NovelToon NovelToon

Imamku, Surgaku

(1). Azzam Gibran Al-Hussein

Sebelum mulai membaca, ada yang pengen yii bilangin disini sama kalian.

Disclaimer!!

Ini itu ceritanya 100% fiksi ya bestie. NO REAL!. Dan juga segala sesuatu yang terjadi di cerita ini itu murni hanya sebuah khayalan semata.

Satu lagi, dilarang meniru adegan di dalam cerita ini di kehidupan asli bareng pacar!. KARENA ITU HARAM BESTIE. Kita harus tetap stay halal bestie. Kalau mau meniru adegan di dalam cerita ini, di pastikan sudah mempunyai pasangan halal ya bestie. Biar dapat pahala bukan malah dapat dosa😂

Oke segitu dulu. Semoga bisa di pahami ya. Dan semoga hari dan hati mu bahagia. Salam manis dari yii untuk kalian semua❤️.

"Pernikahan bukanlah sebuah tujuan, pernikahan adalah perjalanan panjang yang akan kau nikmati dengan pasanganmu"

- Bismillahirrahmanirrahim -

"Hanya satu tahun," ujar Husain menatap lurus ke arah lawan bicaranya.

"Lalu setelah satu tahun? Kita akan bercerai begitu?" tanya Azalea sengit.

Husain yang di tanya oleh Azalea menjawab dengan anggukan yang terlihat seperti ragu - ragu.

"What the --"

Mata cantik Azalea melotot memandang Husain. Bibirnya komat - kamit melontarkan segala sumpah serapahnya kepada pria dihadapannya yang sialnya Azalea akui ketampanannya melampaui batas.

Sepertinya ketika pembagian ketampanan, pria dihadapannya itu mengantri paling depan dan mengambil hampir seluruh ketampanan yang seharusnya dimiliki juga oleh manusia lain.

"Apa Bapak pikir pernikahan ini adalah sebuah mainan?" hardik Azalea.

"Tidak," jawab Husain singkat.

"Lalu kalau begitu kenapa Bapak malah membuat perjanjian pra nikah konyol seperti ini?"

"Ibu,"

"Ibu?" ulang Azalea. Wanita itu menatap bingung ke arah Husain.

Melihat wanita dihadapannya yang tak mengerti maksudnya, Husain lantas memberikan penjelasan.

Sebelum itu, pria berusia 28 tahun itu menghembuskan nafasnya sejenak.

"Ibu saya mengidap penyakit gagal ginjal. Dan dokter mengatakan bahwa usianya tak lama lagi. Menurut prediksi dokter, usia Ibu saya hanya tinggal 3 bulan lagi. Tapi itu juga belum tahu, karena dokter hanyalah manusia bukan Tuhan," jelas Husain dengan tatapan sendu.

Azalea yang melihat itu sedikit merasa kasian. Tapi ia juga berdecak kesal menatap Husain.

"Dokter bukan Tuhan yang tahu kapan manusia mati. Jadi jangan percaya sepenuhnya kepada dokter. Serahkan semuanya pada Allah,"

Husain mengangguk. "Saya tahu, tapi saya hanya ingin berantisipasi atas apa yang akan terjadi. Karena itu sebelum semuanya terlambat, saya ingin membahagiakan Ibu saya di saat - saat terakhirnya. Salah satunya dengan melihat saya menikah,"

Hening. Tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun setelah kalimat terakhir yang Husain lontarkan.

Azalea menggigit jarinya. Sungguh dirinya dilanda kebingungan saat ini. Entah bagaimana bisa takdir mempertemukan dirinya dengan Husain dan berakhir dengan permintaan konyol yang Husain lontarkan untuknya.

Pernikahan bukan sebuah mainan. Setiap manusia pasti ingin melakukan pernikahan hanya sekali seumur hidup. Tapi jika dihadapkan dengan situasi seperti ini, Azalea sangsi bisa melakukan pernikahan sekali seumur hidup jika ia menerima tawaran konyol itu.

Tapi jika ia menolak, maka habislah sudah dirinya. Ia akan di pecat dari perusahaan milik Husain.

"Haishh," gumam Azalea frustasi.

Husain menaikkan sebelah alisnya menatap bingung ke arah Azalea yang terlihat sangat frustasi.

"Jika kamu tidak mau, tidak masalah. Kamu hanya harus mengganti kerugian yang kamu akibatkan karena telah lalai," ujar Husain enteng.

Mendengar perkataan Husain, mata Azalea melotot horor.

Ganti rugi katanya? Ia harus bekerja berapa bulan demi mengganti kerugian akibat kelalaian dirinya.

"Tapi kalau kamu menerima tawaran saya, kamu tidak perlu mengganti rugi." lanjut Husain setelah menyesap kopi pesanannya.

"Kamu punya waktu lima hari dari hari ini untuk memberikan jawaban kepada saya,"

Lima hari.

Lima hari.

Lima hari.

"Aisshh," Azalea mengacak - acak rambut panjangnya dengan kasar. Wajahnya terlihat sangat frustasi.

Semenjak kejadian dimana dirinya menghilangkan berkas penting milik atasannya yang akan digunakan untuk meeting dengan investor, dan berakhir perjanjian konyol yang dilontarkan oleh atasannya agar dirinya tak perlu mengganti kerugian akibat kelalaiannya, Azalea sudah seperti orang gila. Rambut yang acak - acakan bahkan belum dikeramas sejak seminggu yang lalu, kantung mata yang menghitam, hidung yang meler akibat terlalu lama menangis dan baju yang compang-camping. Untung saja dirinya hanya di rumah. Karena sejak kejadian 2 hari yang lalu, dirinya diberikan libur atau lebih tepatnya di skors selama beberapa hari dari perusahaannya.

Sudah dua hari berlalu. Dan itu berarti tinggal tiga hari lagi.

Tok..tok

"Aza, ada atasan kamu diluar, Nak. Ayo turun temui atasan kamu," ujar Ibu Azalea dari luar kamar.

Azalea meringis. Dengan kondisi dirinya yang seperti gembel kenapa malah ada yang ingin menemuinya. Tapi jika dirinya dalam kondisi yang rapi dan cantik, malah tidak ada yang datang ke rumahnya dan bertemu dengannya.

"Iya Ibu, sebentar," sahut Azalea.

Azalea hanya mencuci wajahnya dan mengganti pakaiannya. Tak lupa memakai kerudung untuk menutupi rambutnya.

Suara seseorang menuruni anak tangga terdengar sampai ke telinga ayah, ibu dan juga Husain yang ternyata sudah menunggu dirinya sembari berceloteh ria dengan kedua orang tuanya.

"Ini anaknya udah turun, kalau begitu Ayah sama Ibu mau ke kamar dulu," pamit ayah.

"Iya, Yah,"

Setelah ayah dan ibu Azalea pamit, Azalea mendudukkan dirinya di kursi yang bersebrangan dengan Husain.

"Ada apa Bapak datang ke rumah saya? Tapi sebelum itu, darimana Bapak tahu saya tinggal disini?" tanya Azalea bertubi - tubi.

"Satu - satu, Aza," jawab Husain lembut.

Heol. Azalea menatap tak percaya pada Husain. Untuk pertama kalinya dirinya mendengar Husain berucap dengan lembut. Padahal sudah hampir 2 tahun ia bekerja di perusahaan Husain sebagai seorang desainer busana, Husain tak pernah berucap dengan lembut seperti itu, malah dirinya akan berucap dengan nada tegas dan sedikit ketus.

"Oke, kamu mau saya menjawab pertanyaan kamu yang mana dulu, hm?" tanya Husain.

Deg.. Deg.

Jantung Azalea berpacu dengan cepat. Mendengar kata 'hm' diakhir kalimat Husain, Azalea mendadak salting. Katakanlah dirinya lemah.

Azalea menghela nafasnya sejenak demi mengusir kegugupan dirinya.

"Bapak tahu rumah saya darimana?" tanya Azalea.

"Dari data diri kamu," jawab Husain santai.

"Terus Bapak mau ngapain kesini?" tanya Azalea lagi.

"Melamar kamu di hadapan kedua orang tua kamu," jawab Husain enteng.

Melihat wajah Azalea yang mendadak cemas, Husain terkekeh kecil.

"ASTAGFIRULLAHAL'ADZIM, A'UDZU BILLAHI MINAS-SYAITHONIR-RAJIMI," pekik Azalea histeris.

"Kamu ngapain baca ta'awudz?" tanya Husain bingung.

"Meminta perlindungan kepada Allah agar terhindar dari setan yang terkutuk," jawab Azalea masih dengan histeris.

Husain sebenarnya ingin marah ketika mendengar ucapan Azalea barusan, namun urung kala melihat wajah cemas bercampur histeris Azalea yang cukup menggemaskan baginya.

Dengan sedikit hati - hati, Husain meletakkan tangannya di atas kepala Azalea. Hal itu sontak membuat Azalea seketika terdiam kaku. Melihat sedikit peluang, Husain memejamkan matanya masih dengan tangan kirinya berada di ubun - ubun Azalea. Sedangkan tangan kanan-nya menengadah seperti orang tengah berdo'a.

"Allaahumma innaka antal azizul kabir. Wa anaa abduka adhdhoiifudzdzaliil. Alladzii laa haula wa laa quwwata illaa bika. Allaahumma sakhkhir lii ... (Azalea Hilya Meccayla) kama sakhkhorta firauna li musa. Wa layyin li qolbahuu kama layyantalhadiida li dawuda. Fa innahu la yantiqu illa bi idznika. Nashiyatuhuu fii qobdhatika. Wa qolbuhuu fi yadiKka. Jalla tsanau wajhik. ya arkhamar rakhimiin. Aamiin,"

Entah bisikan darimana, secara naluriah, Azalea turut mengaminkan do'a yang Husain lantunkan secara tiba - tiba.

Dan ajaibnya, Azalea yang tadinya histeris karena tak ingin tiba - tiba di lamar oleh Husain, sekarang malah mendadak terdiam dan seolah pasrah jika Husain ingin melamarnya.

"Kalau diam gini kan cantik," ujar Husain tiba - tiba sambil menepuk tiga kali ubun - ubun Azalea dengan lembut.

"Bapak gak lagi pelet saya kan?" tanya Azalea sinis.

Husain terkekeh geli.

"Iya. Tapi pelet saya bukan berasal dari setan,"

"Terus,"

"Pelet saya berasal dari Allah. Dan itu lebih menjanjikan daripada pelet yang berasal dari setan," jelas Husain.

- To Be Continue -

(2). Ijab Kabul

"Astagfirullahal'adzim, Aza. Kamu dari tadi masih nangis? Udah dong, Nak,. Nanti kalau kamu nangis terus makeup nya jadi luntur." tutur Ibu sambil mengelap lembut air mata Azalea.

Azalea masih saja sesegukan menangis. Meratapi jalan takdirnya yang serba tiba - tiba. Tiba - tiba lulus kuliah, tiba - tiba keterima kerja, tiba - tiba beli mobil dengan hasil jerih payah sendiri, tiba - tiba terkena masalah dan sekarang tiba - tiba menikah?

"Aza, dengar Ibu," kali ini Azalea bisa melihat sorot mata ibunya yang serius.

"Setelah ini, kamu akan menjadi seorang istri, lalu jika diizinkan Allah, kamu juga akan menjadi seorang ibu. Nak, hidup itu tak semuanya sesuai dengan keinginan kita. Melainkan sesuai dengan ketentuan Allah. Yang harus kamu lakukan adalah sabar dan menjalankannya dengan ikhlas dan ridho. Ibu tahu kamu bisa melewati segalanya karena itu Allah memilihkan jalan ini. Jadi jangan menyesal ya, nak," pesan ibu.

Dengan linangan air mata, Azalea mengangguk. Setelahnya ia memeluk erat tubuh ibu. Karena setelah ini, ia pasti akan jarang bertemu dengan ibu dan ayahnya.

"Kamu harus menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Lakukan semuanya dengan niat kepada Allah SWT, maka kamu akan ikhlas dan bahagia," lanjut ibu lagi.

"Iya Ibu, terimakasih atas nasehatnya,"

"Ibu masih akan tetap menjadi Ibu Aza. Jadi jika ada sesuatu yang membuat Aza ragu, selain kepada Husain, Aza masih bisa berkeluh kesah pada iIbu,"

"Iya, Ibu,"

Karena terlalu larut, Azalea dan ibu bahkan tidak sadar jika pengucapan ijab kabul sudah selesai. Dengan kata lain, Husain dan Azalea sudah resmi menjadi pasangan suami istri sah secara agama dan juga hukum.

Kak Ina yang merupakan kakak kandung Azalea membuka pintu kamar Azalea dengan pelan. Dapat Azalea lihat raut wajah kakaknya yang terlihat bahagia ketika memandangnya.

"Ayo Aza kita ke depan, suami kamu sudah menunggu," ujar kak Ina.

Dengan perasaan campur aduk dan jantung yang berdetak kencang, Azalea menyambut uluran tangan kak Ina dan juga ibu.

"Bismillahirrahmanirrahim," ujar Azalea lirih.

Azalea sudah berdiri di depan Husain yang kini telah berganti status menjadi suaminya, kegugupan Azalea mendadak bertambah berkali - kali lipat. Bahkan rasanya tubuh Azalea akan merosot jika saja kedua tangannya tak di pegang oleh kak Ina dan ibu.

Setelah duduk berdampingan dengan Husain, penghulu menyodorkan berkas - berkas pernikahan mereka berdua untuk ditandatangani. Dirasa semua berkasnya sudah selesai ditandatangani, kini penghulu menginstruksikan Azalea untuk mencium punggung tangan Husain.

"Mempelai perempuannya dipersilahkan untuk mencium punggung tangan mempelai laki - laki,"

Mendengar ucapan dari penghulu, perasaan Azalea bertambah gugup. Rasanya sekujur tubuh Azalea mendadak bergetar karena sangking gugupnya.

"Ayo, Aza dicium tangan suami kamu," ujar ibu lembut.

Ketika tangan Azalea hampir menyentuh tangan Husain, tiba - tiba saja Azalea menarik kembali tangannya.

Husain yang menyadari kegugupan Azalea, lantas mengambil inisiatif dengan lebih dulu menggapai tangan Azalea untuk ia genggam. Sontak saja hal itu membuat Azalea terkejut.

Dengan tangan yang bergetar, bahkan Azalea yakin bahwa Husain menyadari tangannya yang bergetar, Azalea membawa punggung tangan Husain untuk ia cium dengan takzim.

"Alhamdulillah," seru tamu undangan yang sepertinya sudah greget menunggu Azalea mencium punggung tangan Husain.

"Setelah ini, giliran mempelai laki - laki yang mencium kening mempelai perempuan," ujar penghulu lagi.

Sebelum mencium kening Azalea, Husain meletakkan tangan kirinya di ubun - ubun Azalea. Sementara tangan kanannya menengadah. Azalea yang melihat hal itu, sontak langsung menengadahkan kedua tangannya mengikuti apa yang Husain lakukan.

Sudut bibir Husain terangkat membentuk sebuah senyuman manis di bibirnya. Gemas sekali melihat tingkah polos istrinya.

Kedua mata Husain terpejam. Dengan khusyuk Husain memanjatkan do'a khusus untuk istrinya.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih. AAamiin,"

Selesai melantunkan do'a, Husain mencium kening Azalea dengan lembut. Sangking lembutnya, Azalea bahkan sampai memejamkan matanya meresapi setiap desiran hangat di dadanya.

Husain yang menyadari Azalea masih memejamkan matanya berinisiatif menggoda Azalea.

Ia dekatkan wajahnya ke telinga kanan Azalea lalu membisikkan kalimat yang mempu membuat Azalea dilanda salting brutal.

"Kamu cantik banget, sayang. Saya beruntung Allah izinkan menikahi kamu dan menjadi imam kamu dunia akhirat,"

Blush

Kedua pipi Azalea menghangat. Senyumannya tak dapat lagi ia tahan.

"Kayaknya kamu kebanyakan pakai blush on deh, sayang. Merah banget itu pipinya." goda Husain sembari mengelus lembut kedua pipi Azalea.

Tamu undangan yang melihat keromantisan pengantin baru itu hanya dapat menggigit jari sambil mendumel. Apalagi bagi mereka yang jomblo.

"Romantisnya dilanjutin lagi nanti ya, kasian itu para tamu yang menyaksikan keromantisan kalian berdua, apalagi yang jomblo," ujar kak Ina sedikit menggoda.

Husain terkekeh kecil mendengar sindiran disertai godaan yang kak Ina lontarkan. Sedangkan Azalea memilih menundukkan kepalanya. Terlalu malu untuk sekedar menatap para tamu.

...-HUSAIN dan AZALEA-...

Husain dan Azalea kini berada di dalam kamar Azalea yang sudah di sulap secantik dan semenarik mungkin. Keduanya tampak grogi dan juga gugup.

Husain sedikit berdehem sebelum dirinya membuka suara.

"Saya mau sholat sunnah," ujar Husain tiba - tiba.

Azalea yang mendengar itu sontak berdiri dari duduknya.

"Oke. Saya siapin sajadah dan sarungnya." setelah mengatakan itu, Azalea langsung berjalan menuju lemarinya untuk mengambil sarung dan juga sajadah untuk Husain. Sementara Husain sendiri sedang berada di dalam kamar mandi untuk melakukan wudhu.

Melihat Husain yang akan melaksanakan sholat sunnah, Azalea mendadak ingin ikut berjama'ah dengan Husain.

"Eh tunggu. Saya boleh ikut?" tanya Azalea dengan wajah polos dan memohonnya.

Husain menarik sudut bibirnya. Jika tidak ingat ia sudah dalam keadaan berwudhu, maka ia akan berlari menerjang sang istri dengan banyak ciuman. Terlalu gemas sampai hampir kehilangan kendali.

"Boleh, sayang. Saya tunggu," ujar Husain.

Selesai melakukan sholat sunnah, Husain dan Azalea kembali duduk di tepi ranjang.

"Azalea bolehkah saya berkata jujur? Karena saya ingin terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan rumah tangga kita," tanya Husain memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Tentu, silahkan. Saya akan mendengarkannya," jawab Azalea dengan gugup.

"Istriku, maafkan saya, karena sesungguhnya sebelum saya menikah dengan kamu, saya telah lama mengagumi dan memendam rasa cinta kepada seorang gadis. Tapi pada akhirnya saya menikahi kamu. Kamu adalah istri saya dan saya adalah imam kamu, maka dari itu, mari kita berdua bersama - sama membangun keluarga yang diridhoi Allah," ujar Husain lembut.

Mendengar penuturan Husain, Azalea lantas mendongak menatap netra pekat milik sang suami. Dadanya terasa sakit mendengar penuturan yang Husain lontarkan padanya.

Sedangkan Husain yang melihat mata Azalea berkaca - kaca menjadi panik. Di dekatinya Azalea yang masih melihat dirinya dengan mata yang berkaca - kaca.

"Istriku, cintaku, Azalea sayang, astagfirullahal'adzim, maaf sayang. Saya tak ada maksud ingin menyakiti kamu. Demi Allah saya hanya ingin jujur padamu. Saat ini kamulah pemilik cintaku. Ratu yang menguasai hatiku," ujar Husain menenangkan.

Azalea blushing.

"Lalu kenapa kamu menikahi saya jika kamu mencintai gadis lain?" tanya Azalea menuntut.

"Gadis itu kamu sayang. Saya sudah lama memendam perasaan sama kamu. Karena itu saya melamar kamu di depan kedua orang tua kamu dan menjadikan kamu istri saya. Selain ingin membuat ibu saya bahagia di sisa - sisa umurnya, saya juga ingin meminang kamu untuk saya jadikan ratu di hati saya," jelas Husain lagi.

Azalea mengulum senyum malu - malu. Dan itu terlihat sangat lucu dimata Husain.

"Boleh saya memeluk kamu, cintaku?" pinta Husain lembut.

Mendengar permintaan pertama suaminya, Azalea mengangguk malu - malu.

Sedetik kemudian, Azalea bisa merasakan pelukan hangat dan nyaman selain pelukan ayahnya.

"Terimakasih sudah sudi menerima saya sebagai suami kamu," tutur Husain lembut.

"Lalu bagaimana tentang one years marriage agreement?" tanya Azalea cemberut.

"Batal, cintaku. Saat itu saya hanya melakukan siasat agar kamu masuk dalam jebakan saya," jawab Husain sambil terkekeh.

"Bapak nyebelin juga ya. Saya udah capek-capek galau dan nangis. Eh malah di prank," sahut Azalea sinis.

Cup

Husain mencium gemas bibir Azalea dengan tiba-tiba.

"Bapak kok cium - cium saya sih," rajuk Azalea.

Cup.

Sekali lagi, Husain kembali mencium bibir Azalea dengan gemas.

Sebelum Azalea kembali protes, Husain terlebih dahulu menyampaikan keinginannya.

"Kamu dilarang memanggil saya dengan panggilan bapak. Kalau kamu panggil saya dengan panggilan bapak, maka saya akan hukum kamu dengan mencium bibir kamu. Paham, cintaku?"

Azalea mendengus malas. Tapi tak urung kepalanya mengangguk mengiyakan ucapan Husain.

- To Be Continue -

Fyi, aku terinspirasi dari kisah malam pertama anak kesayangan nabi Muhammad SAW, yaitu Fatimah dengan suaminya, Ali.

(3). Sholat Tahajud bareng.

Jam masih menunjukkan pada pukul 3 dini hari. Atau banyak yang menyebutkannya dengan sebutan sepertiga malam. Dimana di waktu ini Arsy Allah terbuka luas membentang. Rembulan tersenyum bersama gemintang. Banyak sholat dan do'a yang di langitkan di kala banyak mata yang terpejam.

Husain menggeliat dalam tidurnya. Dengan perlahan matanya terbuka. Memandang lurus ke depan di mana sang istri tertidur lelap.

Cantik.

Ada banyak kata yang sebenarnya ingin Husain jabarkan tentang betapa indahnya Allah menciptakan rupa dan akhlak istrinya. Namun rasanya akan memakan banyak waktu untuk menjabarkan semuanya, karena itu Husain hanya memilih kata cantik untuk menjabarkannya. Bahkan saat ini wajah cantik itu bertambah cantik berkali - kali lipat kala rembulan menempatkan cahayanya di atas wajah Azalea.

Cup.

Husain kecup bibir ranum istrinya yang sedikit terbuka pertanda betapa pulasnya tidur sang istri.

"Cintaku, ayo bangun. Kita sholat tahajud berjamaah." bisik Husain sembari mengusap lembut pipi chubby kemerah - merehahan Azalea.

Azalea hanya bergumam sambil menggeliat. Tak berniat menimpali atau bahkan sekedar membuka mata. Gadis cantik itu malah menyamankan posisi menjadi memeluk Husain.

Sedangkan Husain yang mendapatkan pelukan hangat tiba - tiba dari Azalea langsung mengulum senyum manisnya.

"Istriku, cintaku, sayangku, bidadariku, ayo bangun." bisik Husain sekali lagi. Berharap kali ini Azalea akan membuka sedikit matanya.

"Lima menit lagi, Ibu," gumam Azalea tanpa mau membuka mata.

Lagi - lagi Husain terkekeh. Gemas sekali dengan istrinya.

"Ini saya, suami kamu, cintaku." bisik Husain lembut.

Mata yang semula tertutup rapat kini mulai mengerjab.

"Assalamu'alaikum, cintaku," sapa Husain kala netra jernih Azalea terbuka.

Azalea terkejut melihat adanya seorang pria di sampingnya. Hampir saja gadis itu melayangkan sebuah pukulan, namun dengan cepat Husain menangkap kepalan tangan mungil Azalea.

"Saya suami kamu, cinta. Lihat buktinya kita pakai cincin yang sama." ujar Husain lembut. Tangan kanannya yang tersemat cincin nikah mereka ia sandingkan dengan tangan kanan Azalea yang juga tersemat cincin berlian yang sangat indah.

Azalea termenung. Setelah satu menit berjalan ia baru mengingat bahwa saat ini statusnya sudah berganti menjadi seorang istri.

"Maaf, Aza lupa," ucapnya lirih.

"Gapapa, sayang,"

Melihat mata Azalea yang akan tertutup kembali, Husain terkekeh. Dengan gemas ia mencium pipi Azalea. Anggap saja itu morning kiss darinya.

"Ayo bangun, sayangku. Kita sholat tahajud berjamaah," ajak Husain di sela - sela ciumannya di pipi Azalea.

"Engg, Aza masih ngantuk," protesnya dengan raut kesal.

"Sini saya bantu ke kamar mandi,"

Husain menggendong tubuh mungil Azalea menuju ke kamar mandi. Awalnya wanita itu terkejut, namun setelahnya ia malah menyamankan dirinya di pelukan Husain. Lagi - lagi tingkah istrinya mampu membuat Husain gemas.

Dengan hati - hati Husain mendudukkan Azalea di atas wastafel. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan bobot tubuh Azalea, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk membuka air keran. Dengan lembut Husain basuh tangannya yang basah ke arah wajah Azalea.

"Dingin," rengek Azalea.

"Tahan ya, sayangku,"

Setelah selesai membasuh wajah Azalea, Husain bergantian membasuh wajahnya.

"Sayangku, mau gosok gigi sendiri atau saya bantu, hm?" bisik Husain di telinga Azalea.

Mata Azalea seketika terbuka sempurna.

"Aza sendiri aja," sahutnya.

"Ya sudah,"

Husain mengambilkan sikat gigi milik Azalea, lalu menuangkan pasta gigi di atas sikat gigi milik Azalea. Setelahnya ia melakukan hal yang sama pada sikat gigi miliknya.

"Kenapa ngeliatnya kayak gitu?" tanya Azalea di sela gosok giginya.

"Saya cemburu," ujar Husain to the point.

"Cemburu kenapa?"

"Saya cemburu karena sikat gigi itu sudah berani menyentuh bibir dan gusi kamu," protes Husain.

Blush

Pipi Azalea mendadak hangat. Tak ingin malu, Azalea menundukkan wajahnya agar Husain tak dapat melihat pipinya yang memerah. Namun karena posisi Azalea yang tengah duduk di atas wastafel, sementara Husain berdiri di sela kedua kaki Azalea, tentu membuat Husain masih bisa melihat wajah Azalea yang sudah memerah.

"Kamu cantik kalau lagi blushing, cintaku," puji Husain tulus.

"Bapak bisa diem gak. Gak baik untuk kesehatan jantung saya," ujar Azalea sedikit kesal.

Cup

Azalea terbelalak kaget kala Husain mencium bibirnya.

"Kan sudah saya bilang cintaku, dilarang panggil saya dengan sebutan bapak,"

"Terus panggil apa?" tanya Azalea polos.

Husain mengedikkan bahunya acuh. Melanjutkan menyikat giginya kembali.

"Terserah kamu mau manggil saya apa,"

Azalea membuat gerakan berpikir yang mana hal itu membuat Husain tersenyum.

"Gimana kalau panggil sayangku?"

Husain hampir saja limbung kala mendengar panggilan romantis dari bibir mungil Azalea.

"Atau cintaku? Sama kayak kamu yang manggil Aza dengan panggilan cintaku," lanjut Azalea.

Husain hanya diam sambil meremas sikat gigi di tangannya. Menahan diri untuk tidak salting di depan Azalea.

"Kalau panggilan suamiku sudah mainstream. Bagaimana dengan panggilan Habibi?"

"Ah tidak, seperti panggilan yang cocok untuk suamiku ini adalah Zauji,"

"Berhenti, sayang. Saya tidak menjamin bisa menahan diri kalau kamu masih terus menggoda saya dengan memanggil dengan panggilan mesra seperti itu," ujar Husain dengan nada rendahnya.

Azalea hanya terkikik geli.

"Oke, oke, sorry. Jadi kesimpulannya, Aza panggil suami Aza dengan panggilan abang kalau lagi di depan umum. Tapi kalau lagi berduaan kayak gini, Aza akan panggil dengan panggilan mesra. Bagaimana?" ujar Azalea bernegosiasi

"Terserah cintaku saja," jawab Husain lembut.

Setelah percakapan mereka selesai, Husain menuntun Azalea untuk melakukan wudhu bersama agar segera melaksanakan sholat tahajud sebelum adzan subuh berkumandang.

Dengan di imami Husain, sholat tahajud empat raka'at di sambung dengan sholat qobliyah subuh dan sholat subuh itu terlaksana dengan khusyuk. Banyak dosa yang dibawa kala diri berukuk dan bersujud kepada Allah. Dan banyak do'a serta harapan dilangitkan kala tangan menengadah meminta pada sang pencipta.

Karena terlalu lama berdzikir pagi, Azalea kembali menutup matanya dengan bibir yang tetap masih berdzikir mengikuti dzikir yang Husain lantunkan. Namun lama kelamaan, bibir Azalea terkatup bersamaan dengan kepalanya yang menunduk.

Husain yang baru saja menyelesaikan segala dzikir paginya, membalikkan badannya menghadap ke arah sang istri.

Senyumnya terukir. Dengan gerakan lembut, Husain mengelus kepala Azalea yang berbalut mukena berwarna putih susu.

Setelah puas mengelus dan menatap wajah cantik Azalea yang tertidur. Husain membangunkan Azalea yang tertidur dengan penuh cinta, "Sayang, ayo bangun dulu. Tidurnya jangan kayak gini. Nanti pinggangnya sakit"

Dengan perlahan mata Azalea terbuka. "Ngantuk," rengeknya manja.

"Sini saya bukain mukenanya," ujar Husain.

Dengan gerakan pelan dan lembut, Husain membuka mukena Azalea. Setelah mukena Azalea dilepas, Husain membawa tubuh mungil Azalea dalam gendongannya menuju ranjang tidur mereka. Menyelimuti tubuh Azalea dan mengecup sayang keningnya.

"Selamat tidur, cintaku." bisiknya lembut.

Husain kembali berbalik menuju tempat dimana sajadah mereka berdua masih terbentang. Melipat mukena Azalea dan sajadah yang mereka kenakan untuk sholat. Setelah selesai, tanpa melepas sarung yang ia kenakan, Husain bergabung dengan Azalea di atas ranjang mereka.

- To Be Continue -

Fyi, aku cari referensi part ini dari tiktok dan juga google. Aku lebih suka mengambil kisah romansa tentang nabi dan sahabat nabi yang menurut aku lebih romantis. Jadi jangan heran kalau ada beberapa part yang mirip dengan kisah nabi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!