NovelToon NovelToon

Ayesha I Miss You

Kebetulan yang memalukan

Ayesha, gadis remaja berusia 18 tahun berjalan masuk ke sekolah barunya dengan raut wajah berbinar bahagia. Bagaimana dia tidak bahagia? Dia lagi membayangkan wajah-wajah kesal orang-orang yang suka membulinya dulu di sekolah lama, ketika melihat postingannya tadi malam di media sosial pribadinya. Dimana dia memposting photo seorang pemuda yang sangat tampan dan dia klaim adalah pacarnya.

"Mereka semua pasti iri. uhh, senangnya!" sorak Ayesha dalam hati.

"Ternyata begini rasanya kalau berhasil membuat mereka mati kutu. Rasanya itu kaya lagi mendapatkan apa yang selama ini kita inginkan. Sangat, sangat bahagia! Ya, walaupun postingan itu bohong sih," Ayesha masih terus bermonolog di dalam hati, tanpa memperhatikan keadaan sekelilingnya yang melihatnya dengan tatapan aneh dan sinis.

Ayesha Candramaya adalah siswi pindahan yang selalu berpenampilan biasa saja.

Dia terpaksa pindah karena sering mendapat bully di sekolahnya yang lama, dikarenakan penampilannya yang jauh dari kata 'modern'. Apalagi jika ditambah dengan kaca mata tebal yang menghiasi kedua matanya, membuat dia semakin terlihat cupu bagi teman-temannya.

"Lihat! dia begitu aneh. Masa Brian memiliki pacar seperti dia? benar-benar tidak masuk akal." Ayesha tersentak kaget mendengar suara bisik-bisik dari sekitarnya.

"Siapa yang mereka maksud? Tidak mungkin aku kan? Tapi kenapa mereka semua menatap aneh ke arahku?" batin Ayesha, seketika merasa risih.

Ayesha mencoba untuk tidak peduli dan tetap santai melangkah menuju kelasnya. Namun, sepanjang jalan menuju kelasnya, dia semakin merasa risih, melihat tatapan para siswa/siswi yang menatapnya bak dirinya itu makhluk aneh yang datang dari planet lain.

"Mereka semua pada kenapa sih? apa ada yang aneh denganku?" Ayesha memeriksa pakaiannya sendiri. Ia semakin bingung karena menurutnya tidak ada yang salah sama sekali, dengan dirinya.

"Akhirnya sampai juga!" Ayesha mengembuskan napas lega dan langsung duduk di kursinya.

"Bodo amatlah, mereka mau menatapku seperti apa," sambungnya kembali.

Ayesha kemudian mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan kelas. Lagi-lagi dia bingung, melihat tatapan teman-teman sekelasnya yang sama persis dengan tatapan yang dia dapatkan di luar tadi.

"Mereka semua kenapa sih? kenapa aku jadi merasa tidak enak begini ya?" Ayesha mulai menggigit bibir bawahnya.

"Woi! kamu gila ya? kenapa kamu bisa senekad itu sih?" tiba-tiba seorang gadis berseragam persis sepertinya datang,sembari menepuk pundaknya dengan cukup kuat.

"Retha, sakit tahu!" Pekik Ayesha sembari mengelus-elu pundaknya.

"Emangnya apa yang sudah aku lakukan?" tanya Ayesha lagi.

"Kamu masih berani bertanya, apa yang sudah kamu lakukan? ck ck ...." Gadis bernama Retha, yang merupakan sahabat Ayesha itu, berdecak seraya menggeleng-gelengkan kepala.

"Kamu jangan buat aku bingung dong! kamu kasih tahu saja, apa yang sudah aku lakukan?"

"Kamu tahu tidak, kamu sudah membuat seisi sekolah ini, heboh karena postinganmu tadi malam tentang Brian," bisik Retha.

"Brian? emangnya siapa Brian?" Ayesha mengrenyitkan keningnya, semakin bingung.

Retha menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya kembali. Gadis itu melakukannya berkali-kali, guna meredam rasa geramnya melihat kepolosan Ayesha, sahabatnya.

"Kamu gimana sih? tadi malam kamu memposting photonya di media sosialmu dan bilang kalau itu pacarmu. Dia itu Brian dodol!" umpat Retha masih berusaha menahan rasa geramnya.

"Oh, namanya Brian." Ayesha mengangguk-anggukan kepalanya.

"Aku tidak tahu, Retha. Soalnya aku hanya asal comot photo saja tanpa lihat namanya. Emangnya kenapa semuanya jadi heboh? Aku kan hanya post photo dia saja." Ayesha masih memasang wajah polosnya.

"Ihhhh," Retha benar-benar geram. Dia kembali mengembuskan napas berkali-kali, berharap rasa geramnya berkurang.

"Yesha ... Asal kamu tahu ya, Brian itu idola siswi di sini. Selain karena berprestasi, dia itu juga ketua team Basket sekaligus putra dari pemilik perusahaan raksasa di negri ini. Tentu saja semua jadi heboh karena merasa, tidak mungkin seorang Brian punya pacar seperti kamu," terang Retha, membuat mata Ayesha membesar.

Kini wajah Ayesha terlihat sangat panik, mendengar penuturan sahabatnya itu.

"Ka-kamu bercanda kan,Ta?" tanya Ayesha memastikan.

"Yang kamu lihat bagaimana? Apa ekspresi wajahku terlihat bercanda? aku serius dodol!" Retha mendorong jidat Ayesha.

"Jadi bagaimana ini? apa aku akan mendapatkan masalah lagi di sekolah ini?" Ayesha menggigit bibirnya. Raut wajah gadis itu tidak bisa lagi menyembunyikan kepanikannya.

"Satu hal lagi yang harus kamu tahu ... Dia itu sekelas dengan kita." Mata Ayesha semakin membesar disertai dengan mulut yang terbuka, mendengar kenyataan baru yang terlontar dari mulut Retha.

"A-Apa? dia sekelas dengan kita? mampus aku!" Ayesha meringis sembari menggigit bibir bawahnya.

"Tapi, kenapa kemarin aku tidak melihatnya?" lanjut Ayesha.

"Dia kemarin tidak datang ke sekolah karena ada urusan, makanya kamu tidak ketemu dengannya," terang Retha.

"Jadi, aku harus bagaimana dong? masa aku harus pindah sekolah lagi? papaku pasti tidak akan setuju," Ayesha terlihat mau menangis.

"Makanya jangan sembarangan comot photo. Cari tahu dulu!"

"Haish, bisa tidak kamu jangan membuatku semakin panik? aku kan tidak tahu dan sama sekali tidak kenal dia. Aku hanya ingin membuat mantan teman-temanku di sekolah dulu, iri." ujar Ayesha sembari meletakkan kepalanya ke meja.

"Tapi, tunggu dulu! aku kan hanya post di media sosialku. Jadi yang bisa lihat kan hanya orang-orang yang mengikuti akunku, tapi kenapa seisi sekolah ini bisa tahu?" Ayesha menatap Retha dengan tatapan bingung.

Retha kembali menggeram.

"Kamu ini bodoh atau bagaimana sih? bukannya aku sudah bilang kalau dia itu putra dari pengusaha besar? Jadi pasti banyak orang yang mengenalnya. Makanya aku merasa aneh, bisa-bisanya kamu tidak tahu dia." ucap Retha masih berusaha mengontrol nada suaranya.

"Mungkin saja ada temanmu yang tahu Brian. Lalu dia share ke akunnya, akhirnya banyak lagi share. Itu saja masa kamu nggak tahu," lanjut Retha.

"Jadi, sekarang aku harus bagaimana dong, Tha?apa dia akan masuk hari ini?"

"Mau bagaimana lagi? semuanya sudah terlanjur.Makanya jangan cari penyakit.Jalan satu-satunya, ya, kamu harus klarifikasi di media sosialmu. Bilang kalau yang kamu posting itu tidak benar. Bereskan?"

"Tidak segampang itu, Tha! kalau aku klarifikasi, yang ada aku akan jadi bahan ejekan lagi. Arghhh, bagaimana ini?" tanpa sadar Ayesha sudah mencoret-coret meja dengan pena yang dia pegang dari tadi.

Di saat bersamaan seorang pemuda yang dari tadi mereka bicarakan, masuk ke dalam kelas.

Mata Ayesha sontak membesar dan untuk sepersekian detik, tatapan keduanya saling beradu.

Beberapa detik berikutnya, Ayesha lebih dulu mengakhiri tatapan dan langsung menutup wajahnya dengan buku. Ia benar-benar merasa malu sekarang. Saking malunya pipinya sudah berubah warna menjadi merah bak kepiting rebus.

"Ya Tuhan, apa yang akan terjadi setelah ini? please hilangkan aku untuk sementara waktu Tuhan! kalau tidak, buat mereka semua lupa," Ayesha asik memohon dalam hati, sampai tidak sadar kalau Brian sudah berdiri di dekatnya.

"Brian, dia orangnya yang mengaku-ngaku pacarmu di media sosialnya?" celetuk seorang perempuan yang juga sudah berdiri di samping Brian. Gadis itu tidak lain Vania perempuan yang selama ini selalu berada di dekat Brian.

Brian sama sekali tidak bersuara. Pemuda itu hanya menatap tajam Ayesha yang masih menyembunyikan wajahnya di balik bukunya. Jangan tanya, bagaimana kondisi jantung Ayesha sekarang. Bisa dipastikan jantung itu sekarang berdetak sangat kencang saking takutnya.

"Brian, kenapa kamu diam saja? kamu tidak ingin memarahinya? bagaimanapun dia sudah membuat berita hoax yang melibatkan namamu," Vania yang masih setia berdiri di samping Brian, berusaha memprovokasi pemuda itu.

Brian tetap memilih untuk tidak bersuara. Pria itu justru memilih untuk langsung duduk di kursinya yang ternyata tepat ada di depan meja Ayesha.

Sikap Brian barusan, membuat gadis yang berusaha memprovokasi tadi menggeram kesal. Padahal dia tadinya ingin sekali melihat Brian memaki-maki Ayesha.

Merasa Brian sudah tidak berdiri lagi di samping kursinya, Ayesha dengan pelan-pelan menurunkan bukunya dari wajahnya. Ia terkesiap kaget, mendapati kenyataan kalau pemuda itu ternyata duduk persis di depannya.

"Hei, jangan karena Brian diam saja kamu bisa senang ya? kamu harus tetap hapus photo itu, dan mengakui kalau kamu bohong! asal kamu tahu, apa yang kamu lakukan itu benar-benar merugikan Brian. Asal kamu tahu banyak komentar yang bilang Brian bodoh, mau pacaran dengan perempuan seperti kamu!" ujar Vania dengan sangat ketus.

"Tapi, kamu jangan lupa, banyak juga yang memuji Brian, yang katanya sebagai pria tampan dan kaya,tapi tidak memandang seorang wanita dari penampilannya," sambar Retha dengan cepat, membela Ayesha.

Vania menggeram. Ia ingin menyumpal mulut Retha, tapi dia berusaha menahan diri karena tidak ingin terlihat buruk di mata Brian.

"Lagian, kenapa kamu yang sewot sih? Brian aja diam tuh, tidak segarang kamu," cetus Retha lagi, membuat Vania semakin geram.

"Vania, kelas sudah akan mulai, kamu sebaiknya duduk ke kursimu!" untuk pertama kalinya Ayesha mendengar suara Brian.

Vania menghentakkan kakinya dan langsung berlalu pergi menuju kursinya.

tbc

Bertemu Brianna

Begitu bel tanda istirahat berbunyi, tanpa menoleh maupun menyapa Ayesha, Brian langsung berjalan keluar. Mulut Ayesha yang tadinya hendak terbuka untuk melontarkan kata permintaan maaf, menjadi tergantung di udara.

"Brian, tunggu aku!" terdengar teriakan dari arah meja Vania.

"Cih, dasar lintah. Maunya lengket mulu sama Brian," umpat Retha, sembari menatap sinis ke arah perginya Vania.

Sementara itu, Ayesha sama sekali tidak peduli dengan sikap Vania. Gadis itu masih memikirkan bagaimana caranya meminta maaf pada Brian.

"Haish, aku harus bagaimana ini? Ali pindah sekolah mau bisa sekolah dengan tenang, tapi kenapa jadi begini? aku merasa seperti dibenci seisi sekolah sekarang," Ayesha mengeluh dengan mata yang hampir ingin menangis.

"Sudahlah, semuanya sudah terlanjur! jalan satu-satunya ya seperti yang aku katakan tadi, kamu harus klarifikasi,"

Ayesha terlihat mulai menggusak-gusak rambutnya, merasa dilema untuk mengiyakan saran Retha barusan.

"Tapi, Retha aku pasti akan jadi bahan bulan-bulanan nanti. Bukan hanya dari orang-orang di sekolahku dulu, tapi juga di sekolah ini. Pasti nantinya ketika aku lewat depan mereka, semuanya tidak akan berhenti mencibirku," ujar Ayesha, lirih.

Retha tidak memberikan tanggapan lagi karena memang apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu benar. Dia pasti nantinya bakal jadi bulan-bulanan siswa di sekolah mereka. Kalaupun Ayesha pindah sekolah lagi, ia juga pasti akan mendapat perlakuan yang sama, mengingat klarifikasinya pasti akan ramai dilihat para pengguna media sosial.

"Gimana dong, Retha? kasih saran yang lain dong selain klarifikasi!" Ayesha mulai merengsek.

"Haish, aku juga bingung, Yesha! kepalaku buntu sekarang. Aku benar-benar tidak bisa berpikir lagi!" ujar Retha, menyerah.

"Sebaiknya kita ke kantin dulu! soalnya aku sudah lapar!" sambung Retha lagi.

"Kamu pergi saja sendiri ya! aku malu keluar dari kelas ini," bisik Ayesha.

"Kalau begitu kamu nanti lapar dong! ingat kelas kita akan berakhir 5 jam ke depan. Sudahlah, kamu coba saja bersikap bodo amatan. Abaikan apapun yang mereka katakan nanti!" Retha berusaha membujuk sahabatnya itu.

Ayesha mencoba untuk berpikir sejenak. Detik berikutnya ia tersenyum dan mengangukkan kepalanya. "Baiklah, aku ikut kamu ke kantin," Ayesha berdiri dari kursinya dan bersiap hendak pergi.

Namun, belum sempat melangkah, tiba-tiba seorang gadis cantik yang memakai seragam olahraga masuk dan langsung menatap ke arah Ayesha.

"Haish, dia datang ke sini pasti mau nemuin kamu," bisik Retha.

"Emangnya dia siapa?" Ayesha berbisik kembali. Tapi yang pasti dia menduga kalau gadis cantik yang baru masuk itu ada hubungannya dengan Brian.

"Dia itu__"

"Hai, jadi kamu ini pacarnya Brian?" belum sempat Retha menyelesaikan ucapannya, gadis itu sudah berdiri tepat di depan Ayesha.

Ayesha sontak menggeleng-gelengkan kepalanya dibarengi dengan tangan yang melambai-lambai cepat, menyangkal dugaan gadis di depannya itu.

"Benarkan feelingku. Dia pasti ada hubungan dengan Brian. Dia pasti salah satu penggemar laki-laki itu," bisik Ayesha pada dirinya sendiri.

Gadis itu menelisik penampilan Ayesha dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, kemudian kembali lagi ke wajah Ayesha. Apa yang dilakukan gadis yang belum Ayesha tahu namanya itu, tentu saja membuatnya merasa risih.

"Emm, ternyata selera Brian begini ya? tidak ada yang salah menurutku. Dipoles sedikit, kamu pasti sangat cantik. Lagian yang terpenting itu attitudenya baik,"

Mata Ayesha membesar dan mulutnya sedikit terbuka mendengar ucapan gadis di depannya itu, yang menurutnya sangat membingungkan. Benar-benar jauh dari apa yang dia prediksi.

"Tutup mulut kamu itu! nanti lalat bisa masuk!" tegur gadis itu membuat Ayesha dengan refleks menutup mulutnya.

"Sini kamu duduk dulu!" gadis itu dengan wajah riang menarik tangan Ayesha dan memintanya duduk di depannya.

"Kamu rumahnya di mana? dan kenal Brian di mana?" tanya gadis itu dengan antusias. Jangan lupakan wajah Retha yang juga kebingungan.

"Ma-maaf. Kamu benar-benar salah paham. Aku dan Brian sebenarnya ...." Ayesha menggantung ucapannya, karena tiba-tiba dia tersadar akan sesuatu.

"Haish kalau aku ngaku, bisa-bisa dia menyebarkan ke seisi sekolah kalau aku bukan pacar Brian. Aku kan bisa jadi bulan-bulanan?" batin Ayesha.

"Kamu dan Brian sebenarnya apa?" sudut alis kanan perempuan itu, naik sedikit ke atas, menyelidik.

"Emm, aku dan Brian__"

"Dia dan Brian sebenarnya tidak pacaran, Anna. Bahkan, dia baru bertemu Brian hari ini," Retha akhirnya buka suara, karena melihat keraguan Ayesha.

"Haish, kenapa Retha kasih tahu sih? siap-siap aja aku jadi bulan-bulanan," rutuk Ayesha sembari menggigit bibirnya.

"Hah, kok bisa? tapi bukannya kamu memposting photo Brian dan bilang dia pacar kamu? tapi kenapa bisa baru bertemu sekarang?" gadis yang dipanggil Anna itu mengrenyitkan keningnya.

Melihat Ayesha yang masih diam saja, akhirnya Retha berinisiatif untuk menjelaskan semuanya.

Gadis yang dipanggil Anna itu sontak tertawa lepas mendengar cerita Retha. Sikapnya itu tentu saja menambah kebingungan pada Ayesha.

"Jadi begitu ceritanya? lucu sekali ya? tapi menurutku, tidak masalah sih. Oh ya, kamu dari tadi terlihat gugup, kamu pasti merasa aku membahagiakan kamu kan? itu pasti karena kamu belum tahu siapa aku. Kenalkan aku Brianna, sering dipanggil Anna. Aku dan Brian itu kembar. Aku kakaknya dan dia adikku. Aku ada di kelas sebelah,"

Ayesha semakin kaget mendengar pengakuan perempuan di depannya itu. "Pantas saja, dia sangat cantik. Tapi, kenapa dia tidak memarahiku, karena sudah lancang mencuri photo adiknya?" batin Ayesha.

"Udah, kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menyebarkan kenyataan itu, karena aku sudah tahu alasannya. Oh ya, apa adikku tadi marah-marah ke kamu atau dia diam saja?" Brianna terlihat antusias ingin tahu.

"Emm, di-dia diam saja, Kak. Tapi, dia menatapku dengan sangat dingin," sahut Ayesha, dengan suara bergetar.

" Oh itu sudah biasa dia lakukan. Dia di rumah selalu dipanggil manusia kutub. Dia persis kaya papaku yang hanya hangat pada mamaku dan Keluarganya saja. Oh ya, Jangan panggil aku Kakak, kamu lupa kalau kita ini se-usia?" tutur Brianna.

"Tapi, nggak masalah sih kamu panggil aku Kakak, itung-itung kamu lagi latihan. Mana tahu kan kamu ini nantinya jadi adik iparku. Jodoh tidak ada yang tahu," sambung Brianna lagi sembari mengerlingkan matanya.

Ayesha sontak menatap ke arah Retha dengan tatapan penuh tanya. Dia benar-benar bingung melihat sikap ceria Brianna yang bertolak belakang dengan Brian yang dingin.

"Oh ya, kalian tadi mau ke kantin kan? ayo, kita sama-sama ke sana!" Brianna berdiri dari kursinya dan kembali meraih tangan Ayesha.

tbc

Kekesalan Vania

Brian baru saja keluar dari kantin dan berjalan hendak menuju kelas. Namun, langkahnya sontak berhenti karena tiba-tiba Ayesha, murid baru yang mengaku-ngaku pacarnya sudah berdiri di depannya dengan raut wajah cengengesan.

"Hi, Brian! kenalkan namaku Ayesha! kamu boleh panggil aku Yesha!" Ayesha mengulurkan tangannya ke arah Brian.

Bukannya membalas uluran tangan gadis itu, Brian jusru bersikap apatis dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Mata pria itu, hanya menatap tangan Ayesha yang terulur ke arahnya dengan tatapan dingin.

Melihat sikap Brian yang dingin, Ayesha kemudian menarik tangannya kembali. Senyuman yang tadinya menghiasi bibirnya, meredup seketika, berganti dengan raut wajah sendu.

"Ih, sombong amat! untung kamu ganteng!" umpat Ayesha dalam hati.

"Udah ngomongnya? kalau kamu mau ngomong itu saja, aku sudah dengar. Sekarang kamu tolong menyingkir, aku mau lewat!" ucap Brian dengan raut wajah datar.

Ayesha dengan refleks menyingkir memberikan jalan untuk Brian. Namun, tiba-tiba dia teringat apa tujuan awalnya mengajak Brian bicara. Apalagi kalau bukan ingin minta maaf. Gadis itu sontak kembali menghadang langkahnya Brian dan kembali menyunggingkan senyum manisnya.

"Emm, a-aku hanya mau minta maaf ke kamu. Sumpah aku tidak tahu kalau kamu sekolah di sini, aku juga tidak tahu kamu anak siapa. Aku hanya asal comot photo saja. Aku hanya ingin membungkam mulut teman-teman sekelasku di sekolah lama. Mereka selalu menghinaku, dan mengatakan kalau tidak akan ada laki-laki yang mau dengan perempuan jelek sepertiku. Kamu mau kan memaafkanku?" Ayesha mengerjab-erjabkan matanya di balik kaca matanya.

Brian sama sekali tidak menjawab. Pemuda itu justru menghela napasnya dan berlalu melewati Ayesha tanpa sepatah katapun.

Merasa dicuekin, Ayesha menggeram. Namun dia hanya berani mengerutu di dalam hati. Karena selain ingin meminta maaf, dia ada tujuan lain.

"Brian, kamu tidak mau memaafkanku ya? please maafin aku dong!" Ayesha dengan berani mengejar Brian dan berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah pemuda itu.

Namun, Brian tidak menanggapi sama sekali. Pemuda itu tetap saja melangkah tanpa mengindahkan Ayesha.

Karena merasa tidak berhasil, Ayesha memberanikan diri meraih tangan Brian untuk menahan pria itu agar berhenti melangkah.

Brian sontak berhenti dan menatap tangan Ayesha yang mencengkram lengannya.

Menyadari hal itu, Ayesha pun langsung menarik tangannya kembali.

"Hei, lancang sekali kamu menyentuh Brian!" tiba-tiba seorang wanita yang tidak lain adalah Vania, menarik Ayesha dengan kasar dan mendorong tubuh gadid itu dengan kasar. Retha yang dari tadi memantau dari jauh sontak berlari untuk menolong sahabatnya itu.

"Hei, apa hakmu mendorong Ayesha!" Retha balas mendorong balik tubuh Vania, hingga terjatuh ke tanah.

"Hei, brengsek! berani sekali kamu mendorongku?" bentak Vania sembari menepuk-nepuk roknya yang kotor.

"Kamu yang duluan! kamu juga punya hak apa mendorong Ayesha?" Retha menatap tajam ke arah Vania, siap untuk menghadapi apa pun yang akan dilakukan wanita itu nantinya.

Melihat tatapan Retha yang sangat tajam bak sebilah belati, Vania beringsut mundur.

"Sudahlah jangan berisik lagi! Vania ayo ke kelas!" Brian kembali buka suara, sembari melangkahkan kakinya.

Melihat Brian yang sudah melangkah kembali, Ayesha yang sama sekali belum menyerah kembali berlari mengejar pemuda itu.

"Brian, kamu memang tidak menjawab permintaan maafku tadi, tapi aku menganggap kalau kamu sudah memaafkannya. Tapi, boleh nggak aku minta satu permintaan lagi padamu?" Ayesha sudah kembali berdiri di depan Brian.

"Hei, Ayesha! kamu benar-benar tidak tahu diri ya! kamu itu tidak punya harga diri ya? Brian sama sekali tidak menanggapimu dari tadi, tapi kenapa kamu masih keras kepala? benar-benar memalukan!" lagi-lagi Vania mengumpat.

"Aku tidak bicara denganmu. Aku bicara dengan Brian. Kenapa sih dari tadi kamu yang selalu sibuk? kamu wakil Brian, atau kamu memang kurang kerjaan?" sahut Ayesha dengan lantang. Untuk pertama kalinya gadis yang terlihat kuno itu, berani melontarkan kata-kata tegas, hingga membuat Retha yang tahu sifat Ayesha, terkesiap kaget.

"Heh, dia benar-benar Ayesha kan? kenapa bisa bicara keras seperti itu?" Retha sampai mengucek-ucek matanya, memastikan kalau yang baru menentang Vania itu adalah sahabatnya yang selama ini selalu lembek.

"Kamu ya, berani sekali kamu bicara seperti itu? kamu mau aku__"

"Sudah, cukup! ini sekolah, jangan buat keributan di sini!" Brian buka suara menyela ucapan Vania, hingga membuat wanita itu terdiam.

Kemudian ia pun mengalihkan tatapannya ke arah Ayesha. "Sekarang aku kasih kamu kesempatan, katakan apa permintaanmu!" ucapnya, tegas.

Ayesha, terdiam untuk beberapa saat saking kagetnya mendengar suara keras Brian barusan. Saking kagetnya, wanita itu hampir lupa apa yang hendak dia minta.

"Kenapa diam? kamu tidak mau mengatakannya? kalau tidak mau, aku akan pergi!"Brian kembali buka suara, menyadarkan Ayesha dari rasa kagetnya.

"Tu-tunggu, jangan pergi dulu! aku akan katakan permintaanku. Aku mohon ke kamu, boleh tidak, aku tidak perlu menghapus photo itu dan aku tidak perlu klarifikasi? kamu tahu sendirikan kalau aku melakukannya aku akan__"

" Terserah kamu! belum selesai Ayesha bicara, Brian sudah menyambar lebih dulu.

"Kenapa terserah sih? jawabnya Iya atau tidak. Kalau terserah kan, Kesannya jadi abu-abu," sahut Ayesha.

Brian mendengus, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalau aku menjawab terserah, itu berarti aku kasih kamu pilihan untuk memilih yang menurutmu baik. Kalau kamu tidak ingin menghapusnya silakan, sebaliknya, kalau kamu ingin menghapusnya juga silakan. Paham kamu!" pungkas Brian, lalu akhirnya kembali melanjutkan langkahnya.

"Oke, baiklah! aku anggap kamu tadi menjawab iya. Terima kasih ya Brian!" teriak Ayesha, dengan semangat.

Brian sama sekitar tidak menjawab lagi. Pemuda itu tetap melanjutkan langkahnya, disusul oleh Vania yang tampak sangat kesal sekarang.

"Brian, kenapa sih kamu tidak langsung saja meminta dia untuk menghapusnya dan memintanya untuk klarifikasi? kalau dia tidak klarifikasi, bisa-bisa orang-orang menganggap kalau kalian memang punya hubungan," protes Vania, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah Brian.

"Biarkan saja! hitung-hitung kabar itu juga membantuku!" ucap Brian, ambigu.

"Membantumu? apanya yang membantu? justru itu membuat orang-orang yakin kalau kamu sudah punya pacar. Kalau cantik tidak masalah, lah ini modelan seperti itu. Bukannya itu akan membuat orang-orang menganggap kamu bodoh?" Vania masih berusaha memprovokasi Brian.

"Justru itu yang aku inginkan. Untuk sekarang biarlah orang-orang menganggapku sudah punya pacar. Setidaknya, aku bebas dari kejaran mereka. Dan satu lagi, untuk sekarang,aku juga tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita manapun. Jadi, aku minta kamu jangan buat tindakan bodoh yang ingin melakukan klarifikasi sendiri nantinya, tanpa seizinku. Kalau kamu melakukannya, ingat, aku tidak akan mau berteman denganmu lagi! kamu tahu aku kan? walaupun nanti kamu pakai akun lain, aku bisa tahu kalau itu kamu!" pungkas Brian, yang setelah menyelesaikan ucapannya, langsung mempercepat langkahnya, meninggalkan Vania yang tingkat kekesalannya sudah sampai ke ubun-ubun.

"Sial! bisa-bisanya Brian bicara seperti itu! tadi dia bilang apa? dia. bilang kalau sekarang, dia tidak ingin menjalin hubungan apapun dengan wanita? benar-benar menyebalkan!" umpat Vania sembari menghentak-hentakkan kakinya.

Tanpa sengaja, wanita itu menoleh ke belakang. Kekesalannya semakin bertambah ketika melihat Ayesha yang menjulurkan lidah ke arahnya.

tbc

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!