NovelToon NovelToon

My Putih Abu-Abu

Bab 1

Seorang gadis bernama Rachel Nathallia yang duduk di kelas 11 bersama temannya yang bernama Gabriella Anatasya dan juga Laura. Mereka bertiga duduk di bagian belakang, karena Bu Guru yang mengatur tempat duduk mereka.

"Ini harus banget ya kita duduk di belakang? Udah tau gue minus gini, malah disuruh duduk di belakang," kata Laura.

"Iya, mau gimana lagi. Orang guru kita sendiri yang ngatur tempat duduknya," jawab Natha.

"Bagus, deh! Lagian lebih asik duduk di belakang kali, dari pada di depan," jawab Gabriella.

"Ya, lo sih enak! Mata gue minus gini, gimana mau enak. Mana gak kelihatan lagi tulisan yang ada di papan tulis. Masa gue harus make kacamata lagi," kesal Laura.

"Udah lah, jangan berantem dulu, baru masuk juga." Natha menimpali.

Tepat setelah Natha berbicara seperti itu, guru wali kelas mereka tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

"Pagi anak-anak!" ucap guru yang baru masuk di ruang kelas mereka. Beliau adalah Bu Guru Nadia, wali kelas di kelas 11, sekaligus guru pengajar mata pelajaran Biologi.

"Pagi, Bu!" sahut para murid dikelas itu secara serempak.

Mereka pun segera memulai kegiatan belajar dan mengajar sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Para siswa dan siswi mengeluarkan buku tulis, pena serta perkakas lainnya kemudian meletakkannya ke atas meja.

"Baiklah, anak anak! Karena buku paket semester 2 kita belum dibagikan, jadi Ibu mau ngejelasin saja. Tolong diperhatikan, ya!"

\*\*\*\*

"Gue mau buang air kecil dulu, mau ikut gak?" tanya Natha kepada Gabriella.

"Mau deh, eh tapi emang boleh berdua?" jawabnya dengan alis yang bertaut.

"Makanya tanya dulu. Kalo gak dibolehin, ya, udah gue sendirian aja," celetuk Natha.

"Yaudah tanya gih, lo!"

Natha mengangkat tangannya ke atas. "Bu, boleh izin ke toilet, gak?" tanyanya, yang berhasil mengalihkan perhatian seluruh siswa di ruangan itu.

Bu Guru menatap lekat siswanya itu kemudian berkata, "Boleh, silahkan."

"Saya juga mau ke toilet, gak papa 'kan, Bu?" timpal Gabriella sambil mengangkat tangannya ke atas.

"Iya, silakan. Tapi jangan lama-lama."

"Makasih, Bu."

Mereka pun berjalan menuju toilet yang ada di lantai bawah, sebab toilet yang ada di lantai atas masih belum bisa digunakan.

"Huhu, gue laper!" keluh Gabriella sembari mengusap perutnya dengan lembut.

"Loh? Emangnya lo tadi pagi gak sarapan, ya?" tanya Natha kebingungan.

"Gak sempat, karna gue takut telat," jawab Gabriella dengan bibir mengerucut.

"Ya udah, nanti kalo udah jam istirahat kita ke kantin aja beli makanan."

"Okee!!" sahut Gabriella dengan penuh semangat.

Kini mereka sudah tiba di lantai bawah, tepatnya di depan toilet.

Natha menyerahkan ponselnya ke hadapan Gabriella. "Gab, pegangin hp gue, dong! Bentar aja," ucap Natha.

"Baiklah, sini! Tapi, jangan lama-lama, ya!" sahut Gabriella seraya meraih benda pipih itu dari genggaman Natha.

"Dih, lo pikir gue mau BAB, apa?" kesal Natha sambil mencebikkan bibirnya.

"Ya, siapa tau 'kan!" jawabnya sambil terkekeh pelan.

Natha tak ingin menimpali ucapan Gabriella lagi. Ia bergegas masuk ke dalam toilet lalu menutup pintunya rapat-rapat.

Beberapa menit kemudian.

Pintu toilet kembali terbuka dan tampaklah Natha yang berjalan keluar dengan wajah tampak lega.

"Udah, sini mana hp gue?" tanya Natha sembari mengulurkan tangannya ke hadapan Gabriella dan Gabriella pun segera menyerahkan benda pipih itu kembali ke pemiliknya.

"Ayo, kita ke kelas. Nanti dimarahin guru lagi, kelamaan di sini," celetuk Natha setelah mendapatkan ponselnya kembali.

"Bentar dong! Gue 'kan juga mau pipis, gimana sih!" gerutu Gabriella dengan wajah yang menekuk.

"Oh, bilang dong!" Natha terkekeh.

"Ya kan, tadi gue udah bilang!" sahut Gabriella dengan nada sedikit kesal.

"Udah-udah, cepet deh!"

Setelah selesai, Natha dan Gabriella pun kembali ke kelas. Mereka mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan itu kembali.

"Masuk!" ucap Bu Guru Nadia, guru yang tengah mengajar di kelas mereka.

Ceklek!

"Maaf, Bu, lama."

"Ya udah, gak apa-apa. Silakan kembali ke kursi kalian," titah Bu Guru Nadia.

\*\*\*

Kring! Kring!! Kring!!!

Bel berbunyi sebanyak tiga kali. Pertanda jam istirahat sudah dimulai.

"Oke, anak-anak! Selesai sudah pelajaran Ibu hari ini. Semoga bisa kalian pahami, ya. Ibu pamit, gunakan waktu istirahat dengan baik!" ucap Bu Nadia sembari merapikan buku-buku miliknya lalu bersiap untuk kembali ke ruang kantor.

"Terimakasih, Bu!" sahut anak-anak di kelas itu secara serempak.

Sepeninggal Bu Nadia.

"Huh, akhirnya istirahat juga. Ayo, Nat, kita ke kantin!" ucap Gabriella.

"Lau, lo mau ikut kekantin gak?" sambung Gabriella yang sekarang bertanya kepada Laura. Kemudian dibalas anggukan oleh sahabatnya itu.

Mereka bertiga pun bergegas menuju kantin lalu dan mencari makanan favorit mereka masing-masing.

"Eh, gue ke sana dulu, ya!" ucap Laura, menunjuk salah satu pojok ruangan, di mana terdapat makanan favoritnya.

"Iya, nanti kita ngumpul di tempat biasa aja," jawab Gabriella yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Laura.

Sepeninggal Laura.

"Lo mau makan apa, Gab?" tanya Natha kepada Gabriella.

"Gue mau makan nasi goreng aja deh, lo mau makan apa?"

"Mie goreng aja deh gue."

"Ya udah, lo kemeja aja. Biar gue yang pesan. Minumnya apa?" tanya Gabriella.

"Teh es aja, satu."

"Oke!"

Natha pun pergi ke meja yang terdapat di salah satu pojok ruangan. Tempat nongkrong favorit mereka di kala sedang berkumpul-kumpul. Mereka memang sengaja memilih meja paling belakang, sebab di sana tidak terlalu banyak orang.

"Mana Gabriella" tanya Laura yang tiba-tiba datang lalu mendudukan dirinya di depan Natha.

"Masih memesan makanan," jawab Natha.

"Oh." Laura pun mengangguk.

\*\*\*\*

"Nih, punya lo." Gabriella menaruh makanan yang sudah mereka pesan ke atas meja lalu bersiap untuk pergi lagi.

"Mau kemana lagi?" tanya Laura kebingungan.

"Bentar, gue mau ngambil minumannya." Gabriella pun melenggang pergi, meninggalkan Natha dan Laura di sana.

"Oh ya, tadi kan gue beli nasikan di warung ujung sono," ucap Laura, memulai percakapan mereka kembali.

"Terus?" Natha menarik makanan yang tadi diletakkan oleh Gabriella ke atas meja kemudian menikmatinya.

"Denger-denger dari mereka, nanti di kelas 11 ada murid baru, loh!" tutur Laura dengan begitu antusias.

"Ngomongin apa, nih? Tungguin gue dong kalo mau nge-ghibah." Gabriella tiba-tiba berdiri di samping Laura lalu menaruh minuman yang baru ia ambil ke atas meja makan mereka.

"Ngomongin apaan emang?" kata Gabriella lagi, mulai penasaran.

"Itu! Tadi 'kan gue denger, katanya bakal ada murid baru nanti dikelas 11, tapi gue gatau dia cowo apa cewe," jelas Laura dengan begitu antusias.

"Oh ya?" Gabriella semakin penasaran.

"Iya. Dan katanya lagi, murid baru itu ada dua orang. Tapi gatau juga sih, ya! Entah benar atau hanya sekedar hoax," sahut Laura.

"Udah lah makan aja dulu, nanti bel berbunyi, loh!" potong Natha.

Beberapa menit kemudian.

"Ah, akhirnya gue kenyang!" pekik Gabriella sambil memegangi perutnya yang kekenyangan. "Habis ini pelajaran apa, ya?"

"Bahasa Inggris, kalo gak salah," jawab Laura.

Gabriella menatap Natha yang tampak melamun. Ia menyenggol lengan Laura lalu bersama-sama menatap sahabatnya itu.

"Lau, coba deh, liat Natha. Kenapa lagi tu bocah? Bengong aja," ucap Gabriella dengan setengah berbisik kepada Laura.

"Ada masalah mungkin," balas Laura, dengan setengah berbisik pula.

"Ngomongin gue, ya lo pada?!" tanya Natha yang tiba-tiba mendengar bisikan kedua sahabatnya itu.

"Ya, lagian ngapain lo bengong kayak gitu. Ditempelin setan mampus lo!" sahut Gabriella sambil terkikik.

"Setannya udah ada di depan gue. Udah lah mending kita ke kelas, aja!" Natha segera beranjak pergi meninggalkan Laura dengan Gabriella yang masih terdiam di posisi mereka masing-masing.

"Lah? Sebentar, gue 'kan tadi berdiri di depan Natha? Wah, benar-benar sialan si Natha," umpat Gabriella dengan raut wajah kesal.

"Baru sadar lo?" Laura terkekeh.

"Ish, diem lo! Udah lah gue juga mau ke kelas aja." Gabriella segera melangkah pergi, menyusul Natha yang sudah berjalan lebih dulu di depan mereka.

"Tungguin gue dong, ya-elah!" Laura pun segera menyusul kedua sahabatnya dengan berlari kecil.

Laura mensejajarkan langkahnya bersama Gabriella yang kini sudah berada di sampingnya. Di saat mereka tengah asik berjalan, tiba-tiba Gabriella terjatuh akibat tersandung kaki seorang siswi yang sedang duduk bersantai. Nama siswi itu Nita. Dia adalah seorang siswi yang memang suka sekali mencari-cari masalah dengan Gabriella, Natha dan juga Laura.

"Apa maksud lo, hah!" kesal Gabriella sembari menghampiri Nita yang tengah tersenyum miring menatap dirinya.

"Woah, santay dong!" Jawab Nita

"Gue tau lo sengaja melakukan itu, 'kan?!" bentak Gabriella dengan wajah yang tampak memerah.

"Ga bermaksud apa apa sih, cuman iseng aja gue," sahut Nita dengan santainya.

"Eh, brengsek ya, lo! Mau nyari masalah lagi lo?!"

"Kalo iya?" tantang Nita dengan mata melotot, membalas tatapan Gabriella.

"Udah-udah deh, Gab. Buang-buang waktu lo ngeladenin bocah aneh itu. Mending kita balik ke kelas," ucap Natha yang tiba-tiba datang menghampiri Gabriella.

Awalnya Natha sudah berniat meninggalkan kedua sahabatnya itu. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah mendengar suara teriakan Gabriella yang tengah termakan emosi tersebut.

"Apa lo bilang? Bocah aneh?!" Kesal Nita karena dibilang aneh oleh Natha.

"Iya? Kenapa? Lagian lo aneh-aneh aja, orang gak ngeganggu lo. Lo malah ngehalangin jalan orang dengan kaki lo!" kesal Natha.

"Udah deh mending balik ke kelas aja, yuk," potong Laura sembari membalikkan tubuh Natha yang juga mulai terpancing emosi.

"Awas aja lo nanti setelah pulang!" ancam Nita yang kemudian kembali mendudukkan dirinya di kursi yang dia duduki tadi.

"Ya, gue awasin!" teriak Natha dari jauh.

Sepeninggal ketiga gadis itu.

"Gimana kalo nanti kita kerjain aja mereka?" kata Dera, temannya Nita. Yang sifatnya juga sama seperti Nita. Pem-bully dan suka cari-cari masalah dengan siswa lain.

"Ide yang bagus!" timpal yang satunya lagi, Raya.

"Oke!" jawab Nita sambil tersenyum sinis.

... *****...

Bab 2

"Apaan banget dah si Nita, orang ga ada ngeganggu dia, dia malah gangguin kita," kata Laura berbicara dengan nada kesal.

"Ya kan! Pengen gue geplak deh kepala nya," balas Gabriella dengan wajah yang masih terpancing emosi.

"Tunggu!" panggil Natha yang dari tadi berjalan di belakang dua orang teman nya itu. "Nanti pulang sekolah kita barengan aja ke parkirannya. Takutnya dia bakal macem-macem lagi sama kita," lanjut Natha dengan menatap lekat mata kedua temannya itu.

"Gue numpang sama lo ya, Lau," ucap Gabriella sembari menoleh ke arah Laura.

"Modal dikit kek jadi orang, numpang mulu lo," sahut Laura dengan nada bicara yang mengejek.

"Ya udah, ga jadi!" Gabriella memasang muka masam, membalikkan badan dan berjalan mendahului dua orang temannya yang saat itu tengah menertawakannya.

"Ngambek, ya?" Laura tertawa melihat Gabriella yang berjalan lebih dulu di depannya.

"Udah-udah ke kelas. Ayo, nanti bel berbunyi lagi." Natha menimpali perkataan laura. Berjalan dengan tangan kanan yang merangkul bahu Laura. Menyusul Gabriella yang sudah berjalan mendahului mereka berdua.

Mereka berjalan ke arah kelas bersama-sama. Namun, tiba-tiba langkah Gabriella terhenti ketika melihat dua orang siswa yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, sedang berjalan ke arah kantor. Satu orang perempuan dan satunya lagi seorang laki-laki.

"Eh-eh, coba lihat, deh! Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya, murid baru kah?" Gabriella yang kebingungan bertanya kepada Natha dan Laura dengan tangan yang menunjuk dua orang siswa dan siswi yang sedang berjalan ke arah kantor tersebut.

"Murid baru kali," sahut Laura yang ikut memperhatikan dua orang itu.

"Buset! Ganteng banget tuh cowoknya!" ucap Gabriella sambil terkekeh melihat ke arah cowok yang tengah berjalan tersebut.

"Mata lo ini ya, gak bisa liat cowok dikit dibilang ganteng. Eh, lo liat deh ya, tuh di samping cowok itu ada cewek, siapa tau itu ceweknya?" Laura yang menyenggol bahu Gabriella sambil terkekeh. Sementara Natha hanya diam sambil memandangi dua orang itu.

Laura menyadari bahwa saat itu Natha tengah terdiam dengan tatapan yang terus tertuju pada dua orang itu.

"Woy! Ngapain lo ngelamun gitu ngeliatin mereka? Naksir juga, ya?" goda Laura dengan nada yang mengejek.

"Ah, gak!" balas Natha singkat yang tersadar dari lamunannya. "Udah, cepet ke kelas deh, dari tadi ngomong mulu." Ia memasang muka kesal kepada kedua orang temannya.

Sesampainya ketiga gadis itu di depan kelas, mereka memasuki kelas itu, berjalan menuju tempat duduk mereka masing masing. Natha dan dua orang temannya lalu mendudukkan diri di kursi masing-masing. Karena waktu masih jam istirahat, jadi seluruh siswa masih disibukkan dengan urusan mereka masing-masing. Ada yang tidur, ada juga yang membicarakan dua anak murid baru, dan yang lainnya masih banyak lagi.

"Woy, murid barunya diletakkan di kelas kita, yak?" tanya Laura kepada teman-teman sekelas yang ternyata juga membicarakan soal murid baru tersebut.

"Iya, katanya sih gitu. Satu cewek dan satunya lagi cowok," jawab salah satu di antara mereka.

"Loh, berarti bener dong. Tadi gue liat ada cowok sama cewek jalan ke arah kantor, gue sih belum pernah liat mereka berdua. Itu kali murid barunya, ya?" tanya laura yang menyela pembicaraan itu, memasang wajah yang kebingungan.

"Eh, yang bener? Ngomong-ngomong, ganteng gak cowoknya?"

"Lumayan lah ya, tapi yang cewek juga cantik tau."

"Barengan, yak?"

"Iya tadi, apa jangan-jangan cewek nya, ya?"

Hampir semua siswa membicarakan soal anak baru tersebut. Bahkan menjadi topik hangat di antara siswa dan siswi. Hingga tak terasa, bel pun berbunyi, pertanda jam istirahat sudah berakhir.

"Weh, kayaknya orang yang kita liat tadi, anak baru di sini, deh," ucap Laura, mulai membuka percakapan itu lagi.

"Seberapa yakin lo kalo itu anak baru?" tanya Gabriella yang sama sekali tidak menoleh sedikitpun ke arah Laura.

"Lima puluh persen yakin kalo mereka murid baru di kelas ini," jawab Laura dengan mantap.

"Oh."

"Dih, kenapa sih lo? Masih ngambek, ya? Orang bercanda doang, ya elah. Malah dibawa serius," celetuk Laura yang tidak suka dengan sikap Gabriella kalo lagi ngambek. Laura menggoyangkan kursi Gabriella dengan kaki kanannya.

"Ih! Bisa diem gak sih lo?! Gue gak kesel gara-gara tadi, ya!" balas Gabriella dengan nada bicara yang kesal. Gadis itu memalingkan wajahnya lalu menatap Laura yang dari tadi menggoyang kursinya.

"Ya, lagian lo kenapa dah, kok tiba tiba sok cuek gitu." Laura menghentikan aksinya yang sejak tadi usil menggoyang kursi Gabriella.

"Gak ada, gue lagi sibuk nyatet materi yang dikasih ibu Nadia tadi. Bukan sok cuek, ya!"

"Owalah, bilang dong! Tapi nanti kasih lagi ke gue, yang," pinta laura sambil terkekeh.

"Oke, tapi nanti. Setelah gue selesai," sahut Gabriella memalingkan badannya kembali dan dibalas anggukan oleh Laura.

Gabriella duduk dengan Natha, sedangkan Laura duduk di belakang Gabriella dan di samping kursi Laura hanya ada kursi kosong.

Beberapa menit kemudian, Ibu nadia selaku wali murid di kelas 11 itu memasuki kelas mereka.

"Siang, anak-anak. Maaf, Ibu mengganggu waktunya. Ini bukan jam pelajaran Ibu, hanya saja Ibu ingin menyampaikan sesuatu," ucap Bu Guru Nadia dengan bibirnya yang tersenyum lebar ke arah anak murid di kelas tersebut.

"Di kelas kita akan kedatangan murid baru." Bu Nadia lalu menoleh ke arah pintu kemudian kembali melanjutkan ucapannya. "Silakan masuk!" lanjut Bu Nadia yang kemudian menyuruh murid baru tersebut untuk memasuki kelas mereka.

Tampak dua orang murid baru memasuki kelas sambil tersenyum. Mereka lalu menundukkan punggungnya sebagai tanda hormat. Satu perempuan dan satunya lagi, laki-laki.

"Silahkan perkenalkan diri kalian," titah Bu Nadia yang tersenyum ramah ke arah dua murid baru tersebut dan meminta mereka untuk berdiri di depan papan tulis.

"Hai! Perkenalkan saya Viora, panggil saja Vio," ucapnya sambil tersenyum ramah, memperkenalkan dirinya ke semua siswa dan siswi di kelas itu.

"Saya Aksara Keandra, biasa dipanggil Aksa," ucap laki-laki yang juga berada di samping Vio.

"Baik, silakan kalian menduduki kursi yang kosong di belakang sana." Bu Nadia menunjukkan kursi kosong yang berada di pojok kanan.

"Ibu harus mengajar di kelas lain. Ibu pamit dulu, ya. Belajar yang benar " Bu Nadia pun berjalan menuju pintu dan keluar dari kelas itu.

"Iya, bu!" sahut anak murid yang berada di kelas itu secara serentak.

Vio dan aksa berjalan ke arah kursi kosong, yang ada di belakang. Tepatnya salah satu kursi kosong yang berada di samping Laura, dan satunya lagi di samping Gibran.

Vio duduk di kursi yang berada di samping Laura, sementara Aksa memilih duduk di samping Gibran.

"Hai, boleh temenan gak?" sapa Vio yang kemudian tersenyum sembari mengulurkan tangannya ke hadapan laura.

"Boleh, gue Laura dan ini temen-temen gue. Ini Gabriela, dan yang ini Natha." Laura meraih tangan Vio dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menunjuk kearah Gabriella dan Natha secara bergantian.

"Eh, jangan mau lo temenan sama ni bocah, tengil orangnya," goda Gabriella, menunjuk Laura dengan nada yang mengejek.

"Eh gila lo, ya! Lo tuh yang tengil!" balas Laura dengan wajah yang tadinya tersenyum, kini menjadi datar menatap Gabriella.

"Udah lah, lo berdua sama aja, sama-sama gak waras." Natha menyela.

"Dih, ngikut juga lo!" Gabriella yang nampak kesal setelah mendengar perkataan Natha.

"Udah lah, gitu doang diperpanjang," ucap Natha seraya saling lempar pandang bersama Laura.

"Ini gak apa-apa 'kan, kalo gue temenan sama kalian?" Vio yang menyela pembicaraan ketiga gadis yang berada di depannya itu.

"Ga papa, donk! Lagian, siapa yang larang?" sahut Natha yang tersenyum ke arah Vio.

"Ya udah. Makasih, ya," katanya.

"Iya."

***

"Ini kita jam kos 'kan, ya?" tanya Laura, bertanya kepada ketua kelas mereka–Niki.

"Iya, tapi bukan berarti ga ada tugas, ya. Tadi ibu Jesi ngirimin tugas ke gue," terang Niki yang menjawab pertanyaan Laura. Ibu Jesi adalah guru yang mengajar Bahasa Inggris di kelas 11.

"Yah, kirain ga ada tugas." Laura memasang muka lemas.

"Ngarep ga ada tugas lo, ya?" Natha memalingkan badannya menghadap ke belakang, lebih tepatnya ke arah Laura.

"Iya, hehe," cengirnya.

"Istirahat masih lama, ya?" tanya Gabriella yang juga ikut membalikkan badannya.

"Masih lah, orang baru aja ganti jam pelajaran."

"Gue haus, lupa bawa air minum lagi. Lo ada bawa air gak, Lau?" tanya Gabriella dengan mengangkat kedua alisnya, bertanya kepada Laura.

"Ga ada, gak sempet nyiapin gue."

"Gue ada, mau gak?" tanya vio yang menyela pembicaraan ketiga gadis itu dan tangan kanannya mengulurkan satu botol minum berwarna biru miliknya ke hadapan Gabriella.

"Ga papa nih gue pinta?"

"Ga papa, minum aja!" Gabriella pun mengambil botol minum yang ada di tangan Vio lalu meminumnya.

"Makasih, ya." Ia lalu mengembalikan botol minum milik Vio.

"Iya, sama sama. Nanti istirahat kalian ke kantin, ya?" tanya vio yang menatap tiga orang gadis yang berada di depannya.

"Iya, donk. Laper soalnya." Laura menjawab pertanyaan Vio.

"Boleh ikut, ga? Soalnya gue gak tau kantinnya ada di mana."

"Boleh dong."

"Nih, kerjain tugas yang dikasih bu Jesi!" titah Niki yang tiba-tiba berada di samping meja Vio dengan 4 lembar kertas soal-soal di tangannya. Ia lalu meletakkannya ke atas meja Vio.

"Makasih ya, Nik." Gabriella yang meraih kertas itu.

"Iyo. Sama-sama."

***

Kring! Kring!! Kring!!! Bel istirahat kedua sudah berbunyi.

"Ges, udah istirahat, ayo kita ke kantin," ajak Gabriella sembari berdiri dari posisi duduknya.

"Elah, baru juga bel." Laura mengerucutkan bibirnya.

"Ya udah, ayo!" Natha yang juga ikut-ikutan berdiri dari kursinya.

"Ayoo, nanti kantinnya penuh!" ucap Gabriella dan di balas anggukan oleh ketiga orang temannya.

Empat gadis itu berjalan keluar kelas dan mereka melihat tiga orang siswa perempuan yang sudah berdiri di depan pintu kelas.

"Kok lo mau si, temenan sama tiga orang aneh ini?" ucap Nita yang bicara kepada Vio dengan nada seperti mengejek. Ya, Nita. Si berandal cewek itu.

"Halah, bacot lo! Minggir gak!" kesal Gabriella yang mulai terpancing emosi ketika melihat tiga orang tersebut.

"Mereka siapa?" tanya Vio kepada Laura yang berada di sampingnya. Sebab Vio dan Laura berada di belakang Gabriella dan Natha.

"Mereka bertiga ini, orang yang selalu gangguin gue, Natha sama Gabriella, dia emang ga jelas gitu orangnya!" Laura menjawab pertanyaan Vio, dan Vio hanya menganggukkan kepala, tanda mengerti.

"Minggir deh lo! Gue mau ke kantin gak usah sok-sokan berdiri di depan pintu, orang lain juga mau lewat, tau!" ucap Natha yang kemudian mendorong badan Nita hingga terdorong beberapa langkah ke belakang kemudian meninggalkannya.

[Ya Allah 😭 ini beneran cerita gaje ... mohon dimaklumi 😓😪🙏]

*****

Bab 3

"Kok tadi dikelas gue gak liat mereka?" tanya Vio kepada tiga orang teman barunya.

"Biasalah, paling mereka bolos." Gabriella menjawab pertanyaan Vio dengan wajah datar.

"Eh itu, siapa ... siapa nama cowo baru tadi?" tanya Gabriella yang lupa dengan nama anak baru itu.

"Aksa?" tanya Vio balik.

"Nah iya, Aksa! Dia cowok lo, ya?"

"Bukan lah, dia sepupu gue. Kenapa, naksir ya?" goda Vio sambil terkekeh.

"Eh, enggak kok!" sangkalnya.

"Halah, bilang aja suka, haha!" Tawa Vio pecah sembari menggoda Gabriella.

"Ish, gak lah. Eh, ngomong-ngomong kalian mau makan apa? Gue mau makan nasi goreng aja deh," kata Gabriella, setibanya mereka di kantin.

Ketiga gadis lainnya mulai memikirkan makanan apa yang akan mereka beli pada istirahat kedua ini.

"Dih, mencoba mengalihkan topik pembicaraan kita, ya!" goda Natha sembari meledek Gabriella.

"Ish, diem lo!" Muka Gabriella memerah, menahan malu.

"Gue beli batagor aja!" ucap Laura.

"Ya udah kita barengan aja, Lau. Lagi pula tempatnya kan sebelahan," ucap Gabriella sembari mengajak Laura.

"Oke lah, kalau begitu!"

"Bye! Kami duluan mesen ke sana, yak!" teriak Gabriella di tengah keramaian kantin. Natha dan Vio hanya menganggukkan kepala mereka sebagai jawabannya. Gabriella dan laura berjalan ke pojok kanan kantin. Di mana ada nasi goreng serta batagor yang menjadi pilihan mereka.

Kini tinggal Natha dan Vio. "Lo, mau makan apa, Vio?" tanya Natha.

"Gue udah makan, gue mau beli kentang goreng aja deh. Lo, sendiri?"

"Gue juga udah makan, samain aja deh biar gak ribet."

"Ya udah! Ayo, mumpung belum rame." Natha dan Vio berjalan kearah pojok kiri kantin, di mana penjual kentang goreng itu berada.

\*\*\*

Mereka berempat sudah selesai membeli makanan yang inginkan dan sekarang tinggal mencari tempat duduk untuk menikmati makanan tersebut.

"Yah, di belakang udah ditempatin sama siswa lain, jadi kita harus duduk di mana nih?" tanya Laura yang agak kecewa karena tempat mereka biasa berkumpul, kini ditempati oleh siswa lain.

"Yang mana, sih?" tanya vio memasang wajah bingung.

"Yang mana apanya?" Bingung Laura juga

"Tempat duduk yang udah didudukin. Yang mana tempatnya?"

"Oh, itu, di situ!" jawab Laura dengan tangan kirinya menunjukkan tempat duduk yang diduduki oleh dua orang siswa laki-laki.

"Yang ditempatin oleh Aksa," sela Natha.

"Ohh, gabung aja. Lagian tempat duduknya muat kok buat kita berempat," ajak Vio kepada ketiga gadis itu.

"Ga—" Belum sempat Natha menyelesaikan, perkataanya dipotong oleh Gabriella

"Ayoo!!" ucap gadis itu dengan penuh semangat.

"Gak-gak, apa-apaan, sih! Mending kita cari tempat duduk yang lain aja," jawab Natha dengan sedikit kesal. Dia tidak ingin bergabung di tempat itu bersama Aksa dan juga Gibran.

"Udahlah, dari pada kita gak dapet tempat duduk mending gabung aja dulu." Laura pun tidak kalah semangat.

"Iya, nanti gue yang bilang ke Aksa," lanjut Vio dan Natha hanya bisa mengikuti ketiga temannya tersebut dengan pasrah.

Vio, Gabriella, Laura dan Natha berjalan ke arah meja yang diduduki oleh Aksa dan Gibran, yang tengah asik memakan makanan mereka.

Kini keempat gadis itu sudah berdiri di samping Aksa.

"Aksa, gue sama temen gue duduk di sini, ya?" ucap Vio sembari menepuk pelan pundak Aksa yang lagi asik dengan santapannya.

"Gak ada tempat duduk lain?" jawab Aksa sembari menoleh ke arah Vio dengan ekspresi wajah datar.

"Ga ada! Lo liat aja sendiri, udah penuh ditempatin sama orang-orang."

"Ya udah, duduk aja," sela Gibran. Aksa menatap Gibran dengan wajah menekuk dan seolah tidak terima dengan keputusan teman barunya itu. .

"Kenapa? Lagian, kasian tau mereka ga ada tempat duduk," lanjut Gibran tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"ya, udah!" Akhirnya Aksa pun pasrah dan membiarkan keempat gadis itu bergabung bersama mereka.

Natha dan ketiga temannya segera duduk di kursi yang ada di tempat itu. Natha duduk di samping gibran, Gabriella duduk di samping Natha. Di seberang tempat duduk Gibran, ada Aksa dan Vio, lalu Laura.

Seluruh siswa itu mulai menikmati makanan mereka, terkecuali Natha. Gadis itu hanya meminum minuman yang sudah dia pesan sebelumnya, tanpa berkeinginan memakan kentang goreng yang ia pesan barusan.

"Loh, kenapa kentang gorengnya gak dimakan?" tanya gibran yang ternyata sejak dari tadi memperhatikan Natha.

"Ga papa, gue udah kenyang. Lo mau?" tanya Natha kepada lelaki itu.

"Gak, gue juga udah kenyang," tolak Gibran.

"Aneh, udah kenyang kok malah dibeli. Kebiasaan banget sih lo," celetuk Gabriella. Natha memang selalu begitu. Walaupun sudah kenyang, tetapi masih kekeh membeli makanan. Alhasil, makanannya pun tidak dimakan dan selalu dikasih ke Gabriella atau Laura.

"Terserah gue lah, nih abisin!" Natha mendorong makanannya ke hadapan Gabriella.

"Gak, gue aja belum ngabisin makanan gue. Laura, lo aja nih!" Gabriella pun menolak lalu menyerahkan kentang goreng tersebut ke hadapan Laura.

"Sini! Biar gue yang abisin," sahut Laura, lalu meraih bungkus kentang goreng tersebut. "Thanks, ya!" lanjutnya sambil tersenyum lebar.

"Gue mau ke toilet dulu. Kalo kalian udah selesai, duluan aja ke kelas. Nanti gue nyusul." Natha berdiri dari tempat duduknya. "Gue duluan, Gib!" lanjut Natha lagi dengan tangan kanannya menepuk bahu Gibran yang ada di sampingnya.

"Yoi!"

\*\*\*

Natha melangkahkan kakinya dan berjalan menuju toilet sekolah.

'Gue kayak pernah ketemu sama cowok itu, tapi di mana, ya?' batin Natha sambil terus melangkah. "di taman ... Nah iya, di taman!" pekiknya.

"Apanya yang 'di taman'?" tanya seseorang yang tiba-tiba berada di samping Natha.

"Loh, lo ngapain di sini? Jangan bilang lo ngikutin gue, ya?!" pekik Natha dengan nada kesal kepada orang itu.

"Dih, kepedean! Ngapain gue ngikutin lo? Kayak penting aja, gue juga mau ke toilet!" jawab seseorang itu dengan acuh tak acuh.

Natha menekuk wajahnya sambil memperhatikan lelaki itu. Aksa–lelaki itu kemudian berjalan mendahului Natha.

"Ngomong-ngomong, apa yang kamu bicarakan tadi, ha?" Aksa tiba tiba menghentikan langkahnya di depan Natha.

"Gak! Gak ada, minggir!" ucap Natha kepada Aksa sedang berdiri di depannya.

"Lo, yang dulu di taman bantuin nyokap gue 'kan?" Aksa menatap lekat kedua bola mata Natha.

"Hah? Yang mana?" Natha dengan wajah yang bingung.

"Bantuin nyokapnya? Di taman? Yang mana, sih?" gumam gadis itu dalam hati.

"Itu loh, yang dulu bantuin bunda gue pas keserempet motor. Itu lo, kan?"

-flashback on-

"AAAA!!!"

"Bu! Ibu ga papa? Kita menepi dulu, obatin kaki Ibu."

Dengan tergopoh-gopoh, Natha membantu wanita itu berjalan ke pinggir taman kemudian mendudukkannya ke kursi yang ada di samping pohon besar.

"Bu, tunggu disini ya! Saya mau nyari obatnya dulu," ucap Natha kepada wanita paruh baya itu sebelum pergi. Namun, belum sempat Natha pergi dari tempat itu, ibu-ibu tersebut meraih tangannya dan menghentikan aksi Natha.

"Ga usah, nak. Lagian ini gak terlalu sakit juga kok," tolak Ibu itu lemah lembut. Natha pun menganggukkan kepalanya dan ikut duduk di samping ibu-ibu tersebut.

"Kamu sibuk, Nak?" Ibu itu menoleh ke arah Natha lalu tangan kanannya memegang tangan kiri gadis itu.

"Gak kok, Bu. Memangnya kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Natha.

"Bisa temenin Ibu disini dulu, gak? Temenin Ibu nungguin supir yang akan menjemput Ibu?"

"Oh, boleh-boleh, Bu!" Natha pun mengangguk dengan cepat.

"Ya hdah, makasih ya, Nak. Oh ya, ngomong-ngomong nama kamu siapa?" tanya ibu itu lagi.

"Nama saya Nathalia, Bu. Panggil aja Natha," jawab gadis itu.

"Nak Natha gak keberatan kan temenin Ibu di sini?"

"Gak apa-apa lah, Bu. Lagian Natha tadi di sini cuman jalan-jalan doang, kok! Nyari angin," jawabnya.

Mereka berdua pun menunggu di sana. Mereka duduk di kursi taman yang di belakangnya terdapat pepohonan nan tinggi menjulang.

Natha dan wanita paruh baya itu berbagi cerita sambil menunggu jemputan datang. Hingga sebuah mobil pun tiba dan berhenti tepat di depan mereka.

"Mari, Bu." Pak Sopir bergegas keluar dari mobil lalu membuka pintu untuk wanita paruh baya tersebut.

"Nah, Ibu sudah dijemput, kamu mau pulang? Biar sekalian dianterin," ajak Ibu tersebut mengajak Natha untuk pulang bersama dirinya.

"Ga usah, Bu. Lagian rumah Natha deket sini, kok." jawab Natha dengan ramah serta tersenyum lebar menatap wanita paruh baya tersebut. .

"Ya udah kalau begitu, Ibu duluan, ya. Hati-hati di jalan!"

Baru saja Ibu itu membalikkan badan, tiba-tiba ada seorang laki laki yang datang menghampiri lalu memeluk tubuhnya.

"Bunda! Bunda ga papa 'kan? Ada yang sakit gak?" tanya seorang laki laki seumuran Natha.

"Ga papa, untung aja ada anak manis ini yang bantuin bunda. Dia juga bersedia nemenin Bunda nungguin pak Hendra yang akan menjemput Bunda," jawab Ibu itu dengan melukis senyum manis di wajahnya.

"Makasih, ya udah bantuin Bunda gue," ucap Aksa yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh Natha. Ya, Aksa adalah laki laki-laki itu. Yang rela melakukan apa saja untuk sang bunda.

"Hati-hati, Nak, pulangnya." Bunda Aksa melambai-lambaikan tangannya kepada Natha.

"Iya, Bu. Ibu juga lain kali hati-hati, ya!" Natha melihat mobil yang ditumpangi oleh Ibu itu pun berlalu.

-flashback off-

\*\*\*\*\*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!