NovelToon NovelToon

BETWEEN ( TERMINAL ) GIWANGAN ~ BUBULAK

TAMU TAK TERDUGA

Hai-hai

Selamat bertemu dengan cerita baru Yanktie ya

Jangan lupa kasih subscribe dan kirim setangkai mawar cantik dan Vote setiap hari Senin ya.

Selamat membaca cerita sederhana ini.

Yani atau nama lengkapnya Handayani mendengar ada yang mengetuk pintu rumah tinggalnya. Suaminya baru pulang tadi jam tujuh pagi. Karena bus yang dia kendarai baru masuk ke terminal jam empat pagi tadi.

Suaminya tentu harus serah terima surat jalan juga hitung-hitungan uang bensin, tol dan lain-lain seperti biasa.

Saat ini masih pagi, baru jam setengah sepuluh.

"Wa'alaykum salam," sahut Yani menjawab salam dua perempuan berniqab yang mengetuk pintu rumahnya.

"Ada apa ya?" tanya Yani yang sedang hamil lima bulan.

"Saya tadi naik bus dari Jogja nomor pintu bus R55. Ada barang ketinggalan mau tanya ke suami Mbak boleh?" Tanya salah seorang tamu dengan ramah.

"Loh kalau kayak gitu kan tanyanya di terminal aja," sahut Yani. Biar tak mendalam dia tahu lah kalau tanya barang tertinggal bukan nyamperin ke rumah sopir tapi urus ke kantor PO di terminal.

"Memang ini bener suaminya Mbak?" Tanya tamu itu sambil memperlihatkan dirinya berfoto di pintu bus dengan back ground tempat sopir bus. Kebetulan sedang ada sopirnya di bus itu ikut terfoto.

"Iyalah ini suami saya," jawab Yani.

"Oh coba tanya dulu boleh nggak? Soalnya tadi saya ngecasnya di sebelah sopir," kata tamu tersebut.

"Nanti saya bangunin suami saya dulu ya Bu," Yani masuk ke ruang tengah yang dijadikan kamar tidur.

Mereka memang tinggal di rumah petak. Satu ruang depan biasa dibuat ruang tamu, lalu ada ruang tengah yang biasa buat kamar tidur dan ruang belakang biasa buat dapur tergantung siapa yang sewa.

Bisa saja ketiga ruang di jadikan tiga kamar tidur bila penyewa patungan hanya butuh kamar untuk tidur.

\*\*\*

"A' bangun dulu," Yani mengguncang pelan lengan suaminya.

"Kenapa, kamu enggak tahu saya butuh istirahat? Uang belanja sudah saya kasih. Mau apa lagi kamu bangunin saya?" Jawab suaminya sedikit ketus karena tak senang tidurnya terganggu.

"Iih A'a mah gitu. Bisanya marah aja. Itu ada tamu katanya nanyain barang yang ketinggalan di bus katanya minta ketemu A'a sebentar," Jawab Yani.

"Pakai kaos lah A' masa nemuin tamu cuma pakai celana pendek doang!" Perintah Yani karena suaminya hendak keluar kamar tanpa pakai kaos.

Suaminya keluar kedepan sedang Yani membuatkan teh untuk tamunya.

\*\*\*

"Ada apa ya Bu?" tanya Bambang Putranto nama sopir itu. Dia biasa dipanggil BAMBANG oleh semua rekan sejak dia sekolah dan kerja. Tapi oleh keluarga dia dipanggil YANTO.

"Oh enggak, ini benar istrinya ya Pak? Maaf saya tanya karena takut mengganggu," tanya perempuan yang sejak tadi bicara.

Perempuan satunya sejak datang hanya diam sambil sesekali mengirim pesan dari ponselnya.

"Enggak apa apa Bu. Saya baru pulang. Kenapa ya?" Tanya Bambang.

"Udah nggak usah repot nggak usah bikin minum,"  tamunya berbasa basi. Wong teh sudah dihidangkan koq baru bilang jangan bikin teh.

"Enggak apa apa cuma ada air teh," jawab nyonya rumah dengan tersenyum manis.

"Istrinya hamil berapa bulan Pak?" Tanya sang tamu dengan keponya.

"Sudah empat bulan," jawab lelaki itu.

"Empat bulan? Senangnya. Memang nikahnya berapa lama ya? Adik saya sudah menikah 3 tahun belum dikaruniai anak," cetus perempuan itu lagi.

"Kami baru menikah tiga bulan," jawab si lelaki tanpa malu.

"Wah nitip duluan ya," kata si tamu pertama. Lalu semua tertawa. Yani tersipu saja.

Tak lama tamu pertama membuka cadarnya juga hijabnya. Sehabis mengirim pesan.

Si lelaki pucat pasi melihat perempuan itu.

"Kamu sudah punya anak dan punya istri sesuai pengakuanmu dari tadi. Sekarang saya minta tolong sekarang juga ceraikan saya!”

"Enggak gitu Ma, nggak gitu nggak gitu," kilah Bambang. Bagaimana mungkin yang datang adalah istri sah nya!

"Enggak gitu bagaimana? Sudah jelas kan semuanya? Saya biayain semua adikmu sekolah sama berobat ibumu."

"Mulai saat ini saya lepas semua kewajiban saya sebagai menantu. Dan kamu juga keluar dari rumah saya karena saya sekarang juga saya minta kamu ceraikan saya," tegar sekali Diah Ayu Fitri bicara. Tak ada amarah mau pun tangis.

"Enggak Ma, Papa enggak mau ceraikan Mama," tolak Yanto.

"Kamu enggak mau ceraikan saya karena kamu butuh saya membiayai semuanya kan? Kamu butuh saya karena saya satu-satunya istri yang tak perlu kamu nafkahi sama sekali sehingga semua income yang kamu dapat bisa kamu kasih ke perempuan jalanan!" Ucap Fitri tegas.

"Saya bukan perempuan jalanan," Yani nyolot tak mau di rendahkan.

"Bukan perempuan jalanan tapi udah hamil duluan. Apa kamu yakin anak itu milik suamimu? Atau ada banyak lelaki lain yang kamu jebak agar bayi itu punya bapak?" Tanya Dina Sudarman tamu yang sejak tadi bicara. Dia kakak sepupu Fitri.

Tanpa mengetuk pintu masuk sepasang suami istri dan ibu nya Bambang.

Bambang Putranto kaget dan lemas karena didatangi kedua mertua juga ibu kandungnya.

"Jadi begini selama ini kelakuanmu?" tanya Gendis, ibu kandung Yanto.

"Ibu mohon maaf. Sejak saat ini saya minta cerai dari anak ibu dan semua biaya untuk ibu berobat serta adik-adik sekolah saya stop karena selama ini saya nggak pernah kok dapat nafkah dari suami saya," kata Diah Ayu Fitri pada Gendis tegas. Semua mendengar hal itu.

"Ceraikan anak saya sekarang juga," Suradi, lelaki yang datang bersama istrinya dan Gendis adalah ayah kandung Fitri.

Dengan berat hati Yanto menjatuhkan talak pada Diah Ayu Fitri istri yang selama ini mendukung finansialnya sejak lebih dari delapan tahun terakhir.

"Ibu mau pulang bareng saya atau sama anak ibu?" Tanya Fitri pada mantan mertuanya.

"Saya pulang sama kamu karena dia bukan anak saya lagi," jawab Gendis ibu kandung Yanto.

Semua meninggalkan rumah itu.

KOST SETENGAH HARGA

DARI SEDAYU ~ JOGJAKARTA, yanktie mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.

JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA.

"Mau kemana A'?" Tanya Yani melihat Bambang suaminya memakai celana jeans yang digantung serta membawa ponselnya pergi

"Keluar nenangin pikiran!" Jawab Bambang.

"Bukannya sekarang malah udah tenang karena enggak perlu lagi ngumpet-ngumpet punya istri di sini?" Jawab Yani santai. Rupanya dia selama ini tahu kalau suaminya punya istri di Jogja.

Diah Ayu Fitri memang aslinya tinggal di Solo. Dia pindah ke Jogja karena suaminya bekerja di Jogja.

Tanpa menjawab Yanto keluar dari rumahnya. Dia menuju danau dekat rumahnya. Danau buatan kecil tapi banyak pemancing di sana.

Yanto **FLASH BACK** awal perkenalan hingga dia menikahi Diah Ayu Fitri.

Yanto  anak pertama dari Gendis. Yanto masih kelas satu STM saat Suripto ayahnya meninggal.

"Kamu harus lulus sekolah Nang, biar bisa bantu kedua adikmu," itu pesan terakhir ayahnya sebelum meninggal. Nang adalah panggilan atau kata ganti anak lanang  yang artinya anak lelaki.

Adiknya Andi Heriyanto saat itu masih kelas 2 SD dan Fatimah atau Timah kelas nol besar mau masuk SD.

Yanto terpukul, dia ingin kembali ke desa, tapi ibunya bilang dia masih bisa sekolah agar bisa punya ijasah STM untuk modal cari kerja.

Selama ini Yanto kost di kota. Dia ambil kost termurah dekat sekolah agar tak butuh ongkos.

Banyak kost lebih murah dari kost-kosan milik pak Suradi. Tapi bila dihitung harus mengeluarkan ongkos maka kos di rumah pak Suradi adalah pilihan terbaik.

Di rumah kost ini bisa memilih mau kost menengah atau mahal. saat itu Yonto menghiba pada bu Erlina istri pak Suradi agar diberi kamar seperti gudang saja agar dia bisa tidur.

Kasihan dengan anak desa yang bertekad kuat untuk maju, pak Suradi memberi Bambang demikian semua orang umum memanggilnya tidur di kamar yang diperuntukkan bagi sopirnya.

Karena supirnya tak mau tinggal di dalam. Lebih memilih pulang pergi saja.

Lumayan kamar kost itu separuh harga dari harga normal kamar ter murah.

"Sudah mBang, tak perlu kamu bantu," mbok Darmi melarang Bambang membantunya menyapu teras setiap kamar kost lalu mengepelnya juga menyapu halaman.

"*Mboten nopo-nopo Mbok*," sahut Bambang. Bagaimana dia tega melihat pekerjaan mbok Darmi yang tak pernah usai? Bambang bilang tak apa-apa.

Kadang mbok Darmi akan memintakan nasi dan lauk untuk Bambang pada pembantu bagian dapur.

Bambang juga ringan tangan membantu anak kost yang butuh bantuannya sehingga dia banyak memperoleh tips yang dia gunakan untuk membayar uang praktik bulanannya yang sangat besar. Hampir tiga kali besarnya SPP, bahkan kadang lebih.

Tentu Bambang tak bisa meminta uang dari ibunya yang sekarang bekerja sebagai pembantu rumah tangga pergi pulang di kampungnya.

Saat ini Bambang sudah kelas 2 STM. Bambang juga rajin membantu pak Suradi dan bu Erlina.

Pak Suradi hanya punya satu putri yang lebih tua 3 tahun dari Bambang. Diah Ayu Fitri sudah kuliah saat Bambang masih STM kelas 2.

"Ini mBang," pak Suradi menyerahkan barang yang harus Bambang antar. Dia memperbolehkan Bambang menggunakan motor matic operasional yang memang bisa digunakan siapa saja pegawai di rumah kost.

"Pulangnya belikan ini," pak Suradi menyerahkan tiga kertas notes berisi nama toko dan jenis barang yang harus dia beli di setiap toko. Suradi juga menyerahkan lima lembar uang biru. Untuk delapan tahun ke belakang tentu lima lembar uang itu cukup besar.

"*Injih* Pak," Bambang menerima semuanya.

"Jangan lupa bawa tas belanja," perintah bu Erlina.

"Atau kresek-kreseknya minta dobel," pesan Suradi.

"Lebih aman tas belanja dari goni daripada kresek yang di dobel," sahut Erlina.

Maka Bambang pun menuruti pesan ibu kost nya membawa dua tas besar dari goni yang biasa untuk belanja.

\*\*\*

"*Digowo Nang, ra sah isin*," perintah Gendis pada Yanto putranya yang akhir minggu ini pulang. Gendis bilang dibawa nak, tak perlu malu.

Yanto pulang tentu karena dia punya uang hasil bekerja serabutan. Bila tidak dari mana dia memberanikan diri pulang ke pelosok desa rumah orang tuanya ini?

"*Mboten isin Bu. Pasti kulo beto*," jawab Yanto. Dia menjawab tak malu dan pasti dia bawa oleh-oleh yang ibunya berikan. Bu Erlina suka menerima oleh-oleh darinya.

Kalau pun tak dimakan, pegawai bu Erlina banyak, pasti ada yang akan mengolah dan memakannya.

"Bulan depan dan bulan berikutnya ibu tak perlu kirim uang SPP, Mas masih ada uang. Doakan Mas sehat jadi bisa nabung terus," niat kedatangan Yanto memang ingin mengatakan pada ibunya tak perlu mengirim uang.

Dua bulan ke depan dia aman. Dia juga sudah bayar kost bulan ini. Biasanya dia sering terlambat bayar kost.

"Iyo Nang. Jangan ambil pekerjaan kotor atau bahaya ya Nang. Kita punya agama. Allah *ora sare*, pasti ada rejeki untuk kita bila kita terus berusaha dan berdoa," Gendis tak ingin putranya nekad mencari uang dengan jalan yang salah.

\*\*\*

"Alhamdulillah Nang," Gendis menerima raport putranya. Walau bukan yang terbaik tapi semua nilai Yanto di atas rata-rata. Dia naik ke kelas 3 STM.

Satu langkah lagi putranya akan punya izasah sehingga bisa cari kerja.

"Ibu langsung pulang ya Nang. Kasihan adik-adikmu kalau Ibu menginap." Ujar Gendis.

"Wong *dalem* (saya ) bilang juga Ibu enggak perlu *rawuh* ( datang ) ke *kuto* ( kota ). Ibu malah *mekso* ( memaksa ). Bukan cuma kasihan adik-adik. Tapi juga buang uang dan Ibu jadi *sayah* ( lelah ).

"Enggak apa apa Nang, kan tidak tiap saat. Masa anake dapat raport Ibu enggak hadir," jawab Gendis.

Yanto tak bisa mengantar ibunya kembali ke desa. Besok sudah liburan. Banyak anak kost yang keluar karena sudah lulus atau banyak orang baru masuk.

Rumah kost pak Suradi yang bergabung di rumahnya khusus menerima kost putri agar para perempuan mudah diawasi karena pintu gerbang ditutup jam sepuluh malam.

Rumah kost ke II menerima kost putra, letaknya di ujung jalan masuk desa itu. Dulu awalnya Bambang minta kost di sini. Tapi yang kosong adalah kamar sopir di rumah maka Bambang kost di rumah bu Erlina.

Dan rumah kost III menerima pasangan suami istri legal. Persyaratan di sini jelas harus ada surat nikah dan KK yang satu alamat. Banyak yang punya surat nikah tapi tak satu KK, maka hal seperti itu tak akan diterima oleh pak Suradi karena tak ingin rumah kostnya hanya dibuat untuk menyimpan istri kedua.

Pak Suradi sudah minta Bambang selama liburan ini bekerja membersihkan semua kamar yang kosong. Memperbaiki bagian yang rusak dan menge-cat ulang kamar kost nya.

Tentu saja honornya sangat besar untuk kebutuhan Bambang maka dia memilih  tak menikmati pulang liburan. Bambang memilih bekerja untuk biaya hidupnya saja.

"Hati-hati njih Bu," Yanto memberi salim pada Ibunya yang dia antar sampai ke atas bus kecil ke arah desanya.

"Iyo Nang," sahut Gendis menerima salim yang putra sulungnya lakukan.

Yanto memang sudah pamit pada Gendis libur panjang kali ini dia tak bisa pulang karena harus bekerja di rumah bapak kostnya.

'*Alhamdulillah Gusti Pangeran, saat banyak orang tua lain sedih anaknya merongrong minta motor atau barang lain, anakku malah minta izin buat mburuh nge-cat omah bendorone ( rumah majikannya* ),' Gendis bersyukur dalam hatinya.

\*\*\*

Tiba di rumah Gendis terisak ketika membuka tas miliknya. Dia bukan kecopetan seperti yang biasa dialami ketika orang tua renta naik bus jarak jauh.

Dia malah menemui amplop kecil bertuliskan *untuk keperluan dek Andi & dek Timah*.

Ada dua lembar uang biru di amplop itu. Gendis menangis tak henti.

'*Kowe pasti masukkan saat Ibu maju untuk ambil raportmu ya Nang. Karena saat itu Ibu titip tas di kamu*.' batin Gendis.

Jumlah teramat besar dari anak sekolah yang seharusnya masih full dia biayai, ini malah memberi untuk dirinya walau dia tulis untuk keperluan kedua adiknya

Titip banner.

![](contribute/fiction/7055660/markdown/10636434/1685726427189.jpg)

KERJA SAAT LIBUR PANJANG

DARI SEDAYU ~ JOGJAKARTA, yanktie mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.

JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA.

Bambang kerja dengan tekun dan tidak asal selesai.

"Wah cepet juga nih kerjanya mBang," bu Erlina yang mengontrol pekerjaan Bambang memuji hasil pekerjaan pemuda itu.

"Inggih Bu. Saya tak bisa lebih cepat dari ini, takutnya hasilnya nggak bagus,"  jawab Bambang.

"Enggak kok ini bagus dan rapi," jawab bu Erlina lagi.

Bambang terus membereskan kotoran bekas kerja kamar mandi yang sudah selesai dia kerjakan hari ini. Bila semua sudah selesai dibetulkan, baru dia akan mengecat.

"Terus kapan mau di cat?"

"Kalau semua rampung dibetulkan, kamar mandi, keran, pintu dan lantai,  semuanya dulu rampung dibetulkan  baru mengecat Bu. Jadi satu kali pekerjaan nge-cat  sekalian semuanya," jelas Bambang.

"Oh tak pikir satu kamar satu kamar ngerjainnya," ujar bu Erlima.

"Mboten Bu biar sekalian alat dan bahannya dicek kalau kurang kan bisa beli lagi takutnya yang bagian paralon atau lem dan semennya kurang," kata Bambang.

"Nanti kalau sudah kering semua baru dicat kan rapi kalau baru disemen lalu di cat kan nggak rapi Bu," kata Bambang lagi.

\*\*\*

"Habis kelas tiga mau kuliah ke mana?" tanya Diah Ayu Fitri anak pemilik kost.

"Belum tahu ya Mbak mungkin saya mau kursus montir aja sekalian kursus setir mobil sehingga saya bisa jadi sopir yang mengerti mesin, mboten mung waton mbeto mobil ( enggak cuma bisa bawa mobil )," sahut Bambang.

"Tapi mulainya sekarang jadi begitu ijazah kamu sudah diterima kamu bukan nganggur dulu." Saran Fitri.

"Habis liburan langsung kursus montir koq Mbak. Sudah daftar kok," balas Bambang.

"Apik kui," ujar Fitri. Maksudnya bagus planningnya Bambang.

"Jadi udah daftar ya kursus montir mobil?"

"Enggeh Mbak,  Nanti kalau montir mobilnya sudah selesai baru kursus nyetir. kalau sekalian bareng semua uangnya nggak cukup,  juga waktunya takut terganggu karena takutnya kelas 3 kan banyak waktu belajar ekstra."

\*\*\*

Akhirnya selesai juga proyek yang dikerjakan oleh Bambang  setelah sepuluh hari bekerja.

Setelah semua alat dibersihkan dan dibereskan, Bambang pun langsung lapor pada Bu Erlina.

"Sampun rampung sedoyo Bu," lapor Bambang, dia bilang sudah selesai semua.

"Oh ya Ta' ambil uangnya," ucap bu Erlina. TA’ biasa digunakan di wilayah Jawa Tengah sebagai pengganti kata saya atau aku.

"Enggak apa-apa Bu. Yang penting saya sudah matur ( bilang atau lapor ) bahwa pekerjaannya sudah selesai," kata Bambang.

"Saya pamit Bu," Bambang kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Sepulang kerja Suradi mendapat laporan bahwa rumah kostnya sudah rapi kembali, sudah bersih dan  semua keluhan dari sumua penyewa sudah dibetulkan oleh Bambang.

Suradi senang nanti penyewa berikut akan masuk dalam keadaan bersih.

Ada beberapa penyewa lama yang pindah begitu kamar yang sudah dibersihkan oleh Bambang terlihat bagus.

Jadi nanti kamar lama mereka akan dibereskan atau dibersihkan lagi dan dicat ulang bila telah kosong.

"Kui ( itu ) ada dua kamar yang minta pindah. Artinya nanti kamar kosongnya harus segera diperbaiki dan di cat ulang mBang," bu Erlina memberitahu Bambang saat memberikan uang hasil kerja Bambang selama dua minggu.

"Njih ( iya ) Bu, akan saya kerjakan sehabis pulang sekolah atau malam. Mumpung belum full belajar," jawab Bambang. Dia tak keberatan mengerjakannya karena akan menambah jumlah tabungannya.

\*\*\*

"Bang bantu aku pindah kamar ya?" Pinta seorang gadis yang ingin kamarnya pindah ke ruang yang sudah di cat ulang sehingga terlihat lebih rapi.

"Oke Mbak nanti ya abis rapiin alat dulu ini ya," jawab Bambang. Tentu membantu pindahan akan ada uang dari yang minta tolong. Memang dari situlah Bambang hidup.

"Kowe ( kamu ) ganteng-ganteng gini kok mau sih mBang kerja kasar seperti ini?" Tanya mbak itu.

"Ganteng nek ra duwe ( kalau tidak punya ) duit nggak ada yang mau Mbak," kata Bambang. Mereka pun tertawa bersama.

Tawa itu terdengar oleh keluarga pak Suradi.  Mereka langsung menoleh karena saat itu Fitri bersama ibu dan ayahnya sedang di rumah kost untuk mengecek pekerjaan Bambang.

"Iya bener mBang kebanyakan koyo ngono ( seperti itu ), tapi aku nggak loh mBang,"

"Iso wae ( bisa aja ) Mbak," kata si Bambang.

"Mending jalur lurus wae Mbak daripada kecewa aku nek ngarepke ( bila mengharapkan ) yang tinggi-tinggi emoh ( tidak mau ).  Mending oleh cah ndeso ( dapat gadis desa ) yang tahu kondisiku," kata Bambang pada orang yang sedang dibantu angkat-angkat itu.

"Iya bener Bang kalau memang dia cuma nyari harta nggak akan milih Kamu kok."

"Bener aku juga nggak mau kok nyari perempuan yang kayak gitu nggak sanggup aku Mbak," Bambang bicara jujur soal harapannya mendapat gadis polos dari desa saja.

Ada satu penghuni kamar yang juga pindah ke kamar yang baru dicat, tapi Mbak yang satunya tidak mau minta bantuan Bambang beliau bolak-balik angkat sendiri. Bambang pun nggak mau bantu karena nanti dikiranya dia ke-GR-an. Jadi ya udah diemin aja, Bambang langsung kembali ke kamarnya di belakang.

"Mbang makan bakso yuk," ajak Mbak yang tadi minta bantu pindahan.

"Sudah Mbak enggak usah," tolak Bambang.

"Ayo sekalian aku mau ke ATM ngambil uang buat bayar kamu."

"Enggak apa-apa Mbak, besok-besok aja," tolak Bambang lagi.

"Aku enggak enak, ayo kamu bawa motorku ya," mbak itu terus memaksa.

"Oke mau mbakso di mana Mbak?"

"Di pojok jalan itu lho, langganan anak kost sini," ujar si-mbak.

Mbak itu mengeluarkan motor.

"Mau ke mana?" Tanya satpam di depan karena memang rumah kost kan dijaga satpam.

"Mau makan bakso Pak.”

"Hati-hati," nasihat pak satpam.

Bambang keluar dari kamarnya menggunakan jaket karena dia kan bawa motor si Mbaknya tadi.

Mereka pergi dipandangi oleh mata pemilik rumah.

\*\*\*

Sudah masuk ke semester baru Bambang sibuk dengan sekolah dan kursus montirnya. Kursus hanya satu minggu dua kali. Hari lainnya dia gunakan untuk belajar karena kelas 3 kegiatannya sangat padat. Juga untuk bekerja yaitu untuk membetulkan atau renovasi kamar juga. Atau bila ada orang yang minta bantuan lainnya dia akan ringan tangan.

Apa pun akan dia kerjakan sehingga sekarang sejak kelas 3 ini ibunya sama sekali tidak perlu memberikan uang untuk mengirim biaya sekolah dan biaya hidup untuknya lagi, kebetulan ibunya juga mulai sakit-sakitan.

\*\*\*

Kursus montir mobil telah selesai selama 4 bulan. Tinggal 2 bulan lagi Bambang akan ujian akhir semester.

Bambang benar-benar belajar agar nilainya bagus walau tidak juara tapi dia tidak mau nilainya jelek. Bambang juga harus menyelesaikan banyak kamar yang perlu dikerjakan atau panggilan kerja lainnya.

Sekarang dia sudah mulai dipanggil untuk membetulkan mobil rusak. Walau belum lulus STM tapi tambahan ilmu dari kursus membuat dia mahir.

Titip banner ya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!