Halo.....salam kenal dari author abal abal. mencoba menulis lagi untuk yang kedua.
semoga saja dapat menjadi penghibur untuk para pembaca.
ingat ya cerita ini hanya lah fiksi, hanya sekedar hiburan semata. yuk ikutin alur ceritanya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Seorang wanita sedang berlari dalam keadaan hamil tua. Demi meloloskan diri dari para penculik.
"Aku harus kuat, aku harus selamat demi anak anakku. Ya Allah tolong kirim kan malaikat penolong aku tidak ingin anak anakku kenapa kenapa," gumam wanita itu sambil berderai air mata.
Wanita itu terus berlari sambil memegangi perutnya. Merasa tidak kuat lagi wanita itu pun bersembunyi dibalik semak semak. hingga para penculik itu tidak dapat menemukan nya. Tak lama wanita itu pun pingsan.
Para penculik pun kembali ke gudang itu dengan tangan kosong.
Tak lama ketua penculik itu menelepon bos nya. Saat telepon terhubung dan di jawab oleh orang di seberang sana.
"Ya halo ada apa?" Terdengar suara seorang wanita yang tak lain adalah adik dari wanita yang di kejar tadi.
Wanita ini bernama Monica dan kakak nya bernama Monalisa. Keduanya adalah saudara kembar identik namun sifat mereka berbeda jauh. Monica seorang yang penuh ambisi dan selalu iri dengan apapun yang di miliki oleh kakak nya.
Sedangkan Monalisa seorang yang lemah lembut sopan santun dan selalu baik pada semua orang termasuk adiknya. walaupun ia tau adiknya sangat jahat kepadanya.
"Ha-halo bos, tawanan kita kabur bos."
"Apa? Bagaimana bisa?" Teriak suara dari seberang sana.
Hingga sang ketua penculik itu menjauhkan handphone nya karena suara yang begitu memekakkan telinga.
"Kami juga tidak tahu bos, waktu kami tinggal sebentar tawanan sudah tidak ada."
" Saya tidak mau tau ya, cepat cari sampai dapat." dan panggilan pun berakhir.
"Sial, bisa gagal rencana ku untuk mendapatkan Darmendra," Monica pun membanting ponsel nya ke ranjang.
.
.
Sementara di rumah kediaman keluarga Henderson, Darmendra yang mendapat kabar dari sang Daddy langsung bergegas pulang.
Karena ia ada pertemuan bisnis dengan kolega nya di luar negeri. Walaupun Darmendra belum mencintai istrinya tapi ia sangat menghargai dan menghormati istrinya karena telah mengandung anak nya.
Ya pernikahan nya dengan Monalisa tidak di dasari dengan cinta, meskipun begitu ia berusaha untuk mencintai istrinya itu. Mendengar kabar istrinya di culik tentu saja membuat nya panik.
Sesampainya di kediaman nya Darmendra langsung mencecar berbagai pertanyaan kepada Daddy nya Jordan Henderson.
" Bagaimana Mona bisa di culik Dad?" tanya Darmendra panik.
" Daddy juga kurang tau kronologi nya, Daddy dapat telepon dari pengawal istri mu katanya Mona di culik."
"Dimana pengawal itu sekarang?"
"Ada di rumah sakit, dia mengalami luka tusuk demi menyelamatkan nyawa istri mu."
"Aku harus cari pelaku nya tak peduli ke lubang semut sekalipun." Darmendra mengeram dia tidak akan melepaskan orang yang telah mencelakai istri nya.
Monalisa saat ini berada di sebuah rumah sakit di pinggir kota. Saat ia pingsan ia di tolong oleh seorang gadis remaja yang kebetulan baru pulang dari sebuah acara perpisahan sekolah.
Gadis itu bernama Divya Dewi Aurora. seorang gadis cantik yang baru lulus SMA, dan baru berusia 17 tahun. Biasa di panggil Diva.
Diva yang tinggal sendiri karena ia yatim piatu, ayah dan ibunya meninggal sejak ia berusia 12 tahun.
Orang tuanya meninggal karena kecelakaan tunggal dan meninggalkan harta warisan yang banyak untuk Diva. Rumah tanah dan tabungan di bank.
"Apakah nona keluarga pasien?" tanya dokter yang menangani Monalisa.
"Benar dok saya adiknya nya," Diva terpaksa berbohong demi orang yang telah di tolong nya.
"Pasien harus segera di operasi demi menyelamatkan anak dalam kandungan nya. untuk ibunya sangat tipis harapan untuk selamat."
"Lakukan saja yang terbaik dok."
"Baik nona, silahkan tanda tangan di sini," dokter menyerah kan berkas yang akan di tandatangani,
"Dan silahkan urus administrasi nya nona," pinta dokter.
"Baik dok terima kasih." Diva segera mengurus administrasi nya setelah itu ia kembali lagi.
Di depan pintu ruang operasi Diva begitu gelisah, sudah tiga jam operasi berlangsung tapi belum juga ada tanda-tanda dokter akan keluar. Lampu di ruang operasi masih menyala menandakan operasi masih belum selesai.
"Ya Allah semoga mereka semua selamat (ibu dan anak). Siapa pun dia aku akan tetap menolong nya."
Operasi berlangsung hingga beberapa jam baru lah dokter itu keluar. Diva langsung menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan kakak saya Dok?" Tanya Diva, dokter menghela nafas.
"Maaf kami hanya bisa menyelamatkan anak anak nya. Dan ibunya meninggal dunia setelah operasi selesai. Maaf kami kami sudah berusaha semampu kami, tapi nyawa seorang hanya Tuhan lah yang tahu."
"Anak anak? maksud dokter?" tanya Diva.
"Ya dia melahirkan anak kembar 7 laki laki dan Alhamdulillah bayi nya semua sehat." Diva tak mampu lagi berkata kata.
"Kalau begitu saya permisi kalau perlu apa apa temui saya di ruangan saya," kata dokter lagi.
Dokter pun akhirnya berlalu. Diva masih diam terpaku di tempatnya kaki nya terasa tidak lagi berpijak di lantai. Diva pun terduduk di lantai. Seorang perawat lelaki datang menghampiri nya.
"Apakah jenazah akan di urus sekarang?" Tanya perawat itu.
"Baiklah urus saja sekarang, tidak ada yang ingin di tunggu lagi." Hari ini juga jenazah Monalisa pun di kebumikan.
Diva memberikan nama pada nisan Monalisa dengan atas nama Dara Arini. karena Diva juga tidak tau siapa yang telah di tolong nya tak ada identitas apa pun pada wanita itu. Hanya sebuah kalung dan cincin kawin saja yang ada.
Diva masih berada di makam Monalisa, sedangkan orang orang yang turut mengantarkan kepergian Monalisa ke peristirahatan terakhir semua sudah pulang hanya tinggal Diva seorang diri.
"Istirahat yang tenang kak, aku janji akan merawat anak anak kakak dengan baik. semoga kakak di terima disisi Nya." gumam Diva
Diva sekarang berada di ruang rawat bayi. ia melihat bayi bayi mungil nan tampan.
"Semoga suatu saat aku bisa mempertemukan kalian dengan ayah kandung kalian," gumam Diva dalam hati. Lalu ia keluar dari ruangan itu menemui dokter di ruangan nya.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
"Masuk," perintah suara dari dalam. Diva pun masuk dan duduk berhadapan dengan dokter itu. "
Ada yang bisa saya bantu nona?" tanya dokter.
"Begini dok, tentang anak anak kakak saya apakah bisa di buatkan akta kelahiran atas nama saya? saya akan merawat anak itu."
"Bisa saja nona. kami akan urus atas nama nona. Kalau boleh tau siapa nama nona?"
"Divya Dewi Aurora dokter."
"Baiklah nona Divya saya akan urus dalam 3 hari."
"Terima kasih Dok kalau begitu saya permisi." Dokter pun mengangguk.
...
Jangan lupa tinggalkan jejak like komen dan subscribe.
Insha Allah akan update setiap hari. tapi waktu nya tidak menentu.
Darmendra begitu gelisah sampai saat ini masih belum menerima kabar apapun tentang keberadaan istrinya. Ia begitu kacau dengan keadaan ini.
Tok ...Tok ...Tok ... Pintu ruang kerjanya di ketuk, Asisten pribadi masuk.
"Tuan muda"
"Bagaimana, apa yang kau temukan?" Asisten pribadi nya menyerah map dan flashdisk ke tuan muda nya itu.
"Robert"
"Saya tuan!"
"Apa ada orang yang kau curigai?"
"Saya hanya mencurigai satu orang tuan. Tapi saya tidak ingin gegabah, saya akan terus menyelidiki nya."
"Siapa orang itu?"
"Saya mencurigai nona Monica tuan."
"Hmmm, mengapa kau mencurigai adik ipar saya?"
"Entah lah, filing saya nona Monica bukan orang baik. Bukankah sudah jelas kalau nona Monica menyukai tuan? bahkan nona Monica begitu terobsesi dengan tuan."
"Benar kah, kenapa saya tidak tahu?"
"Karena tuan tidak pernah melirik nya."
"Kau tau kenapa?" Robert menggeleng.
"Karena saya tidak tertarik."
"Kalau begitu saya permisi tuan."
"Hmmm"
Dirumah sakit...
"Ini semua akta kelahiran untuk anak anak nona. Sebenarnya ini menyalahi peraturan rumah sakit, tapi saya akan rahasia kan itu."
"Terima kasih Dok, saya permisi dan membawa anak anak saya pulang."
"Sama-sama Nona."
Diva mendorong kereta bayi khusus, muat untuk 7 bayi kembar itu.
"Aku akan menjaga dan merawat kalian seperti anak kandung ku sendiri." Monolog Diva dalam hati. Diva harus mengubur impiannya untuk menjadi seorang arsitek.
"Biarlah kuliah ku tertunda dulu demi anak anakku. Aku tidak tahu apa rencana Tuhan hingga menitipkan anak anak kembar 7."
Diva begitu telaten merawat bayi bayi mungil itu. Diusia nya yang masih muda ia terpaksa menjadi seorang ibu. Untung saja bayi bayi nya tidak ada yang rewel, jadi Diva tidak terlalu kerepotan.
Sebulan sudah Diva merawat si kembar. Oh ya nama nama si kembar adalah.
Rayden, Rendra, Rasya, Rakha, Raffa, Roy, Ramendra.
"Tuhan aku tidak tahu apa rencana mu, yang pasti aku bahagia merawat bayi bayi ini. Seven R kalian lah penyemangat hidupku. Aku tidak peduli apa kata orang yang penting aku bahagia punya kalian. Terima kasih Tuhan telah menitipkan bayi bayi ini kepadaku," Diva tidak henti hentinya bersyukur.
Disisi lain ...
"Bagaimana pencarian kalian?"
" Maaf tuan muda, sampai saat ini kami belum menemukan apa-apa. Orang-orang ada dalam rekaman cctv semua telah mati terbunuh."
"Bagaimana bisa? Apa saja kerja kalian? mencari istriku saja tidak becus."
"Maaf tuan kami tidak mendapatkan petunjuk apapun tentang istri tuan," Darmendra menggusar rambut nya frustasi.
Yang di pikirkan nya bagaimana anak yang di kandung istrinya? kalau istrinya meninggal otomatis anak nya juga meninggal.
"Ya sudah sekarang pergi lah," Darmendra mengibaskan tangannya kedepan.
"Dimana kamu istriku, apakah kamu baik baik saja?" tanpa sadar Darmendra meneteskan air mata.
"Sudah sebulan lebih saat kamu di culik, seharusnya anak kita sudah lahir."
Darmendra tiba di kediaman nya dengan wajah lesu. Hari-hari yang di lalui pun terasa hampa.
"Bagaimana nak apa ada tanda-tanda Mona di temukan?" tanya Vera kepada putra nya. Darmendra menggeleng lemah.
"Aku mau ke kamar dulu mom, capek."
"Baiklah istirahat lah, nanti makan malam biar mommy antar ke kamar." Darmendra pun berlalu dari hadapan Vera memasuki lift karena kamar Darmendra ada di lantai tiga.
"Ada apa sayang?" tanya Jordan langsung memeluk istrinya.
"Mommy kasihan sama Darmendra Dad, sudah lebih satu bulan Mona belum juga di temukan."
"Sabar ya sayang, Tuhan pasti melindungi menantu kita," Jordan mengelus rambut istrinya.
"Mommy pun berharap begitu Dad."
Darmendra langsung masuk ke kamar mandi, ia ingin berendam untuk menyegarkan badan nya. Rasa lelah yang ia rasakan bukan karena banyak pekerjaan semata.
Namun juga lelah memikirkan nasib anak dan istrinya. Dengan aroma terapi Darmendra berendam di dalam bathtub perlahan ia memejamkan mata meresapi aroma terapi yang dapat menenangkan diri nya.
"Mas" samar samar terdengar suara memanggil nya, "mas..."
"Mona, Mona kamu kah itu.?"
"Iya mas ini aku," seorang wanita dengan berpakaian serba putih keluar dari kepulan asap serta cahaya yang menyilaukan.
"Mona kamu sudah melahirkan? kenapa perutmu sudah rata, mana anak kita?" pertanyaan beruntun yang di lontarkan Darmendra kepada Mona istrinya.
"Anak kita baik baik saja mas dia tampan seperti kamu, wajah nya sangat mirip dengan kamu, cari dia mas cari anak kita aku pamit aku pergi doa kan aku biar tenang di atas sana," lalu Mona pun menghilang di telan cahaya yang menyilaukan tadi.
" Mona ...! Mona... Dimana kamu?" Darmendra pun terbangun dari tidurnya.
"Astaga ternyata aku mimpi, tapi apa maksudnya?" Darmendra baru sadar kalau ia masih di dalam bathtub.
Darmendra pun menyelesaikan mandi nya dan berganti pakaian. ia masih kepikiran dengan mimpi yang ia alami tadi.
"Apa maksud dari mimpi ku itu? mengapa Mona menyuruh aku mencari anakku? apakah itu artinya Mona sudah meninggal dan anakku dititipkan ke orang lain?" Bermacam-macam dugaan yang bersarang di pikiran nya.
"Bik tolong antar makan malam ke kamar Darmendra ya," perintah Vera.
"Baik nyonya." jawab bik Ratmi pelayanan di mansion Henderson.
"Memang nya Darmendra kenapa sayang?" tanya Jordan ke istrinya.
"Gak kenapa-kenapa Dad, cuma dia lelah saja."
"Sejak kejadian hari itu putra kita terlihat banyak murung, tapi untung kinerja nya di kantor tidak menurun."
"Daddy sering sering lah bantu dia, kasihan mommy lihat nya mommy gak mau sampai dia sakit."
"Pasti Mom, Daddy selalu membantu nya, mari kita makan."
......................
Diva tidur di samping anak anaknya yang begitu anteng,
"Begitu damai kalian tertidur tanpa beban tanpa ada yang harus kalian pikirkan tanpa tahu bahwa ibu kalian telah tiada. Mama tidak akan egois bila suatu hari nanti kalian di pertemukan dengan papa kandung kalian, mama akan menyerah kan kalian. Mama tau pasti papa kalian sedang mencari keberadaan kalian. walaupun mama tidak tahu pasti mengapa ibu kalian sampai seperti itu, karena mama menemukan ibu kalian dalam keadaan pingsan." Diva bermonolog sendiri,
"Tidur lah nak Mama menyayangi kalian semua, seven R."
Diva pun akhirnya memejamkan mata hanya dalam sekejap ia sudah masuk ke alam mimpi.
Pagi menjelang matahari pun menampakkan sinarnya. Diva menggeliat kan tubuhnya dan perlahan membuka matanya. Dilirik nya putra putra nya ternyata sudah bangun.
Matanya mengerjap ngerjap lucu. Bukan nya menangis malahan anak nya tertawa gemas.
"Anak anak Mama udah bangun ya, gak nangis pintar banget sih. Mandi dulu ya anak anak, kita jalan jalan pagi."
Seakan mengerti dengan apa yang di bicarakan anak anak pintar itu pun tertawa seolah olah mengungkapkan perasaan senang nya.
Masih tahap awal ya.
jangan lupa like dan komen nya
kritik dan saran juga boleh agar author tau letak kesalahannya.
.
.
Cuaca belum begitu panas sehingga nyaman untuk membawa si kembar jalan jalan. Diva mendorong kereta bayi yang di rancang khusus hingga bisa muat untuk 7 bayi.
Sesampainya di taman banyak anak anak remaja bahkan orang dewasa berada di tempat ini. Diva terus mendorong kereta bayi nya demi mencari tempat duduk.
Diva mengedarkan pandangannya namun kursi di taman semua nya sudah terisi. tiba-tiba salah satu dari si kembar merengek.
"Cup.. cup.. cup, kembar lapar ya kasihan," Diva memberikan susu formula yang di bawa dari rumah.
Diva memberikan nya pada semua bayi, seorang wanita paruh baya mendekat tatkala melihat Diva menimang bayi bayi nya yang tengah menyusu.
"Apakah ini anak ibu?" tanya wanita itu.
"Benar Bu ini anak saya," jawab Diva enteng.
"Wah lucu ya Bu anaknya, Ya Allah Subhanallah kembar 7," ucap wanita itu takjub.
"Iya Bu, Allah telah mempercayakan saya memiliki anak kembar." Wanita itu terharu, air mata nya menetes di pipinya.
"Ibu kenapa? Apa saya salah bicara sehingga saya menyinggung perasaan ibu?" tanya Diva beruntun. Wanita itu hanya menggeleng kepala nya.
"Ibu gak apa apa?" tanya Diva lagi, takut nya wanita itu kenapa-kenapa.
"Saya tidak apa apa? Saya cuma teringat anak saya sampai sekarang belum memiliki anak, padahal mereka sudah 5 tahun menikah," jawab wanita itu setelah sedikit lebih tenang.
"Sabar ya Bu, mungkin belum rezeki, apa anak ibu tidak periksa ke dokter? kalau bisa periksa kedua duanya," saran Diva.
"Sudah di periksa ke beberapa dokter dan hasilnya keduanya subur dan tidak mengalami masalah apapun." jawab wanita itu.
"Mungkin anak ibu atau menantu ibu terlalu sibuk atau bisa jadi stres, itu juga bisa mempengaruhi kehamilan Bu," kata Diva sok bijak seperti seorang dokter spesialis kandungan saja.
"Dokter bilang juga begitu, kata dokter harus refreshing tapi anak saya terlalu sibuk mengurus perusahaan hingga tak ada waktu."
Diva masih asik ngobrol dengan wanita itu, sedang kan bayi bayi nya sudah tertidur setelah di beri s*su.
Wanita itu melihat cincin kawin di jari manis Diva. Diva sengaja memakai cincin kawin itu demi menghindari fitnah orang orang di sekitar nya.
"Bersabar ya Bu, jangan lupa berdoa semoga ibu cepat mendapatkan cucu."
"Anak anak ibu tampan sekali, pasti ayah nya juga tampan," Diva tersenyum canggung, setelah menetralkan perasaan nya baru ia menjawab.
"Benar Bu, suami saya memang tampan bahkan anak anak saya tidak ada yang mirip saya."
"Iya ya tidak ada yang mirip ibu sama sekali."
"Ya Allah maaf kan hamba telah berbohong" ucap Diva dalam hati.
"Oya Bu kalau gitu saya permisi, nanti keburu siang kasihan anak anak saya." Wanita itu pun mengangguk dan tersenyum.
Diva pun pulang ke rumah nya, tapi sebelum itu ia mampir dulu ke supermarket yang tidak begitu jauh dari taman.
Diva memarkirkan mobilnya lalu turun bersama anak anak nya. Diva belum menyewa baby sitter, karena jujur dia kurang percaya dengan pengasuh anak.
Karena banyak berita yang tersebar tentang kasus penculikan anak karena ulah baby sitter. Padahal tidak semua baby sitter begitu, itu hanya ulah beberapa orang saja.
Diva baru saja keluar dari mobil bersama anak anaknya, langsung di hampiri sepasang suami istri. awalnya Diva tidak curiga saat sepasang suami istri itu menawarkan bantuan.
"Boleh kami bantu nona?" tawar wanita itu.
"Tidak usah mbak, terimakasih," jawab Diva sopan.
"Ayolah nona biar kami bantu mendorong kereta bayi nona," ucap si lelaki.
"Gak usah mas saya bisa sendiri." Diva masih tetap sopan meski ia sudah mulai curiga gelagat kedua orang tersebut.
"Ini orang maksa banget sih, pasti punya niat jahat," pikir Diva.
Sekarang Diva jadi lebih waspada. karena merasa emosi pria itu mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku jaket nya. Diva mundur dua langkah untuk menghindari bahaya di depan mata nya.
Orang-orang yang tadi mau berbelanja jadi menghentikan kegiatan mereka. Diva tidak takut hanya ia kuatir dengan keselamatan putra nya.
Diva masih memegang kereta bayi nya itu. dan tidak akan melepaskan nya.
"Serahkan anak itu atau pisau ini menancap di tubuh mu," ancam pria itu.
Orang-orang yang menonton tidak berani untuk menolong. Ada salah satu di antara mereka segera menelepon polisi.
"cepat serahkan," ancamnya lagi.
Tapi Diva tidak bergeming. Ia mencari celah untuk menjatuhkan lawannya.
Pria itu masih mengacung kan pisau kearah Diva, jarak pisau dengan tubuh Diva hanya beberapa sentimeter saja. pria itu memberi kode pada istrinya untuk merampas kereta bayi milik Diva.
Sebelum tangannya meraih kereta bayi tersebut Diva sudah menendang tangan wanita itu hingga tangan gemetar.
Ia meringis sambil memegangi tangan nya yang terkena tendangan dari Diva. Melihat kondisi istri nya pria itu pun emosi.
"Sial, ternyata kamu cari mati ya?" tanya pria itu.
Lalu menusuk kan pisau kearah Diva. Diva dengan gesit menghindar kesamping sambil menyikut bagian rusuk pria itu.
Tak hanya itu Diva memukul tangan pria itu hingga pisau nya terlepas. Pria itu membungkuk menahan sakit di bagian rusuk nya.
Diva lalu menendang nya hingga pria itu terpelanting membentur mobil yang ada di parkiran tersebut.
Si wanita maju hendak memukul Diva dengan kayu Diva menghindar dan memutar tubuhnya sambil kakinya terangkat menendang kepala wanita itu, hingga akhirnya wanita itu tersungkur tak sadarkan diri.
Orang-orang bersorak menyaksikan keberanian Diva. Diva baru sadar kalau ia menjadi tontonan banyak orang.
Diva tersenyum kikuk pada orang yang menonton aksi nya, dengan cepat cepat ia berlalu dari tempat itu bersamaan dengan mobil polisi datang.
Polisi langsung meringkus pelaku yang ternyata adalah komplotan penculikan anak. anak-anak yang di culik akan di jual pada orang yang membutuhkan anak.
Polisi hendak berterima kasih kepada orang yang telah membantu menangkap penjahat itu, tapi orang-orang yang menonton tadi mengatakan bahwa orang itu telah pergi. Akhirnya polisi meminta salah satu dari mereka untuk bersaksi di kantor polisi. Beruntung orang itu sempat merekam kejadian tersebut hingga bisa di jadikan bukti yang kuat untuk menjebloskan pelaku kepenjara.
Diva telah tiba di rumah nya dan membatalkan untuk berbelanja. Mood nya benar-benar hancur karena harus gagal belanja gara gara penculik anak.
"Gara-gara orang serakah aku jadi gagal belanja, lebih baik pesan makanan lewat online aja deh," gerutu Diva pada dirinya sendiri.
Anak-anak nya sudah di antar ke dalam kamar, "aku harus mencari baby sitter dua orang agar bisa membantu aku mengurus si kembar."
Tak lama pesanan nya pun datang. Diva langsung membayar nya dan tidak lupa juga memberikan tips pada pengantar makanan itu.
"Nih mas bayaran nya," Diva menyerah kan uang pecahan seratus ribu dua lembar.
"Kebanyakan mbak bayaran nya cuma seratus ribu mbak."
"Ambil aja itu tips buat mas nya biar semangat kerja nya."
"Terima kasih mbak."
Kemudian orang itupun pergi, sementara Diva kembali masuk kedalam rumah.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!