Suasana ricuh seperti biasanya menghiasi sekolah tersebut. Di setiap sudut ruangan pasti terdengar keributan dari para siswa yang sangat bersemangat menyambut bel keluar main.
Mereka keluar dari dalam kelas bersama teman-teman mau pun sendiri. Para siswa menikmati waktu istirahat mereka sebelum melanjutkan belajar di jam selanjutnya.
Terdengar teriakan keras dari kejauhan. Semua orang menatap ke arah sumber suara, hal itu memang sering terjadi tapi tetap saja sangat menarik perhatian orang-orang.
Ada yang terlihat senang saat mendengar suara tersebut. Dan ada pula yang langsung berwajah masam dan bergegas meninggalkan ruangan tersebut.
Beberapa orang yang meninggalkan ruangan itu mengeluarkan helaan napas yang benar-benar tidak menyukai kedatangan orang itu.
“Kenapa dia harus melewati jalan ini? Songong banget lagaknya.” Orang-orang mulai mengeluarkan statement mereka saat melihat pria itu yang semakin mendekat.
“Kenapa juga guru tetap membiarkan dia sekolah di sini dan tidak mengeluarkannya?” Itulah keluhan orang-orang yang ada di sana saat mendengar suara tersebut.
Meskipun laki-laki itu pernah dihukum dan juga tidak naik kelas tapi semua itu tidak akan memberikan efek jera kepadanya karena ia tidak peduli dengan sekolahnya sama sekali. Karena itulah beberapa orang sangat menyesalinya.
“Lo berharap dia bisa keluar dari sekolah ini? Intinya Jangan berharap lebih deh, orang yang banyak uang gak akan kalah sama orang yang nggak punya uang. Dia mah kebal hukum, jadi masalah kayak gitu nggak ada arti apapun bagi mereka. Guru-guru mah nggak peduli karena lebih mementingkan uang untuk kemajuan sekolah daripada mengeluarkan murid seperti itu,” ucap seorang pria yang Ikut memberikan pendapat tidak senang terhadap laki-laki itu.
Terlalu banyak yang pro dan kontra hingga menciptakan kericuhan di antara kedua kubu tersebut.
“Kenapa kalian selalu memfitnah dia? Tidak seharusnya memang dikeluarkan, tugas sekolah itu mendidik orang yang seperti itu. Bukan mengeluarkan anak murid jika tidak berhasil mendidiknya.” Itulah beberapa pro kontra yang dikeluarkan oleh para siswa yang hanya bisa berpendapat.
“Kalian terlalu banyak bacot. Ngomong di depan orangnya langsung nggak berani.”
“Oh iya beda lagi kan kalau good looking,” sindir seorang pria yang memang sangat tidak menyukai orang itu.
Sementara orang yang menjadi topik bahasan sama sekali tidak peduli walaupun ia mendengar apa yang dikatakan orang-orang terhadap dirinya. Karena ia sama sekali menganggap jika statement mereka tidak ada gunanya.
“Leo,” teriak salah satu para penggemarnya.
Leo memandang ke arah orang tersebut dan menarik senyum miring. Entah apa yang ada di pikirannya tapi terlihat jelas jika pria itu tengah mengejek penggemarnya tersebut. Sementara ia memiliki dua backingan di belakang yang tak lain adalah Alex dan Naufal.
Alex lantas menanggapi orang yang baru saja memanggil Leo tersebut. Ia mengerucutkan bibirnya karena yang menotice dirinya bukankah Leo.
“Anak-anak semua apa yang kalian lakukan di sini? Kenapa kalian berkerumun? Bubar! Bubar!” teriak guru cantik saat melihat anak muridnya malah berkerumun seperti ingin memulai perkelahian.
Melihat ibu guru yang datang dan menegur dirinya membuat mereka tidak berani membantah dan lekas membubarkan diri. Laura menarik nafas lega saat melihat anak muridnya mendengarkan dirinya.
Saatnya ia harus kuat menghadapi murid satu ini untuk membereskannya. Tugas paling berat adalah menangani murid semacam ini.
Alex dan Naufal pantas menarik napas panjang dan menelan ludahnya. Ia memandang ke arah Leo meminta izin ingin pergi lebih dahulu karena sudah merasa kapok keluar masuk ruang BK. Nyatanya guru cantik itu walaupun memiliki paras yang sangat indah nyatanya ia sangat berbahaya.
Ia pemarah dan orang semacam Leo sama sekali tidak peduli dengan kemarahan seorang wanita dan malah memberikan nik sebuah candaan sehingga Alex dan Naufal merasa bahwa counter sesungguhnya dari ibu guru Laura yang sangat cantiknya tersebut adalah Leo.
“Gue pergi dulu, sumpah lo pasti berhasil ngaedpin buk Laura.”
“Kalian pergi aja. Serahkan semuanya kepada gue.” Leo memberikan sebuah senyum miring. Ia memang sangat ingin bertemu dengan ibu Laura.
“Apa yang ingin kamu lakukan lagi? Tidak ada hentinya membuat ulah! Seharusnya kamu menikmati waktu istirahat kamu dan bukan mengahbiskanya dengan keluar masuk ruang BK.”
“Nggak papa keluar masuk ruang BK asalkan gurunya secantik ibu. Jadi betah deh, makanya sengaja.” Laura menarik napas sabar seraya menggenggam tangannya. Ia ingin sekali memukul anak ini jika seandainya tidak ada undang-undang yang menyusahkan guru untuk menangani anak-anak bandel seperti Leo.
“Kamu ngomong sama sekali tidak pernah memikirkan bagaimana posisi kamu dan posisi saya. Saya ini adalah guru kamu dan kamu harus bersikap sopan kepada saya.”
“Oh?”
Laura harus menguatkan imannya lagi agar bisa memiliki kesabaran yang tebal. Anggap saja ini adalah cobaan terhadap orang sukses. Tuhan pasti telah menyiapkan sesuatu atas buah kesabarannya nanti.
“Kamu kembali ke kelas atau saya hukum?”
“Apapaun hukuman dari ibu cantik saya siap menerimanya, anggap simulasi berumah tangga dengan ibu,” ucap Leo dengan santainya dan dengan sengaja pulang mengangkat satu alisnya menggoda Laura.
Laura menghembuskan nafas kesal. Ia pun meninggalkan Leo begitu saja. Leo tertawa kecil, karena ini juga salah satu jurusnya untuk menghindar dari hukuman. Lihatlah betapa manisnya ibu guru tadi saat dia memasang wajah kesalnya.
Leo pun mengikuti ibu guru tersebut padahal Laura sangat berharap setelah ia membiarkan anak bandel itu lolos begitu saja ia bisa hidup dengan tenang. Nyatanya pria itu malah mengikuti dirinya dan Laura sudah tidak bisa menahan kesabarannya yang telah berapi-api tersebut.
“Kamu tidak mendengar apa yang saya katakan tadi?” tanya Laura dengan marah.
“Coba Ibu katakan lagi. Ibu tadi ngomong apa ya, ngomong sayang?”
“Kamu benar-benar keterlaluan ya! Saya akan adukan kamu ke kepala sekolah, kamu tidak memiliki etika sama sekali.”
“Adukan saja, kita lihat siapa yang menang.” Leo begitu sangat percaya diri.
Ia mendekati Laura langkah demi langkah. Laura yang menyadari hal tersebut lantas mengundurkan dirinya hingga ia tidak menyadari bahwa di belakangnya tidak ada jalan dan hanya terhalang oleh tembok sehingga Ia tersudutkan di tembok tersebut dengan Leo yang mengurung dirinya dengan kedua tangannya.
Laura ingin keluar dari kukungan pria itu. Tapi Leo seolah memberikan tantangan kepada Laura dan wanita itu tak bisa menghindar dan hanya dapat melihat senyum Leo yang sangat lebar menatap dirinya.
“Ibu kalau keluar silakan, tapi mau ngapain?” tanya Leo yang membuat Laura naik pitam.
Ia hendak menampar murid kurang ajarnya tersebut namun Leo dengan cepat menahan tangan Laura sehingga tangannya pun ditahan ke atas.
“Leo apa yang kamu lakukan?”
“Buk Guru, ayo menikah!” Laura membulatkan mata, “hanya boleh jawab Ya, atau tidak saya kawinin dulu baru nikahin!”
“Kurang ajar kamu!”
Plakk
Laura mendorong tubuh Leo dengan keras lalu meninggalkannya.
“OMG so sexsy!” ucapnya seraya menyentuh bekas tamparan itu dan mengusapnya dengan lembut.
•••••••
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
“Ck, lo apaan dah berani banget goda ibu Laura, kan dia guru killer,” ucap Nafual dan Leo berlagak biasa saja karena untuk apa takut dengan Laura. Justru pada saat ia sedang marah ia sangat terlihat cantik. Itulah kenapa alasannya dirinya tidak pernah takut kepada Laura dan malah ingin membuat ibu guru cantik tersebut marah karena dirinya.
“Lo kayak nggak tahu Leo aja,” ucap Alexander seraya meminum air Aqua.
Mereka terlihat santai sembari menikmati pemandangan yang sangat indah yang ada di belakang sekolah mereka. Seperti biasanya di saat orang sedang mengadakan jam pelajaran ia malah menghabiskan waktu belajar mereka dengan nongkrong di belakang sekolah.
Itu sudah menjadi hal yang lumrah bagi mereka maka dari itu sama sekali tidak ada rasa takut di hati mereka. Tapi dapat ditebak ujung-ujungnya pasti mereka akan dikejar-kejar oleh guru.
Naufal dengan santainya malah bermain ponsel pada saat Laura setelah aku guru BK mendatangi mereka semua yang tidak mengikuti jam pelajarannya. Padahal anak IPA terkenal dengan kecerdasan dan kepatuhan mereka saat belajar. Apalagi ini adalah sekolah swasta yang paling terkenal dan juga paling bagus akan tetapi anak IPA di sekolah itu yang tak lain adalah ketiga orang tersebut sama sekali tidak mencerminkan sebagai anak IPA.
Alexander juga biasa saja melihat guru BK tersebut. Biasanya ia akan takut tapi sesungguhnya Dia tidak takut beneran. Sedangkan sudah pasti seorang Leo akan merasa berbunga-bunga saat melihat sang pujaan hatinya datang.
“Hai Ibu cantik,” ucap ucap Leo saat menyapa Ibu Laura yang baru saja mendekati dirinya.
Laura memandang tajam mereka semua tanpa ada ekspresi di wajahnya. Terlihat jelas bahwa ia benar-benar marah kali ini dan tentu saja tidak dapat ditawar dengan hanya godaan yang diberikan oleh Leo.
Melihat Naufal yang malah asik bermain handphone di depannya tanpa ada rasa takut sama sekali dan alias sebenarnya ia tidak menyadari Laura ada di depannya. Karena ia sebagai guru merasa tidak dihargai, Laura pun mengambil ponsel Naufal dan kemudian menyimpannya.
Naufal terkejut bukan main dan hendak memaki yang ia kira yang melakukannya adalah Alex. Namun pada saat melihat orang tersebut adalah ibu Laura ia langsung terdiam kaku dan memandang ke arah dua temannya yang juga terlihat santai.
“Kenapa kalian nggak bilang kalau ada Ibu Laura,” kalau kenapa saya menyenggol Alex seolah-olah menyalakan pria itu.
“Makanya lo jangan main HP mulu!”
“Apa yang kalian lakukan di sini? Jam berapa sekarang? Kenapa kalian tidak di dalam kelas?” beragam pertanyaan dilontarkan oleh Laura kepada ketiga muridnya yang sukar diatur tersebut.
“Eh Ibu cantik banget ya hari ini,” ucap Naufal basa-basi ingin mengurangi amarah gurunya tersebut.
Rasa percaya dirinya di awal hilang begitu saja ketika Naufal melihat tangan Laura yang terkepal dan siap meninju wajahnya. Ia pun langsung menelan ludah dengan susah payah dan membuang wajahnya.
“Kenapa sih Ibu marah-marah mulu, kan kita Cuma nongkrong bukan ngapa-ngapain.”
Kontan mata Laura langsung terbuka saat mendapatkan jawaban seperti itu dari Alex.
“Jadi tujuan kalian pergi sekolah itu mau nongkrong atau mau belajar,” tanya Laura dengan sabar.
“Mau lihat ibu guru cantik,” jawab Leo dan membuat kedua temannya terbahak-bahak.
“Kamu! Saya ngomong ini baik-baik ya, kamu harus tahu status kamu itu apa! Baru kamu berbicara yang lebih sopan lagi!”
“Status? Mantan maksudnya?”
Laura menarik nafas panjang dan kemudian langsung memukul ketiga anak muridnya tersebut menggunakan kayu yang sudah ia sediakan sebelum datang kemari. Memang ini tujuan ia membawa kayu karena dirinya tidak akan menang jika berargumen dengan mereka.
“Apakah pantas seorang murid sepertimu berbicara seperti itu kepada guru? Ke mana hilangnya rasa sopan santun anak zaman sekarang?”
Naufal, Alex dan Leo baru terdiam saat mendengar Laura benar-benar marah dan bahkan sampai memukul mereka. Tidak ada pilihan lain Mereka pun terpaksa untuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran yang sangat membosankan.
••••••
Laura menatap ke arah jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya. Wanita itu menghembuskan nafas dengan kesal karena go-jek yang ia pesan belum juga datang. Padahal Ia ingin sekali cepat pulang karena ingin menyelesaikan tugas kuliahnya.
Ia menentukan kepalanya dan melindungi diri dengan tangannya saat matahari yang begitu panas berada di bawah dirinya. Laura tidak tahu apa yang membuat hari ini begitu panas padahal kemarin hujan sangat deras. Apalagi ini adalah akhir tahun dan seharusnya ini adalah musim hujan.
“Butuh tumpangan nggak ibu guru cantik?” Selalu saja ada orang ini di mana pendirinya berada. Laura menghembuskan nafas kesal dan ingin kembali ke sekolah karena tidak ingin ikut dengan pria itu sebab Ia lebih baik tinggal lebih dulu daripada ikut dengan pria tersebut.
Tiba-tiba notifikasi dari ponselnya berbunyi. Laura pun menetap bahwa notifikasi tersebut dari aplikasi go-jek. Ia begitu bahagia dan menyangka bahwa go-jek yang ia pesan akan segera sampai. Tapi siapa sangka gojek yang ia pesan malah meminta maaf karena terjadi masalah dengan motornya.
Laura memandang ke arah Leo yang masih setia menunggu dirinya. Wanita itu pun memutar bola matanya malas dan lebih memilih untuk berjalan kaki.
Leo tidak mengerti kenapa Laura begitu keras kepala. Padahal ada dirinya dan masih rela berjalan kaki di bawah terik matahari yang sangat panas hari ini.
“Ibu, ada saya lho yang lebih gratis. Ibu bebas mau ke mana pun, mau keliling Jakarta juga nggak papa. Semuanya sayang kasih gratisan buat ibu.” Leo masih tetap kekeh dan mengiringi Laura yang berjalan kaki.
“Apakah kamu sama sekali tidak memiliki harga diri? Kau benar-benar merasahkan.” Laura dengan kesal mengatakan itu semua di depan Leo Karena ia merasa risih dengan kehadiran pria itu yang terus mengikuti dirinya.
“Kenapa ibu marah-marah sama saya? Dulu aja telat dikit dijemput pasti marah.” Mulai sudah pria ini mengungkit masa lalu yang menurutnya itu adalah aib dirinya dan sangat menyesalinya.
Sejujurnya Laura sudah sangat merasa lelah dan ingin beristirahat sebentar. Tapi jika laki-laki ini mengetahuinya pasti akan menjadi bahan ejekannya. Jadi Laura pun memutuskan untuk tetap berjalan kaki walaupun rasanya sangat perih.
Leo menyadari hal tersebut. Tapi ia tahu bahwa Laura sangat gengsi. Maka dari itu kali ini ia bersikap lebih serius.
“Ibu guru Laura, izinkan saya mengantar anda sebagai murid yang menghormati gurunya.” Laura pun berhenti berjalan dan memandang ke arah Leo.
Melihat wajah Leo yang serius dan tidak tengil seperti biasanya membuat Laura berpikir dua kali. Tidak masalah ikut dengan Leo apa lagi ia memang membutuhkan tumpangan.
Leo menarik kedua sudut bibirnya saat melihat Laura akhirnya luluh juga dan mau ikut dengannya. Karena ia meminta kepada Ibu gurunya sebagai seorang murid maka ia harus menghormati Laura di sepanjang jalan sebagai gurunya.
“Akhirnya bisa boncengin ibu guru cantik juga!”
••••••
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
“Buk Guru, hati-hati di rumah. Titip salam buat mertua,”ucap Leo dengan santainya kepada Laura yang sudah meninggalkan dirinya dan bahkan tidak peduli dengan apa yang ia ucapkan. “Buk Guru! Saya siap kok buat jadi tukang ojeknya ibu guru tiap hari! Mau keliling ke mana pun saya antar!”
Laura yang sudah mencapai pintu dan masih mendengar suara teriakan laki-laki tersebut merupakan tangannya dan kemudian masuk ke dalam rumah sembari membanting pintu dengan sangat keras hingga membuat Leo yang masih di depan rumahnya terkejut.
“Laura apa yang kamu lakukan!” teriak ibunya saat mendengar pintu rumah mereka bak ingin lepas dari engselnya.
“Tidak apa-apa mama!”
Leo menarik nafas panjang dan mengusap dadanya. Kemudian ia menarik satu bibirnya membentuk sebuah senyum miring. Itu kebiasaan dirinya karena merasa ganteng seperti itu. Laki-laki tersebut menatap dirinya di kaca dan kemudian menyisir rambutnya dengan jari tangannya.
“Gue ganteng banget hari ini. Pasti bu guru Laura yang cantik klepek-klepek sama gue!” Meskipun seperti itu Ia tetap percaya diri, itulah kelebihan yang dimiliki oleh Leo.
Pria itu menarik nafas panjang dan kemudian menyalakan motornya lalu meninggalkan halaman rumah Laura. Laura masih mengintip laki-laki tersebut dari balik korban dan bisa bernapas lega saat melihat penggemar akutnya tersebut telah pergi.
“Kenapa masih di depan pintu?” tanya ibunya bingung saat melihat dirinya yang tidak berkutik sama sekali.
Laura mengusap belakangnya untuk mencari alasan menjawab pertanyaan ibunya tersebut. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa Leo lah yang telah mengantarnya pulang. Karena ibunya sangat marah saat mengetahui bahwa ia berpacaran dengan anak SMP yang mana statusnya juga baru masuk sekolah menengah pertama tersebut.
Jika diingat-ingat lagi pun Laura juga bingung kenapa ia bisa berpacaran dengan laki-laki tersebut dahulu. Lebih parahnya lagi mereka hanya berpacaran sebulan, itu benar-benar di luar nalar.
“Nggak papa,” jawab Laura santai dan kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Ibunya mengerutkan keningnya. Ia pun berkacak pinggang dan bingung dengan anak zaman sekarang yang tidak ingin berbicara sama sekali mengenai masalah mereka. Padahal ibunya ingin terlihat dekat dengan Laura.
“Apa yang telah disembunyikan anak itu? Terlihat sekali kalau dia seperti menyimpan sesuatu!”
Ibunya pun berharap bahwa bukan sesuatu yang buruk tengah ditutupi oleh Laura. Ia pun memandang keluar jendela dan memang tidak ada apapun di sana.
Merasa situasi sudah semakin membaik, wanita tersebut pun pergi ke dapur untuk melanjutkan memasak.
“Kamu jangan lupa pergi kuliah! Malam ini ada mata kuliah kan?!”
“Iya Mama!”
Laura menarik nafas panjang di dalam kamarnya. Seketika moodnya untuk mengerjakan tugas kuliah pun semakin memburuk. Semua itu terjadi karena anak bandel itu. Bahkan ia ingin rasanya resign dari sekolah tersebut, namun mengingat bahwa Ia membutuhkan uang untuk kuliah maka ia pun harus berpikir dua kali untuk resign.
“Kenapa aku harus bertemu dia di dalam hidupku?” Laura menarik nafas panjang dan kemudian meletakkan wajahnya di atas meja.
Sebuah kekonyolan yang begitu nyata. Dan pada kenyataannya ia masih sanggup berdiri di sekolah swasta tersebut walaupun ia harus menghadapi ujian seperti itu bertahun-tahun lamanya.
Tapi syukurnya anak itu baru saja naik ke kelas 3, nanti sebentar lagi Ia juga akan terbebas dari hama laki-laki tersebut.
Laura memegang kepalanya yang berdenyut. Ia harus mengerjakan banyak tugas, yakni tugas sekolah dan juga tugas untuk kuliah. Belum lagi mengurus anak murid. Betapa repotnya seorang Laura.
••••••••
Leo pun membuka pintu kamarnya dengan kencang dan menutupnya juga dengan dorongan yang cukup keras hingga menghasilkan bunyi yang nyaring dan dapat didengar seluruh rumah. Itu bukan pertanda ia kesal, tapi pertanda bahwa Ia memang adalah anaknya nakal yang tidak mempedulikan etika di rumah.
Namun sayangnya lagi orang tuanya anak sibuk bekerja dan tidak pernah memikirkan bagaimana tata krama yang dimiliki oleh anak mereka. Bukan rahasia umum lagi jika Leo adalah anak dari orang kaya dan bahkan sekolah tersebut milik ayahnya. Maka dari itu ia sangat berani sekali bertindak di sekolah tersebut.
Tapi sangat sedikit yang mengetahui hal tersebut. Termasuk Laura juga tidak mengetahuinya. Tapi ia tetap takut kepada Leo karena merasa jika laki-laki tersebut anak dari orang kaya dan pasti memiliki power di sekolah tersebut.
Tanpa membuka baju sekolahnya, Leo pun langsung duduk di depan komputer untuk bermain game. Ia membuka dasinya dan juga beberapa kancing baju sekolahnya sehingga aura bad boy nya semakin keluar. Laki-laki tersebut juga memainkan lidahnya dan terlihat sangat tampan.
Ia bermain game hingga lupa waktu dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolah. Merasa bosan dengan hal tersebut, Leo pun mengambil ponselnya dan mencari nomor Laura. Sayangnya walaupun ia berganti nomor beberapa kali dan tetap di blok oleh wanita itu.
Untuk mengobati rasa rindunya yakini cinta pertamanya Leo membuka galeri. Masih ada foto jadul mereka di mana itu adalah cinta monyet seperti yang dikatakan oleh Laura ketika mereka putus. Tapi jika cinta itu adalah cinta monyet lantas kenapa dirinya sampai sekarang tidak bisa mencintai orang lain selain Laura.
Ia merasakan perbedaan yang sangat luar biasa ketika bersama wanita tersebut. Ia bahagia jika dekat dengannya dan nyatanya ia tidak menganggap Laura sebagai cinta monyetnya.
“Kenapa sih ibu harus cantik banget?”
Leo menarik nafas panjang dan kemudian keluar dari dalam kamarnya. Ia menuju ke arah dapur untuk mencari makanan kesukaannya yang telah disiapkan.
“BIBI!!”
“IYA DEN BENTAR!”
Ketika ia memanggil pembantunya tersebut mereka akan datang dengan cepat dan menyiapkan makanan untuknya. Pembantu di rumah itu selalu saja menutupi keburukan Leo dari orang tuanya. Melihat Leo yang begitu tampan dengan pakaian sekolahnya namun juga di satu sisi ia harus memperingatkan anak itu mengganti pakaiannya.
“Aden kenapa nggak buka bajunya? Besok mau dipakai!”
Leo dengan santainya malah membuka bajunya dan bertelanjang dada. Sontak pembantu tersebut terkejut dan apalagi pembantu muda yang ada di rumah itu tak sengaja melihat hal tersebut saat ingin ke dapur refleks langsung memalingkan wajahnya.
“Aduh Aden bukan seperti itu.”
“Lah mulu perasaan gue,” ucap Leo tidak habis pikir dan kemudian dengan santainya melahap makanannya tanpa beban.
“Aden maksud bibi itu ganti pakaiannya bukan buka baju di sini.”
“Nggak apa-apa lagi pula cuman ada bibi sama yang lainnya. Santai aja.” Memang laki-laki bernama Leo ini tidak memiliki rasa malu sama sekali.
Selesai melahap makanannya, Leo pun hendak kembali ke dalam kamar. Akan tetapi ia mengharapkan kening saat mendengar Bel rumah mereka berbunyi.
Hanya dengan bertelanjang dada Ia pun keluar untuk melihat siapa yang datang. Saat membuka pintu tersebut ia terkejut bahwa yang datang adalah Nisa salah satu orang yang sangat terobsesi dengannya.
Nisa terkejut melihat penampilan Leo yang benar-benar mencengangkan.
•••••••
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!