Seorang wanita cantik, mengenakan pakaian daster bermotif bunga. Menghapus air matanya dengan kasar, bahtera rumah tangga baru beranjak 3 tahun. Kini sang suami datang dinas dari luar kota,malah membawa istri baru lagi.Suasana sedari tadi masih menegang, sesekali bersuara.
Adelia,yang berumur 25 tahun. Bukan wanita karir, melainkan ibu rumah tangga dan mengurus ibu mertuanya yang sudah lumpuh. Kedua orangtuanya sudah meninggal dunia,sejak 13 tahun yang lalu.
Selama Tiga tahun, Adelia mengabdi kepada keluarga suaminya. Ikhlas dan sabar, mengurus sang ibu mertua yang berbaring lemah di atas ranjang. Jika kemana-mana harus menggunakan kursi roda,susah payah Adelia mengangkat tubuh ibu mertuanya.
Akan tetapi, inikah balasannya dari sang suami. Dia rela menghabiskan waktunya, mengurus rumah tangga dan ibu mertuanya. Meninggalkan duniawi, sekedar liburan untuk membuang pikiran.Namun sang suami, mengkhianati pernikahan mereka.
Adelia, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ketika sang suami mengatakan, wanita di sampingnya adalah adik madunya.
"Dek, kenalkan adik madumu. Namanya Devi,akan tinggal bersama di rumah ini". Ucap sang suami, tidak memikirkan perasaan yang sakit.
Adelia, mengangguk kepala. Dia berusaha tenang dan tidak mengamuk-ngamuk seperti wanita lainnya, harus berpikir jernih. Di sisi lainnya, tidak mungkin untuk diam saja.
Matanya tertuju kepada adik madunya, tersenyum manis. Wajahnya sangat bersih, putih,mulus, bibir tebal, badannya langsing, rambut panjang terurai bebas, berpakaian seksi. Wanita inikah yang mampu menggoyahkan, iman sang suami.
Tidak seperti Adelia,yang banyak kekurangannya. Tidak bisa mengurus diri,sibuk dengan pekerjaan rumah dan ibu mertuanya. Jika ada waktu senggang,dia lebih memilih istrirahat karena kelelahan.
Beralih ke arah suaminya,yang bekerja di perusahaan dan memiliki jabatan bagus. Gajihnya lumayan besar,rahang yang keras, berwajah tampan, kulit bersih, berpakaian rapi, postur tubuh yang bagus. Siapapun yang memandanginya, sudah pasti tergoda. Walaupun sudah memiliki seorang istri, yang baik dan perhatian kepadanya.
Alfan, memandang istrinya yang nampak biasa saja. Tidak seperti wanita lainnya,yang mengamuk-ngamuk dan memaki habis-habisan terhadap suami.
Ada rasa lega di hatinya, karena istri pertamanya tidak bersifat bar-bar. Ada senyuman manis,terbit di sudut bibirnya. Merangkul pundak istri barunya itu, mereka berdua saling pandang.
Inilah hati seorang istri, hatinya sudah terluka lebar. Air mata yang mengalir deras, mulutnya kelu tak bisa berkata apa-apa lagi cuman bisa tersenyum.
"Mas Alfan,seringkali bercerita tentang mbak. Kalau Mbak,orangnya memang baik dan aku salah menilai. Awalnya takut Mbak, untuk ke sini. Tapi,di bujuk sama mas Alfan dan bertemu dengan mbak". Ucap wanita itu, tersenyum manis.
Lagi-lagi Adelia, mengangguk kepalanya. Hatinya terasa teriris-iris, rupanya sang suami sering menceritakan tentang dirinya. Ada senyuman smrik, di sudut bibirnya.
"Dek,mas janji akan memperlakukan adil terhadap kalian". Ucap Alfan, sungguh menjijikkan sekali di telinga Adelia.
Sang ibu mertua yang duduk di kursi roda, menggenggam jemari menantunya itu. "Nak Adelia, Maafkan ibu yang gagal mendidik anak. Ibu, sangat tau jika kamu tersakiti".
"Dek, maafkan aku sudah berbohong kepada mu. Diam-diam menikah lagi, sungguh aku tak bermaksud apa-apa. Aku takut jujur dek,takut kamu marah. Cintaku kepadamu, tidak akan pernah hilang. Mas, mencintai kalian berdua". Alfan, menghapus air mata istri pertamanya itu.
"Benar mbak,kami saling mencintai. Tolong restui lah cinta kami berdua,membina rumah tangga sama-sama". Devi,membuka suaranya.
Tangan Adelia,mengepal erat dan ingin meluapkan amarah dan sakit hatinya. Lagi-lagi dia mengurungkan niatnya, tau mau membuang energi.
Sebesar apapun dia meluapkan amarahnya, memaki habis-habisan. Tetap,tak akan mengubah keadaan saat ini. istri mana yang sudi di madu, beribu-ribu janji untuk berbuat adil. pastilah istri pertama yang merasakan sakit hati,luar biasanya. Apa lagi mereka tinggal 1 atap rumah ini, sungguh luar biasa bukan. Hati istri mana yang sanggup, untuk bertahan lebih lama.
"Dek, bicaralah dengan tenang. Jangan diam seperti ini,". pinta sang suami, memohon.
"Bicara apa,mas? Apapun yang aku lakukan, tidak mengubah keadaan saat ini. Lalu,aku harus mengatakan apa? Sakit hati,terluka, kecewa,marah,dan apa lagi! Sudah pasti kamu tahu kan,mana mungkin tidak mengetahuinya. Buang saja mas,rasa cintamu kepadaku. Jika kamu memang mencintai ku,mana ada yang kedua". Akhirnya Adelia, bersuara. sekuat tenaga menahan air matanya, dadanya terasa sesak sekali.
"Maafkan mas,dek. Aku tidak bermaksud,". Lirih Alfan, menyentuh tangan istri pertamanya.
"Bawa dia istrirahat mas, pasti kalian lelah menempuh perjalanan jauh". Pinta Adelia, memandang tajam ke arah suaminya. "Tenang saja mas,ibumu sudah membereskan kamar tamu untuk kalian berdua. Berbuat baiklah kepada ibu mertuamu, beruntung sekali karena dia perhatian kepada mu. Tidak sepertiku,yang tiap hari mengurusnya. Namun apa imbalannya,sakit hati yang ada". Kata Adelia,menyeka air matanya.
Devi, tertunduk sedih dan menggoyangkan lengan suaminya. "Mas,aku merasa bersalah dengan mbak Adelia". Bisiknya pelan,masih terdengar oleh Adelia.
"Sudahlah jangan memikirkan hal itu, lama-lama mbakmu akan baik kok. percayalah kepada ucapan mas,". Bujuk Alfan,kepada istri keduanya.
"Fan,bawa Devi ke kamar tamu. Adelia,biar ibu yang mengurusnya. Keluarlah nanti,ketika makan malam bersama". Ucap sang ibu mertua, tersenyum manis.
Adelia, tersenyum manis mendengar ucapan ibu mertuanya. Apakah benar ibu mertuanya, mengetahui pernikahan anaknya? Sedangkan dirinya, tidak mengetahui sama sekali.
"Ini uang dek, masaklah yang enak. Jangan lupa masak kesukaan ku,cuman masakan mu yang enak tidak ada duanya. Permisi dulu bu,mau istirahat dulu". Alfan, mengeluarkan uang 3 lembar berwarna merah. Sebelum pergi meninggalkan ruang tamu,ada cekikikan tertawa antara mereka berdua.
"Adelia, cepat belanja sana. Jangan lupa mandikan ibu, setelah pulang nanti. Sudah gerah sekali ini,anak ibu lelah bekerja dan jangan ganggu mereka. Jangan lupa masak yang enak,yah. Kamu memang mantu kesayangannya ibu,". Bu Norma, mengelus lembut pundak menantunya. "Adelia,jangan diam terus-terusan. Suami menikah lagi, tidak masalah jika dia mampu. Alfan,akan berbuat adil terhadapmu. Jika tidak adil,ibu yang memarahinya".
Adelia, mengambil uang di meja dan beranjak berdiri. Tanpa sepatah katapun,dia meninggalkan ibu mertuanya.
"Lihatlah mas,apa yang aku lakukan setelah ini. Kamu mulai bermain api di belakang ku,aku juga bisa mas". Gumam Adelia, menghapus air matanya. "Tidak akan tinggal diam,aku bisa melakukan apapun. Mulai detik ini,aku bukan Adelia yang selalu menurut perkataan mu. Sudah waktunya aku bebas dan bangkit,tanpa mematuhi perkataan mu".
Adelia, tersenyum sumringah dan berjalan ke warung. Dia cekatan membeli sayur dan ikan basah, berniat untuk memasak kesukaan suaminya. Ini adalah masakan terakhir kalinya, tidak sudi mengabdi keluarga suaminya lagi.
"Aku senang sekali mas, akhirnya bisa tinggal bersama mu. Tanpa diam-diam harus bertemu, dengan istrimu itu. Mas, istri mu itu memang bodoh yah. Aku kira dia bakalan ngamuk-ngamuk gak jelas, seperti cerita-cerita lainnya. Eee...Dia cuman mengangguk kepala,tanpa membantah apapun". Devi, bergelut manja di lengan suaminya.
"Iya,dong. Dia itu cuman lulusan SD,mana mungkin sok belagu terhadap mas. Dia tidak memiliki keluarga,yang ada aku dan ibu. Enek lama-lama melihatnya,mana bau badan. Mau muntah di dekat Adelia,aku jadi gak bergairah. Beruntung sekali aku memiliki mu,sayang". Alfan, mengecup bibir istrinya.
"Mas,jangan pelit-pelit sama aku. Jatah perawatan badanku, harus terpenuhi. Gak perlu memberikan uang lebih banyak, kepada Mbak Adelia. Dia sibuk ngurus ibumu,mana sempat untuk perawatan. Takutnya istri mu, tidak ada waktu mengurus ibumu". Devi, tidak akan membiarkan istri pertama suaminya menguasai seluruh uang Alfan.
"Tenang saja sayang,aku memberikan jatah seperti biasanya. Kamu jangan khawatir dengan jatah uang, pastilah memberikan lebih. Jangan sampai mas, tidak bergairah dengan tubuhmu. Apapun yang kamu inginkan, pasti terpenuhi". Kata Alfan, tersenyum manis.
Devi, semakin memeluk erat tubuh suaminya. Merasa senang karena di jadikan ratu, tidak seperti Adelia.
"Tapi,kamu harus ingat yah. Jangan sampai 1 kantor mengetahui kita menikah lagi, takutnya jabatanku hilang,". Alfan,yang diam-diam menikah sirih tanpa sepengetahuan siapapun. Termasuk temab kantornya,karena mereka 1 kantor.
Jika ketahuan berisap-siaplah, untuk kehilangan jabatan dan bisa di pecat. Apa lagi beristri dua, sampai tak memperlakukan adil
Alfan, tidak menduga diam-diam melirik Devi ketika di kantor. Awalnya tak mempercayai bahwa Devi, menyukainya diam-diam. Sampai akhirnya melakukan hubungan terlarang,di sebuah hotel. Ketika pergi ke luar kerja,karena ada bisnis di sana.
Mereka berdua saling mengungkapkan perasaan, sampai suatu hal harus ke jenjang pernikahan. Tidak bisa di tunda lagi, demi kebaikan bersama.
Karena takut kehilangan Adelia,dia diam-diam menikah sirih. Tepat di desa Devi,yang di hadiri para saksi dan orangtuanya.
Sungguh kebahagiaan yang tiada duanya, Devi dipersunting Alfan. Lelaki tampan,yang menggoyahkan hatinya.
***********
Selesai berbelanja sayur dan ikan, Adelia langsung pulang dan memasak. Dalam dirinya sendiri, tidak ikhlas memasak untuk mereka bertiga. Ini adalah terpaksa,agar mereka percaya jika dirinya gampang di bodohi.
Lagi-lagi tatapan tetangganya, membuat dirinya merasa risih. Sudah pasti mereka menduga, jika suaminya menikah lagi.
"Tunggu,Adelia!". Cegah bu Iyu, tetangganya itu.
"Ada apa,bu?". Adelia, langsung menghentikan langkahnya. Melihat ibu-ibu lainnya,yang mulai mendekati. Sudah pasti pada kepo,siapa wanita di bawa suaminya itu.
"Jawab pertanyaan kami,siapa wanita yang di bawa suamimu?". Tanya bu Rt, menatap tajam ke arah Adelia.
"Duhh..Jangan menatap Adelia, seperti itu. Serem bu,". Sahut ibu lainnya, cengengesan.
"Sialan,kau". Gerutu bu Rt, mendengus dingin.
"Dia, istri baru suamiku". Jawab Adelia, dengan santai.
"Astagfirullah!". Ucap mereka bersamaan, sungguh terkejut mendengarnya.
"Lalu,kenapa kamu diam? Tidak marah-marah kepada mereka berdua,jangan kalah Adelia. Kamu cantik kok, kalau punya uang untuk perawatan". Bu Rt dan lainnya,merasa iba kepada Adelia.
"Miris sekali kamu,del. Sudah capek-capek mengurus ibu mertuamu,yang cerewet. Eee..Malah di sakiti".
"Mending pisah del,cari suami baru dan kaya".
"Percantik tampilan mu,del. Biar suamimu nyesal, jangan mau di kadalin".
"Benar,suruh istri keduanya mengurus ibu mertuamu".
"Jangan mau di bego-begoin. Seorang wanita harus kuat, lahir dan batin. Jangan mau kalah sama suami jelalatan itu".
Banyak lagi ocehan para ibu-ibu, membuat Adelia pusing jadinya.
"Permisi dulu bu, Adelia bisa mengurusnya. Tidak akan tinggal diam". Sahut Adelia, membuat ibu lainnya langsung terdiam dan tersenyum. Dia ingin berpisah dengan suaminya, meninggalkan rumah ini. Tetapi, tidak semudah itu. sudah pasti sang suami, tidak mengijinkannya pergi. Apa lagi mengeluarkan kata talak,mau menggugat cerai. Sedangkan dirinya tidak memiliki uang banyak, sungguh miris baginya.
Sesampai di dapur, Adelia meletakkan belanjaannya. Bersiap untuk bertempur dengan alat dapur, membiarkan hatinya sakit tak berdarah.
"Lama sekali baru pulang, cepat mandikan ibu". Pinta bu Norma, mulai kesal dengan menantunya.
"Iya,bu. Tadi ngantri mana belanjaan banyak,jadi agak lama". Jawab Adelia, langsung membawa ibu mertuanya ke kamar mandi. Berlahan-lahan mengangkat tubuh ibu mertuanya, duduk di bangku yang sudah di sediakan. Melepaskan seluruh pakaian,bau menyengat tercium oleh Adelia. Karena sang ibu mertua, kencing dan bab.
"Bu, kenapa gak bilang kalau berak? Kita bisa ke wc, kaya gini bau sekali". Gerutu Adelia, mual-mual mencium aroma busuk.
"Alahhhh...kamu kelamaan tadi,makanya berak di pampers. Gampang kok, tinggal buang aja". Bu normal, langsung membantah perkataan menantunya.
"Tapikan ada mas Alfan dan Devi, mereka pasti mau membantu bu". Adelia, kebingungan dengan sikap ibu mertuanya. Selalu menyusahkan dirinya, perutnya terasa tak enak karena mual.
"Adelia,mana mungkin aku meminta bantuan kepada anakku yang lelah baru pulang. Sama juga Devi,masa baru saja di rumah ini. Ibu, semena-mena terhadapnya. Jangan bikin malu lah,". Bantah ibu mertuanya lagi, dengan suara keras.
Segitunya bu,kepada mereka. waktu dulu,aku baru datang ke rumah ini. Ibu dan mas,tak segan-segan menyuruhku ini dan itu. Walaupun aku tidak enak badan dan menempuh perjalanan jauh, batin Adelia.
Tiap guyuran air membasahi tubuh ibu mertuanya, telaten menggosok dengan sabun. Inilah yang di lakukan Adelia, selama 2 tahun. Tanpa mengeluh sedikitpun, walaupun dia lelah dan letih.
Setelah selesai memandikan ibu mertuanya, telaten memasangkan baju. Mengangkat tubuh bu Norma, meletakkan di atas ranjang.
Setelah selesai barulah, pergi ke dapur untuk melanjutkan memasaknya.
Kakinya terhenti seketika mendengar suara desa-han di kamar tamu, berniat untuk mengambil sesuatu di luar. Air matanya luruh sedari tadi, mendengar suara menjijikkan itu.
Dadanya bergemuruh amarah, tangannya mengepal kuat. Kembali ke dapur, dengan perasaan dongkol. Tetap menghidangkan makanan enak dan kesukaan suaminya.
"Apa salahku mas? Sehingga kamu menduakan cinta ku, menghancurkan rumah tangga kita. Sakit mas,setega inikah dirimu kepadaku. Dimana letak hati nurani mu, pengorbananku selama ini sia-sia. Sungguh kejam kamu mas,". Lirih Adelia, menghapus air matanya dengan kasar.
"Adel! Bikinkan teh panas cepat!". Teriak bu Norma, dari kamarnya.
"Iya,bu". Jawab Adelia,menghela nafas panjang. Apapun yang terjadi,dia harus tenang dan menyusun rencananya. Tidak mau lagi,di manfaatkan oleh suaminya itu. Dengan sigap Adelia, membuatkan teh panas untuk ibu mertuanya. Jika dia menuruti egoisnya sendiri, tanpa memikirkan dosa. Bisa jadi menaruh racun,ke minuman ibu mertuanya dan masakan itu.
Hening seketika di meja makan, saling memandang ke arah Adelia. Karena dia,cuman diam dan asyik sendiri menata makanan di meja.
Devi,yang ragu mengambil makanan untuk suaminya itu. Ambil gak yah? Takutnya gak enak sama mas Alfan dan ibu,apa lagi mbak Adelia diam aja.Batin Devi, mulai kesal.
"Ayo, makan-makan!". Bu Norma, memecah keheningan di meja makan.
"Mas,aku ambilkan makanan yah". Akhirnya Devi,mulai memberanikan diri mengambil sayur dan ikan. Lalu, meletakkan di piring suaminya dan dirinya. Anggap saja aku sedikit membuat mbak Adelia, cemburu melihat ku dan mas Alfan.
Begitu juga Adelia, mengambil sayur dan ikan untuk ibu mertuanya. Dia cuman makan sedikit saja,karena selera sudah hilang. Bodo amat yang di lakukan, Devi. Baginya tidak penting, walaupun dia tau ingin membuat dirinya cemburu.
"Makan yang banyak dek Adelia, nanti sakit loh". Kata Alfan, tersenyum sumringah. Kenapa kamu diam saja,del? Apa sangat marah dengan, mas. Setidaknya jangan diam seperti ini, maafkan mas.
"Kenapa aku sakit mas? Jangan khawatir hal itu,ada Devi yang mengambil alih pekerjaanku". Sahut Adelia, langsung mendelik ke arah Devi. Bersenang-senanglah dek madu, besok atau lusa. Aku akan memberikan pekerjaan, yang bagus untuk mu.
"Uhuk...Uhuk... Maksudnya mbak". Devi, sampai terbatuk-batuk mendengarnya. Idihhhh...Gak mau lah, sampai mengurus ini dan itu.
"Hahahaha.. Tidak apa-apa, Devi. Ayo,makan lagi". Bu Norma, langsung mengalihkan pembicaraan mereka. Aduh,jangan sampai membuat keributan di meja makan. Untungnya aku bisa mengalihkan pembicaraan mereka berdua, Adelia ada-ada saja tingkahnya.
"Makananmu enak sekali dek,mas suka. Besok masakan lalapan daun singkong, sambel terasi,sama nila bakar. Pasti enak banget, Devi mau katanya". Alfan, membujuk istrinya itu. Terimakasih Adelia,kamu memang istri idaman bagiku. Tidak salahnya aku mempertahankan dirimu, sungguh beruntung aku memiliki kalian berdua. Satunya bisa menyehatkan mataku, satunya bisa menyehatkan badanku. Aaahh...Kenapa tidak dari dulu saja, seperti ini.
Lagi-lagi Adelia, memberikan tatapan mengerikan kepada suaminya. Suami biadab kamu mas, sudah menzolimi istri sendiri. Awas kamu mas,aku tidak akan tinggal diam. Tidak akan membuat kalian bahagia,di atas penderitaanku.Batin Adelia.
"Benar Mbak, seringkali meminta bekal mas Alfan. Karena masakkan Mbak,enak banget rasanya. Maaf yah,tadi gak bantu-bantu. Soalnya capek banget,di perjalanan". Kekehnya Devi, tersenyum. "Tiga hari lagi,kami masuk kerja Mbak. Boleh dong, minta bikinkan bekal sama dengan mas Alfan". Pintanya,tanpa memperdulikan tatapan Adelia.
"Tidak apa, nikmatilah makanan ini. Masalah bekal,aku pikirkan nanti". Kata Adelia, hatinya memanas mendengar ucapan Devi. Rupanya mereka sudah menjalin asmara lumayan lama, bahkan sering berbagi masakanku. Kurang ajar sekali, mau memanfaatkan kebaikan ku. Ck,tak sudi rasanya. Masuk kedalam rumah tangga ku, sudah membuatku semakin jijik. Apa lagi memasakkan makanan untuk mu,tak sudi rasanya.
Pantesan saja sang suami,meminta bekal banyak. Ternyata berbagi dengan devi, sungguh tak menyangka bagi Adelia.
Berusaha untuk sabar menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Biarkanlah dua pasangan ini,bebas berbicara tentang apapun.
"Dek,kenapa makan sedikit saja? Makanlah yang banyak,nanti sayang loh di buang". Alfan, menyodorkan sayur ke piring istri pertamanya. "Kamu makan yang banyak dek Devi,biar sehat terus". Lihatlah aku bisa berbuat adil terhadap istri-istri ku, pasti mereka berdua bahagia karena sikapku ini. Terutama kamu Adelia,yang tidak pernah kekurangan apapun.
"Makasih mas, kamu memang perhatian kepada kami berdua. Mbak Adelia, beruntung sekali kita memiliki suami perhatian dan tidak pelit". Devi,memuji Suaminya itu. Hahahaha...Jelas sekali lah,mas Alfan berpihak kepadaku. Di bandingkan dirimu mbak Adelia,yang sudah di manfaatkan oleh suamimu sendiri.
Alfan, tersenyum merekah dan merasakan kebahagiaan yang lengkap. Karena istri-istrinya sangat akur,damai, dan harmonis. Aku berharap selamanya seperti ini, apa lagi di penuh oleh anak-anak kami nantinya.Batin Alfan, membayangkan di rumah ini anak-anak kecil berlarian.
"Ibu, sangat bahagia sekali kalian tetap harmonis. Adelia, makasih banyak atas semuanya. Kamu memang istri idaman, tidak seperti istri di luar sana. Ngamuk-ngamuk tidak jelas,". Bu Norma,memuji Adelia. Sudah pasti Adelia, tidak bar-bar. Cuman kami yang dia punya,mau pergi kemana juga. Diakan tidak memiliki pengalaman kerja,atau lainnnya.
Adelia, tetap memasang wajah datarnya. Tanpa sepatah katapun,saat ini dia diam saja. Tunggu besok dan besoknya, lihatlah kejutan yang tak pernah terduga oleh mereka.
"Bu, makasih sudah mengijinkan untuk tinggal di sini. Sebenarnya aku tidak nyaman,apa lagi sama mbak". Kata Devi, mengulum senyumnya.
Pasti ada sesuatu yang tidak beres,kenapa ibu mengijinkan Devi tinggal di sini? Apa jangan-jangan Devi,hamil?. Batin Adelia,jika benar sekali. Baru menebak saja, hatinya terasa diiris-iris dengan pisau tajam.
Matanya tertuju pada tangan suaminya menggenggam erat jemari,Devi.
Ribuan belati menusuk hatinya,tanpa celah. Tangannya meremas daster, sekuat mungkin.
"Alahhh...Jangan memikirkan hal itu,ibu senang sekali kita sama-sama. Iyakan Adelia? Kamu punya teman, Alfan tidak kemana-mana. Inikan yang kamu mau, Alfan pulang terus ke rumah ini". Bu Norma, menyentuh tangan Adelia dan membuyarkan lamunannya.
"Hmmmm...". Adelia, menjawab dengan deheman saja. Ck,jangan harap aku selalu mengalah dan diam saja.
"Dek,jangan diam saja kepada mas. Kangen sama kamu, selalu ngoceh kaya biasanya". Kekehnya Alfan, merindukan istrinya yang ngoceh tak jelas. Mengeluh karena lelah, ibunya terkadang cerewet tak jelas.
"Aku lelah,mas. Lelah dengan semuanya". Jawab Adelia, sudah selesai makan. Baru diam saja, kamu sudah gelabakan mas. Bagaimana dengan kejutan ku nanti,atas perubahan ku. Diam-diam aku, berbahaya loh mas.
Devi, memutarkan bola matanya memelas. Mendengar ucapan kakak madunya itu, sungguh menjengkelkan baginya. Lelah apanya? cuman ongkang-ongkang kaki di rumah.Batin Devi, mencibir bibirnya.
"Alfan,ajak Devi ke kamar. Biarkanlah Adelia,yang membereskan semuanya." Kata bu Norma,tanpa ba-bi-bu lagi.
Devi, tersenyum sumringah karena ibu mertuanya membela dirinya. Membiarkan Adelia, bekerja dengan seorang diri.
"Tapi,aku gak enak mas. Kasian mbak Adelia, sudah masak dan membereskan semua ini". Devi, memasang wajah sedihnya. Hahahaha.... Rasakan kamu mbak, pasti sakitkan di suruh ibu mertua kita.
"Apa yang di katakan ibu, memang benar dek. Kapan-kapan saja, membantu mbakmu. Dia paham kok,kamu kecapean". Alfan, ikut-ikutan membelanya. Alfan, membawa istri barunya ke dalam kamar. Tetapi dia,merasa tak nyaman dengan istri pertamanya. Apa lagi memasang wajah dingin, sorotan mata tajam.
Adelia, beranjak berdiri dan sigap membereskan meja makan. Tanpa menoleh ke arah mereka,yang berlalu pergi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!