NovelToon NovelToon

Merebut Istri Pria Lain.

Awal

Vito Maulana pria tampan yang tubuh di keluarga yang bisa dikatakan keluarga cemara, ia mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayangi nya, mempunyai satu adik perempuan yang begitu menggemaskan dan juga ia sayangi. Walaupun ibu nya saat ini bukan ibu kandung nya, Vito mendapatkan kasih sayang yang sama dari selayaknya ibu kandung, ia juga begitu menyayangi ibu sambung nya itu.

Kedua orang tua Vito berpisah karena pekerjaan ibu kandung Vito sebagai model. Ayahnya menikah lagi dengan wanita yang lebih muda, beruntung ia dengan ibu sambung nya bisa cocok. Sampai sekarang tidak pernah ada masalah yang terjadi di antara mereka.

Vito bekerja sebagai seorang model majalah, ia mengikuti jejak ibu kandung nya yang memang model terkenal. Karena koneksi ibu kandung nya itu membuat Vito dapat menerima banyak tawaran job. Ia sangat suka akan hal itu.

Tetapi sayangnya model bukan menjadi pekerjaan utama Vito. Nanti setelah usianya masuk 25 tahun, secara perlahan Vito akan meninggalkan pekerjaan model itu, ia akan menggantikan posisi CEO sang ayah di sebuah perusahaan besar. Mau tidak mau Vito harus mengikuti apa yang sudah menjadi ketentuan nya

"Sayang kamu sudah bangun, ayo makan." Putri berjalan menyiapkan sarapan pagi untuk anak pertama nya.

"Sayang jangan memanjakan dia, dia sudah dewasa," ujar Irwan dari belakang, ia selalu cemburu dengan sikap manis Putri pada putra nya.

Vito hanya tersenyum melihat semua itu, ini salah satu hal yang biasa terjadi di rumah nya dan ia sangat menyukai nya. Kehangatan keluarga ini yang membuat Vito senang berada di rumah.

"Mamah aku juga mau." Tiara menyerahkan sebuah piring pada mamah nya, ia juga ini di layani seperti abang nya.

"Kapan kamu mulai masuk kuliah lagi sayang? Ini sudah masuk tahun ke 2 kamu cuti," ucap Putri.

"Hari ini mah, sebenarnya aku malas lanjutkan lagi. Tapi ayah meminta ku untuk mengambil S1. Padahal karir model ku sedang naik naik nya."

"Ayah benar sayang, kamu tidak malu dengan Tiara, dia sudah mau melombamu," kata Putri.

"Nah benarkan apa yang ayah katakan, kau jangan ngeyel," ucap Irwan.

"Ayah nanti setelah aku selesai kelas aku aja bertamu dengan dia," ujar Vito.

"Terserah mu, ayah tidak pernah melarang mu bertemu dengan dia. Tapi ingat jangan terlalu dalam dan katakan pada ayah jika ingin mengamankan keputusan," ucap Irwan.

"Iya yah.."

"Ayah mamah aku berangkat." Tiara mencium tangan kedua orang tuanya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan itu.

"Aku," ucap Vito.

"Malas… Abang bauk," teriak Tiara.

"Aku juga mau berangkat, jadwal ku hari ini padat," ucap Vito.

"Apa saja?"

"Aku kelas pagi, pemotretan siang dan sore hari nya bertemu dengan dia, dia dia dia…" Vito mengedipkan satu mata nya.

"Kau menggoda ayah," tanya Irwan.

"Hahaha ayah begitu membenci nya, ingat ayah pernah mencintai nya. Kalau tidak ada dia aku bisa ada," jawab Vito.

"Kata siapa ayah benci dia. Sudah pergi sana, jangan bertingkah," ucap Putri.

"Mah aku berangkat." Vito juga pergi meninggalkan ruangan itu, hanya tinggal Irwan dan Putri saja di ruangan ini.

Vito membawa mobil mewah nya ke sebuah kampus ternama di kota itu, ia akan melanjutkan kuliah nya setelah 2 tahun cuti lamanya.

Saat sedang dalam perjalanan kejadian tidak mengenakan terjadi, Vito menyerempet sebuah mobil yang berhenti di pinggir jalan.

"Mampus aku," ucap Vito.

Seorang wanita cantik berjalan mendekati mobil Vito, wanita itu mengetuk ngetuk kaca mobil Vito. Sebelum membuka kaca mobil itu Vito memutuskan memakai kacamata terlebih dahulu.

Pertemuan kedua

"Ada apa," tanya Vito tanpa rasa bersalah.

"Ada apa kamu bilang? Kamu tidak merasa bersalah sudah merusak mobil ku," ucap wanita itu.

"Oh maaf, aku tidak sengaja." Vito mengambil kartu namanya dan memberikan nya pada wanita itu.

"Nanti kita selesai kan, sekarang aku sedang buru buru." Setelah memberikan kartu nama itu Vito membawa mobil nya pergi meninggalkan tempat itu.

Wanita itu bernama Emma, ia terdiam sejenak melihat mobil Vito pergi meninggalkan nya. Emma terdiam sejenak karena ia terkejut bertemu seseorang seperti Vito, bukan nya meminta maaf Vito malah langsung meninggalkan nya.

"Vito Maulana, dia seorang model," ucap Emma saat membaca kartu nama itu.

Ia pun kembali masuk ke dalam mobil, ia juga sedang terburu buru karena pagi ini ia mempunyai kelas. Emma seorang dosen di sebuah perguruan tinggi di kota itu, ia menjadi seorang dosen sudah 2 tahun lamanya.

Pukul 8 pagi, Vito masuk ke dalam kelas untuk yang pertama kalinya setelah 2 tahun lamanya, ia cukup banyak di kenal oleh mahasiswa di sini, bukan karena ia pernah kuliah di sini, tetapi karena karir modelnya sedang menanjak tinggi.

"Hey kau Vito bukan." Seseorang pria berjalan mendekati nya.

"April, kau kuliah di sini juga," ucap Vito yang ternyata kenal dengan pria itu.

"Hahaha iya, aku ambil cuti setahun, ini hari pertama ku."

"Syukurlah ada yang aku kenali, teman-teman ku sebelumnya sudah pada lulus. Aku pikir aku harus mencari teman baru, ternyata ada dirimu di sini," kata Vito.

"Selamat pagi.." Seorang dosen masuk ke dalam kelas itu.

"Nanti kita lanjutkan." April kembali ke tempat duduk nya.

Mata Vito langsung tertuju pada wajah dosen wanita tepat di hadapan nya itu, kebetulan ia duduk di bangku paling depan.

Sejenak mata mereka berdua saling menatap, keduanya langsung teringat kejadian sebelum ini. Vito mengenali dosen itu, ia wanita yang mobil nya ia serempet tadi. Begitu juga dengan Emma yang langsung mengenali Vito.

"Oh dia, aku akan menyulitkan nilai mu," batin Emma.

Dari tatapan Emma, Vito langsung paham jika ia dalam bahaya. "Aku harus segera menyelesaikan nya," batin Vito.

"Oke perkenalkan nama saya Emma, senang bertemu dengan kalian semua. Ini pertemuan pertama saya dengan kalian semua, saya harap ke depan nya kita dapat bekerja sama dengan baik."

Vito tersenyum melihat bagaimana cara Emma memperkenalkan diri, ia tau wanita di depan nya ini cukup gugup. Mungkin karena mayoritas di kelas ini seorang pria yang seumuran dengan Emma. Walaupun begitu Vito tetap merasa harus waspada pada dosen nya ini, ia mempunyai masalah dengan dosen ini, kalau ia semakin membuat masalah nilai nya pasti akan bermasalah.

Setelah kelas selesai, Vito langsung mengejar Emma, ia ingin menyelesaikan masalah nya tadi dengan cepat.

"Maaf, saya yang tadi, saya ingin menyelesaikan masalah kita dengan cepat," ucap Vito.

Emma tidak menanggapi Vito, ia terus berjalan tanpa memperdulikan Vito yang berusaha untuk mengobrol dengan nya.

"Emma," ucap Vito dengan nada yang cukup tinggi, ia sedikit terpancing emosi karena Emma tidak menanggapi nya.

Langkah kaki Emma langsung terhenti seketika, hal itu membuat jantung Vito berdetak dengan cepat, ia yakin masalah baru akan datang.

"Seorang model, bukan nya seorang model harus mempunyai attitude yang baik," ucap Emma dengan nada yang sinis.

"Maaf.. Saya tidak ingin mencari masalah dengan kamu. Kamu dosen saya, saya tidak ingin nilai saya bermasalah, jadi saya ingin menyelesaikan semua masalah kita sebelumnya dengan cepat," kata Vito.

"Oh karena takut nilai kamu bermasalah," ucap Emma sambil berjalan pergi meninggalkan Vito.

Vito membuang nafasnya dengan kasar, ia ingin mengejar Emma kembali tetapi ia ada kelas lanjutan, ia juga tidak mempunyai banyak waktu.

Vito pun kembali ke kelas nya, setelah kelas nya nanti selesai, ia akan menemui Emma kembali.

Pukul 12 siang, hari ini kelas Vito sudah berakhir, jam setelah 2 nanti ia ada pemotretan. Vito masih mempunyai waktu satu setengah jam untuk menemui Emma, ia tidak mau hanya karena serempetan kecil tadi membuat nilai terhambat, ia juga tidak mau Emma menyebarkan berita yang tidak tidak tentang nya.

"Hay Vito," ucap beberapa wanita yang melewati nya.

Vito hanya tersenyum kecil, walaupun ia tidak suka menanggapi wanita seorang itu. Vito berusaha untuk tersenyum agar image nya tetap baik, menjaga image salah satu hal yang harus model lakukan.

"Nah itu dia," ucap Vito.

Vito berjalan mengikuti Emma yang keluar dari ruangan nya, kali ini Vito lebih berhati-hati agar Emma tidak lari kembali dari nya.

Saat Emma duduk di kantin baru lah Vito berlari mendekatinya, ia ikut duduk di samping Emma.

"Aku ingin berbicara dengan kamu," ucap Vito Vito.

"Adaa apa lagi," tanya Emma.

"Masalah tadi, aku akan tanggung jawab," jawab Vito.

"Ya susah tanggung jawab lah," ucap Emma.

"Berikan kunci mobil mu, aku akan memasukan nya ke dalam bengkel langganan ku."

"Apa yang membuat ku percaya pada mu," tanya Emma.

"Kamu tau aku siapa, aku juga anak didik mu, itu sudah bisa membuat mu percaya aku."

"Ktp mu," ucap Emma.

"Ha??"

"Zaman sekarang tidak ada orang yang bisa di percaya dengan hanya seperti itu. KTP mu," ucap Emma.

Vito mengambil dompet nya dan memberikan KTP yang Emma minta, ia rasa sepertinya tidak masalah ia hidup tanpa KTP selama beberapa hari.

"Puas," ucap Vito.

"Aku tidak mau mobil ku semakin jelek." Emma memberikan kunci mobil nya pada Vito.

"Mobil mu memang jelek." Vito mengambil kunci mobil itu dan berjalan pergi meninggalkan Emma.

"Pria gila," ucap Emma.

Sebelum ke tempat pemotretan, Vito memutuskan untuk ke bengkel langganan nya dulu, ia ingin meminta mereka mengambil mobil Emma di kampus. Vito sangat percaya dengan tempat itu, jadi dengan mudah nya Vito memberikan kunci mobil itu tanpa pengawasan dari nya.

Setelah dari bengkel itu Vito langsung ke tempat pemotretan. Ia sudah di tunggu oleh timnya yang sudah ada di tempat itu.

Sesampainya di tempat pemotretan, Vito langsung mandi dan berganti pakaian. Kali ini ia menjadi sampun majalah ternama di Indonesia, ini salah satu hal yang ia inginkan. Ya walaupun belum keinginan utama nya, perlahan lahan ia pasti dapat menghadapi semua keinginan nya dengan baik.

Pukul 4 sore pemotretan selesai, Vito langsung ke sebuah Cafe untuk bertemu dengan ibu kandung nya.

"Dimana anak itu lama sekali."

Kenapa?

Vito berjalan menghampiri mamah kandung nya, hubungan nya dengan mamah kandung nya sendiri tidak begitu baik. Ia mau bertemu dengan mamah kandung nya karena hanya mengambil keuntungan di karir model nya. Mamahnya mempunyai koneksi yang begitu luas di Dunia modeling, itu benar-benar membantu Vito untuk terus menanjak maju ke depan.

"Lama sekali."

"Aku baru selesai pemotretan," ucap Vito.

"Ayah mu tidak melarang mu bertemu dengan mamah kan?"

"Dia tidak pernah peduli dengan mamah, jadi tidak ada masalah. Ada apa? Mamah ingin mengenalkan ku dengan seseorang," tanya Vito.

"Nah itu kamu tau.. Kamu mau jadi cover majalah di Singapore kan? Ada syaratnya untuk masuk ke sana? Mamah bisa membantu mu."

"Jika melalui tahap seperti mamah, aku tidak mau aku hanya ingin menjadi bintang karena kemampuan ku bukan karena seperti itu," ucap Vito.

"Selamanya kau tidak akan bisa sampai ke sana, ikuti apa yang mamah katakan."

"Itu yang membuat ku tidak suka dengan mamah, karena itu mamah tidak pernah memberikan ku kasih sayang sejak kecil. Karena itu ayah menikah lagi dengan mamah Dian, aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikir mamah." Vito berjalan pergi meninggalkan mamah nya itu, ia semakin muak dengan mamah kandung nya sendiri.

Vito memutuskan untuk ke bengkel tempat ia mempercayakan mobil Emma, ia berharap mobil Emma yang lecet mulai di perbaiki.

Sesampainya di tempat itu Vito kebingungan karena ia belum melihat mobil Emma ada di sana, padahal ia sudah memberikan kunci mobil itu sejak pulang kuliah tadi.

"Hey kau tadi mobil berwarna merah, tadi aku sudah meminta pegawai mu untuk mengambil nya," ucap Vito.

"Maaf mas, kami baru saja buka kembali, tadi siang sempat tutup sebentar."

"Ha.. Aku tidak salah kok. Tadi aku memberikan kunci mobil pada pegawai yang biasanya menangani mobil ku," ucap Vito yang mulai terlihat panik.

"Yang memakai topi dan baju berwarna biru?"

"Iya itu orang nya," ucap Vito.

"Maaf mas dia sudah tidak bekerja dari seminggu lalu, tadi dia memang datang untuk mengambil barang barang nya."

Vito sangat terkejut mendengar hal itu, ia bagai tersambar petir di siang bolong, rasanya begitu mustahil mobil Emma di bawa lari oleh orang yang pernah menangani mobil nya.

"Sebaiknya mas lapor ke polisi, mana tau bisa membantu mas menemukan mobil itu."

Vito kembali masuk ke dalam mobil dengan wajah yang pucat. Mau lapor ke polisi harus memerlukan persetujuan dari Emma, surat surat dan pemilik mobil itu Emma, ia tidak bisa asal lapor begitu saja.

"Kalau aku memberitahu nya pasti dia akan semakin marah pada ku, bisa tidak keluar nilai ku. Mana harga itu mobil hampir 1 M," ucap Vito.

Vito kembali ke rumah untuk memikirkan jalan mana yang aja ia ambil, ia mempunyai uang untuk mengganti mobil Emma tapi sangat sayang uang hasil kerja kerasnya ia gunakan untuk membelikan mobil orang lain.

Sesampainya di rumah, Vito terkejut melihat kakek nenek serta paman nya sedang berkumpul di rumah nya. Mereka semua orang yang sangat kaya, ini kesempatan Vito untuk mendapatkan uang tambahan.

Vito langsung bergabung dengan mereka semua, ia mengambil hati mereka dengan prestasi baru nya, satu keluarga hampir mendukung nya menjadi model. Jadi saat Vito mendapatkan prestasi baru mereka sangat senang mendengar nya, kesenangan mereka menjadi angin segar untuk Vito.

Pukul 8 malam, Vito masuk ke dalam kamar dengan mendapatkan beberapa cek dari keluarga nya, walaupun uang yang ia dapatkan belum separuh harga mobil Emma, ia sudah sangat bersyukur.

"Aku tidak mempunyai wa nya, besok aku akan langsung meminta nya. Sebenarnya dia cantik juga ya, aku jadi penasaran dengan Emma," batin Vito.

****

Keesokan harinya, Vito menunggu Emma di depan gerbang kampus, ia tidak ada kelas dengan Emma, jadi untuk bertemu dengan nya Vito memutuskan menunggu Emma di situ. Ia tidak ingin mencari Emma saat sudah dalam kampus nanti.

"Emma," teriak Vito saat melihat Emma berjalan masuk ke dalam kampus.

Emma membuang nafasnya dengan kasar, pagi ini ia merasa sangat sial bertemu dengan Vito.

Karena malas menanggapi Vito, Emma memutuskan untuk terus berjalan, ia yakin Vito hanya ingin membahas tentang mobil nya.

"Emma tunggu, mobil mu hilang," ucap Vito.

Sontak Emma langsung menghentikan langkah kakinya, ia juga langsung membalik tubuh nya.

"Apa kata mu," tanya Emma.

"Ikut aku." Vito menarik tangan Emma pergi dari tempat itu.

Vito membawa Emma ke kantin kampus, lebih enak berbicara dengan Emma di kantin karena banyak orang. Pagi pagi begini jarang orang ke kantin kampus.

"Ah sakit," ucap Emma.

"Eh maaf." Vito langsung melepaskan tangan Emma, tanpa sengaja Vito melihat tangan Emma yang terdapat luka memar.

"Kamu jatuh," tanya Vito.

"Tidak tidak papa.." Emma langsung menutup luka itu.

"Sakit pasti kan, sebentar." Vito beranjak dari tempat nya.

Emma merasa sangat bodoh karena menunjukkan memar nya pada Vito.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!