NovelToon NovelToon

Azby (Azriel Febby)

Part 1

"Febby mau kemana kamu malam malam gini?" tanya Azriel mengejar langkah Febby menuruni anak tangga.

"Bukan urusan kamu aku mau kemana," balas Febby tanpa menoleh kebelakang.

"Berhenti Febby, ini sudah malam," ucap Azriel lagi tapi tak Febby hiraukan.

"Febby berhenti," bentak Azriel hingga bisa menghentikan langkah Febby.

"Jangan pernah ikut campur dalam urusanku," ucap Febby tanpa menoleh ke arah Azriel.

"Aku ini suamimu, jadi tidak ada salahnya aku mencampuri urusanmu," balas Azriel.

"Suami di atas kertas." Febby menoleh ke arah Azriel sambil tersenyum meremehkan.

Azriel diam. Ya, mereka berdua hanya menikah karena perjodohan yang di lakukan oleh almarhum kedua orang tua Febby.

"Sudahlah kamu tidak perlu mencampuri urusanku, fokus saja mengembangkan perusahaan warisan orang tuaku dan nikmati hartanya, aku tidak membutuhkan itu," lanjut Febby dan berlalu pergi dari rumahnya meninggal Azriel.

"Ya Allah." Azriel mengusap wajahnya untuk meredam emosinya agar tidak keluar.

"Lindungilah istri hamba di mana pun dia berada ya Allah, jagalah dia dari segala mara bahaya," gumam Azriel berdoa agar sang istri selalu dalam lindungan Allah.

Azriel pun memutuskan untuk kembali ke dalam kamar untuk mengambil handphonenya dan menyuruh anak buahnya untuk mengikuti kemana pun istrinya pergi dan jangan biarkan istrinya kenapa kenapa.

...**...

Seperti inilah setiap harinya setelah satu bulan pernikahan Azriel dan Febby. Febby masih tidak bisa menerima Azriel dan menuduh Azriel ingin menguasai harta milik kedua orang tuanya.

Febby berfikir Azriel mau menerima perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tuanya itu semua hanya karena harta kedua orang tuanya.

Padahal semuanya salah, Azriel tidak pernah berfikir untuk mengambil semua harta milik Febby, dia hanya menjalankan amanah dari almarhum mertuanya untuk menjalankan perusahaan peninggalan mereka karena Febby sibuk dengan butik miliknya.

Dulu Azriel adalah asisten papanya Febby di perusahaan, dan setelah kejadian kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Febby, di sisa umur kedua orang tua Febby menyuruh agar Azriel menikahi Febby dan menjalankan perusahaan dengan baik.

Awalnya Azriel menolak, tapi karena papa Febby terus memohon akhirnya dia yang memang sudah sangat berhutang budi kepada papanya Febby pun menerima tawaran itu.

Berbeda dengan Febby yang mulai dari awal hingga kini tidak pernah menerima permintaan kedua orang tuanya, dulu dia terpaksa menikah karena tak tega dengan kedua orang tuanya, tapi setelah kedua orang tuanya meninggal dia pun mulai kembali menentang pernikahan ini.

Febby mengganggap kalau Azriel lah yang memaksa kedua orang tuanya agar bisa menikah dengan dirinya dan dia bisa menguasai harta milik keluarganya.

Padahal, kedua orang tuanya lah yang memaksa Azriel untuk menikah dengan putri mereka, selain untuk menjalankan perusahaan, mereka juga percaya kalau Azriel adalah orang yang baik dan bisa menjaga putri mereka dengan baik dan membahagiakannya.

"Hai Feb, lu baru datang?" ucap teman Febby yang menyambut kedatangan Febby.

"Biasalah ada masalah sedikit," balas Febby.

"Yuk kita ke sana," ajak temen Febby menunjuk kolam renang dimana acara terselenggara di sana.

"Yuk," balas Febby.

Saat ini Febby tengah datang ke acara ulang tahun salah satu teman sekolahnya dulu, dia datang terlambat karena tadi harus adu cekcok dulu dengan Azriel sang suaminya.

"Hai, selamat ulang tahun Risa, sorry ya gue datangnya telat," ucap Febby memberikan ucapan selamat sambil menyerahkan kado untuk teman sekolahnya.

"Ehh iya gak papa, gue kira tadi malah lu gak datang," balas Risa yang tengah ulang tahun.

"Hai Yang," ucap seseorang dari belakang Febby membuat Febby langsung menoleh ke belakang.

...***...

"Beno, kamu datang ke sini juga," kaget Febby saat melihat siapa yang memanggil dirinya tadi.

"Iya dong, masak mantan pacar datang aku gak datang sih," balas Beno sambil mengedipkan sebelah matanya genit.

Ya, Beno adalah mantan Febby semasa sekolah dulu, mereka putus karena harus berpisah saat masuk universitas, karena keduanya tidak suka dengan LDR, maka mereka berdua memutuskan untuk berpisah.

Setelah perpisahan di antara mereka berdua Febby juga belum pernah dekat lagi dengan seseorang karena memang dirinya fokus kuliah agar dia bisa menjadi desainer seperti apa yang dia cita citakan.

Usaha tidak mengkhianati hasil, buktinya buah dari kerja keras dan kesabaran Febby sekarang bisa menjadi desainer di sebuah butik miliknya sendiri yang cabangnya sudah ada di mana mana.

"Bisa aja kamu ini." Febby mencubit perut Beno.

"Aduh, dari dulu gak pernah berubah ya, sukanya cubit perut aku mulu," keluh Beno sambil memegangi perutnya yang mendapatkan serangan dari Febby.

"Ya kamu pikir aku Ultraman apa bisa berubah, dari dulu aku juga gini," sewot Febby.

"Hahaha... kamu bisa aja kalau ngelawak," tawa Beno hambar.

"Feb gue pergi dulu ya, lu kan udah ada temennya sekarang," pamit teman Febby.

"Ehh iya gue lupa kalau ada lu, sorry ya lu jadi gak gue anggap barusan," ucap Febby merasa bersalah.

"Santai aja kali, ya udah gue pergi dulu," balas teman Febby dan pergi dari sana.

"Ris, sekali lagi selamat ulang tahun ya, jangan lupa cepat cepat nikah biar gue bisa datang ke kondangan lu." Febby kembali menatap Risa, sang ratu pada malam ini.

"Beres kalau itu mah, asal nanti lu bagi satu desain lu buat gue," balas Risa.

"Oke siap, pokoknya nanti kalau lu mau lamaran bilang sama gue biar gue buatin," balas Febby.

"Oke siap,"

"Ya sudah kalau gitu gue pergi cari makan ya, kayaknya hidangannya enak ena," pamit Febby.

"Ayo silahkan di nikmati, kalau bisa lu harus cobain semuanya," balas Risa.

"Oke siap, lu tenang aja," balas Febby.

"Ayo, kamu mau tetap di sini aja apa pergi sama aku?" tanya Febby pada Beno sebelum melangkah pergi dari sana.

"Aku ikut kamu aja, bosan juga lama lama kalau ada di sini terus," balas Beno yang memilih untuk ikut bersama Febby.

Mereka berdua pun pergi menjauh dari acara itu, sebelum pergi tadi Beno tak lupa memberikan ucapan selamat kepada Risa.

Mereka berdua pergi mengambil makanan yang sudah di hidangkan di sana, tapi kalau untuk makannya Beno mengajak Febby untuk makan di bangku yang kosong, yang posisinya jauh dari keramaian.

"Nah gini kan enak, aku jadi bisa duduk dengan tenang," lega Febby saat dia sudah mendapatkan tempat duduk yang nyaman.

Beno pun mengikuti Febby dengan duduk di sampingnya, tak lupa dia juga membawa piring yang berisi makanan untuk dia makan.

"Gimana sekarang, siapa cewek lu?" tanya Febby menoleh pada Beno sambil mulai memakan sate yang dia ambil.

"Gak ada, jujur setelah putus dari kamu aku jadi merasa tidak tertarik lagi dengan banyak wanita yang sering aku temui," jawab Beno.

"Masak sih, kok aku gak percaya ya," balas Febby yang tidak percaya dengan jawaban yang Beno berikan.

"Hanya kamu yang mampu membuat jantung ku berdebar dari dulu hingga sekarang," jelas Beno meyakinkan.

"Emmm... sweet banget sih," balas Febby.

Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi ada yang mengawasi gerak gerik mereka berdua dari kejauhan, bahkan terkadang dia juga memotret momen momen yang bisa membuat seseorang murka.

...***...

Part 02

"Siapa laki laki itu?" tanya Azriel kepada anak buahnya yang mengirimkan foto Febby tengah duduk berdua bersama seorang lelaki.

"Dia Beno mantan nyonya Febby semasa sekolah dulu tuan, mereka berdua putus karena jarak waktu mereka kuliah tuan," jelas anak buah Azriel yang sudah mencari tahu siapa laki laki yang bersama Febby itu.

"Suruh mereka tetap mengawasi istriku, jangan biarkan istriku kenapa kenapa," perintah Azriel kepada anak buahnya agar tidak lengah dalam menjaga Febby.

"Baik tuan," balas anak buah Azriel dan segera pergi untuk menghubungi teman temannya yang tengah memantau Febby dari jauh.

"Dasar istri nakal, suami sendiri di anggurin di rumah, ehh dia malah jalan sama cowok lain," gumam Azriel.

Azriel akan tetap menunggu Febby sampai dia pulang, Azriel tidak akan tidur terlebih dahulu sebelum istrinya datang.

Kalau boleh jujur sebenarnya Azriel sangat mengkhawatirkan Febby yang tengah keluar malam malam, beruntungnya dia ada banyak anak buah sehingga dia bisa mengutus anak buahnya untuk mengawasi Febby.

Lama menunggu di ruang tamu, hingga terdengar ada suara mobil yang baru saja memasuki pekarangan rumah mereka membuat Azriel bangkit dari duduknya.

"Syukurlah, akhirnya dia pulang juga," lega Azriel yang mendengar suara mobil Febby berhenti di depan rumah mereka.

Azriel segera pergi menyambut kedatangan istrinya, dia tidak akan marah, tapi dia hanya ingin bertanya dari manakah istrinya pulang malam malam seperti ini.

Meskipun Azriel sudah mengetahui kemana istrinya pergi, tapi dia tetap ingin bertanya karena dia ingin tahu kejujuran istrinya.

Ceklek.

Suara pintu rumah terbuka dan menampilkan Febby yang baru saja pulang dengan keadaan wajah yang kelelahan.

"Dari mana saja kamu baru pulang jam segini," tanya Azriel tiba tiba.

"Astaga," kaget Febby sambil memegangi dadanya.

"Apa kamu tidak ingat waktu, pantaskah seorang istri pulang tengah malam seperti ini seorang diri?" cecar Azriel menatap Febby.

"Itu bukan urusan kamu, sudah aku bilang berulang kali jangan pernah ikut campur dalam urusan ku, urus saja urusanmu sendiri," ketus Febby yang sudah mengembalikan rasa terkejutnya karena tiba tiba ada Azriel saat dia baru membuka pintu rumahnya.

"Aku ini suami kamu, sudah sepantasnya aku mengikuti urusan kamu," balas Azriel.

"Udah stop, kalau mau marah marah besok saja, aku capek," ucap Febby yang merasa tubuhnya sangat capek.

Febby pun segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Azriel menuju kamarnya.

"Febby aku belum selesai bicara," teriak Azriel tapi tidak Febby hiraukan.

"Hufft... berikanlah hamba kesabaran yang tinggi untuk menghadapi istri hamba ya Allah, agar hamba tidak melewati batas," gumam Azriel dan berjalan menuju kamarnya.

Meskipun Febby tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi Febby masih mau satu kamar sama Azriel, bahkan mereka berdua juga masih tidur satu ranjang.

Masuk ke dalam kamar Azriel tidak mendapati adanya istrinya di sana, tapi dia mendengar agar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, Azriel yakin pasti istrinya tengah berada di sana, pikir Azriel.

Azriel pun memutuskan untuk menyiapkan baju tidur untuk Febby, setelah mendapatkannya dia langsung meletakkannya di samping kamar mandi agar nanti Febby mudah untuk mengambilnya.

Ceklek.

Saat keluar dari kamar mandi, Febby melihat ada baju tidur yang sudah siap di sana, tanpa mengatakan apapun Febby langsung mengambil baju tidur itu dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Febby sudah sangat lelah, jadi kalau untuk berdebat dia merasa sangat males.

"Sini aku pijitin kaki kamu, pasti kamu sangat kelelahan," ucap Azriel saat Febby sudah naik ke atas ranjang bersiap untuk tidur.

"Gak usah makasih," tolak Febby dan berbaring membelakangi Azriel.

"Kamu itu, jangan capek capek kalau kerja, kalau badan kamu udah capek itu istirahat jangan di paksa untuk bekerja terus, nanti kamu bisa sakit," ucap Azriel yang sudah mulai memijat kaki Febby.

Meskipun mendapatkan penolakan dari istrinya, tapi Azriel tetap kekeh ingin memijat kaki Febby, sehingga dia memijati kaki Febby dengan posisi Febby membelakangi dirinya.

Febby tak menghiraukan apa yang suaminya lakukan dan katakan, dia memilih untuk memejamkan mata dan tidur karena besok pagi dia harus pergi ke butik miliknya.

"Good night istri ku sayang, mimpi yang indah ya, maafkan aku yang belum bisa menjadi suami yang baik buat kamu,"

Cup.

Azriel mengucapkan selamat malam dan juga memberikan kecupan di kening Febby saat merasa Febby sudah tertidur nyenyak.

Setelah itu Azriel pun ikutan menyusul Febby menuju alam mimpinya, Azriel tidur dengan posisi menyamping menghadap istrinya, posisi tidur Azriel juga biasa saja karena dia tidak ingin berbuat macam macam terhadap istrinya, karena nanti yang ada malah istrinya akan semakin membenci dirinya kalau sampai dia melakukan perbuatan yang tidak tidak, meskipun itu pada istrinya sendiri.

...***...

Pagi harinya, Azriel sudah siap dengan pakaian kantornya, dia melihat ke arah Febby yang masih setia bergulung dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

"Kasian, pasti kamu sangat kelelahan," gumam Azriel mengelus rambut Febby dengan lembut.

Meskipun berat, tapi Azriel tetap membangunkan istrinya karena dia tahu kalau hari ini istrinya ada pekerjaan penting yang tidak bisa di tinggalkan.

"Feb, Febby bangun ini udah siang, kamu mau ke butik kan?" ucap Azriel membangunkan Febby dengan lembut.

Febby yang memang tidak terlalu susah untuk di bangunkan pun segera membuka matanya dan melihat ada wajah Azriel di depannya.

"Apaan sih," Febby segera menjauhkan tubuhnya dari Azriel.

"Ini sudah siang, kamu gak mau bangun?" balas Azriel memberitahu.

Mendengar itu, Febby melihat ke arah jam dinding yang ada di kamar mereka, matanya langsung membola saat melihat ternyata sudah jam setengah tujuh.

"Hah aku telat," Febby langsung beranjak dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi tanpa menghiraukan keberadaan Azriel.

"Dasar, bikin aku makin gemes aja," gumam Azriel menatap tingkah Febby yang tengah berlari menuju kamar mandi.

Azriel segera beranjak menuju walk in closed untuk menyiapkan pakaian kerja istrinya, dia tahu kalau saat ini pasti istrinya tengah buru buru, sedangkan dirinya masih agak santai sedikit karena memang dia ada meeting di jam delapan jadi masih ada waktu sedikit untuk membantu istrinya bersiap.

Selesai menyiapkan pakaian untuk Febby, Azriel segera keluar dari kamar menuju meja makan, di sana dia melihat ada bi Sumi, pembantu yang bekerja di rumahnya tengah menata makanan untuk dirinya dan Febby sarapan.

"Selamat pagi tuan," sapa bi Sumi sambil menundukkan kepalanya hormat.

"Pagi juga bi, masak apa hari ini?" balas Azriel duduk di kursi meja makan.

"Ini saya masak makanan padang tuan, soalnya kemarin nyonya Febby katanya kepingin makan masakan Padang," jawab bi Sumi memberitahu kalau makanan yang dia masak kali ini adalah permintaan Febby.

"Ooh, ya udah bi Azriel minta tolong dong sama bibi buat ambilkan kotak bekal," perintah Azriel.

"Baik tuan," balas bi Sumi tanpa bertanya langsung menjalankan perintah Azriel.

Sebenarnya bi Sumi penasaran, kenapa tuannya meminta dirinya untuk mengambil kotak bekal, apakah tuannya itu ingin membawa makanan ke kantor, atau kan apa, pikir bi Sumi.

"Ini tuan," ucap bi Sumi yang sudah kembali sambil memberikan kotak bekal sesuai dengan permintaan Azriel.

"Terimakasih bi," balas Azriel menerima kotak bekal itu.

Azriel pun dengan cekatan mengambil beberapa macam masakan dan menatanya di kotak bekal itu.

"Emm... apakah tuan ingin membawa bekal?" tanya bi Sumi penasaran.

"Tidak bi, ini untuk istriku, dia hari ini bangunnya kesiangan jadi sudah pasti dia tidak akan ada waktu untuk sarapan di rumah, makanya aku membuatkan bekal untuk dia agar nanti bisa dia makan di butik," jelas Azriel.

"Bibi juga tadi bilangkan kalau ini makanan hasil request istriku, jadi pasti dia akan sangat sedih kalau tidak bisa makan makanan yang dia inginkan," lanjut Azriel.

"Tuan memang suami yang sangat baik dan perhatian, nyonya Febby pasti sangat beruntung bisa mendapatkan suami seperti tuan," balas bi Sumi memuji Azriel.

Azriel hanya membalasnya dengan senyuman saja, karena nyatanya istrinya malah tidak suka dengan dirinya dan sangat membenci dirinya.

...***...

Part 03

Sementara itu, di dalam kamar Febby baru saja keluar dari kamar mandi, dia melihat ada pakaian yang sudah siap di atas tempat tidur.

"Cih, meskipun dia sudah berlaku baik seperti ini aku tidak bakalan luluh, dasar trik murahan," decih Febby yang berpikir kalau Azriel melakukan itu semua karena ingin mengambil hatinya.

Meskipun begitu Febby tetap memakai pakaian yang sudah Azriel siapkan untuk dirinya, karena memang dia juga sudah sangat buru buru.

Selesai bersiap, dia segera turun sambil membawa tas miliknya.

"Selamat pagi nyonya," sapa bi Sumi yang melihat kedatangan Febby.

"Pagi juga bi, maaf aku hari ini gak sarapan dulu ya bi soalnya lagi buru buru," balas Febby meminta maaf karena dia tidak bisa memakan sarapan yang sudah bi Sumi buatkan.

"Iya nyonya tidak apa apa, nanti lain kali akan bibi masakkan lagi makanan padang untuk nyonya," balas bi Sumi.

"Terimakasih bi, kalau begitu aku berangkat dulu ya," pamit Febby salim kepada bi Sumi.

"Iya nyonya hati hati," balas bi Sumi.

Ya seperti itulah Febby, dia sebenarnya adalah orang yang baik kepada sesama, kecuali kepada Azriel, Febby akan tidak berlaku baik kepada suaminya.

"Tunggu," ucap Azriel menahan kepergian istrinya.

Febby menghentikan langkahnya tapi dia tidak berbalik menatap ke arah Azriel yang memanggil dirinya.

"Ini aku sudah membuatkan bekal untuk kamu nanti makan di butik, kamu bawa ya semoga kamu suka," ucap Azriel memberikan kotak bekal yang sudah dia buatkan untuk Febby.

"Hmm," balas Febby menerima bekal itu dan tanpa berpamitan dia langsung pergi.

"Hati hati di jalan istriku," gumam Azriel menatap kepergian Febby sambil tersenyum.

"Tuan," pangil bi Sumi.

"Gak papa bi, mungkin Febby lagi buru buru makanya dia tidak sempat berpamitan sama saya," balas Azriel yang mengerti kalau bi Sumi ingin menanyakan perlakuan istrinya tadi.

"Ya sudah bi saya mau sarapan dulu, takut kesiangan nanti," lanjut Azriel kembali pergi ke meja makan untuk memakan sarapan miliknya.

"Iya tuan, saya juga pamit kembali ke dapur dulu," balas bi Sumi.

"Mungkin sekarang aku sarapan sendiri, tapi nanti akan aku pastikan kalau aku akan makan bersama keluarga kecil kita," ucap Azriel yakin sambil menatap foto pernikahan dirinya dengan Febby yang terpajang di dinding.

...**...

Azriel sampai di perusahaan milik mertuanya yang di percayakan kepada dirinya, dia di sambut oleh asistennya yang bernama Riko.

"Selamat datang tuan," sapa Riko menyambut kedatangan Azriel.

"Hmm, apa jadwalku pagi ini?" tanya Azriel menanyakan jadwalnya meskipun dia tahu kalau pagi ini dia ada meeting, tapi dia tetap menanyakannya kepada Riko.

"Pagi ini kita ada meeting dengan klien asal Jogja tuan, setelah itu nanti kita langsung berangkat ke Bandung untuk meninjau proyek kerja sama kita dengan pengusaha asal China," jawab Riko membacakan jadwal Azriel.

"Kamu siapkan semuanya, saya mau nanti kita tidak ada kendala dalam meeting," perintah Azriel.

"Baik tuan," balas Riko.

"Oh iya, tolong kamu cari tahu data orang yang bernama Beno, anak buah saya bilang kalau dia adalah mantan istri saya waktu sekolah dulu, saya mau nanti malam semuanya harus sudah ada," lanjut Azriel memerintah Riko untuk mencari tahu data tentang Beno, mantan pacar istrinya dulu.

"Baik tuan akan segera saya laksanakan," balas Riko.

"Ya sudah kamu bisa kembali ke ruangan kamu,"

"Baik tuan, saya permisi dulu," balas Riko pamit dan dibalas anggukan oleh Azriel.

Riko pun pergi meninggalkan ruangan kerja Azriel, sedangkan Azriel dia jadi melamun memikirkan foto yang anak buahnya kirimkan semalam.

"Aku tidak akan membiarkan kamu kembali lagi dengan mantan kamu itu, aku sudah jatuh cinta sama kamu dari dulu jadi aku tidak akan membiarkan apa yang sudah berhasil aku miliki di rebut orang lain," gumam Azriel dengan sikap posesif nya.

Azriel memang baik dan sabar orangnya, tapi kalau sudah menyangkut dengan istrinya dia tidak akan tinggal diam, karena Azriel sudah menyukai istrinya dari semenjak dia mulai bekerja dengan papa mertuanya dulu.

Jadi di saat Febby sudah berada di tangannya, maka Azriel tidak akan melepaskannya begitu saja.

Mungkin sekarang memang Febby belum bisa menerima dirinya, tapi dia akan tetap sabar menghadapi sikap istrinya dan akan meluluhkan hati istrinya dengan cara dia sendiri.

Apalagi mengingat pesan mertuanya yang menyuruh dirinya untuk menjaga sang istri dengan baik, hal itu semakin membuat Azriel untuk tetap mempertahankan Febby apapun yang terjadi nanti.

...**...

Siang hatinya di tempat Febby, dia tengah di sibukkan membuat desain gaun permintaan kliennya.

Kali ini klien Febby agak rewel jadi membuat Febby harus ekstra dalam menangani gaun ini agar kliennya nanti puas dan tidak banyak cerewet.

Saking sibuknya, Febby sampai melupakan bekal yang dia bawa tadi, karena waktu sampai di butik dia sudah di tunggu oleh kliennya, sehingga membuat dia harus merelakan waktu makan sarapannya.

"Siang Bu," sapa Novi asisten Febby di butik.

"Iya Nov ada apa?" balas Febby tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas gambar yang ada di tangannya.

"Saya ingin memastikan apakah bu Febby sudah makan apa belum, soalnya saya lihat dari tadi pagi ibu sangat sibuk terus," balas Novi menanyakan jadwal makan Febby.

"Astaga iya aku lupa aku belum makan dari pagi." Febby menepuk jidatnya karena melupakan waktu jadwal makannya.

"Tuh kan bu Febby pasti lupa, sebaiknya ibu makan siang terlebih dahulu nanti di lanjut lagi buat desain nya, takut nanti kalau ibu sakit kalau sampai melupakan waktu makan ibu," balas Novi menyuruh agar Febby makan terlebih dahulu.

"Iya bentar lagi saya akan makan, makasih ya sudah mengingatkan," balas Febby.

"Sudah menjadi tugas saya Bu,"

"Ibu mau saya pesankan makanan atau ibu mau makan di luar?" lanjut Novi bertanya.

"Saya udah bawa bekal dari rumah kok, itu bekalnya tinggal saya makan aja," balas Febby sambil menunjuk bekal yang ada di atas mejanya.

"Ya sudah kalau begitu saya mau pamit cari makan siang dulu ya Bu, ibu harus cepat makan jangan sampai kelewatan,"

"Iya kamu gak perlu khawatir, bentar lagi saya akan makan kok," balas Febby.

Setelah itu Novi pun pamit pergi dan Febby bukannya langsung makan siang tapi dia malah melanjutkan membuat desain gaun yang dia rancang.

Febby pikir tinggal sedikit lagi, dari pada nanti kepotong dan dia akan lupa dengan desain yang akan dia buat, lebih baik dia melanjutkan membuat desain dan akan makan nanti selesai membuat desain gaunnya.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!