Kisah berawal dari Sreya Gutama atau akrab disebut dengan Aya yang benar benar merasa kesepian karena tidak memiliki satu anggota keluarga pun setelah kematian kedua orang tuanya yang terlibat dalam kecelakaan.
“Semua saham telah dialihkan pada namamu, ini semua berkasnya tinggal tanda tangan saja” minta Jinrua sekretarisnya yang baru.
Jinrua adalah putra sekretaris ayah Sreya, setelah kematian kedua orang tua Sreya, Jinrua menjalankan wasiat almarhum Tuan Gutama untuk menjaga Sreya serta membantu mengelola bisnis yang diwariskan pada Sreya.
Kedua orang tua Aya adalah pengusaha real estate serta pemilik hotel yang jaya namun tetap hidup sederhana. Semua kekayaannya kini milik Aya.
Warisan yang melimpah tidak akan habis ia gunakan untuk berfoya-foya selama ini. Agar rasa sepi di hatinya hilang untuk sementara. Dia tidak bekerja di kantor karena Jinrua dipercaya Aya mengurus semua saham yang telah ia tanam di berbagai perusahaan, ia menjadi bussines women yang bekerja di balik layar melalui Jinrua.
Kebanyakan klien dan rekan kerja tidak mengetahui Sreya itu siapa, perawakannya bagaimana, usianya bahkan dimana ia tinggal. Dia menjadi bayangan bernama Sreya
Gutama pemegang saham di berbagai perusahaan. Setiap ada pertemuan pasti Jinrua yang mengurusnya, jadi kebanyakan orang serta klien mengira pemilik saham adalah Jinrua sang sekretaris.
Aya hanya menikmati waktunya untuk bersenang-senang, menghilangkan rasa sedih dan kesepiannya, karena memang ia sangat mempercayai Jinrua mengurus semua bisnis warisan ayahnya, Bob Gutama.
Aya sering bepergian sendirian, tidak ada teman, asisten ataupun bodyguard. Ia sering menjumpai teman sesaat karena sering berpindah untuk mengunjungi destinasi berikutnya. Aya sering menyewa teman untuk menemani dua hingga tiga hari perjalanan di tempat itu. setelah itu pertemanan sesaat itu sudah tak terjalin lagi.
Selama ia berkelana menghabiskan uangnya untuk bersenang-senang, ia terus saja dilihatkan dengan pemandangan keharmonisan sebuah keluarga, sehingga ia selalu diingatkan tentang keluarganya.
Terlintas di pikirannya, untuk membangun sebuah keluarga, namun bayangan menakutkan atas rasa kehilangan membuatnya mengurungkan niat itu. Ia hanya menginginkan seorang anak yang nantinya bisa merawat dan mewarisi bisnisnya kelak.
Lalu ia memutuskan kembali dari perjalanan panjang masa liburannya untuk memiliki seorang anak yang nantinya akan selalu bersamanya di saat sedih, bahagia, susah, senang dan pastinya tidak akan meninggalkannya sendirian lagi.
Aya tidak mengabari Jin bahwa ia sudah kembali, Aya tidak ingin Jinrua tahu rencananya itu. Jika Jinrua tahu, pasti tidak akan disetujui dan menghalanginya. Kepribadian yang jujur dan mengedepankan kebenaran sesuai hukum yang ada di negara adalah sifat Jinrua yang bijaksana.
Aya mulai mencari informasi ke bank sp**** untuk melancarkan rencana mendapatkan seorang anak yang mirip dengannya. Melalui donor agar ia bisa hamil tanpa suami. Ketakutan akan perpisahan dalam pernikahan menjadi alasan kuat.
Setelah ia bisa melahirkan bayi dari rahimnya, Aya percaya anak itu akan membawa kebahagiaan yang tiada akhir. Ia akan selamanya mencurahkan kasih sayangnya begitu pula sebaliknya, ia akan mendapatkannya dari seorang anak yang lahir dari kandungannya.
Setelah melihat profil dari pendonor, tidak ada seorangpun yang menarik hatinya. Dari fisik hingga kepribadian sesuai profile yang disediakan petugas di salah satu rumah sakit.
Ia membuat sebuah keputusan untuk mencari dan mengenali sendiri, dengan feeling kuatnya. Seorang pria yang bersedia mendonorkan sp**** untuknya.
Ia berkelana untuk menemukan pria idamannya itu yang memiliki kriteria good looking, good attitude dan pastinya memiliki otak yang cerdas. Perpaduan sempurna untuk melahirkan seorang generasi.
Setiap malam Aya mencari pria, dari bar ke bar, karena hanya tempat seperti yang memungkinkan memperoleh pria yang mau mendonorkan sp****nya.
Di malam yang kesekian, dalam sebuah bar seorang laki-laki menyodorkan minuman menyambut pengunjung baru, “Seperti apa kriteria anda, saya bantu carikan” tanya Rulan pemilik bar.
“Apakah ada laki-laki yang tampan, sopan, cerdas, satu lagi, tidak main wanita?” jawab Aya setengah mabuk menerima minuman dari Rulan.
"Mana ada pria seperti sekarang ini, jikapun ada harganya sangat mahal" kata Rulan yang memustahilkan permintaan Aya.
"Berapapun pasti kubayar" sahut Aya.
“One billion, jika tidak puas uang kembali” tawar Rulan sebagai bayaran.
“Secepatnya aku berikan jika ada lelaki seperti itu yang bisa tidur denganku” jawab Aya yang bersedia mengabiskan uangnya untuk benih idamannya.
Rulan tidak bisa menolak bayaran sebesar itu, dengan besaran uang yang disebutkan Aya, ia akan berusaha mencarikan lelaki yang dimintanya.
“Ini kartu VIP, tinggalkan nama dan nomormu akan segera ku hubungi” ucap Rulan bersemangat dengan tamu VIP nya.
Aya menyodorkan sebuah kartu nama palsu bertuliskan Miranda dengan nomor telepon di bawahnya. Ia juga menjadi tamu VIP di hotel tempatnya menginap agar keberadaanya tidak diketahui oleh Jinrua.
Keesokan malamnya ia berkunjung lagi ke bar di tempat ia bertemu dengan Rulan, namun laki-laki yang dicari Aya belum di dapatkannya, ia tetap bersenang-senang setiap malam, menunggu calon ayah anaknya.
“Romedal, akhirnya kamu pulang juga bro” sambut Rulan pada sahabatnya yang baru pulang dari luar negeri dan sangat lama tidak bertemu.
“Setibanya ia disini, langsung kubawa kemari” sahut Kelvin yang juga sahabat dari Rulan dan Romedal.
Mereka bertiga adalah sahabat sejak SMA, Rulan anak dari pemilik bar, Kelvin adalah anak yang kurang mampu tapi cerdas serta ulet dan Romedal adalah pewaris tunggal bisnis property yang kini menjadi terbesar di
kota. Mereka berteman karena pernah terlibat dalam aksi tawuran remaja.
Dulunya, Meda sapaannya, belum sekaya seperti sekarang ini, ia anak yang tampan dan cerdas. Ia ikut andil dalam pemekaran bisnisnya hingga keluar negeri.
Namun, kekurangannya saat ini adalah belum memiliki pasangan di usianya ke 29 tahun. Karena kesibukan dalam bisnisnya membuatnya lupa dengan kisah percintaan.
“Minuman spesial hadiah kedatanganmu hari ini” ucap Rulan membawakan minuman untuk Kelvin dan Meda.
“Akhirnya gua bisa membuka firma hukum yang selama ini gua impikan, tapi masih butuh investor,” keluh Kelvin yang baru memulai usahanya.
“Bukankah ada Meda sang jutawan” sindir Rulan pada Meda yang kini usahanya berkembang pesat.
“Berikan proposal mu, akan aku kaji” jawab Meda yang masih mementingkan profesional dama bekerja walaupun dengan teman.
Aya yang setiap malam ada di bar mengamati perbincangan Rulan dengan temannya, saat melihat Meda, ia begitu tertarik dengannya. Tubuhnya yang tinggi, wajahnya yang tampan, atitude nya yang keren, serta kecerdasannya tergambarkan dari percakapan bersama Rulan.
Setelah Meda dan Kelvin pulang, dengan cepat Aya menghampiri Rulan untuk menanyakan permintaannya waktu itu.
“Tidak usah kamu cari lagi, aku menginginkan temanmu yang tadi” kata Aya yakin dengan pilihannya.
“Sisi kiri atau sisi kanan ku?” tanya Rulan.
“Kiri, aku akan bayar sesuai yang kamu minta berapapun, asalkan dia bisa tidur denganku” minta Aya.
“Dia temanku, tidak mungkin aku jual kepadamu”
“Tenang saja, satu malam sudah cukup, dan dia tidak akan tahu yang aku lakukan padanya, aku janji” rayu Aya.
“Berikan waktu seminggu, akan aku berikan jawabannya” balas Rulan.
Rulan tidak mungkin menjual temannya sendiri, tapi tawaran Aya sangat menggiurkan, ia bisa saja mengembangkan Bar nya dengan uang itu.
Kelvin dimintai pendapat tentang tawaran Aya, bagaimana hukumnya jika menjual teman demi keuntungan sendiri.
Bukannya Kelvin menerapkan hukum yang adil, ia justru mendukung Rulan menerima tawaran Aya, karena ia sedang membutuhkan uang. Proposal yang ia ajukan pada Meda juga ditolaknya sehingga tawaran Aya adalah kesempatan emas, ia juga yang akan menjadi penjamin hukum atas kesalahan bersama Rulan.
“Siapa orangnya? Kenapa tidak aku saja yang dia pilih, aku akan sukarela memberikan pelayanan terbaik” tanya Kelvin penasaran.
Aya dikenalkan pada Kelvin, dengan dandanan yang yang tidak bisa dikenali. Ia merubah wajahnya agar tidak dikenali seperti malam-malam biasanya.
“Kelvin Morgana” ucap Kelvin menyodorkan tangan.
“Miranda” jawab Aya menyalami Kelvin.
“Saya bisa membantumu mendapatkan Meda, tapi dengan bayaran yang tidak murah” kata Kelvin.
“Berapapun yang kamu mau, hanya untuk semalam bersama temanmu itu” tegas Aya. Percaya diri duduk dengan seksi menyilangkan kaki.
“Dimana anda tinggal? Saya akan mengurus semuanya setelah menerima bayaran” sahut Kelvin.
Satu milyar diberikan Aya pada Kelvin untuk tidur dengan Meda, kesepakatan telah terjalin, waktu dan tempat sudah di tetapkan.
***
Meda di ajak minum oleh Kelvin di bar Rulan karena tempat itu tidak jauh dari hotel tempat Aya menginap, serta tempat yang paling aman menjalankan misi satu milyar.
Minuman khusus di racik untuk diberikan pada Meda.
“Thank’s ya bro sudah datang, hari ini aku yang traktir, karena aku sudah dapat investor dan kantor gua akan segera di buka” dalih Kelvin agar Meda tidak curiga.
Mereka bertiga minum, namun hanya Meda yang mabuk berat, padahal cuma 2 gelas kecil.
Lalu diantarkannya ia ke hotel Aya yang sudah mempersiapkan diri bersama calon ayah, anaknya kelak.
Mereka tidur bersama di kamar yang dipesan Kelvin atas namanya. Agar saat Meda bangun ia tak menyadari apa yang telah terjadi semalam.
“Selamat bersenang-senang” ucap Kelvin mengantarkan Meda ke kamar Aya.
“Dia berat sekali, malam ini kita akan bersenang-senang jadi nikmatilah” gumam Aya memapah Meda ke ranjang.
Aya membuka seluruh pakaian yang membalut Meda, dan ia sama sekali tidak bangun, dan itu sesuai harapannya.
Ia juga melepas pakaiannya dan memulai aksinya, untuk mendapatkan benih Meda.
Aya mulai mengecup bibir Meda yang terlihat pink menggoda, dilanjutkan ke leher hingga dadanya, hasrat Meda yang mulai bangkit karena obat yang diberikan Kelvin membuat Aya yang justru dipaksa oleh Meda tanpa sadar.
Dosis obat yang diberikan Kelvin sepertinya terlalu banyak hingga, Aya menerima kenikmatan berulang kali sampai kelelahan. Aya yang berniat memanfaatkan Meda justru Ia yang dipaksa Meda dengan kekuatan dobelnya efek dari obat.
Setelah Meda mengeluarkan benih kedalam rahim Aya, Ia langsung tak sadarkan diri dan tertidur di ranjang. Aya bergegas pergi agar tidak diketahui Meda saat bangun nanti.
Aya berjalan menahan rasa sakit karena pertama kali ia melakukannya, lalu membersihkan diri dan bersiap check out dan bergegas pergi ke luar negeri dimana ia akan membesarkan anaknya tanpa sepengatahuan Meda.
Aya sangat yakin bahwa ia akan memiliki anak dari Meda karena ia telah berkonsultasi kepada dokter kapan ia bisa hamil setelah melakukan hubungan badan.
Paginya, Meda terbangun tanpa busana dan merasakan tubuhnya sangat segar, ia menerka jika kualitas tidurnya baik setelah sekian lama mengalami insomnia karena terlalu giat bekerja.
Namun ada yang aneh darinya, ia terbangun dalam keadaan telanjang tanpa pakaian dalam. Meda segera menghubungi Kelvin yang mengajaknya minum semalam.
“Di mana sekarang?” tanya Meda singkat.
“Lu udah bangun, kemarin lu muntah jadi ku bawa ke hotel dan pakaian lu gua buka semua” jawab Kelvin yang mendapat konfirmasi semalam dari Aya bahwa ia sudah keluar dari kamar.
Ia menyiasati mengganti semua pakaian Meda dengan yang baru agar tidak curiga bahwa ia telah mengotorinya.
Semua berjalan dengan aman dan lancar, Meda tidak curiga sampai ia menyadari ada noda darah di ranjang.
Ia mengingat kejadian semalam, apakah ia terluka hingga mengeluarkan darah, namun saat ia periksa, tidak ada luka dan tidak ada yang terasa sakit.
Ia mulai memeriksa ranjang yang ia tiduri, dan ia sangat beruntung mendapatkan helaian rambut panjang yang sudah dipastikan bukan miliknya.
Ia duduk merenung, mengingat kejadian semalam, bagaimana bisa ada helaian rambut panjang dan bercak darah di ranjang.
Memory samar-samar terlintas dalam pikirannya, bahwa dia berhubungan intim dengan wanita yang tidak jelas wajahnya.
Meda mengumpulkan rambut itu dan sampel darah sebagai bukti bahwa semalam ada wanita yang memanfaatkannya di saat mabuk berat.
Ia meminta pertanggung jawaban Kelvin yang membawanya ke hotel di saat mabuk berat.
“Selidiki wanita yang tidur denganku semalam” menyerahkan bukti yang ia bawa dari hotel.
Mendengar permintaan Meda, sepertinya perbuatannya belum ketahuan.
Tentu saja Kelvin mempersulit pencarian identitas wanita yang diminta Meda. Jika tidak ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah menjual temannya sendiri.
Selama setahun pencarian masih belum mendapatkan jawaban, hingga Meda harus terlibat dalam sebuah pernikahan politik demi usahanya untuk lebih maju lagi.
Dia awal pernikahan, ia merasa bahagia karena memang ia telah jatuh cinta pada istrinya, saat memasuki usia pernikahan ke tiga hubungan mereka merenggang karena tak kunjung mendapatkan momongan.
Sintya, istri Meda terus di salahkan oleh Mamih, mertuanya yang belum juga memberikan cucu. Karena Meda anak tunggal, sewajarnya Mamih menuntut cucu dari Sintya. Mamih tidak mau kalau Meda sampai tidak memiliki penerus yang juga akan meneruskan bisnis keluarga.
Hidup Sintya yang terus di tekan oleh mertuanya, ia melampiaskan diri untuk berhubungan dengan lelaki lain yang mau memuaskan hasratnya. Karena hubungan mereka yang merenggang, Meda pun sudah tidak mau berhubungan intim lagi dengan Sintya yang lama-lama terus mengeluh dan menyalahkan Meda.
Ditambah perselingkuhannya yang sudah diketahui Meda, sehingga cintanya yang dulu memudar.
Mereka tetap menjalankan kehidupan rumah tangga tanpa cinta selama dua tahun lamanya. Karena Meda masih membutuhkan dukungan dari keluarga Sintya yang juga dikenal masyarakat dengan image keluarga bahagia.
***
Aya yang berhasil melahirkan anak Meda, kini hidup tenang di pinggiran kota dan tidak ada yang mengenalnya, ia masih berhubungan dengan Jinrua tentang bisnisnya dari kejauhan, dan sesekali ia pulang berkunjung.
Kehamilan Aya sudah diketahui Jinrua, namun ia belum tahu siapa ayahnya, sehingga secara adminitrasi putra Aya memiliki ayah bernama Jinrua, Aya meminjam namanya agar Anaknya bisa bersekolah. Dengan seijin istri Jinrua tentunya.
Saat Aya hamil, ia di temani Sizu, istri Jinrua hingga melahirkan. Yang saat itu Sizu belum menjadi istri Jinrua.
Mereka menikah setelah Sian, putra Aya berusia lima bulan. Tak lama kemudian mereka juga dikaruniai putra bernama Yansi.
Kini usia Sian menginjak enam tahun, ia sangat pintar, dan wajahnya persis dengan ayahnya.
“Sian sayang, ayo bangun, nanti telat ke sekolah” bujuk Aya pada Sian yang tidak beranjak dari ranjang padahal sudah membuka mata.
“Tidak mau, mereka selalu mengejekku karena tidak punya ayah” jawab Sian merajuk.
“Sian kan tahu, papa kerja di kota, kenapa menanggapi ejekan yang tidak penting”
“Sampai sekarang papa tidak pernah melihatku, terus ada yang bilang kalau papa sudah menikah lagi dan meninggalkan kita sendirian”
“Siapa yang bilang begitu, katakan pada mama, biar mama yang menghadapinya”
“Mamanya Nurhan”
“Mama janji akan membawa Sian ke kota menemui papa, tapi Sian harus janji harus mau sekolah” bujuk Aya
Sian mengiyakan ajakan Aya dan bersemangat untuk sekolah. Ia mulai percaya diri, kepintarannya kini sudah terlihat, kemampuan Sian diatas teman-temanya.
“Saya harus bertemu langsung dengan anda karena Sian membutuhkan pendidikan yang lebih layak, sayang kalau kepandaiannya tidak diasah lebih dalam, di sekolah ini fasilitasnya terbatas sehingga tidak mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk Sian” jelas wali kelas Sian bersekolah.
“Tidak apa-apa bu Mesi, Sian akan tetap bersekolah di sini karena biayanya tidak akan murah jika pindah ke kota” ucap Aya yang menyembunyikan kekayaannya.
“Dan satu lagi Mom, Sian sering diejek oleh temannya karena kemampuannya dan tidak memiliki ayah, bisa saja Sian memiliki ingatan buruk yang berdampak pada tumbuh kembangnya apalagi mengidap trauma, jika tidak ditangani lebih lanjut” tambah bu Mesi.
Setelah mendengar penjelasan Bu Mesi, Aya berpikir untuk memindahkan Sian ke lingkungan yang baru, mengingat kemungkinan terburuk bisa terjadi pada putra semata wayangnya.
Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan, dua kemungkinan akibatnya jika memindahkan Sian ke kota. Sian bisa dipastikan mendapatkan pendidikan yang terbaik ke depannya, dan akan menjadi seorang yang cemerlang, namun di sisi buruknya adalah, Aya tidak menginginkan sekecil apapun kemungkinannya untuk bisa bertemu dengan ayahnya Sian.
Aya meminta pendapat dari Jinrua, pilihan apa yang terbaik untuknya dan juga Sian.
“Jujurlah padaku, siapa sebenarnya ayak kandung Sian?” cecar Jin pada Aya.
“Dia sudah mati,”
“Jika tidak kamu katakan bagaimana aku bisa membantumu?”
“Aku tidak tahu namanya, siapa dia, dimana ia tinggal, yang kuingat hanya wajahnya sama persis dengan Sian” jawab Aya.
“Gila memang, inilah hasilnya jika kamu membahayakan diri sendiri, jika aku tahu kamu merencanakan ini pasti akan aku larang” kata Jin yang memarahi Aya.
“Terus gimana?” tanya Aya kebingungan.
“Coba pikir sebentar, kemungkinan bertemu dengan ayahnya Sian nol koma sekian persen jika takdirmu baik pasti kalian tidak bertemu. Fokuslah pada Sian saja”
Setelah berpikir sesaat, menimbang-nimbang perkataan Jinrua, Aya telah membuat keputusan untuk membawa Sian kembali ke rumah demi pendidikannya.
Ia kembali ke sebuah apartemen yang telah disewanya padahal ia memiliki rumah besar peninggalan kedua orang tuanya. Ia tidak menempatinya karena tidak ingin mengingat masa sedih yang ia alami.
Dengan bantuan Jinrua, Aya dan Sian bisa tinggal di dekat dengan sekolah Sian yang baru.
“Mama tidak pernah bilang kalau kita kaya di kota,” ucap Sian yang senang dengan lingkungannya yang baru. Ia menikmati kehidupannya yang lebih baik daripada di pinggiran kota selama hidupnya.
“Maafkan mama ya sayang, semua ini milik Sian, mama janji akan memperbaiki hidup kita kedepannya, mama tunjukkan kamar Sian, lengkap dengan komputer terbaru, ingat! Pakai itu untuk sekolah tidak yang lain” wanti- wanti Aya pada Sian yang sudah paham di usianya yang ke enam tahun.
Sian menikmati fasilitas mewah yang tidak pernah ia rasakan di rumahnya yang dulu.
***
Hari pertama sekolah, Sian sangat bersemangat, ia tidak sabar melihat fasilitas yang ada di sekolahnya.
Mereka berjalan bergandengan menuju ruang kepala sekolah. "Selamat pagi mam, Halo Sian sini duduk" sambut kepala sekolah dengan ramah.
"Hari ini Sian sangat bersemangat, bolehkah saya ikut mengantarnya ke kelas?" tanya Aya.
"Silahkan mam, mari saya antarkan ke kelasnya Sian" jawab kepala sekolah.
“Mama tidak usah mengantarku sampai ke kelas, aku bisa mencarinya sendiri” ucap Sian langsung berjalan tanpa di dampingi Aya dari ruang kepala sekolah.
"Lihatlah anak itu, berapa tidak mengerti perasaan mama nya" keluh Aya yang terharu melihat anak nya sangat dewasa di usianya.
"Dia pasti akan cepat mendapatkan teman" lanjut kepala sekolah.
“Semoga dia suka dan betah di sini, Saya minta bantuannya untuk menjaga Sian di sekolah ini, ia anak yang cerdas hanya saja sebelumnya kami tinggal di pinggiran kota.” pesan Aya kepada kepala sekolah.
"Sian sudah menjadi tanggung jawab kami, pasti kami akan menjamin keberlangsungan dan keberhasilan ia menempuh pendidikan di sekolah di sini"
"Kalau begitu saya pamit, titip Sian" pamit Aya.
***
“Anak-anak hari ini kita mendapat teman baru yang baru saja pindah ke sini, masuklah nak” perintah wali kelas Sian yang baru Ibu Tanta.
“Nama Sian Gutama, senang bertemu kalian” salam Sian pada teman-teman sekelasnya yang baru.
Sian duduk di pojok belakang karena memang hanya bangku itu yang kosong. Selama pembelajaran ia sangat antusias dan bersemangat.
Waktu istirahat, “Hei anak baru, dari keluarga mana kamu berasal?” tanya anak pemilik mal.
“Kamu tidak tahu, dia dari kampung, mungkin OKB, orang kaya baru” ejek teman-temannya yang sangat menyepelekan Sian yang katanya kampungan.
Penampilan Sian memang sedikit dekil dengan seragam barunya karena terlalu lama bermain di luar ruangan bersama teman- temannya di kampung dulu.
“Hentikan, jangan membuat gaduh, mau aku adukan bu guru” ancam Mian, anak perempuan yang menjadi ketua kelas. Mian memang bukan anak dari orang kaya, namun ia memiliki segudang prestasi sehingga teman-temannya menghormatinya.
“Aku Mian, jika mereka mengganggumu lagi bilang saja padaku” ucap Mian, sejak saat itu mereka berteman.
Waktu pulang sekolah, kebanyakan anak di sekolah itu dijemput dengan mobil mewah, Sian menunggu dijemput Aya yang sangat telat datang.
“Hei OKB, mana mobilmu?”
“Mungkin dia malu kalau mobilnya butut” ejek anak pemilik mal yang sombong.
“Jemputan mu belum datang ya, mau ikut denganku?” ajak Mian yang dijemput papanya dengan mobil antar jemput catering.
“Tidak, nanti mamaku bingung jika aku tidak menunggunya.” Jawab Sian menunggu Aya datang sangat terlambat.
Geng anak pemilik mal dengan sengaja ingin membuktikan seberapa cupu anak baru yang terlihat dekil.
Beberapa kali mobil yang mewah hanya melewatinya, terakhir datang mobil berwarna putih berhenti di depan Sian.
Aya turun dari mobil, mengenakan dress yang berwarna putih juga, rambut tergerai panjang, memakai perhiasan di lengan juga lehernya.
“Maafkan mama ya sayang, tadi harus mengurus surat kepindahan kita, besok mama janji tidak akan terlambat” kata Aya yang sedikit membungkuk menjelaskan pada Sian atas keterlambatannya.
Geng anak pemilik mal itu kagum melihat Aya yang muda dan terlihat cantik, mereka iri karena ibu mereka tidak pernah menjemputnya sendiri, hanya sopir yang mengantar jemput.
Di dalam mobil, ”Gimana tadi sekolahnya? Sudah dapat teman dong pastinya, anak mama kan keren” puji Aya pada anaknya yang sebenarnya tampan hanya saja terlihat dekil karena terlalu banyak main di luar.
“Kenapa diam saja, pasti sudah lapar ya, kita makan ayam goreng pasti kamu akan suka” ajak Aya pada Sian yang masih terdiam lesu.
Setelah makan mereka pulang ke apartemen, Sian langsung ke kamarnya untuk beristirahat sedangkan Aya masih beberes dengan barang-barang yang dibawanya dari rumah yang dulu.
Keesokan harinya di sekolah, teman- temannya terus saja membanggakan ayah mereka apalagi anak pemilik mal, Marco.
“Papaku sudah menjadi anggota klub golf yang tidak sembarangan orang bisa di terima”
“Walaupun papaku masih belum ikut keanggotaan klub golf, tapi kemarin aku dibelikan sepatu ini, hanya ada tiga yang di dunia ini”
“Kalau papaku, berjanji mengajak liburan ke eropa akhir semester ini”
Mereka menyombongkan kekayaan dan kegagahan seorang ayah yang tidak dikenal l oleh Sian sejak lahir.
“Hei OKB, gimana dengan papamu, kemarin yang aku lihat mamamu kan yang jemput, jangan-jangan kamu tidak punya papa, hahaha” ejek Marco.
“Bisa jadi dia anak yang lahir tanpa papa, kamu lihat sendirikan Co, mamanya masih sangat muda dan cantik, mungkin dia seorang selingkuhan, ha ha ha ha” ledek teman yang lain.
Dengan berani Sian menghampiri Marco yang telah menghinanya, “Aku punya papa, dan dia lebih hebat dari papa kalian” ucap Sian membela diri.
“Buktikan omong kosong mu itu, anak selingkuhan!” ejek Marco pada Sian.
Ejekan demi ejekan, berbagai ledekan yang diucapkan teman sekelasnya anak selingkuhan tanpa ayah membuat Sian marah pada Aya dan terus meminta dipertemukan dengan papanya. Setiap kali bersama Aya, ia selalu ingin papa yang hebat.
“Papa kamu sibuk sayang, dia tidak bisa bertemu dengan kamu”
“Mama bohong, berarti benar yang dikatakan teman-teman kalau mama adalah selingkuhan dan Sian tidak punya papa”
“Sian! Jaga ucapanmu, “ bentak Aya membuat Sian menangis ke kamarnya.
Melihat kerasnya sifat Sian, Aya terpaksa menghubungi Jinrua untuk meminta pertolongan.
“Jin bisakah kamu ke apartemen sekarang, Sian selalu ingin bertemu dengan papa, setiap hari ingin papa, dia terus membicarakan papa, pusing aku dengar rengekannya setiap hari” minta Aya pada Jinrua.
“Satu jam lagi aku ke sana, masih ada pertemuan terakhir dengan klien” jawab Jinrua melalui ponsel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!