NovelToon NovelToon

You'Re My Destiny

1. Kontrak Pernikahan.

'Praak!!!'

"Baca dan tanda tangani surat ini!!." Suara tegas dan dingin menyertai sebuah lemparan map di atas meja tepat di hadapan seorang gadis yang masih mengenakan baju seragam khas baby sitter.

"Apa ini,Tuan?" Tanya sang gadis dengan polos.

"Aku suruh baca!! Bukan malah bertanya balik!!" Suara ketus dan dingin itu kembali keluar dari mulut si pria yang berdiri di depan si gadis sambil bersedekap.

Gadis tersebut mengambil map coklat tersebut dan mengeluarkan isinya. Perlahan, ia pun mulai membaca isinya tanpa terlihat ada perubahan di raut wajahnya yang nampak mengantuk.

'Surat kontrak pernikahan'

Itulah yang sedang di bacanya. Ada beberapa poin yang di selipkan oleh si pria di dalam kontrak tersebut, salah satunya pernikahan mereka hanya akan berlangsung selama 3 bulan saja. Sungguh pernikahan sangat singkat,bukan?

Setelah membaca semua isi di dalam kontrak tersebut, sang gadis segera mengambil pulpen yang terletak di samping map tadi dan membubuhkan tanda tangannya di sana tanpa mengajukan protes apapun pada si lelaki.

Melihat itu, jelas saja laki laki tersebut mengernyit. Sedikit heran karena gadis itu langsung menandatangani surat kontrak tersebut tanpa protes atau berpikir.

'Dilara Pramesti'

Itulah nama yang di bubuhkan sang gadis di bawah tanda tangannya.

" Ini, Tuan. Saya sudah baca dan tanda tangani" ucapnya sambil menyerahkan secarik kertas tersebut kepada lelaki yang melihatnya dengan tatapan aneh dan datar.

"Hemm..Kamu tidak ada pertanyaan atau protes?" tanyanya sedikit heran.

Dilara tersenyum tipis seraya menggeleng.

"Memang kalau saya mau protes, Tuan akan membatalkan kontrak ini?" Tanyanya balik dengan gaya santai bak di pantai.

Si pria bungkam. Tak menyangka akan mendapat pertanyaan balik dari si gadis.

"Oke. Kalau begitu setelah kontrak ini berakhir kamu harus segera menghilang dari kehidupanku. Aku tidak mau hidupku terkekang karena pernikahan paksa ini" ucapnya seraya mengambil map tersebut dan membawanya pergi dari hadapan Dilara.

"Huft"

Dilara menarik napas setelah lelaki itu menghilang di balik tembok yang menjadi penghalang dengan tempatnya berada saat ini.

"Aku sudah yakin jika akan begini" gumamnya seraya bangkit dari duduknya dan menuju ke kamarnya yang tak jauh dari ruangan tersebut.

Ke esokan harinya..

"Wah..Kamu cantik sekali Dila. Bunda sampai pangling melihatmu" puji Rubiana takjub dan kagum melihat kecantikan Dilara setelah selesai di poles oleh MUA profesional yang di datangkan untuk meriasnya.

"Makasih, Nyonya.Jangan memuji Dila seperti itu nanti aku jadi kegeeran" wajah Dila tersipu malu mendapat pujian calon mertuanya tersebut.

"Tapi kamu memang beda banget,loh. Benar ,kan Mbak?" Rubiana bertanya kepada seorang wanita yang sedang menggulung rambut Dila.

"Benar, Nyonya. Saya setuju dengan Anda. Saya saja yang meriasnya tadi sempat pangling" imbuh wanita tersebut menimpali ucapan Rubiana yang semakin membuat Dilara jadi salah tingkah.

"Tuh,kan bukan Bunda saja yang berkata begitu. Bunda memang tak salah memilih kamu jadi menantu selain cantik,kamu juga keibuan sampai sampai baby Ken sudah lengket sama kamu dan tak mau lagi Bunda gendong" Rubiana pura pura mencebikkan bibirnya.

"Itu karena Nyonya sekarang sudah jarang menemani baby Ken karena sibuk" Dilara terkekeh melihat mimik calon mertuanya itu.

"Mungkin juga ya" Rubiana menghela napasnya karena sejak mempekerjakan Dilara sebagai baby sitter baby Ken, ia selalu saja sibuk mendampingi suaminya mengurusi perusahaan mereka.

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Dilara Pramesti binti Harun dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai!!" Dengan lantang dan lancar Teuku Alif Prasetya mengucapkan ijab kabul di depan penghulu yang sekaligus wali untuk Dilara Pramesti karena ayah gadis itu sudah tiada.

"Bagaimana saksi? Sah?" Tanya penghulu.

"Sah!!" Serentak semua yang hadir di ruangan itu menjawab.

Penghulu tersebut pun membacakan doa dan setelahnya menyuruh pasangan pengantin itu untuk saling bertukar cincin.

"Selamat ya Dila, sekarang kamu sudah resmi jadi istrinya Alif dan ibu baby Ken" Rubiana memeluk erat Dilara setelah semua prosesi pernikahan selesai.

"Terima Kasih,Nyonya" jawab Dila sendu.

"Eh? Mulai sekarang panggil Bunda dong. Kamu ,kan sudah jadi menantu yang berarti anak Bunda juga" ucap Rubiana protes.

"I_Iya,Bunda" Dila gugup menjawab ucapan wanita paruh baya yang sudah sah menjadi mertuanya itu.

"Gantian dong,Bun. Masa kamu aja yang kasih ucapan selamat kepada menantu kita. Ayah juga mau memberi ucapan" celetuk seorang pria yang dari tadi berdiri di samping Rubiana dan jadi penonton drama dua wanita beda generasi tersebut.

Dia adalah Teuku Rizal Bimantara ayah dari Alif.

"Eh, maaf, Yah. Bunda sampai lupa" Rubiana terkekeh sambil enggan melepaskan pelukannya pada Dila.

"Selamat ya Dila. Semoga kamu bisa menjaga dan mengurus anak serta cucu kami dengan baik. Ayah percayakan mereka berdua dalam penjagaan kamu" dengan lembut Rizal mengusap kepala dan lengan Dila.

"Ck..Ayah ini bicara apa sih? Memangnya Dila itu bodyguard apa malah di suruh menjaga anak sama cucu kita? Yang benar itu, Alif yang menjaga mereka berdua, gimana sih?" Rubiana protes sebelum Dilara sempat menjawab ucapan selamat dari Ayah mertuanya tersebut.

"Insya Allah,Yah. Dila akan melaksanakan perintah Ayah" Dilara memjawab dengan tersenyum sebelum perdebatan itu makin memanjang.

"Ck...Bukannya Ayah dan Bunda harus segera ke Bandara sebentar lagi?" Suara ketus Alif menginterupsi suasana haru tersebut. Sepertinya ia cukup jengah berada disana berlama lama.

" Kamu ini kenapa,Lif? Hari ini hari pernikahan kamu tapi kenapa wajahmu kusut begitu? Dan apa tadi? Kamu mengusir kami?" Rubiana beralih pada putranya dengan cemberut.

"Siapa yang mengusir,Bun? Bukankah kalian bilang pesawatnya berangkat jam 11? Nah, sekarang sudah jam 9. Nanti kalau terlambat gimana?" Jawab Alif mengingatkan jadwal pesawat orang tuanya.

" Alif benar,Bun. Kita harus segera berangkat sekarang, takut nanti macet di jalan" kali ini Rizal membela anaknya itu.

"Baiklah, Yah." Ucap Rubiana akhirnya mengalah. "Dila, Bunda sama Ayah titip Alif dan Baby Ken sama kamu ya? Tolong jaga mereka dengan baik. Dan kalau ada masalah jangan segan beritau Bunda" sambungnya menatap Dila dengan tatapan memohon.

"Iya,Bun. Ayah sama Bunda jaga kesehatan di sana ya." Ucap Dila yang juga merasa berat hati untuk melepas mertuanya tersebut untuk pergi.

"Alif, kamu harus memperlakukan Dila dengan baik. Jangan membuatnya sedih" kembali Rubiana menoleh pada putranya yang dari tadi terlihat sangat tidak nyaman bersama mereka.

"Iya,Bun" jawab Alif singkat.

"Ayo,Ken cium Oma sama Opa dulu. Mereka mau pergi,loh"  Dilara mengambil baby Ken dari Bi Marni yang sedari tadi bertugas menjaga bayi itu selama acara berlangsung.

Setelah mencium cucunya sampai puas, Rubiana dan Rizal pun meninggalkan ruang tamu yang di jadikan tempat ijab kabul tadi dan menuju halaman.

"Malam ini Aku tidak pulang. Jadi pastikan menutup semua pintu dengan baik!!!" Sambil berjalan melewati Dilara yang berdiri di teras yang menggendong baby Ken, Alif berkata ketus dan meninggalkan keduanya untuk mengantar orang tuanya ke Bandara.

2. Sengaja Menyentuh?

"Setelah kami kembali dari London, sebaiknya kamu segera resmikan pernikahan kalian ke kantor KUA agar seluruh dunia tau jika kamu sudah menikah, Alif" suara tegas Teuku Rizal memecah keheningan di dalam mobil yang di setir oleh Alif menuju bandara.

"Apa harus,Yah? Bukankah pernikahan siri juga sudah sah?" Jawab Alif malas

"Memang sudah sah tapi hanya di mata agama saja dan tidak di mata hukum. Ayah tidak mau nanti anak kamu yang lahir dari Dila tidak di catat dan tidak di akui negara. Cukup Kenzi saja yang mengalami nasib malang itu" lagi lagi suara Teuku Rizal terdengar tegas memperingatkan putranya yang pernah melakukan kesalahan fatal sehingga lahirlah baby Ken ke dunia.

Terdengar helaan napas berat dari bibir Alif. Lelaki berjambang tipis itu tidak menanggapi lagi ucapan sang ayah karena mengingat betapa besarnya salahnya di masa lalu.

Setelah pesawat yang di tumpangi kedua orangtuanya berangkat, Alif menuju Mall tempatnya bekerja selama ini.

Dan di sinilah dia sekarang. Duduk di kursi kebesarannya dan menyandarkan punggung di sandaran kursi empuk tersebut sambil memejamkan matanya.

Pikirannya begitu kacau karena pernikahan mendadak yang di rencanakan oleh bundanya. Apalagi melihat istri barunya itu yang sungguh sangat di bencinya karena begitu mudah menerima perjodohan itu.

"Aku akan membuatnya benar benar menyesal karena menikah denganku. Pasti dia melakukan itu karena bunda memberikannya banyak uang. Dari penampilannya pertama kali datang ke rumah dia terlihat begitu gembel" monolognya sinis.

Dan demi menjalankan rencananya itu,Alif yang mengatakan tidak akan pulang ke rumah orang tuanya segera mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan ruang kerjanya.

Dia berubah pikiran dan akan memulai aksinya untuk menyingkirkan baby sitter Ken itu dari hidupnya selagi orang tuanya tidak di rumah.

"Pak, ada beberapa investor yang ingin menemui Anda siang ini untuk membahas kerja sama mengenai pembangunan restoran di kota Medan" ucap Stefy sekretaris pribadi Alif ketika lelaki itu baru membuka pintunya.

Alif melirik sekilas pada sekretarisnya yang mengenakan baju ketat dan juga rok span ketat di atas lutut hingga menampakkan lekuk tubuhnya yang montok itu.

"Kamu handle dulu semua urusan pekerjaan. Hari ini saya tidak ingin di ganggu."

Selesai mengatakan itu Alif meninggalkan Stefy yang terbengong di depan pintu.

"Kenapa dengan Pak Alif hari ini? Tidak biasanya meninggalkan pekerjaan. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Gumamnya keheranan melihat tingkah atasannya yang tidak lazim.

Satu jam kemudian Alif tiba di rumah mewah bertingkat dua milik orang tuanya. Sebenarnya dia tinggal di sebuah apartemen mewah di pusat kota yang letaknya tidak jauh dari mall tempatnya bekerja. Namun sejak kehadiran Baby Ken, Rubiana mengajak mereka tinggal di rumah itu supaya dia bisa merawat bayi itu karena Alif pasti tidak bisa mengurusnya sendiri.

Dilara yang baru saja membuatkan susu untuk baby Ken terkejut melihat kedatangan Alif.

"Loh, Tuan bukannya Anda bilang tadi tidak akan pulang malam ini? Tapi kenapa siang siang malah sudah datang?" Tanyanya basa basi.

"Jaga bicaramu. Ini rumahku jadi aku mau pulang atau tidak itu terserahku. Jangan mencampuri urusanku, ingat poin di dalam surat kontrak itu!" Jawab Alif tajam dan terkesan tak suka.

Dilara menggedikkan bahunya acuh. Memang salahnya karena membuka mulut di hadapan laki laki kaku itu. Dia pun segera membawa langkahnya menuju sofa di ruang keluarga karena dia meninggalkan baby Ken di sana.

***

Sampai di ruang tengah, Dila mendengar rengekan baby Ken sepertinya bayi itu kehausan.

"Cup..cup..cup...Sayang jangan nangis. Ini susunya sudah Tante buatin.  Di minum dulu ya biar hausnya hilang" gadis itu segera menempelkan ujung botol susu ke mulut si bayi setelah dia mengambilnya dari strollernya.

Dilara memandangi baby Ken yang menghisap susunya dengan lahap hingga terdengar suara dari mulutnya.

" Sayang, pelan pelan saja minumnya. Ini semua punya kamu kok, tidak ada yang akan merampasnya" kekehnya merasa geli melihat kelakuan bayi itu.

Alif yang tadi mengikuti Dilara ke ruang tengah itu memperhatikan interaksi keduanya. Dia merasa aneh melihat baby Ken yang begitu mudah lengket kepada Dilara padahal gadis itu baru satu bulan bekerja mengasuhnya.

Sebelumnya bayi itu tidak mau kepada siapapun kecuali kepada Rubiana saja bahkan padanya saja yang notabene ayah kandungnya Ken tidak mau. Namun kepada Dilara, Ken langsung lengket bahkan di hari pertama gadis itu bekerja.

Melihat pertumbuhan baby Ken yang semakin hari semakin meningkat di bawah asuhan Dilara membuat Alif merasa senang karena anaknya semakin sehat saja. Dia mengakui jika gadis itu begitu pintar merawat anaknya. Namun, hanya sebatas pengasuh saja dia mengagumi kinerja Dilara. Jika mengingat dia sudah menikahi gadis itu membuat hati Alif kembali kesal. Pasalnya dia tak suka dengan gadis yang di jodohkan padanya itu, entah apa sebabnya.

"Tinggalkan aku dengan Baby Ken di sini. Kamu kerjakan saja pekerjaan yang lain!" Ketusnya setelah melihat botol susu anaknya itu kosong dan berpindah ke perut.

Dilara mendongak dan lagi lagi terkejut melihat Alif sudah berdiri di depannya. Mungkin karena dari tadi dia asik mengajak baby Ken bicara jadi tidak menyadari kedatangan majikannya itu.

"Baik,Tuan" Dilara mengangguk patuh serta hendak meletakkan baby Ken ke dalam strollernya namun di cegah Alif.

"Biar aku gendong saja" tangan Alif terulur untuk mengambil anaknya dari pangkuan Dila. Gadis itu pun menyerahkan baby Ken dan tak sengaja kulit tangan mereka saling bersentuhan. Dilara terlihat biasa saja dengan hal itu, namun Alif malah membeku dan merasakan desiran aneh di sekujur tubuhnya.

"Bisa tidak kalau tidak menyentuhku? Kamu sengaja kan menyentuh tanganku? Cari kesempatan dalam kesempitan saja" gerutunya sinis untuk menutupi perasaan gugup yang tiba tiba di rasanya.

Dilara menatap aneh majikannya itu. Dia heran bagaimana caranya menyerahkan bayi itu ke tangan Alif tanpa menyentuh kulitnya?

"Maaf,Tuan. Saya tidak sengaja" Dia memilih minta maaf saja dari pada ribut.

"Sudah sana pergi!!"

Alif mengusir Dila dari hadapannya karena ia merasa tidak nyaman di dekat gadis yang sudah bergelar istrinya itu hari ini.

Dilara menarik napas lalu segera mengambil botol susu baby Ken yang sudah kosong dan membawanya ke belakang untuk di cuci dan di sterilkan sebelum digunakan lagi nanti.

"Anak Papa hari ini anteng banget ya. Sudah kenyang ya? Mau bobo lagi?" Alif mengajak anaknya berbicara seperti yang di lakukan Dilara tadi. Namun, baru saja selesai berkata begitu baby Ken malah merengek dan dalam hitungan detik sudah menangis dengan suara yang keras.

"Eh kenapa? Ini Papa loh,Nak, kenapa kamu menangis begitu ketika Papa ajak bicara?" Alif terlihat panik dengan tangisan anaknya yang semakin kencang itu hingga wajah bayi itu memerah.

"Dila!! Cepat kesini!!" Karena tak tau harus berbuat apa akhirnya Alif kembali memanggil Dila untuk menenangkan putranya yang seolah ketakutan melihatnya.

"Ada apa,Tuan? Kenapa baby Ken menangis sekuat itu?" Dilara datang tergopoh gopoh dan langsung mendekati Alif yang tampak panik.

Pindah.

"Cepat kamu periksa dulu pakaiannya mungkin ada semut yang menggigitnya sehingga dia menangis begitu" Alif ingin menyerahkan baby Ken ke gendongan Dila, namun gadis itu menggeleng.

"Letakkan saja di sofa,Tuan" ucapnya. Dia tidak ingin ketika mengambil Ken akan bersentuhan lagi dengan tangan majikannya dan mendapat omelan lagi seperti tadi.

Alif pun meletakkan baby Ken di atas sofa dengan heran karena Dila tidak mengambilnya lagsung dari tangannya sepertinya dia lupa jika tadi mengatakan untuk tidak menyentuh tangannya. Ia lalu menjauhkan diri agar memberi ruang kepada Dilara untuk memeriksa anaknya.

Namun,anehnya begitu Dila mengangkat baby Ken ke dalam gendongannya bayi itu seketika diam dari tangisnya.

"Cup..cup..cup..Sayang.. Kamu kenapa menangis seperti itu,hmm?" Dila mengusap pungung bayi itu lembut dan mengajaknya bicara. Seketika baby Ken malah tertawa dan itu membuat Alif lega sekaligus heran.

"Ap-apa yang kau lakukan padanya sampai dia sudah diam begitu?" Tanyanya tak habis pikir.

"Saya tidak melakukan apapun. Mungkin baby Ken tidak menyukai bau badan Anda,Tuan lagipula Anda belum mencuci tangan sudah langsung menggendongnya" jawab Dila sambil terus mengusap punggung baby Ken tanpa melihat Alif.

Alif mendelikkan matanya tak percaya. Apa betul anaknya itu tak suka mencium aroma tubuhnya? Tapi kalau di pikir pikir, dia memang belum mandi sejak acara akad nikah tadi karena langsung mengantar orang tuanya ke Bandara.

Dan kalau di ingat lagi baby Ken memang tidak pernah mau dia gendong sejak lahir. Bayi itu akan selalu menangis saat bersentuhan dengannya. Entah kenapa Alif pun tak tau. Hanya kepada Rubiana saja dia mau dan kali ini kepada Dila pula.

Melihat baby Ken yang sudah tidur di buaian Dila, Alif pun menghela napasnya.

"Tidurkan Ken di kamarnya dan temui aku di sini sebentar lagi,ada hal yang harus kita bicarakan!" Setelah berkata begitu Alif meninggalkan Dila dan anaknya menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

"Lagi? Apalagi yang mau di bicarakan?" Gumam Dila menggerutu kesal.

Setelah meletakkan baby Ken ke dalam boxnya dan meyakinkan bayi itu tidur lelap Dila pun kembali ke ruang tengah.

"Kemasi semua barang barangmu dan juga Ken. Kita akan pindah ke apartemenku dan tinggal di sana" tegas Alif begitu Dila datang.

"Pindah? Tapi Kenapa,Tuan?" Dila kaget dengan keputusan mendadak itu.

"Lakukan saja apa yang aku perintahkan dan jangan banyak tanya. Dan satu hal lagi, jangan terlalu dekat kepada anakku!! Kau harus membatasi jarak dengannya supaya nanti ketika kau sudah menyelesaikan kontrak itu dia tidak begitu ketergantungan padamu dan bisa di asuh oleh orang lain." Ucap Alif panjang lebar dan terkesan penuh peringatan.

Dila terkejut dengan kalimat yang menurutnya tidak masuk akal itu. Bagaimana mungkin dia bisa tidak terlalu dekat dengan bayi yang di asuhnya itu sementara itulah tugasnya.

"Maksud Tuan apa? Bagaimana saya harus membatasi diri dengan baby Ken?" Tanyanya tak paham dengan jalan pikiran majikannya itu.

"Kau cukup lakukan saja pekerjaan mengurus bayi dan tidak perlu menggunakan perasaanmu layaknya seorang ibu padanya. Ingat ya, walau pun kini kau sudah jadi istriku tapi bukan berarti kau bisa menganggap Ken sebagai anakmu. Kau hanya pengasuhnya saja dan aku pastikan akan mencari ibu sambung yang layak untuk anakku!" Ucap Alif dengan gamblang dan tanpa perasaan.

Deg!!

***

Setelah makan siang akhirnya Dila dan juga baby Ken di bawa oleh Alif ke Apartemennya. Perjalanan yang memakan waktu satu jam itu hanya di isi dengan suara tangis baby Ken. Sepertinya bayi itu tidak ingin meninggalkan rumah oma dan opanya.

"Apa kau tidak bisa membujuknya dan membuatnya diam?" Alif merasa konsentrasinya terganggu oleh tangisan Ken.

"Saya sudah coba dari tadi,Tuan tapi dia tidak mau diam. Mungkin dia tidak ingin pindah dari rumah omanya" jawab Dila frustasi. Dia juga kasihan melihat Ken yang sampai hampir kehilangan suaranya karena kelamaan menangis.

"Jangan bicara sembarangan kamu!! Mana mungkin anak sekecil itu tau masalah pindah rumah atau tidak" elak Alif tak menyukai ucapan Dila yang menurutnya tidak masuk akal itu.

"Tapi,Tuan baby Ken tidak pernah begini. Biasanya dia kalau menangis hanya sebentar saja. Ini sudah satu jam dia tidak mau diam, saya takut nanti suaranya hilang karena terlalu lama menangis" keluh Dila sambil terus mengayun ayun baby Ken dalam gendongannya.

"Bisakah Anda berhenti sebentar,Tuan? Mungkin baby Ken merasa tidak nyaman di mobil ini" pintanya kemudian.

" Berhenti untuk apa? Sebentar lagi sudah sampai. Lagi pula di luar panas, aku tidak mau Ken terkena udara kotor" jawab Alif merasa keberatan.

" Tolong,Tuan sebentar saja. Mungkin kalau terkena udara luar baby Ken akan tidur" mohon Dila lagi.

Alif menghela napasnya. Dia juga sangat kasihan melihat anaknya itu terus menangis. Dia pun meminggirkan mobilnya di tempat yang agak sunyi.

"Saya izin keluar dulu,Tuan. Bisa bukain pintunya" Dila ingin segera membawa baby Ken keluar mobil itu dengan harapan membuatnya diam.

Alif membuka kunci otomatis mobilnya dan membiarkan Dila keluar sambil menggendong Baby Ken.

Ajaibnya, begitu keluar dari mobil Baby Ken langsung diam dari tangisnya.

"Di dalam panas ya sayang ya? Maaf ya karena sudah membuatmu kepanasan" Dila mengajaknya bicara sambil terus mengusap kepalanya yang di tutup topi. Dila berjalan jalan di pinggiran jalan itu sambil menggoyang goyangkan tubuh Baby Ken dalam gendongannya.

Seolah mengerti apa yang di ucapkan Dila kepadanya, baby Ken tertawa dan menggerakkan kakinya ke atas dengan lincah.

"Wahh.. kamu merasa bebas sekarang ya?" Dila ikut tertawa melihat reaksi anak asuhnya tersebut yang begitu senang seolah yang menangis tadi bukan dia.

"Sudah diam belum?" Alif ternyata ikut turun juga dan melihat bayinya malah tertawa riang.

"Sudah,Tuan. Saya akan memberinya minum susu dulu biar dia tidur karena sudah waktunya dia tidur sore" jawab Dila dan membuka pintu mobil serta mengambil botol susu Ken yang sudah ia isi tadi.

Belum lagi susunya habis di minum, baby Ken sudah langsung tertidur.

"Loh, sayang habisin susunya dulu baru bobo, nanti kamu lapar loh" ucap Dila yang merasa kasihan melihat baby Ken.

"Sudah biarkan saja dia tidur. Nanti sampai apartemen lanjutkan lagi kasih susunya" Alif pun masuk mobil dan mau tak mau Dila mengikuti.

20 menit kemudian mereka pun tiba di kawasan gedung apartemen yang jadi tempat tinggal Alif.

"Antar baby Ken dulu ke kamarnya, nanti kau bisa mengambil lagi barang barangmu ini" ucap Alif. Dia sendiri tidak mau membawa koper Dila dan juga tas yang berisi pakaian baby Ken. Dia melenggang santai dengan tangan kosong.

Akhirnya Dila mengambil dua tas yang berisi peralatan minum baby Ken dan juga baju ganti bayi itu dan membawanya dengan satu tangan yang bebas sementara tangan satu lagi menggendong baby Ken yang masih terlelap.

" Besok aku akan mencari baby sitter yang lain untuk menggantikanmu" ucap Alif saat malam.

Deg!!

"Apa maksud Anda,Tuan?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!