NovelToon NovelToon

Naughty Baby

Chapter 01 - Bertemu

Di sebuah negara dengan julukan Lo stivale, seorang gadis cantik berpenampilan sederhana baru saja keluar dari salah satu bandara di negara itu. Walau hanya menggunakan pakaian sederhana berupa celana panjang hitam dan kaos putih, tidak membuat kecantikan nya luntur sedikit pun.

Tangan kiri nya ia gunakan untuk menggeret koper dan tangan kanan sibuk dengan benda persegi canggih nya.

"Bagaimana?" tanya gadis tersebut lewat saluran telfon.

"Sesuai rencana. Anda bisa langsung pergi ke tempat penyaluran dan tinggal menyebutkan nama saja" jawab orang di sebrang sana.

"Bagus!" puas gadis itu, yang bernama Vanka.

Tanpa membuang waktu lama lagi, ia langsung pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan bus. Namun, baru saja ia ingin duduk untuk menunggu bus datang, dari sebrang jalan ia melihat ada beberapa orang mencurigakan seperti tengah mengincar dirinya.

Posisi Vanka saat ini sangat tidak pas, jika ia melawan mereka, maka banyak orang yang tak bersalah akan menjadi korban. Jadi sebisa mungkin ia harus menghindar terlebih dahulu.

"Sialan, gue harus pergi" batin Vanka.

Vanka beranjak dari tempat duduk nya, ia terus berjalan sedikit cepat menghindari mereka yang ternyata benar sedang mengincar Vanka. Tak mungkin Vanka harus menghindar dengan cara seperti ini terus, jadi ia masuk ke kawasan hotel bintang lima yang kebetulan ia lewati.

Beruntung nya, ia juga melihat ada sebuah mobil mewah sedang terparkir dengan pintu pengemudi yang terbuka.

Bughh...

Sekali pukulan, Vanka dapat mengalihkan perhatian seorang bodyguard yang hendak menutup pintu mobil tersebut. Setelah itu langsung saja ia masuk ke dalam mobil dengan secepat mungkin tanpa melihat ternyata di kursi pengemudi telah terisi oleh orang ber jas hitam dengan ekspresi datar. Dan koper yang ia bawa sudah ia letakkan di kursi penumpang sebelah kursi pengemudi, itu mudah karena Vanka hanya membawa koper berukuran kecil.

"Diam jika kau ingin selamat!" ancam Vanka pada lelaki itu.

Kemudian ia mulai mengambil alih kemudi mobil dan membawa nya melaju dengan kencang. Tak sampai di situ, orang yang mengincar Vanka pun masih tetap mengikuti nya dan bahkan kini mereka seperti tengah beradu kecepatan.

"Siapa kau?" tanya lelaki di belakang Vanka persis, bahkan bisa disebut kini Vanka tengah berada di atas pangkuan pria tersebut.

"Tidak penting siapa nama ku" jawab Vanka dengan menggunakan bahasa Italia juga.

📍 Disini kan ceritanya lagi ada di Italia. Jadi anggap aja tu mereka komunikasi nya pake bahasa Italia, tapi disini author pake nya bahasa Indonesia.

Lelaki itu hanya bisa terheran-heran dengan perempuan yang dengan beraninya nya masuk dan menggunakan mobil nya itu tanpa izin. Dan ia juga tidak menyangka perempuan ini bisa mengendarai mobil kecepatan tinggi dengan sangat lihai.

Disaat Vanka sedang fokus mengemudi, ponsel si lelaki itu bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Telfon itu tak diangkat oleh nya, justru ia lebih memilih mengetikkan beberapa kata dengan satu tangan nya.

"Saya bisa mengatasi ini" isi pesan si lelaki itu

"Aish jalan apa ini?" kesal Vanka saat mendapati ia nyasar ke jalan yang sempit dan sangat ramai.

"Butuh bantuan, Nona?" semirik nya.

"Diam!" ~Vanka.

"Ck jika terus ke sana, kau akan masuk jurang" tegur lelaki itu.

Tidak memperdulikan perempuan di pangkuan nya itu, ia langsung mengambil alih kemudi mobil. Membuat Vanka terkejut dan hanya bisa diam, kaki mungilnya terhimpit oleh kaki jenjang si lelaki dan tubuh nya pun seperti posisi dipeluk dari belakang.

Dapat Vanka rasakan deru nafas lelaki itu di leher nya. Aroma mint sangat menguar dari tubuh pria itu membuat pikiran nya tenang dan entah mengapa dirinya merasa nyaman.

"Astaga Vanka, sadar!" batin Vanka.

Vanka kembali fokus, dan memperhatikan jalan yang ia lalui. Dapat ia lihat mobil-mobil yang mengincar nya mulai tak terlihat. Seperti nya saat ini sudah aman, pikir nya.

"Turun kan aku disini" ucap Vanka tiba-tiba.

Lelaki itu pun dengan refleks langsung mengerem mendadak mobil hitam nya itu. Membuat wajah Vanka hampir membentur stir mobil, jika saja lelaki itu tidak sigap menahan tubuh mungil Vanka.

"Bangsat!" umpat Vanka.

"Apa kau bilang?" tanya lelaki itu karena ia tidak paham dengan bahasa Indonesia, tapi dapat ia tebak dari nada bicara nya itu terdengar seperti umpatan.

"Tidak" jawab Vanka acuh tak acuh sambil meraih koper nya.

Lalu ia pun membuka pintu mobil itu dan keluar dari sana. Pertama-tama ia melihat sekitar dan kebetulan ada sebuah taksi yang seperti nya tengah kosong, tak ada penumpang, jadi langsung saja ia pergi menaiki taksi tersebut. Meninggalkan lelaki itu dengan mobil nya yang masih stay di sana.

"Siapa dia?" ucap lelaki itu penasaran, lalu pergi melanjutkan perjalanan nya.

°•°•°•°

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya orang yang menjadi salah satu karyawan dari sebuah tempat penyaluran tenaga kerja menggunakan bahasa resmi negara tersebut.

"J. Vanka" ucap nya.

"Ah anda yang berasal dari Indonesia itu? akhirnya anda datang juga. Kau tau, Tuan yang ingin memperkerjakan mu meminta membawa kalian sesegera mungkin"

"Ayo mari ikut saya untuk bergabung dengan yang lain dan sepertinya anda harus segera mengganti pakaian, karena kita akan berangkat 10 menit lagi"

"Baik" jawab Vanka patuh yang juga menggunakan bahasa dari negara tersebut.

"Lebih cepat lebih baik" batin Vanka.

Ternyata tak hanya dia seorang yang akan bekerja pada seseorang yang dipanggil 'Tuan' oleh petugas tadi. Disana terdapat 20 wanita muda nan cantik dan 5 pria.

Mereka berdua puluh enam orang serta satu petugas berangkat menggunakan bus khusus dari perusahaan yang tergolong perusahaan illegal. Sebab sistem kerja mereka seperti menjual orang, namun bedanya tanpa paksaan.

"Tolong perhatikan sebentar" ucap petugas yang mendampingi mereka mencoba meminta perhatian mereka menggunakan bahasa Inggris.

"Baiklah, saya akan menjelaskan sedikit untuk perbekalan kalian nanti saat bekerja. Disana kalian tidak boleh bertindak sembarangan, jaga sikap kalian baik-baik. Ada beberapa larangan di tempat kalian nanti, salah satunya yang paling umum adalah, pertama kalian tidak diperbolehkan menginjakkan kaki sembarangan di lantai empat apalagi di lantai lima. Kedua, menceritakan apa saja yang ada di dalam mension tempat kalian bekerja ke dunia luar. Ketiga, bla... bla... bla..." petugas itu membeberkan larangan ataupun peraturan umum di mension tempat mereka bekerja nanti secara detail.

"Satu lagi, kalian tidak diperbolehkan melarikan diri dari mension tersebut. Jika kalian ingin mundur maka ajukan surat pengunduran diri secara resmi. Apakah kalian paham?!" tanya nya.

"Yes, Mis" jawab mereka kompak.

Bukan apa-apa, mereka rela bekerja di tempat itu walaupun secara ilegal karena tergiur dengan gaji yang sangat tinggi dan dapat menunjang hidup mereka serta keluarga mereka. Tak hanya gaji, hidup mereka dan keluarga mereka pun seakan terjamin segalanya jika mereka bekerja di lembaga tersebut.

°•°•°•°

Kurang lebih membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di tempat tujuan, sebuah bangunan super megah dengan penjagaan ketat pastinya.

"Kalian tunggu disini" ucap salah satu penjaga rumah atau yang lebih tepat nya disebut istana itu.

Tak lama kemudian seorang lelaki tampan berpenampilan rapi menggunakan jas muncul diikuti dua orang pengawal di belakang nya.

"Tuan, sesuai permintaan anda. Saya sudah membawakan orang terbaik yang kami punya" ucap sang petugas.

"Bagus, pergilah. Dia akan membawakan uang nya" panggil saja dia Chesta, salah satu tangan kanan orang yang sedang duduk di atas kursi roda dengan ekspresi datar sedatar tembok rumah megah ini.

°•°•°•°

Cuma haluan author

masih banyaaakkk banget kesalahan nya 🙏🏻

komen aja kalo semisal ada yg typo atau ada kata' yg kurang pas yaa...

Chapter 02 - Makan Malam

Pria yang duduk di sofa itu menatap satu persatu dari mereka dengan tatapan tajam. Hingga tatapan nya berhenti pada gadis mungil yang juga tengah menatap dirinya tanpa rasa takut. Gadis itu berhasil mencuri perhatiannya hingga tanpa sadar kaki jenjang pria paruh baya itu mendekat ke arah Vanka.

"Siapa nama mu?" tanya nya datar.

"J. Van-ka" jawab Vanka sedikit gugup, entah pergi kemana semua keberanian nya saat ini, sampai ia tergagap saat mengucapkan namanya sendiri.

"Lari lapangan 10 putaran!" titah pria tersebut.

"Hah?" Vanka menjadi bingung, apakah salah satu sarat menjadi pelayan harus berlari juga.

"Kau tuli?"

"Ck" decih Vanka namun ia pelan kan. Tanpa menunggu lama lagi, Vanka pun keluar dari barisan dan keluar mengikuti salah satu bodyguard menuju lapangan.

"Bryan, kau urus wanita itu"

"Baik Tuan" Bryan yang paham akan maksud Tuan itu, langsung pergi menyusul Vanka ke lapangan. Bryan adalah tangan kanan bos yang satunya.

Lama pria tadi terdiam, hingga membuat para calon pelayanan lainnya resah. Mereka juga ingin mengetahui bagaimana nasib mereka kedepannya, walau tak bisa dipungkiri mereka juga takut pada pria jangkung itu.

"Tuan, ada telfon dari Nyonya besar" ucap Chesta.

"Aku ada di Mension Cu" jawab pria itu

"Hem, aku tunggu" ucap nya lagi menanggapi lawan bicaranya di telfon.

Sambungan telfon telah berakhir, mengembalikan wajah datar nan dingin yang tadi sempat mencair. Gwaz Luchifer namanya. Seorang lelaki paruh baya yang meluangkan waktu berharganya hanya sekedar untuk menyeleksi pelayanan.

Cukup lama Gwaz terdiam. Membuat para calon pelayan yang lainnya penasaran bagaimana nasib mereka.

"Tuan, bagaimana dengan kami?" tanya salah satu pria memberanikan diri untuk bertanya.

"Chesta, kau urus sisa nya, aku ingin meminum teh sebentar" titah Gwaz

"Baik, Tuan. Semuanya mari ikut dengan saya" ~Chesta menggiring mereka menuju lapangan belakang yang sangat luas. Dan di sana pula terdapat Vanka yang masih berlari memutari lapangan tanpa mengeluh sedikitpun.

Teman-teman Vanka yang melihat itu pun langsung menelan susah saliva mereka. Bagaimana nasib mereka jika disuruh lari mengelilingi lapangan yang luas nya bak lapangan sepak bola itu sebanyak 10 putaran seperti Vanka saat ini.

Tak hanya itu, mereka baru saja mendengar teriakan Bryan yang berteriak menyuruh Vanka untuk melakukan push up, dan bertarung menghadapi Bryan sendiri.

Mereka terheran-heran, kenapa teman mereka yang satu itu disuruh melakukan itu semua. Yang mana jauh dari profesi yang ditawarkan saat bekerja disini.

Berbeda dengan sudut pandang teman-teman Vanka, justru kini Gwaz semakin heran dengan gadis mungil yang satu itu. Entah dari mana muncul nya, kini rasa penasaran yang sangat besar muncul begitu saja dalam pikiran Gwaz.

Tanpa disadari oleh mereka semua, ada seseorang yang memperhatikan Vanka yang tengah ditempa oleh Bryan dari lantai lima yang berada di mension tersebut.

...°•°•°•°...

Akhirnya setelah memutari lapangan itu sebanyak 10 kali, disuruh push up, dan bertarung kini Vanka bisa duduk. Sungguh, mungkin jika itu orang lain, mereka sudah pingsan. Apalagi Vanka sama sekali belum beristirahat semenjak datang di negara Italia ini dan langsung disuruh memutari lapangan luas itu sebanyak 10 putaran.

Tiba-tiba saat ia sedang duduk santai, Chesta si tangan kanan datang membawa kunci dan handuk kecil di tangan nya.

"Bersihkan tubuh mu dan temui saya jam 7 malam nanti di ruang makan utama" ucap Chesta.

"Hem baiklah, dimana kamar ku?" tanya Vanka.

"Nih, kamar no 4 di lantai 4" jawab Chesta sambil memberikan sebuah kunci.

Bangunan yang kini menjadi tempat kerja Vanka, terdiri dari lima lantai. Lantai paling bawah bagian belakang digunakan untuk tempat tinggal para karyawan. Tapi walaupun tempat nya di paling belakang, jangan diragukan lagi kualitasnya.

Di lantai empat, adalah tempat para orang kepercayaan bos. Dan di lantai paling atas, itu adalah area pribadi bos. Tidak sembarang orang bisa menginjakkan kaki di lantai lima dan empat itu. Tapi kenapa Vanka dengan mudah bisa? entahlah.

Vanka menerima kunci tersebut, namun dirinya merasa ada yang aneh, "Bukannya kamar pelayanan ada di lantai bawah paling belakang yah? kenapa aku di lantai 4?" heran Vanka.

"Karena kamu berbeda, sudah lah saya masih banyak pekerjaan. Kau pergilah dan jangan lupa nanti malam jam 7. Saya akan jelaskan semua disana" ~Chesta.

Setelah mengatakan hal itu, Chesta pun pergi meninggalkan Vanka yang masih mencerna apa itu arti kata 'berbeda' yang diucapkan Chesta barusan.

...MALAM HARI...

Dengan pakaian pelayanan yang Vanka kenakan, kini ia sudah berada di ruang makan utama yang biasanya digunakan bagi bos mereka. Ia menunggu dan ikut berbaris bersama beberapa pelayan pria lainnya.

Sebenarnya ia cukup heran lagi, kenapa di ruangan itu hanya dirinya saja lah yang berjenis kelamin perempuan, kemana semua pelayan wanita yang datang bersama nya tadi.

"Ekhem!" dehem Gwaz sedikit keras tepat di sebelah telinga Vanka.

Vanka dengan tipe orang yang refleks pun hampir memukul wajah tampan sang majikan jika saja majikan nya itu tidak cekatan menghindari pukulan Vanka.

"Astaga!" ucap Vanka pelan.

"Kali ini kau ku bebaskan" peringatan dari Gwaz, lalu dia pun duduk di kursi paling ujung yang memang kursi miliknya.

"Maafkan saya, Tuan. Tadi saya terkejut dan tangan saya refleks" ucap Vanka penuh penyesalan.

Mengabaikan ucapan Vanka barusan, Gwaz pun duduk di kursi paling ujung, disusul oleh kedua tangan kanannya. Berbagai hidangan mulai berdatangan sesuai keinginan ketiga orang tersebut.

Tak lama setelah mereka bertiga duduk, pintu kembali terbuka dan muncul lah seorang wanita cantik berjalan dengan anggun. Saat berpapasan dengan Vanka, wanita itu memerhatikan Vanka dari atas sampai bawah sebelum duduk dengan santai di kursi paling dekat dengan Gwaz.

Setelah semua duduk dan makanan telah terhidang, mereka memakan dengan anggun dan tanpa suara sedikitpun. Vanka yang belum memakan apapun sejak datang ke negara ini pun merasa lapar, perut nya keroncongan minta diisi, tubuhnya lemas, dan jika dilihat lebih detail lagi wajah Vanka terlihat pucat.

"Kau" ucap Gwaz menunjuk Vanka.

Vanka yang ditunjuk malah menunjuk dirinya sendiri sambil celingukan ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah benar diri nya lah yang di maksud.

"Iya, kau" ~Gwaz, membuat kedua sahabatnya itu heran.

"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Vanka sopan.

"Ambil, duduk, makan" tiga kata yang sangat simpel dari Gwaz yang sebenarnya dapat dijabarkan lagi menjadi kata-kata yang lebih panjang.

Dengan ragu-ragu Vanka mengambil piring berisi makanan yang sangat menggiurkan. Setelah mendapat piring itu, Vanka pun membalikkan badan hendak pergi. Namun titah dari wanita tadi menghentikan langkahnya.

"Duduklah di samping Bryan, J. Vanka?" ucap wanita itu dengan lembut, dia bernama Lily Allen Iverson/Luchifer yang merupakan istri dari Gwaz Luchifer.

"Saya tidak pantas, Nyonya" jawab Vanka menolak.

"Tidak ada yang mengatakan kamu tidak pantas duduk di sana. Sudahlah, saya tidak suka ada yang membantah perkataan saya" ucap Nyonya Lily sedikit dengan penekanan.

Tak mau merusak mood wanita itu, Vanka lekas duduk di kursi sebelah Bryan, tapi ia menyisakan satu bangku kosong sebagai jarak antara dirinya dan Bryan. Ia sadar diri, siapa dirinya sekarang. Orang baru yang entah bagaimana bisa tinggal di lantai empat dan sekarang justru makan satu meja dengan sang bos langsung.

Bryan dan Chesta melongo melihat itu, mereka sungguh tidak menyangka, orang baru yang merupakan pelayanan itu bisa dengan mudah makan di meja itu dan tinggal di lantai yang sama dengan mereka. Sungguh pikiran mereka terguncang saat ini.

Vanka yang memang sudah lapar berat pun, tidak mempedulikan tatapan penuh tanda tanya Bryan dan Chesta. Biarkan lah itu ia urus nanti, sekarang yang terpenting perutnya dapat terisi terlebih dahulu.

...°•°•°•°...

...jaga kesehatan kalian ya, see you next chapter...

...babay...

Chapter 03 - Bertemu Bos Cacat

Akhirnya setelah hari yang panjang itu, Vanka bisa beristirahat di kamar nya yang terbilang super duper mewah untuk kelas seorang pelayan biasa. Entah apa yang ada di dalam otak bos itu, sehingga dengan mudah menempatkan Vanka disana.

"Semoga keapesan gue hari ini cukup sampe sini, besok gue berharap gak ada problem" gumam Vanka menggunkan bahasa dari tanah kelahiran nya.

Setelah mengucapkan kata itu, Vanka pun tertidur dengan pakaian tidur yang terbilang terbuka itu. Memang, saat tidur Vanka lebih suka menggunakan pakaian yang sedikit terbuka dan simpel untuk kenyamanan tidurnya.

...°•°•°•°...

Di tempat lain, disebuah ruangan minim cahaya dengan bau khas daun mint yang sangat menenangkan. Seorang pria terduduk di atas kursi kebesaran nya sambil menggenggam secangkir minuman keras yang sudah ia tenggak sendari tadi.

"Kamu sudah menemukan nya?" tanya sosok pria tadi.

"Be-belum, Tuan" ucap sang tangan kanan yang sendari tadi menuangkan minuman keras pada cangkir pria itu.

"Cari dia apapun dan bagaimanapun caranya. Pastikan besok pagi saat mataku terbuka, aku sudah mendengar dimana posisi nya" perintah pria itu.

"Baik Tuan"

"Pergilah, aku ingin menyendiri" titah nya kembali yang langsung dituruti sang tangan kanan.

"Dimana pun kamu berada sekalipun di ujung dunia, aku pasti akan menemukan mu" gumam pria itu sambil tersenyum semirik sebelum dirinya menengguk wine dari botol sampai tandas.

...°•°•°•°...

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, pagi tiba-tiba sudah datang. Mengharuskan gadis yang masih terlelap itu lekas bangun dan mulai menjalankan tugas menjadi seorang pelayan.

Satu hal yang membuat Vanka kesal. Saat ini dia belum tau apa saja tugas nya, padahal kemarin Bryan berjanji akan menjelaskan, tapi sampai sekarang dia belum menjelaskan apapun.

Vanka bergegas mandi dan bersiap-siap. Tak membutuhkan waktu lama, Vanka pun telah rapi menggunakan pakaian pelayanan nya. Dan kini ia berniat mencari Bryan untuk menanyakan apa saja tugas nya.

Tapi baru saja ingin mengetuk pintu besar di hadapan nya itu. Suara lembut menghentikan niatnya itu.

"Vanka, sedang apa kamu di depan pintu kamar Bryan?" tanya Nyonya Luchifer, Lily.

"Ah Nyonya. Saya hanya ingin menanyakan tugas-tugas saya kepada Tuan Bryan" jawab Vanka jujur.

"Ohh... tidak usah menanyakan pada nya, saya sendiri yang akan menjelaskan nya. Ayo ikut saya" ajak Nyonya Lily.

Tangan Vanka ditarik lembut, mereka menaiki tangga demi tangga yang di selimuti karpet berwarna merah yang sungguh kontras dengan warna ruangan yang kebanyakan berwarna putih.

Kini Vanka tersadar, dirinya berada di lantai lima. Yang konon katanya tidak bisa sembarang orang bisa menginjakkan kaki di atas keramik marmer di lantai lima itu.

"Apalagi ini, anj*r pala gue puyeng. Kenapa lagi gue bisa ada di lantai ini" batin Vanka.

Di lantai lima itu terasa sangat sepi, seakan menyimpan sejuta misteri. Warna putih yang dominan di lantai itu pun terkesan monoton walaupun diwaktu yang bersamaan itu terlihat sangat indah seakan melambangkan kesucian.

Tanpa sadar kini Vanka sudah masuk kedalam sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim, hanya terdapat lampu tidur berwarna kuning redup yang menyinari ruangan itu.

Nyonya Lily menyalakan lampu untuk memberantas segala kegelapan yang ada. Menampakkan ruangan yang begitu elegan dan jauh berbeda dengan warna luar ruangan itu. Ya ruangan itu dominan berwarna hitam.

"Nyonya-" ucap Vanka terpotong.

"Duduklah, saya akan menjelaskan pekerjaan mu" ucap Nyonya Lily menyuruh Vanka duduk di sofa yang terletak di pojok ruangan itu. Sementara dirinya tengah sibuk membuka tirai yang menghalangi cahaya hangat sang mentari untuk masuk ke dalam kamar tersebut. Saat selesai, dia pun duduk di sofa yang kini tengah di duduki oleh Vanka.

"Jadi apa pekerjaan saya, Nyonya?" tanya Vanka.

"Sebelum saya menjelaskan nya, saya ingin bertanya sesuatu. Berapa usia mu, Vanka? kau terlihat masih sangat imut untuk bekerja seperti ini" tanya Nyonya Lily.

Vanka terdiam, jika dia jujur perihal usia, apakah dirinya akan di tendang dari pekerjaan nya saat ini juga?

"Usia saya 16 tahun, Nyonya. Tapi Nyonya, saya menjamin diri saya sendiri bahwa usia tidak memengaruhi kinerja saya, Nyonya. Mohon Nyonya tidak memecat saya. Saya membutuhkan pekerjaan ini untuk berobat adik saya" mohon Vanka.

"Saya tidak akan memecat mu, karena bos atau Tuan asli mu bukan saya ataupun suami saya" ~Nyonya Lily.

"Maksud Nyonya?" ~Vanka.

"Baiklah Vanka. Disini kamu dipilih secara khusus untuk merawat anak kami, dia lumpuh. Jadi kami tidak bisa menunjuk sembarangan orang untuk menjaga nya. Tapi sekarang kami yakin dan percaya, kamu bisa menjaga nya" ~Nyonya Lily dengan senyum hangat nya.

"Kenapa Nyonya percaya pada saya semudah itu?" ~Vanka.

"Karena saya percaya. Vanka, saya mohon tolong terima ya" ~Nyonya Lily.

"Eh Nyonya, Nyonya tidak perlu memohon seperti ini. Sa-saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kepercayaan anda" ~Vanka gugup saat Nyonya Lily di depan nya ini memohon sambil memegang kedua tangan nya dengan erat.

Terlihat sebuah senyuman terbit di bibir wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu, tapi tak bisa dipungkiri jauh di dalam benak nya ia sedikit khawatir Vanka berakhir seperti pelayanan sebelumnya.

"Tugas kamu disini hanya merawat dia dan membereskan kamar ini saja, apakah kamu mengerti?" tanya Nyonya Lily.

"Mengerti Nyonya" jawab Vanka.

"Ya sudah, saya pergi dulu ya, saya percayakan anak saya pada mu. Em... tolong lebih bersabar saat bersamanya"

Setelah mengucapkan itu, Nyonya Lily pergi meninggalkan Vanka sendirian di ruangan itu. Ah salah, dia tidak sendirian, ada anak dari Nyonya Lily yang harus ia urus.

Tapi sendari dia tiba di ruangan ini dia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kemunculan orang tersebut, benak nya bertanya kemanakah orang itu.

"Ck mudah sekali" batin Vanka mengandung arti yang hanya bisa diterjemahkan oleh dirinya sendiri.

Dari pada hanya duduk diam saja, kini Vanka mulai bergerak membersihkan kamar itu. Sebenarnya tak banyak yang ia lakukan karena memang kamar itu sudah rapi dan bersih.

Brukkk...

Samar-samar Vanka mendengar benda terjatuh di sekitar nya itu, ia yang penasaran sekaligus khawatir pun langsung menghampiri asal suara.

Sejenak ia berhenti di depan sebuah pintu yang tertutup rapat, ternyata ada ruangan lagi di kamar itu. Ragu-ragu ia membuka pintu tersebut dan menemukan sebuah ruangan yang sangat porak poranda bak habis diterpa badai.

Di lantai itu pun tergeletak seorang pria tepat di sebelah kursi rodanya yang ikut mengglimpang.

"Astaga, Tuan?!" kejut Vanka.

Buru-buru ia menghampiri pria yang tengah pingsan itu dan mengecek kondisinya, "Syukurlah hanya pingsan, tapi. Aku harus membawa nya ke kasur terlebih dahulu" ucap Vanka.

Dengan susah payah, Vanka membawa tubuh itu ke atas kursi roda untuk memudahkan nya membawa menuju tempat tidur

...°•°•°•°...

...up kembali tanggal 16 Juli ...

...mau fokus ke Queen Mafia dulu 🙏🏻...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!