Jika dilihat dari satu sisi, Dia hanyalah seorang gadis biasa, tapi jika kalian melihat nya dari sisi yang lain, ia bukan hanya seorang gadis, ia adalah Nona Muda keluarga terpandang dikota ini, ia adalah gadis idaman semua pria, jika ia mau, ia bisa memiliki semua pria yang ada untuk menjadi milik nya, hanya saja ia adalah gadis yang mendapatkan ajaran keras didalam keluarga, dan itu menjadi bekas yang tak bisa dihapus lagi.
Tahun lalu ia baru saja lulus dari Universitas ternama yang ada dikotanya, menjadi gadis idaman dengan reputasi yang baik, membuatnya merasa jika semua yang ia miliki itu karena kekuatan keluarganya, dan itu juga yang membuat ia memiliki sifat yang baik.
Keluarga Shuxie adalah keluarga kaya ternama yang sangat jarang ada, ya keluarga Shuxie bukan hanya kaya, keluarga ini adalah pembisnis yang berkecimpung dalam banyak bidang, dari kedokteran, teknologi, budaya, mitos atau legenda, entertainment, dan banyak lagi, diantara nya juga ada tentang kuliner.
Nona Shuxie adalah satu-satunya dari keluarga itu yang bisa menguasai semua bidang yang dikerjakan keluarganya, mengingat ia adalah gadis jenius yang jarang ada.
Meski ia yang tertekan dengan nama keluarganya, ia tidak menjadi gadis nakal, atau punya sifat buruk, ia gadis yang baik, dan juga bahagia.
Putri tunggal dalam keluarganya, dan ia menjadi sangat dicintai oleh seluruh keluarga, bahkan cinta itu seperti melimpah dan memenuhinya, itu pun mempengaruhi sifatnya yang yang hangat pada orang yang ia rasa orang itu memang seharusnya mendapatkan kehangatan itu.
" Sebentar lagi sup ini siap! " serunya sembari menutup panci yang berisi sup jamur.
" Nona Jing, saya permisi keluar sebentar. " pamit pelayan dengan sopan dan hormat.
(Ah!, lupa memperkenalkan namanya ya!!*Ao)
Namanya Shuxie Jing Mae, baru berumur 22 tahun, Nona Muda yang berharga dari keluarga Shuxie.
(Singkat padat dan jelas, hehe *Ao)
Takdir milik Nona muda ini, tak selalu beruntung, ya Nona ini sedang dipermainkan oleh takdir, ia tak memiliki kesalahan apapun, tapi ia menjadi yang harus berkorban.
' Sruuup ' Jing Mae mencicipi sedikit kuah dari sup jamur miliknya.
"Hmm, rasanya sudah pas kok. " pujinya saat meresapi rasa masakannya.
"Eh?? " pandangan Jing Mae memburam, semuanya terlihat berputar dalam kepalanya, ia memegang erat pelipis kepalanya, menahan rasa sakit itu sejenak, sembari mengingat penyebab sakitnya.
' Aku tidak salah memasukkan bahan deh kayanya? ' ingatnya mengulang bahan masakannya.
' Ah!! , aku ingat sekarang, jamurnya salah masuk!, harusnya bukan jamur itu ya?!, aku bodoh juga ya, kadang!! ' ejeknya mengingat ia pasti selalu bisa menjadi sangat ceroboh dan membuat kesalahan, yang cukup fatal.
Bruuk
Jing Mae tumbang, kakinya tak lagi bisa menopang berat badannya, ditambah saat ini ia meracuni dirinya sendiri.
Saat pandangannya mulai menggelap ia melihat jika pelayan yang tadi pergi telah kembali dan terlihat panik saat melihatnya tergeletak dilantai.
Sementara itu disaat yang sama, di tanah carta , gadis yang baru saja akan diantarkan menjadi pengantin perempuan untuk salah satu Tuan Muda dari bandit terkenal didaerahnya, tengah mencoba untuk lari, meski tau itu mustahil, namun terlihat jika sepertinya takdirnya tak lagi mampu dirubah, dan pada akhirnya ia hanya mampu untuk mengakhiri hidupnya dengan menghantukkan kepalanya ketiang dengan sangat keras.
Dan hal itu menarik jiwa Jing Mae untuk menjadi pemilik tubuh itu.
'Ukh... Sakit... ' gumam Jing Mae menekan kepalanya sedikit, berusaha meredakan sakitnya sedikit.
' Ini... Dimana?? ' pertanyaan itu melontar disaat Jing Mae mendapatkan penglihatanya yang sebelumnya buram, dan mendapati dirinya ada disebuah ruangan kuno yang cukup lusuh untuk disebut sebagai ruangan.
Ia menelisik ruangan itu dengan cukup teliti dan mencoba untuk mencerna situasi, namun rasa sakit yang menghantam kepalanya lebih terasa sakit daripada kesadaran yang ia coba pertahankan.
" Aduh!! " teriaknya cukup keras, dan membuat sosok yang ada diluar tertatih masuk memastikan.
Sosok itu adalah pria dewasa yang bisa dikatakan cukup-- bukan sepertinya sangat tampan, yang datang masuk setelah beberapa orang juga ikut memastikan.
" Apa yang kau lakukan disana? " sarkas pria itu bertanya dengan heran.
" Aduh,.. kepala ku sepertinya terbentur tiang!? " Jing Mae yang masih mencoba untuk memahami sesuatu, tak berniat menjawab pertanyaan yang diajukan.
" Hmm? " pria itu menatap Jing Mae dengan bingung, tangan melambai memerintahkan orang yang bersamanya untuk meninggalkan mereka berdua saja, mereka mengikuti intruksi itu dan meninggalkan mereka berdua.
Pria itu melangkah mendekati Jing Mae yang tampaknya masih diam ditempatnya, ia mendudukkan tubuhnya untuk melihat keadaan Jing Mae lebih jelas, yang terlihat adalah wajah pucat gadis kecil yang sedikit bergetar menahan rasa sakit yang ada dikepalanya.
" Apa kau baik-baik saja? " tanya pria itu mencemaskan gadis kecil yang ada dihadapannya.
" Ugh!! " Jing Mae mengaduh memijat pelipis nya lebih kencang lagi, berharap jika itu bisa mengurangi rasa sakit yang ia rasakan.
Pria itu sedikit merasa bersalah dan mencoba untuk membantunya, ia mengulurkan tangannya, berusaha untuk menggapai gadis kecil yang ada dihadapannya, Jing Mae yang merasa sedikit terancam dengan pergerakan itu menggenggam tangan pria itu dan memutarnya dengan segenap tenaga yang ada didalam tubuhnya.
Pria itu terkejut dengan reaksi dari gadis kecil yang ada dihadapannya, kini ia menatap curiga gadis kecil ini.
" Untuk seorang nona bangsawan yang memiliki rumor, bahwa ia lemah, ini adalah gerakan yang mustahil dikeluarkan olehnya, jika tidak berlatih atau terbiasa juga tak mungkin mengeluarkan gerakan yang cepat seperti ini, apa yang gadis kecil ini sembunyikan? " simpul pria itu dalam pikirannya.
Sementara itu Jing Mae yang sadar sepenuhnya, menyadari gerakan yang ia keluarkan dan segera melepaskan pria yang ada digenggamannya, dan tertawa canggung.
" Hehehe, Tuan ini, apakah tuan adalah Tuan Muda Ketiga yang dinikahkan dengan saya?? " tanya Jing Mae dengan canggung.
" Ya. " jawab pria itu singkat, sambil memegang pergelangan tangannya yang baru dilepaskan.
" Kalau begitu apakah tuan muda ketiga mengunjungi saya malam ini untuk tidur bersama saya?? "
" Ha?, " pria itu menatap Jing Mae dengan tatapan bertanya yang tajam.
" Oh!, apakah kau ingin aku tiduri?" tanya nya kemudian, dengan nada provokasi yang khas.
" Tidak! " jawab Jing Mae dengan cepat, dan tersenyum canggung untuk kedua kalinya dan mengalihkan pembicaraan.
" Maaf tuan muda, jika saya boleh tau dimana letak dapur disini? " tanya Jing Mae.
" Dapur?, untuk apa kau menanyakan letak dapur?, apakah kau lapar? " pria itu membalas pertanyaan Jing Mae dengan pertanyaan lagi, sambil menatap jing Mae curiga.
" Ya tuan, saya cukup lapar, karena hari ini saya tidak makan dengan baik, jika diperbolehkan saya ingin meminjam dapur tuan " jawab Jing Mae dengan jujur dan mencoba untuk berbicara dengan sopan.
Tuan muda ketiga, tak melanjutkan pertanyaannya, ia berdiri dan berjalan tanpa suara, meminta Jing Mae untuk mengikutinya, dan Jing Mae yang mengerti dengan maksud dari tindakan sang tuan muda ia mengikutinya tanpa bertanya.
Mereka berjalan tak lama dan tiba disebuah bangunan lusuh yang jika kau lihatpun kau akan tau jika tempat ini hampir tak pernah disentuh manusia.
Krieeet... Deritan pintu yang berbunyipun menjelaskan sudah berapa lama tempat ini tak dijamah.
Mereka masuk kedalam dan terlihat juga apa yang ada didalam bangunan ini.
" Memang seperti sampulnya " bisik Jing Mae yang tak terlalu terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini didepan matanya.
" Ini dapurnya, kau bisa menggunakan nya sesuka mu. " lugas sang tuan muda memberikan izin.
" Ini yang kau sebut dengan dapur, tidak, ini lebih layak kau sebut dengan kandang kuda, dan lihatlah, pintu yang tadi kita lewati saja entah sejak kapan itu telah roboh dan tergeletak di atas tanah, sudah lah aku juga tak berharap banyak dari tuan muda sepertimu, aku akan membuat tempat ini menjadi dapur yang sesungguhnya. " tegas Jing Mae yang sedikit kesal saat melihat 'dapur' yang ada didepan matanya, dan ditambah dengan penjelasan yang disampaikan sang pemilik paviliun ini.
" Benar-benar tidak ada rasa tanggung jawab. " desahnya dalam hati.
Jing Mae tak memperpanjang masalah itu, ia langsung melangkah sambil mengangkat lengan gaun pengantinnya dan mengikatnya dengan pita rambut yang ia kenakan, dan memulai untuk membersihkan, dan sembari membersihkan ia tak mengangka akan menemukan beberapa bahan masak, yang masih layak untuk ia pakai, tapi mengingat bahan itu saja tidak cukup untuk dua porsi ia mencoba untuk meminta ketuan muda ketiga tentang tambahan bahan makanan.
" Tuan Muda, bisa saya yang rendah ini meminta beberapa bahan makanan lagi, bahan ini tak cukup untuk memasakkan kita berdua. " ucap Jing Mae dengan berani tanpa mengalihkan perhatiannya.
Tuan muda yang tampak kebingungan itu tak terlalu memahami apa yang Jing Mae coba katakan, tapi ia paham jika gadis kecil yang ada dihadapannya ini meminta tambahan bahan makanan.
" Seberapa lapar dia? " pikir Tuan muda itu sembarangan.
Setelah tak berapa lama, bahan makanan yang diminta Jing Mae tiba, dan tanpa menunggu lagi Jing Mae mulai untuk memasak.
Tak, tak, tak... Sruk... Shsss...
Dengan sangat lihai Jing Mae memainkan pisaunya dan memasak dengan bebas, sama seperti saat dia masih ada didunia modern, memotong, mencampur dan membakar, ia memasak masakan yang paling mudah untuk saat ini, dan Jing Mae yang terlalu fokus memasak, tak menyadari mata yang menatap nya kali ini adalah mata menyelidik, dan curiga yang tak meredam.
" Menarik " bisik pikiran itu licik.
Melihat sosok yang ada dihadapannya adalah sosok yang berbeda dari rumor yang ia dengar, ia tak bisa tak merasa tertarik, dengan gadis kecil ini, ia menatapnya dengan seksama, ia memastikan jika ia tak melewatkan satu hal pun dari gadis ini.
" Siap, aku sudah selesai memasak, aku memasakkan untuk mu juga Suamiku " jelas sekali kata yang Jing Mae lontarkan adalah untuk menyindir pria yang ada dihadapannya dan terus memperhatikannya tanpa berkedip sekalipun.
Tanpa disangka reaksi yang pria itu tunjukkan bukanlah sesuatu yang mudah untuk ditemukan, mengingat jika pria ini beberapa detik sebelumnya menyelidikinya dengan sangat teliti, atau bisa dibilang kelewat teliti.
Jing Mae ingin pura-pura tak tau jika ia sedang diselidiki, tapi tetap saja ia merasa tak nyaman jika mengingat dulu saat didunia modern, ia juga menjadi pusat perhatian, meski pun perhatian ditempat ini berbeda sangat jauh dari yang biasa ia terima.
" Kau juga memasakkan bagianku? " tanya tuan muda itu tampak sedikit kebingungan, saat ia menyadari jika kata yang dikeluarkan gadis kecil dihadapannya adalah kata yang cukup 'memalukan' , karena Jing Mae mengucapkannya dengan tekanan yang memperjelas kata itu.
Seburat warna merah muda tergambar disekitar telinga dan pipi sang tuan muda, jelas sekali jika ia merasa malu dengan panggilan 'Suamiku ' yang diucapkan Jing Mae.
" Tentu saja, saya bukanlah istri tak berperasaan yang membiarkan suaminya kelaparan saat malam pengantin " tegas Jing Mae memperjelas hubungan yang ada diantara mereka, meski Jing Mae tau jika ini semua hanyalah acting.
" Tidak, terima kasih aku tidak la---"
' Krucuuuk ' ucapan nya terpotong tepat saat ia ingin menolak tawaran dari Jing Mae, sang tuan muda menjadi semakin malu saat suara perutnya lebih kencang dari milik Jing Mae.
" Yah, aku juga tak memaksa tuan, untuk memakan masakan ku, tapi setidaknya perut tuan lebih jujur dari pada mulut tuan ya? " Jing Mae tersengum licik, tangannya menggapai sendok dan menyuapkan sang suami, dengan ringan tangan.
Hum...
Makanan itu memasuki mulut dan membuat sang suami menjadi lapar seketika dan tak menolak untuk makan bersama.
" Tuan muda, jika saya boleh tau, siapa nama tuan?, saya sebagai istri anda merasa tidak nyaman untuk terus menerus memanggil anda dengan sebutan ' Tuan Muda ' , itu terasa seperti tipuan. " jelas Jing Mae yang telah menyelesaikan makannya, bertanya dengan sesopan mungkin tentang nama pria ini, mengingat ia belum berkenalan.
" ... Chan Wu Xie " jawabnya dengan sedikit berbisik, ia tersipu, saat Jing Mae tersenyum melihat mangkuk yang ada didepannya bersih tanpa ada sebutir nasi pun, yang menandakan masakan Jing Mae sangat lezat.
" Mengejutkan, masakan Nona Bangsawan yang terdengar dalam gosip, adalah bodoh dan lambat, ternyata masakannya lebih enak dari tukang masak istana. Gadis ini menarik. " bisikkan dalam pikiran Wu Xie adalah hal yang tak pernah sekalipun ia pikirkan sebelumnya, dan Wu Xie sendiri terkejut dengan itu.
" Emm... " gumam Jing Mae tak memberikan respon berarti, dengan respon itu Wu Xie menatapnya lekat untuk sejenak, seakan akan mengucapkan sesuatu namun tak diucapkan, Jing Mae yang menyadari tatapan itu merasa sedikit risih.
" Apakah ada sesuatu yang aneh yang menempel diwajah saya? " tanyanya pada akhirnya, dengan menunjuk wajahnya.
" Tidak ada. " jawab Wu Xie singkat.
" Bagaimana dengan hidangan yang saya hidangkan?, apakah cocok dengan lidah anda, suami? " Jing Mae bertanya saat melihat Wu Xie selesai dengan makanannya.
" Lumayan. " Wu Xie menjawab dengan sedikit tersipu saat Jing Mae.memanggilnya dengan panggilan 'suami'.
Jing Mae tak melihat reaksi itu ia hanya mendengar jika masakan yang ia masak hanya mendapatkan ucapan 'Lumayan' ia merasa sedikit kesal, mengingat ia adalah seorang koki yang cukup terkenal dan masakannya selalu jadi yang terbaik.
HAPPY READING 😊😊😊😊😊😊
Note by Ao : Kemungkinan jadwal Ao Up satu bulan satu chapter, jika lama maaf ya, selamat menikmati hiburan yang tak seberapa dari Ao.
Setelah makan malam yang melelahkan ditambah dengan terlalu banyak informasi yang diterima Jing Mae sekaligus, ia tak berlama-lama untuk menemani Suaminya, dan langsung memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuh dan juga pikirannya.
Tidur Jing Mae adalah tidur yang nyenyak, apa lagi saat ia bangun, pagi yang cerah menyambutnya dengan ceria, dan saat ia menyadari bahwa suaminya tak tidur bersamanya adalah hal yang paling membahagiakan.
Meskipun status mereka adalah suami dan istri, tetap saja itu adalah hubungan yang dihubungkan sebelum Jing Mae tiba disini, dan meskipun nama pemilik asli tubuhnya sama dengan miliknya itu juga tak mengartikan ia harus menjadi istri pria yang baru ia temui, dan ia mengetahui identitasnya lewat ingatan lama, yang intinya adalah Jing Mae belum mengakui Wu Xie adalah suaminya.
" Cerah juga ya!?.., cuaca yang secerah ini sayang sekali kalau aku tidak berkeliling, dan mumpung tidak ada orang nih, kehutan ah... " senandung Jing Mae dengan riang, melangkahkan kakinya menuju kedalam hutan.
Sementara itu, rombongan Wu Xie tampak berjalan mendekati kediaman yang Jing Mae tinggali, langkah mereka tidak terlalu cepat maupun lambat tapi untuk sampai dikediaman itu, mereka tak membutuhkan waktu lama, dan saat tiba di kediaman, seorang pemuda berpakaian biasa tampak menunggu sementara Wu Xie berjalan kekamar tempat Jing Mae bermalam.
Dan saat Wu Xie membuka ruangan itu, ia tak menemukan siapapun, bahkan hawa kehadiran nona muda itupun tak terasa, seakan-akan telah lama meninggalkan tempat itu, Wu Xie terkejut dan cukup panik saat melihat keadaan ini, apa lagi saat ia berpikir jika Jing Mae kabur, ia menjadi tak terkendali, dan memanggil pemuda yang menunggu tadi.
" Juan Wue!!" Wu Xie memanggilnya dengan tegas.
" Ya Tuan. " Juan Wue yang mendengar panggilan dari junjungannya langsung menjawab dengan pertanyaan dalam hati ' Apa yang membuat Tuan begitu marah? '.
"Dimana gadis itu? " pertanyaan yang Wu Xie lontarkan dengan nada yang tertahan itu tersirat dengan jelas ada amarah didalamnya.
" Menjawab Tuan, pelayan ini tidak mengetahui nya, saat pelayan ini meninggalkan kediaman, Nona masih ada didalam. " jawab Juan Wue gugup, namun jawabannya sangat jelas, ia gemetar saat merasakan aura amarah yang tak disembunyikan oleh junjungannya, mungkin baru kali ini ia melihat junjungannya menjadi sangat marah akan sesuatu, dan itu disebabkan oleh Nona muda dari kediaman Shuxie yang terkenal dengan reputasinya yang buruk.
" Hoo!?, kau tidak tau dimana dia berada?, lalu apa yang kau lakukan selama ini?, apa perintah yang telah aku berikan tidak jelas di telingamu?, bagus sekali. " ucap Wu Xie dengan nada lembut yang mengandung arti, yang hanya diketahui oleh Juan Wue, ia sangat tau jika saat ini junjungannya dalam keadaan marah besar, belum lagi sebelum mereka sampai disini, Wu Xie sudah dalam suasana hati yang buruk, kini Juan Wue mendapatkan tambahan masalah yang merepotkan.
*****
Jalan pagi Jing Mae berlangsung cukup lama, setidaknya ia menghabiskan waktu selama satu jam, ia tak begitu benci dengan masa seperti ini, masa dimana ia bisa menikmati waktunya sendiri, dan itu tak berubah sejak kehidupan sebelumnya.
Saat Jing Mae sadar ia sudah lama ada diluar, ia memutuskan untuk segera kembali, sebelum ada yang menyadari ketiadaannya di kediaman.
( semua orang sadar kali, dan lagipun loe udah ditungguin 😑*Ao )
Jalan pagi yang Jing Mae lakukan tidak memberikan kekecewaan, ditengah perjalanannya sesekali ia berhenti untuk memetik beberapa bahan yang ia kenali, dan saat ini tangannya dipenuhi dengan bahan makanan maupun bahan obat, meski pun bahan ini hanya Jing Mae saja yang tau tentang khasiatnya.
Sementara itu, dipaviliun semua orang tengah berusaha untuk tak membahayakan nyawa mereka masing-masing ,mengingat saat ini Wu Xie yang sejak awal memamg dalam keadaan hati yang buruk, menjadi semakin buruk, mengingat saat ia sampai di paviliun Jing Mae tak ada ditempat seharusnya ia berbaring.
" Dia hanya gadis kecil yang lemah, bagaimana bisa, kalian tidak bisa menemukannya, yang saat ini sedang dalam keadaan terluka?!" bentakan yang tak biasa di keluarkan Wu Xie, kini keluar dengan sendiri nya, dan tanpa ia sadari, itu semua karena gadis kecil yang sejak setengah jam yang lalu ia cari, namun tak bisa ia temukan, dan Wu Xie sadar jika ini adalah hal yang tak biasa ia lakukan, dan kini ia dalam keadaan yang sangat sadar.
Setibanya Jing Mae dipaviliun, ia melihat semua orang yang berkumpul dihalaman, dengan suasana yang aneh, " Wangye, ada apa?, sepagi ini mengumpulkan semua orang dihalaman?? " suara Jing Mae yang merdu menyadarkan semua orang, sosok yang mereka cari telah ada dihadapan mereka, dan mereka menahan amarah yang telah dipuncaknya, saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Jing Mae, tanpa rasa bersalah.
' Menunggu amarah Raja Iblis untuk meledak dikarenakan Seseorang ' pikiran mereka serentak, menyalahkan dengan perempat siku-siku yang tercetak jelas, disudut senyuman yang dikembangkan, menyambut kedatangan Jing Mae.
Dengan ketidak sadaran dirinya, Jing Mae mimiringkan kepalanya sedikit,dan menatap semua orang heran.
'Apakah aku membuat kesalahan? ' tebak semua orang yang membaca arti dari ekspresi yang Jing Mae tunjukkan.
Kekesalan mereka sampai pada puncaknya, mereka memilih untuk diam, mengingat Wu Xie yang tampaknya merasa lega dengan kepulangan Jing Mae.
" Kau dari mana saja? " tanya Wu Xie dengan tegas, melangkah mendekati Jing Mae yang tampaknya membawa banyak bawaan.
" Apa yang kau bawa?, kenapa pakaian mu jadi begitu kotor? " serangan pertanyaan yang begitu membingungkan para pelayan yang ada disana, mereka menatap Wu Xie dengan tatapan yang tajam.
' Siapa pria ini?, dimana tuanku yang dingin dan kejam? " pikiran mereka semua sama, keterkejutan yang menghantam mereka bukan sesuatu yang biasa, ini adalah nada dan ekspresi yang tidak pernah mereka lihat sama sekali selama ini, selama mereka melayani Wu Xie.
' Apa yang terjadi?, bagaimana caranya Tuan bisa menjadi seperti itu?, apa yang telah terjadi semalam? ' Juan Wue memikirkan banyak hal dalam lamunannya, tapi ia tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari tuannya, bahkan fokusnya sedikitpun tak goyah.
" Maaf Wangye, Wangfei tadi keluar untuk jalan pagi dan tanpa Wangfei sadari, matahari telah tinggi dan banyak tanaman yang menarik perhatian Wangfei, jadi Wangfei memungutnya, oh iya, apakah Wangye telah sarapan? " jelas Jing Mae dengan jujur, merasa tak ada yang disembunyikan Jing Mae, Wu Xie menurunkan sedikit kewaspadaannya.
" Belum. " jawab Wu Xie singkat dan lembut, ia menatap Istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Maka, Wangfei akan membuatkan sesuatu untuk dimakan, apakah Wangye akan mengizinkan mereka juga ikut makan bersama kita? " Jing Mae menatap suaminya dengan tatapan harap, dan berusaha membuat suasana paviliun, menjadi lebih baik.
" Wangye, apakah tadi anda mencoba mencari saya? " tanya Jing Mae dengan hati-hati, berusaha untuk tak mengubah suasana hati yang sedang baik, melirik kearah suaminya yang berjalan beriringan disampingnya.
" Ya. Aku mencarimu, tapi tak dapat menemukanmu " singkat Wu Xie memberikan jawaban pada istrinya tanpa meliriknya.
" Tentang hal itu, Wangfei benar-benar minta maaf, kalau diingat lagi, di hutan tak jauh dari sini banyak jebakan mematikan, Wangfei harap Wangye hati-hati jika berkeliaran disana. " ingat Jing Mae santai mengatakan peringatan yang mengejutkan Wu Xie, dengan santai Jing Mae melanjutkan kegiatan memasaknya, tak lagi memperhatikan perubahan yang terjadi diwajah suaminya.
" Baiklah. " balas Wu Xie dengan pasti, dan pembicaraan itu akhirnya berakhir disana tanpa ada tanda akan berlanjut.
Jing Mae memasak sarapan dengan bahan yang ia dapatkan dalam hutan, dan membuat porsi yang lebih banyak dari semalam, mengingat diluar para pengikut suaminya sepertinya juga belum sarapan.
Dengan riang Jing Mae mencampur, memotong, dan membalikkan masakannya, membuat masakan itu perlahan mengeluarkan wangi yang menarik perhatian semua orang yang ada dihalaman.
" Wangye, masakan telah siap, Wangfei akan meletakkan makanan ini untuk para pengikut. " seru Jing Mae sambil membawa masakan yang masih hangat dan harum itu keluar dari dapur, tanpa Jing Mae sadari Wu Xie tampak memasang wajah tak senang dengan itu.
Saat Jing Mae keluar membawa makanan itu, para pengikut menatapnya dengan tatapan heran dan bertanya.
" Nona?, kenapa anda membawa hidangan itu keluar? " tanya Juan Wue dengan wajah yang sangat bingung.
" Ini adalah sarapan milik kalian, ak-Wangfei membuat terlalu banyak, jadi makanlah ini " sembari meletakkan makanan yang ia bawa diatas meja yang ada.
" Kami tidak mung---"
" Wangfei tak meminta kalian, tapi memberi perintah dan jangan disisakan. " potong Jing Mae dengan tegas, tak memberikan para pengikut untuk menolak.
" Baik. " tanpa Juan Wue sadari ia menjawab dengan patuh, dan saat ia sadar, ia menjadi bingung dengan apa yang telah terjadi dengannya, ia tak menyangka jika Nona Muda itu memiliki tekanan yang sangat kuat dan mampu membuatnya, tanpa sadar menjadi penurut.
Mungkin ini adalah pertama kalinya Juan Wue melihat orang yang memiliki aura yang hampir menyamai junjungannya, setelah selesai dengan makanan para pengikutnya, Jing Mae kembali masuk untuk sarapan bersama Wu Xie.
" Wangye kita makan disini, para pengikut tak menolak masakan Wangfei dan makan dengan lahap, kita makan disini berdua saja, tidak masalahkan? " tanya Jing Mae dengan hati-hati, setelah kembali dari halaman, mengingat sebelum ia pergi mengantarkan makanan Wu Xie tampak marah.
" Ya. " Wu Xie menjawab dengan rona merah yang terlukis tipis dipipi dan telinganya, tak Jing Mae duga jika Wu Xie tak menolak ajakannya untuk makan berdua, ia kira ia akan ditolak dengan tegas, 'Pria yang membingungkan ' gumam Jing Mae dalam hati.
Sarapan yang sengaja Jing Mae siapkan untuk mereka berdua adalah, sarapan yang bahkan tak pernah gadis itu buatkan pada orang lain, sekalipun untuk keluarganya, entah kenapa Jing Mae pun merasa jika ada perasaan yang menggelitiknya pelan, dan ada sedikit rasa kesal yang mengganjal dihatinya, meski asing Jing Mae kenal dengan perasaan ini, yang kini tengah memenuhi hatinya.
' Cinta ' kata yang terbesit dipikirannya, tanpa Jing Mae sadari ia tak menolak ataupun benci dengan kata itu, justru ia merasa, jika ada perasaan senang saat ia tau apa nama dari perasaan yang kini ia rasakan.
Jing Mae tau jika ia menyimpulkan perasaannya terlalu cepat, tapi mau bagaimana pun, ini adalah kesimpulan yang bahkan ia sendiri tak membencinya saat ia menyimpulkan, tapi ia sangat tau jika ia tak suka jika harus membohongi diri sendiri, dan ia adalah gadis modern yang tau bagaimana cara menunjukkan perasaan lewat perilaku, dan itu yang ia pelajari dari keluarganya dikehidupan sebelumnya.
HAPPY READING READER'S 😍😍😍😍😍😍😊👌
NB: Ao up lebih cepat ya, kemungkinan bulan depan Ao bakal up terlambat, maaf ya readers ku.
Sudah hampir Dua Bulan Jing Mae berada di Mansion Bayangan yang ternyata adalah penentang Kaisar, Jing Mae tidak hanya diam dalam Mansion itu ,terkadang Ia pergi ketempat yang sedikit Rahasia tanpa ada yang curiga sedikit pun, dan mengumpulkan informasi yang sangat akurat.
Menjadi Mata-mata bukan tugas yang gampang ,terkadang Jing Mae menghadapi kesulitan yang cukup serius, tapi dengan begitu juga Ia dapat mempelajari musuh yang ada, bukan sesuatu yang mengejutkan baginya, tapi karna di kehidupan yang saat ini Dia terkenal dengan kekurangannya, Dia juga sedikit menyembunyikan fakta bahwa dia bukan Gadis biasa.
Ditambah lagi Dia hampir selalu di awasi oleh prajurit yang cukup setia , ya ... Siapa lagi kalau bukan pelayannya Wu Xie , Suaminya.
Dan kini disinilah Dia , dikamar mansion bayangan yang dikhususkan untuk Tuan Muda dan Nona Muda ketiga yang memiliki kedudukan yang mungkin hampir sama dengan Bos Besar , Dia tidak terlalu memahami tentang itu yang pasti, sekarang ini Jing Mae benar-benar merasa tidak nyaman dengan Mansion yang Ia tinggali.
" Wu Xie... Bisa kita bicara... " Pinta Jing Mae pada Suaminya lembut.
" Bicaralah... " jawab Wu Xie dingin. Sementara itu sang Pelayan masih ada di tempatnya tidak berpindah.
Huh.... Desah Jing Mae pelan.
" Bisa kita bicara Berdua saja, ... Setidaknya Aku ingin merasa aman saat bersama Suami ku... " lanjutnya sedikit memberikan sindiran pada Juan, dan lagi Juan yang merasa tersindir langsung melenggang keluar dan ganti berjaga diluar.
Sementara itu Wu Xie sudah memerah menahan malu, begitupun telinganya yang sangat terlihat. Kata-kata yang keluar dari bibir Jing Mae benar-benar membuatnya merasa bersalah, tambah lagi saat ini Dia yang sedang menyamar, dan pastinya Dia sangat takut jika Jing Mae akan membencinya saat tau yang sebenarnya.
" Jadi begini.... Beberapa hari ini Aku sudah menelusuri tempat-tempat yang sepertinya sedikit Rahasia, dan bisa di pastikan dalam jangka waktu satu minggu Kita bisa menyerang dengan kekuatan penuh.." jelas Jing Mae langsung mengarah pada pembicaraan utamanya.
Wu Xie tampak sedikit bingung, dan mengerutkan keningnya.
" Maksud mu... Apa?? Aku tidak mengerti?? " jawab Wu Xie seadanya, sebenarnya Dia tau maksud dari pembicaraan itu tapi... Dia sedikit ragu dengan arah pembicaraannya.
" Begini ya , sebenarnya Aku sudah cukup lelah harus bermain peran denganmu, setidaknya biarkan Aku menjadi koki saat tiba di Rumahmu, atau Kita bisa meneruskan Pernikahan ini,? " jawab Jing Mae To The Poin, sedikit sebal sama Laki-laki yang ada dihadapannya, jika bukan karna Dia adalah Suaminya mana mau Jing Mae harus berramah tamah dengan Pria Es sepertinya.
Wu Xie berpikir sejenak, dan mengubah mimik wajahnya menjadi serius, " Jadi ... Anda sudah mengetahui Siapa Saya? Dan apa tujuan Saya datang kemari? " tanya Wu Xie kemudian yang langsung di angguk kan oleh Jing Mae, lalu sedetik kemudian Wu Xie sudah ada dibelakangnya.
Sejenak Jing Mae terkejut, namun itu tidak berlangsung lama, Jing Mae menampakkan seringai mengerikannya, lalu terkekeh sejenak.
" Hehe... Yang Mulia, Apakah Anda pikir Nona Muda ini takut dengan ancaman Anda?" tanya jing Mae, tak menoleh kebelakang , Jing Mae bukan lagi Gadis Lugu yang menerima perlakuan apapun yang dilakukan Wu Xie, saat ini Dia sangat ingin hidup dengan damai, tanpa adanya ancaman musuh.
" Jadi Yang Mulia... Apakah Anda akan mengambil langkah selanjutnya, Saya pastikan jika rencana ini akan berhasil dengan sempurna... " tanya Jing Mae saat Wu Xie tidak memberi respon dengan ' Sedikit kejutan kecil lagi ' yang sudah Ia tunjukkan.
" Apakah Anda yakin Anda benar-benar tau siapa Saya sebenarnya? " tanya Wu Xie memastikan, Dia benar-benar berharap sesuatu saat ini.
" Wah... Memang kenapa Yang Mulia..? Sepertinya Anda sedang bimbang atau ada mengkhawatirkan sesuatu? " jawab Jing Mae menoleh, memandang wajah khawatir sang Suami nya, jujur ada sedikit harapan, jika memang benar Wu Xie khawatir apakah Jing Mae orang yang ia khawatir kan. ? pertanyaan yang tak akan memiliki jawaban yang memuaskan.
" Ya.... Aku mengkhawatirkan seseorang, " ujar Wu Xie sekenanya, Dia benar-benar khawatir dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
" Jangan khawatir Yang Mulia .Nona Muda Jing Mae akan memastikan semuanya baik-baik saja, " Sebenarnya Aku juga Yang Mulia, Maaf ya, Aku berbohong,. lanjut Jing Mae dalam hati, saat ini memang bukan saatnya tapi mungkin Dia akan tau jawabannya secara perlahan.
Dan untuk identitas yang sesungguhnya, Jing Mae tau benar jika Dia adalah Putri yang sudah memiliki Suami, karna menurut ingatan sang pemilik tubuh sebelumnya, keluarganya mendapat dekrit dari Kaisar agar Putri Tertua dari keluarga Shu Xie harus menjadi Istri dari Pangeran Kedua Chan.
Dan disini Dia tidak tau seperti apa sosok Suaminya itu.
HAPPY READING... READER'S...
SEMOGA MENGHIBUR...
SARAN DITERIMA LOH,...
KALAU ADA KOMENTAR...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!