan suka tak terduga Ka. Ya semoga sih balknya cepet..." Jawab Ria.
"Mau kemana sih Lo?" Tanya Lisa.
"Mau ada bukber gue nih sama temen - temen SMA gue.." Jawabku tersenyum.
"Cieelah bukber.. Sama kita kapan?" Tanya Ria.
"Eh lo ya... Jaga malam sama lo berdua, post kegiatan sama lo berdua. Mau ngapain lagi kita bukber? Jaga Malam aja udah bukber kita kalo waktunya buka puasa." Jawabku sembari menggeleng - gelengkan kepala.
"Yaa kan spesial dong Ka.. Buka puasa bersamanya di luar gitu. Masa di rumah sakit ajaa sih.." Jawab Ria.
"Hahahaha ribet banget manusia.." Jawabku sembari tertawa terbaha - bahak.
***
Akhirnya hari ini ternyata pulang lebih cepat, aku segera bersiap untuk pulang.
"Si Riri sibuk banget dandan. Mau kemana sih?" Tanya Ka Rina.
"Si Ka Riri mau bukber katanya Ka.." Sahut Ria.
"Idih gaya banget loohhhh Riri nih. Mau bukber sama siapa sih Ri? Udah punya gebetan baru nih?" Ledek Ka Rina sembari mencolek ku.
"Hahahaha ih Kakak nih.... Gak kaaa, belum ada gebetan. Ini aku mau buka puasa bersama sama temen - temen satu ekskul ku dulu di SMA." Jawabku sembari tertawa lepas.
"Oh emang Riri dulu ikut ekskul apa di SMA?" Tanya Ka Rina penasaran.
"Aku ikut ekskul drumband Ka..." Jawabku pelan.
"Jadi apanya ka? Jadi drumnya ya? Hahahah..." Ledek Ria dengan tertawa terbahak - bahak.
"Sialan lo... Ya gak lah. Gue dulu melodi. Nah pegang pianika, terus pindah ke bells." Jawabku.
Semua tertawa meledekku.
"Ka.. Lo pake pianika dulu? Ih masa gue ngakak banget loh hahahaha..." Ledek Ria.
"Ih kenapa sih dengan pianika huu.." Jawabku sedih.
"Hahaha yaudah sana.. Nanti telat loh buka puasanya. Dimana sih bukbernya?" Sahut Ka Rina.
"Di daerah Halim Ka.. Yaudah aku duluan yaaa.. Daah semuanyaaa...." Jawabku sembari tersenyum dan pergi melambaikan tangan.
"Hati - hatii!!!" Jawab Ria, Ka Rina dan Lisa.
Aku pun pergi dengan hati yang sangat berdebar, karena sudah hampir 10 tahun aku tidak bertemu dengan teman - teman SMAku terutama ekskul drumband. Walaupun mungkin cinta pertamaku Yori tidak mungkin ada tapi kenanganku semua ada di drumband. Ah aku jadi mengingatnya...
Sesampainya di resto, aku langsung di sambut dengan kakak seniorku Ka Titi dan Ka Gita.
"Ri? Lo naik motor dari Rumah Sakit?" Tanya Ka Titi saat melihatku di parkiran.
"Iyaa Ka..." Jawabku sembari memeluknya.
"Yaampun apa kabar Bu Dokterrr?? Kangen loh aku sama kamu nih..." Jawab Ka Titi.
"Rii.. Yaampun. Kamu dari Rumah sakit mana?" Tanya Ka Gita.
"Dari Rumah Sakit Bekasi Ka... Gak jauh kok..." Jawabku sembari memeluk Ka Gita juga.
"Yaaampun.. Itu setiap hari Ri?" Tanya Ka Gita.
"Iyaa Ka..." Jawabku.
"Yaudah yuk masuk, kita lanjut ngobrol di dalem aja..." Sahut Ka Titi.
Kami pun masuk dan ternyata di dalam resto sudah ada beberapa kakak senior ku yang duduk. Yaa kali ini aku junior sendiri. Semua seniorku. Angkatanku tidak ada yang hadir. Tapi aku sangat cuek, karena dulu saat di drumband memang aku lebih dekat dengan senior dibandingkan angkatanku sendiri karena aku banyak menghabiskan waktu mencari lagu dengan mereka.
"Ehh yaampun Riri dari Rumah sakit naik motor?" Tanya Bang Beno.
"Iyaa Bang.... Gapapa udah biasa.. Enak naik motor kemana - mana tuh sekarang. Gak macet..." Jawabku.
"Eh udah buka puasa ini.. Yuk buka puasa dulu... Alhamdulillah..." Sahut Ka Titi.
"Eh kamu tuh angkatannya siapa yaa aku lupa?" Tanya Ka Gita.
"Aku tuh junior kakak 2 tahun, aku angkatannya Yori, Lani, Bani, terus almarhumah Pipit..." Jawabku.
"Oh iya Yori yaaa.. Hmmm.." Ledek Ka Gita.
"Hahaha kenapa Ka?" Tanyaku sembari tertawa malu.
"Oh iyaa si Pipit meninggal yaa? Aku sedih banget denger kabar itu loh Ri... Sakit yaa dia?" Tanya Ka Gita.
"Siapa?" Tanya Ka Titi yang duduk di sebelahku.
Aku duduk diantara Ka Gita dan Ka Titi saat itu.
"Si Pipit Ka..." Sahutku.
"Oh iyaaa tuh gue juga kaget dengernya... Sakit apa emangnya?" Tanya Ka Titi.
"Setau aku sih dari Lani yaa... Dia sakit typus Ka.. Terus ternyata infeksi sampai ke otak..." Jawabku dengan sedih.
"Yaampun kasihan.. Dia baik banget loh dulu. Mana lucu kan anaknya..." Sahut Ka Gita.
"Iyaa makanya Ka dia tuh baik banget anaknya, polos. Orang baik cepet di panggil yaa Ka sama Tuhan..." Jawabku.
"Eh ini si Gaida jadi dateng dia?" Tanya Bang Beno.
"Jadi.. Jadi.. Dia ngomong itu di grup lagi kenap macet katanya.." Sahut Ka Ana.
Ka Ana adalah seniorku juga dulu di drumband, hanya saja aku jarang dekat dengannya karena dulu dia sering berdua dengan pacarnya Ka Banu tapi akhirnya mereka putus saat lulus sekolah dan sekarang Ka Ana berpacaran dengan Bang Beno. Haha percintaan di sekolahku memang terkadang selucu itu yaa..
"Macet dimana dia?" Tanya Ka Titi.
"Katanya dia dari Bekasi, makanya macet." Jawab Ka Ana.
"Naik mobil ya dia?" Tanya Ka Gita.
"Iya kayaknya..." Jawab Ka Ana.
"Iyaa kalo naik mobil dari sana emang pasti macet banget sih Ka.. Aku aja tadi naik motor lumayan rame..." Sahutku.
Tak lama Ka Gaida pun datang. Yaa Ka Gaida pun aku tidak dekat, karena setauku dulu Ka Gaida sibuk dan lebih aktif di OSIS. Jadi aku tidak fokus dengan dia dulu.
"Ih gilaa macet banget...." Sahutnya saat baru datang.
"Udah buka puasa belum lo?" Tanya Ka Ana.
"Udah minum gue tadi di jalan.. Tapi ini gue laper." Jawab Ka Gaida.
"Tuh makanan lo udah dingin..." Kata Ka Titi sembari menunjuk makanannya.
"Mana makanan gue? Ini?" Tanya Ka Gaida.
"Iyaaa..." Jawab Ka Ana.
Ka Gaida pun memakan makanannya yang dia pesan dengan wajah terpaksa. Aku bisa melihatnya itu. Tak lama ada lagi yang datang yaitu Ka Rendra. Sebenarnya dulu aku dekat dengannya, dia sering sekali meledekku dengan Yori dulu. Tapi semoga sekian lama sudah tidak bertemu, dia tidak lagi meledekku.
"Eh udah pada selesai ini lo baru dateng..." Ledek Ka Titi.
"Yaaa udah kita ke angkringan aja... Gue tau ada angkringan enak deket sini..." Sahut Ka Gaida.
"Foto dulu laahhh kitaa.. Soalnya gak semuanya pada bisa ikut ini.. Ada yang bawa anak. Gak mungkin bisa sampai malem...." Sahut Bang Beno.
"Okeee foto dulu...." Kata Ka Titi.
Setelah kita foto - foto, kita semua pun jalan ke arah angkringan. Dan inilah kebodohanku di mulai...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!