"Nenek … aku mohon bangun Nek!"
Suara teriakan seorang wanita muda berusia 25 tahun bernama Raisa Salsabila, terdengar melengking mengisi sebuah kamar kecil. Ia yang baru saja pulang bekerja di sore hari, dibuat terkejut melihat sang nenek yang jatuh terkapar di atas lantai dalam keadaan pingsan. Nenek yang akrab di panggil Nenek Sania itu mempunyai penyakit yang cukup parah, tetapi karena kondisi keuangan keluarga mereka yang pas-pasan membuat Raisa tidak mampu untuk membawa neneknya untuk pergi berobat. Ia hanya seorang Cleaning Service yang bekerja di salah satu perusahaan terbesar di kotanya karena Raisa hanyalah seseorang lulusan SMA.
"Nek aku mohon Nek bangun, kenapa Nenek jadi seperti ini," kata Raisa iringi air matanya yang bercucuran, lalu ia pun meminta tolong tetangganya untuk membawa Nenek Sania ke klinik terdekat.
------
"Maaf Nona Raisa, Nenek Anda harus segera dibawa ke rumah sakit, ini surat rujukannya. Anda juga tahu sendiri 'kan jika penyakit yang Nenek Sania alami ini bukan penyakit yang main-main, beliau mengalami penyakit jantung koroner yang semakin lama semakin memburuk. Jadi tidak akan bisa diobati di klinik kami. Sekarang juga Nona harus membawa Nenek Anda ke rumah sakit, karena jika tidak saya takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan," titah dokter saat Raisa membawa neneknya ke klinik.
"Baik Dok, terimakasih banyak," ucap Raisa, tubuhnya lemah seketika saat mendengar kabar tentang neneknya itu.
Raisa pun mengikuti pihak klinik yang membawa Nenek Sania menggunakan ambulan menuju ke rumah sakit.
"Nek, aku mohon Nenek harus bertahan ya. Hanya Nenek satu-satunya keluarga yang aku punya. Aku janji Nek, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Nenek," batin Raisa yang menggenggam erat tangan sang nenek dengan air matanya yang terus saja menetes tanpa henti.
*****
Keesokan hari, Raisa pergi bekerja seperti sedia kala. Jika tidak bekerja tentunya ia akan semakin kesulitan untuk mendapatkan uang. Mengingat Dokter mengatakan kepada Raisa bahwa dalam minggu ini neneknya harus segera dioperasi jika ingin melihat neneknya itu selamat, karena penyakit yang dideritanya semakin hari semakin memburuk, bisa saja nenek Sania tidak bertahan jika Raisa tidak cepat mengambil keputusan itu.
Hal tersebut telah membuat Raisa merasa kebingungan, ia sama sekali tidak memiliki uang. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama dengan Nenek Sania yang mengatakan jika kedua orang tuanya sudah meninggal, bahkan Nenek Sania sendiri tidak mempunyai keluarga lagi selain dirinya. Sehingga Raisa sudah terbiasa hidup sederhana dengan membantu neneknya sehari-hari berjualan nasi lemak dan aneka macam kue basah untuk menghidupi mereka. Akan tetapi semenjak Nenek Sania sakit, hanya Raisa yang bekerja sendiri mati-matian. Meskipun belum bisa membawa neneknya berobat tetapi setiap hari neneknya harus mengkonsumsi obat untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya dan tentunya obat tersebut juga harganya tidak main-main.
"Dor … Raisa kau kenapa? Yang aku lihat dari tadi kau seperti tidak fokus. Apa ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu?" Tanya Nada yang merupakan teman Raisa sesama CS di perusahaan X, membuat Raisa terkejut dan tersadar dari lamunannya.
"Nada, kau mengejutkanku saja. Tapi kau benar, seperti yang pernah aku katakan padamu jika Nenekku memiliki penyakit dan saat ini Nenek sedang berada di rumah sakit. Dokter mengatakan jika Nenek harus segera dioperasi, kalau tidak kondisinya akan semakin memburuk. Aku tidak mau kehilangan Nenek, Nada. Hanya Nenek keluarga yang satu-satunya aku miliki. Tapi kau tahu sendiri 'kan aku hanya bekerja sebagai Cleaning Service, aku tidak memiliki uang sama sekali, bahkan untuk makan saja kami pas-pasan. Dari mana aku akan mendapatkan uang untuk operasi Nenek? Kartu kesehatan, BPJS, semuanya Nenek tidak punya. Aku bingung Nada, andai saja ada pekerjaan yang bisa langsung menghasilkan uang banyak dalam waktu singkat, pasti aku akan melakukannya. Tapi itu tidak akan mungkin, apa aku harus menjadi ba bi ngepet," ucap Raisa yang terlihat begitu sedih dan kebingungan.
Nada terdiam sejenak, ia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu. Rasanya ingin membantu, tetapi ia juga berasal dari keluarga sederhana yang sedang berusaha mengumpulkan uang untuk kuliah.
"Sa, sebenarnya aku bisa membantumu untuk mencari uang tambahan. Tapi aku tidak yakin kau mau atau tidak," ucap Nada sehingga membuat Raisa pun langsung saja menatapnya dengan mata berbinar.
"Kau serius? Apa itu, aku harus berbuat apa? Tolong bantu aku Nada, aku mau yang penting Nenekku bisa segera dioperasi," ucap Raisa begitu antusias.
"Ya sudah begini saja, nanti pulang kerja lebih baik kau ikut aku, aku akan memperkenalkanmu dengan seseorang yang akan membantumu itu," kata Nada.
"Baik Nada, terimakasih banyak ya," ucap Raisa tersenyum.
"Iya, sama-sama. Kalau begitu aku mau ke sana dulu ya, aku mau membersihkan kaca yang di sana," tukas Nada.
"Iya, aku juga mau lanjut mengepel lantai," ucap Raisa yang akhirnya pun terlihat semangat kembali untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia merasa sedikit tenang karena setidaknya sudah memiliki sedikit harapan untuk mendapatkan biaya operasi sang nenek.
*****
Sesuai kesepakatan, kini Nada dan Raisa pun sedang di dalam perjalanan menuju ke sebuah restoran untuk bertemu dengan seseorang yang dijanjikan oleh Nada. Orang tersebut yang menentukan restoran itu, sehingga mereka pun langsung saja ke sana menaiki taksi agar cepat sampai.
"Raisa, apa kau yakin ingin menerima pekerjaan ini?" Tanya Nada yang sebenarnya tidak yakin.
"Memang apa sih pekerjaannya, kenapa kau begitu tidak yakin denganku?" Tanya Raisa.
"Maaf Sa, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, tapi yang jelas waktu itu aku pernah ditawarkan oleh temanku tapi aku tidak mau melakukannya," ucap Nada.
"Memangnya kenapa? Apa terlalu berat?" Tanya Raisa penasaran.
"Ah sudahlah, nanti kau juga akan tahu," tukas Nada.
------
Tidak lama kemudian, mereka pun telah tiba disebuah restoran yang dituju. Keduanya turun dari taksi dan langsung saja masuk ke dalam restoran tersebut, menghampiri seorang wanita yang sudah menunggu mereka di dalam sana.
"Mami Sheila, maaf kami terlambat," ucap Nada.
"Nada, apa kabar Sayang? Kau semakin cantik saja," tutur seorang wanita paruh baya yang akrab disapa dengan Mami Sheila itu. "Oh tidak apa-apa Sayang, Mami juga baru sampai. Oh ya, ini teman kamu yang kamu katakan tadi?" Tanyanya yang menunjuk ke arah Raisa.
"Iya Mi, ini Raisa temanku," jawab Nada, lalu Raisa pun memperkenalkan dirinya kepada Sheila.
"Ya sudah silahkan duduk," ucap Sheila dan Raisa pun langsung saja mendudukkan dirinya di kursi yang telah disediakan.
"Mami, Raisa, maaf aku duluan ya. Aku nggak bisa menemani kalian karena aku ada urusan lain. Lagipula biar kalian berdua lebih enak 'kan ngobrolnya," ucap Nada.
"Oh gitu, ya sudah Nada terimakasih ya kau sudah mengantarku ke sini," ucap Raisa.
"Iya sama-sama, nggak usah sungkan gitu lah Sa," ucap Nada.
"Kamu hati-hati Sayang," ucap Sheila pula.
"Iya Mami, aku pulang dulu ya," ucap Nada lalu ia pun pergi meninggalkan Raisa dan Sheila di restoran.
------
"Raisa, Mami sudah mendengar cerita tentang kesulitanmu dari Nada. Nada sudah menjelaskan semuanya dan Mami sangat tahu jika hidupmu terasa sangat berat, kau pasti sangat membutuhkan uang. Mami bersedia membantumu tapi kau harus tahu dulu apa pekerjaan yang akan kau lakukan," kata Sheila yang menatap serius
"Iya Mi, aku memang sangat membutuhkan uang dalam minggu ini juga. Apapun pekerjaannya pasti akan aku lakukan, yang penting Nenekku selamat Mi," ucap Raisa dengan penuh harap.
"Ya sudah jika kau memang bersedia, pekerjaanmu adalah … ."
Sheila menjelaskan kepada Raisa tentang pekerjaan apa yang akan diberikan kepadanya, membuat Raisa benar-benar terkejut mendengarnya.
"Apa Mami serius? Jadi maksud Mami pekerjaanku adalah sebagai seorang pela cur?" Tanya Raisa.
"Ya bisa dibilang seperti itu. Bukankah kau sangat ingin mendapatkan uang dalam waktu singkat? Dalam waktu 2 malam saja kau bisa mendapatkannya Sayang, bahkan jika kau pandai mengambil hati pelangganmu kau bisa mendapatkannya langsung dalam waktu 1 malam. Tapi Semua terserah padamu, karena kau yang membutuhkan uang itu. Mami hanya ingin membantumu," terang Sheila yang membuat Raisa baru menyadari jika saat ini ia sedang bertemu mucikari.
"Aku tidak sudi!"
Bersambung …
Raisa Salsabila.
Raisa bergegas menuju ke rumah sakit di saat dokter mengabarkan jika kondisi Nenek Sania semakin memburuk. Ia merasa sangat terpukul, hatinya begitu hancur karena melihat neneknya benar-benar dalam keadaan koma di dalam ruang ICU dan harus segera dioperasi.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang ya Tuhan. Aku tidak tahu harus melakukan apa saat ini, apa aku harus menerima pekerjaan kotor dari Mami Sheila? Tapi itu tidak mungkin, bagaimana jika Nenek tahu apa yang aku lakukan, pasti Nenek akan merasa sangat kecewa," gumam Raisa yang merasa sangat bingung serta berada di posisi yang serba salah. Ia sudah menolak mati-matian tawaran Sheila yang memintanya untuk melayani tamu. Meskipun Sheila mengatakan tamu-tamu yang akan layani bukanlah orang sembarangan melainkan tamu-tamu penting, sama sekali tidak ada bedanya, tetap saja ia akan menjual dirinya.
*****
Di sebuah bangunan mewah berlantai 3 yang begitu luas dan megah bak istana, tepatnya di kediaman keluarga Abimana, terlihat seorang ibu yang di saat itu sedang memarahi anaknya. Bukan anak kecil, tapi pria dewasa yang merupakan anak kedua di keluarga Abimana.
Sandiego Abimana, pria tampan dan mapan berusia 35 tahun sangat betah dengan hidupnya yang menduda, meskipun sudah 5 tahun lamanya ia telah ditinggal oleh sang istri yang lebih memilih untuk mengejar karirnya sebagai model di luar negeri. Di rumah yang megah itu ia hanya tinggal bersama anak laki-lakinya yang saat ini berusia 5 tahun, ibunya dan juga Baby Sister yang menjaga anaknya, serta para Asisten Rumah Tangga. Sedangkan ayahnya telah meninggal dunia 3 tahun yang lalu, sehingga perusahaan besar Abimana Group yang sudah terkenal dengan kekayaan mereka sampai tujuh turunan pun tidak akan habis, dipimpin oleh Diego sendiri hingga sampai saat ini sudah berkembang pesat.
"Ma, sudahlah Ma. Kenapa sih Mama selalu saja membahas soal pernikahan? Sudah aku katakan aku tidak terpikir sama sekali untuk menikah, aku tidak mau jika nantinya aku akan ditinggal lagi oleh istriku Ma. Apalagi aku tahu wanita-wanita saat ini hanya mengincar hartaku saja," bantah Diego yang sudah sangat bosan mendengar ocehannya ibunya itu yang memintanya untuk segera mencari pasangan.
"Diego kau sadar tidak, Mama ini sudah semakin tua. Mama tidak mungkin bisa untuk menemani anakmu terus-menerus. Apa kau sama sekali tidak memikirkan kebahagiaan Denis, apa kau akan membiarkan Denis bersama dengan perawatnya terus menerus? Menurut Mama akan lebih aman jika Denis memiliki ibu sambung. Lagipula Denis juga belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, sejak bayi saja dia sudah ditinggal oleh ibunya yang tidak bertanggung jawab itu," ucap Siska yang merupakan ibu Diego.
Siska masih ingat betul bagaimana kejadian di saat Amira mantan istri Diego, setelah sebulan melahirkan Denis meminta bercerai dengan Diego dengan alasan ada penawaran karir di luar negeri dan syaratnya ia tidak boleh membawa keluarganya. Sehingga sangat membekas di hati Diego sampai saat ini yang takut untuk membina keluarga baru.
"Aku sangat, sangat dan sangat memikirkan kebahagiaan Denis Ma, tapi aku sama sekali belum memikirkan hal itu. Lagipula aku rasa saat ini Denis sudah cukup bahagia, jadi tolong ya Ma jangan paksa aku lagi untuk mencari pasangan. Nanti jika sudah saatnya aku pasti akan mengatakan kepada Mama, sekarang aku mau pergi," ucap Diego berpamitan kepada sang ibu.
"Kau mau kemana? Ini sudah malam Diego," tanya Siska.
"Menenangkan pikiran Ma," jawab Diego lalu pergi meninggalkan rumah. Sedangkan Siska hanya geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan anaknya itu, meskipun ia sudah tergolong berumur tetapi sifatnya masih saja seperti anak kecil yang suka ngambek jika sehabis diberi nasehat oleh ibunya.
*****
Karena tak punya pilihan lain, sementara dokter mengatakan paling lama 2 hari lagi Nenek Sania harus segera dioperasi, hingga Raisa pun memutuskan untuk menghubungi Mami Sheila yang memang sudah memberikan kartu nama kepadanya. Sheila sudah meminta Raisa untuk menghubunginya jika ia berubah pikiran. Setelah menghubunginya, malam ini pun Raisa terpaksa menemui Sheila di sebuah klub malam sesuai dengan perintahnya, tempat dimana Sheila berada.
"Sudah Mami katakan kau itu tidak punya pilihan lain Raisa. Mami sudah hafal betul dengan Anak-Anak Mami sebelumnya, awalnya mereka memang menolak tetapi pada pernyataannya mereka menerima tawaran Mami dan setelah itu mereka menjadi ketagihan karena sangat gampang untuk mendapatkan uang dengan pekerjaan yang Mami berikan. Kau tenang saja, kau akan mendapatkan keuntungan yang begitu besar. Mami yakin dengan kecantikanmu ini, kau akan mendapatkan uang itu segera asalkan kau bisa memuaskan pelangganmu," kata Sheila yang rasanya terdengar begitu ngeri di telinga Raisa. Akan tetapi ia mencoba menguatkan dirinya, terpaksa menerima pekerjaan tersebut dan siap menerima resiko apapun, karena ini hanyalah jalan satu-satunya yang ia bisa lakukan untuk menyelamatkan nyawa sang nenek yang sudah sangat berjasa di dalam hidupnya.
"Baik Mami, aku setuju. Tapi apa boleh aku meminta bayaran itu sebagai DP? Karena aku membutuhkannya, Dokter meminta untuk sebagai jaminan," pinta Raisa.
"Tentu saja boleh, asalkan kau menandatangani surat perjanjian. Mami tidak bisa dong mempercayaimu begitu saja. Bagaimana jika kau kabur, Mami tidak mau menanggung resikonya," kata Sheila berterus terang.
"Iya Mi, aku bersedia," jawab Raisa tanpa berpikir lagi.
Sheila yang sudah mempersiapkan semuanya itu pun langsung saja mengeluarkan selembar kertas lalu meminta Raisa untuk menandatanganinya.
_____
"Ha … ha … ha … lagipula kau juga sih, kenapa kau tidak mencari istri baru, padahal jelas-jelas Clarissa sudah meninggalkanmu selama 5 tahun. Aku jadi khawatir apa gagang sapumu itu sudah tidak berfungsi lagi karena sudah lama tidak disentuh oleh wanita," ledek Riky yang merupakan sahabat Diego. Ia adalah seorang pemain wanita yang selalu saja mencari mangsanya di klub-klub malam seperti saat ini atau melalui mucikari.
Di saat Diego tadi menghubunginya, Riky sengaja mengajak sahabatnya itu untuk mengunjungi klub malam, berharap Diego bisa mencari wanita lain dan melupakan masa lalunya yang kelam itu. Ia juga merasa kasihan setiap Diego bercerita tentang bagaimana ibunya yang selalu mengomel memintanya untuk mencari istri.
"Diam kau, jangan bicara sembarangan. Bagaimanapun juga milikku ini masih sangat perkasa, sudah pasti masih berfungsi dengan baik," kata Diego.
"Oh ya? Lalu selama ini kau melampiaskannya ke siapa Diego. Sudah 5 tahun lamanya, apa kau sama sekali tidak merindukan sentuhan wanita? Lebih baik kau ikuti saja apa kataku, di dalam klub malam ini begitu banyak wanita-wanita cantik, kau bisa menikmatinya dan kau juga bisa meminta mereka untuk memanjakanmu. Kau tinggal memberikan uang, lalu mereka akan melupakanmu begitu saja," ucap Riky yang mencoba mempengaruhi sahabatnya itu, meskipun di jalan yang salah tetapi tujuannya baik.
"Cih, apa kau sedang memintaku untuk mengikuti jejakmu itu? Apa kau sama sekali tidak takut jika nanti kau akan terkena penyakit dari mereka yang selalu bergonta-ganti pasangan?" Cibir Diego.
"Buktinya selama ini aku aman-aman saja. Lagipula kau tenang saja, aku juga mempunyai kenalan yang bisa memberikan kita wanita yang sudah teruji sebelumnya. Namanya Mami Sheila, bahkan dia selalu mempunyai barang baru yang sama sekali belum pernah disentuh sebelumnya, tetapi tentunya bayarannya pasti akan sangat mahal. Jika kau mau, aku akan mengenalkanmu dengan Mami Sheila. Ayolah Diego, siapa tahu nantinya kau bisa menjadikannya seorang istri dan mengikuti keinginan Tante Siska," pujuk Riky pantang menyerah.
"Apa kau sudah gila, kau menyuruhku mencari istri di tempat seperti ini? Tentu saja aku akan mencari istri yang baik-baik, bukan wanita penghibur," tukas Diego.
"Sudahlah Diego, lebih baik kau coba saja dulu apa kataku. Ingat gagang sapumu itu butuh dimanjakan oleh wanita, sekali-sekali bolehlah," goda Riky tersenyum meledek.
"Terserah kau saja," ucap Diego lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Kau mau kemana?" Tanya Riky.
"Pulang," jawab Diego singkat dan segera berlalu.
"Diego, Diego, lihat saja sampai kapan kau akan bertahan. Baru saja membahas soal wanita kau sudah tidak kuat dan langsung pulang. Lihat saja, kau pasti akan menerima tawaranku," gumam Aldo mengulas senyum tipis.
_____
Setelah menandatangani surat perjanjian dan mendapatkan uang dari Sheila, Raisa pun langsung saja keluar dari klub dan sangat terburu-buru hendak langsung pergi menuju ke rumah sakit. Akan tetapi tiba-tiba saja …
Brak …
Tidak sengaja ia malah menabrak seseorang akibat dari terburu-buru.
"Maaf aku tidak sengaja," ucap Raisa yang masih tampak tertunduk.
"Syit! Apakah kau ini tidak punya mata, apa kau tidak bisa berjalan dengan baik sampai kau menabrakku seperti itu hah!" Bentak seorang pria sehingga membuat Raisa pun langsung saja mengangkat wajahnya, melihat ke arah pria yang di saat itu sedang menatapnya tajam, sehingga mereka berdua pun saling bertatapan.
Bersambung …
Sandiego Abimana.
Semakin pria tersebut menatapnya, semakin pula Raisa membalasnya dengan tatapan tak kalah tajam. Ia sama sekali tidak takut, ia sudah berbaik baik hati meminta maaf, tetapi pria tersebut malah membuatnya merasa kesal.
"Sudah aku katakan aku tidak sengaja. Lagipula aku sudah meminta maaf, kenapa kau malah nyolot seperti itu," tukas Raisa tak terima.
"Tidak sengaja bagaimana, sudah jelas-jelas kau itu sengaja. Atau ini adalah salah satu trik wanita penghibur untuk mencari pelanggan. Ternyata kau sangat pintar mencari pria-pria kaya, oh iya memang itu sudah keahlianmu ya untuk memikat laki-laki," tuding pria tersebut yang membuat Raisa merasa semakin geram.
Plak ...
Hingga sebuah tamparan langsung saja melayang di pipi mulus pria yang sama sekali belum diketahui identitasnya oleh Raisa, membuat pria itu sontak terkejut dan mencengkram erat tangan Raisa.
"Akh ... lepaskan aku, sakit!" Teriak Raisa yang merintih kesakitan.
"Berani sekali kau melakukan hal seperti itu kepadaku wanita jal*ng! Sudah jelas-jelas kau yang bersalah dan sekarang kau malah menamparku, dasar wanita tidak tahu diri!" Bentak pria tersebut.
"Kau yang tidak tahu diri, sudah aku katakan jika aku tidak sengaja dan aku juga sudah meminta maaf. Lagipula aku hanya menabrakmu saja, sama sekali tidak ada kerugian, kau juga sama sekali tidak terluka, bahkan kau pun tidak terjatuh, tapi kau malah menghinaku sebagai wanita penghibur dan wanita jal*ng. Dasar pria gila!" Tukas Raisa dengan emosi.
"Ck, jika bukan wanita penghibur, lantas kau siapa? Memang kenyataannya 'kan kau itu wanita penghibur, kau bekerja di klub malam ini dan pasti kau sangat terburu-buru karena ingin menemui pelangganmu. Atau kau sengaja sedang mencari target dan aku adalah targetmu kali ini," tuding pria itu lagi tanpa memikirkan perasaan Raisa sedikitpun.
Raisa mengepel erat kedua tangannya, ia terlihat begitu murka dan rasanya ingin kembali menampar pria yang ada di depan matanya saat ini. Akan tetapi tiba-tiba ia teringat akan neneknya saat ini tidak ada yang menjaga di rumah sakit. Sehingga ia pun menghentakkan tangannya dengan kuat hingga terlepas dari cengkraman pria asing yang tak dikenalnya, lalu membalikkan tubuhnya dan pergi begitu saja meninggalkan pria tersebut.
"Heh kau mau kemana? Kau sudah menabrakku sembarangan, menamparku dan sekarang kau pergi sesuka hatimu. Kau harus bertanggung jawab," ujar pria itu sembari mengejar Raisa, tetapi Raisa terlihat berlarian lalu masuk ke dalam taksi yang sudah dipesannya hingga pria itu pun kehilangan jejak Raisa.
"Lihat saja, jika aku bertemu denganmu lagi aku tidak akan melepaskanmu," ucap pria tersebut menatap tajam ke arah taksi yang Raisa tumpangi hingga tidak terlihat dari pandangan matanya.
*****
Tepat pukul 19.00 WIB, Raisa tampak sudah berdandan cantik dan menggunakan dress selutut, keluar dari kediamannya. Malam ini adalah pertama kalinya Raisa akan bekerja dengan Sheila. Karena ia sudah menandatangani surat perjanjian serta uang DP juga sudah ia terima untuk membayar rumah sakit, sehingga Raisa pun sudah tak bisa lagi untuk menolak atau menghindar. Ia langsung saja menaiki taksi online yang sudah dipesan sebelumnya menuju ke sebuah hotel yang sudah ditentukan oleh pelanggan pertamanya itu.
Sepanjang perjalanan menuju ke hotel, Raisa tampak gugup setengah mati. Perasaannya sungguh tak enak karena akan melakukan sesuatu yang sangat bertentangan dengan hatinya, akan tetapi mau tak mau ia harus siap untuk menyerahkan tubuhnya kepada seorang pria yang sama sekali tak dikenal dan malam ini kesucian yang selama ini sudah dijaga dengan baik harus ia serahkan kepada orang yang telah berani membayarnya mahal, demi kesembuhan sang nenek. Seandainya ada pilihan lain, tentunya Raisa tidak akan memilih jalan kotor ini. Tetapi pada kenyataannya ia tak memiliki pilihan lain, hanya ini jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan nyawa sang nenek saat ini.
"Maafkan aku Nek, aku terpaksa melakukan hal ini demi kesembuhan Nenek. Aku harap Nenek tidak akan tahu masalah ini dan seandainya Nenek tahu, Nenek akan memaafkanku," batin Raisa yang menangis di dalam hatinya.
"Nona … Nona … maaf Nona sudah sampai," panggil supir taksi sehingga menyadarkan Raisa dari lamunannya.
"Oh iya Pak, maaf," ucap Raisa lalu mengeluarkan selembar uang merah dan memberikannya kepada supir taksi.
Setelah itu pun ia turun dari taksi dan memasuki hotel bintang 5 yang begitu mewah. Benar apa yang dikatakan Sheila bahwa para pelanggan yang bekerjasama dengannya adalah orang-orang penting dan kaya raya. Karena Raisa adalah wanita muda, bahkan ia sama sekali belum pernah disentuh oleh lelaki, tentunya Raisa diberikan kepada pengusaha yang rela membayarnya berapapun dengan harga Raisa yang tentunya sangat mahal.
_____
Dengan langkah ragu, Raisa melangkahkan kakinya menuju ke lantai 5 tempat dimana pelanggannya itu menunggu. Hingga beberapa menit kemudian ia telah tiba di salah satu kamar hotel yang diyakini adalah kamar pria hidung belang tersebut. Kenapa dikatakan pria hidung belang, pastinya pria-pria itu adalah seorang pengusaha yang sudah beristri tetapi mencari wanita lain untuk memuaskan mereka dengan berbagai macam alasan, salah satunya istrinya seorang wanita karir yang sibuk bekerja, bisa juga seorang model yang tidak ingin memiliki anak atau bisa jadi merasa bosan dengan istrinya sendiri, pikir Raisa berdasarkan drama yang sering ditontonnya dan juga novel yang sering ia baca.
Raisa tampak menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya lagi secara perlahan, mencoba untuk menetralisir perasaannya, meyakinkan dirinya bahwa ia pasti bisa. Ini semua demi neneknya yang besok harus segera dioperasi.
Tok … tok … tok …
Ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar tersebut, hingga tidak berapa lama kemudian seseorang membukakan pintu untuknya. Raisa masih tampak tertunduk, tak berani untuk melihat ke arah pria yang akan ia temani, sudah ia bayangkan pria itu pastinya pria uzur yang sudah bau tanah.
"Masuk!" Ucap seorang pria yang mempersilahkan Raisa, karena sudah pasti wanita itu adalah wanita penghibur yang sudah ditunggunya.
Dengan langkah ragu, pada akhirnya Raisa pun masuk ke dalam kamar tersebut lalu mengikuti pria yang saat ini berjalan membelakanginya.
"Kau tunggu saja di sini, aku mau ke kamar mandi dulu," ucap pria tersebut dengan lembut dan langsung saja masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Raisa duduk di tempat tidur sesuai yang diperintahkan oleh pria itu.
"Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan? Sekarang apa aku harus pasrah saja dengan apa yang akan pria itu lakukan atau aku harus melawannya? Tapi aku sama sekali tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya," batin Raisa di dalam kegundahan hatinya.
"Tapi kata Mami jika aku tidak bisa memuaskan pelangganku, maka pria itu pasti akan sangat marah dan bisa saja dia tidak akan memberikanku uang. Mami juga akan merasa rugi dan memintaku untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan sebanyak 5 kali lipat, dari mana lagi aku harus mendapatkan uang?" Batin Raisa lagi yang kini malah merasa takut.
"Tapi yang aku lihat tadi, sepertinya dia bukan pria tua. Entahlah aku belum melihat wajahnya, aku hanya melihatnya dari belakang. Apa dia pria yang sudah beristri atau pengusaha yang hanya suka bermain wanita tetapi tidak mau menikah." Raisa kembali bermonolog dengan hatinya.
Hingga di saat itu pun pria tersebut keluar dari kamar mandi dan menghampiri Raisa yang masih tampak tertunduk.
"Apa kau sudah siap? Lihat aku!" Titah pria tersebut hingga Raisa pun mendongakkan wajahnya menatap ke arah pria tersebut.
"Kau … ?" Ucap keduanya secara bersamaan.
Bersambung …
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!