Bismillahirohmanirohim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat membaca
Semoga teman-teman suka dengan cerita yang saya berikan ini ya, dan semoga tidak membuat teman-teman bosan untuk membacanya. Mohon dukungannya ya, tolong di subscribe dan like-nya. Boleh memberikan kritik ataupun saran, tinggalkan saja di kolom komentar Ya. Terima kasih.
Kehidupan......
Kehidupan seperti apa yang bisa didambakan oleh seorang perempuan yang notabenya kini berstatus sebagai seorang janda. Di usianya yang kini sudah menginjak 26 tahun, dirinya sudah menjanda sejak tahun 2015.
Apakah aku perlu menulis dan menjelaskannya? Menulis tentang alasan mengapa ia bisa menjadi seorang janda. Jika aku tidak menulisnya, mungkin orang-orang yang membaca kisah ini akan salah paham terhadapnya. Betul tidak?
Di kehidupan nyata, ia hanyalah seorang gadis yang patuh terhadap orang tua dan juga terhadap norma-norma agama, serta menghargai setiap kehidupan yang ia lalui.
Sedari ia kecil hidupnya penuh dengan lika-liku serti hinaan dari orang-orang yang selalu memandang rendah keluarganya karena paling rendah dalam hal ekonominya. Bahkan tempat tinggal saja masih menumpang ditanah milik buyutnya.
Walaupun hidup serba pas-pasan, namun keluarganya tetap saling menyayangi, saling menjaga dan saling menguatkan. Hingga suatu hari...
Gadis yang lugu dan polos itu harus hancur masa depannya karena seorang laki-laki yang yang hanya mementingkan ego dan juga dirinya sendiri. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu.
Yang pada akhirnya cinta dan kesetiaan serta rasa menghargai harus ternodai oleh penghianatannya. Padahal, gadis itu rela melepas masa lajangnya, rela melepas kebebasannya demi untuk berbakti kepada suaminya itu.
Bahkan ia dengan patuhnya menuruti segala keinginan dari sang suami seperti, tidak boleh berdandan, dan tidak boleh memegang ponsel.
Ia pun dengan patuh menuruti dan ikhlas menjalani hidup rumah tangganya agar selalu terjaga dan berjalan dengan baik.
Namun ternyata jika hanya seseorang saja yang berusaha menjaganya, tentu tidak akan bisa sepadan dengan dua orang yang saling menjaga.
Semisalnya seperti sebuah perahu. Jika dua orang duduk di atas perahu, namun hanya seorang saja yang mendayung. Tentu saja kapal itu akan karam di tengah lautan yang ombaknya kian deras menerpa.
Pernikahan mereka hanya berselang satu tahun lamanya. Karena laki-laki itu lebih memilih kabur bersama kekasih hatinya yang sejak SMP mereka sudah bersama dan bahkan mereka sudah berhubungan layaknya seperti pasangan suami istri.
Namun yang tidak habis pikir, mengapa laki-laki itu tidak mau jujur dan mengatakan yang sebenarnya?
Andai saja laki-laki itu mau mengatakan kebenarannya, tentu pernikahan ini tidak mungkin terjadi.
Dan lagi, laki-laki itu sendiri yang ngotot ingin menikahi gadis itu. Bahkan di saat gadis itu meminta waktu untuk memikirkannya kembali tentang pernikahannya itu.
Laki-laki itu bukan hanya meninggalkan luka yang teramat dalam untuk si gadis, namun juga dengan trauma yang ia berikan. Belum lagi tuduhan-tuduhan yang ia sebarkan di mana-mana hanya untuk menutupi perbuatannya sendiri.
Hingga pada akhirnya, ia hanya bisa tersenyum memandangi potret pernikahannya yang kini sudah basah akibat air matanya yang mengalir deras membasahi pipinya.
"Baiklah, jika memang itu keputusanmu. Tentu aku akan mengikhlaskannya. Aku harap jangan pernah engkau kembali lagi," ucapnya sembari mengusap foto pernikahannya itu.
Gadis itu kemudian berdiri lalu membakar satu persatu foto-foto pernikahannya hingga dua album penuh kini menjadi abu yang terbakar hangus bersama dengan impian dan masa depannya.
"Bu, aku ingin pergi bekerja. Aku ingin kembali menata masa depanku. Aku tidak ingin jika aku tinggal di desa, aku hanya akan menjadi beban untuk keluarga kita nanti,'' ucapnya sembari memeluk tubuh renta sang ibu.
''Tapi nak, apa kau yakin dengan keputusanmu itu?'' Tanya sang ibu.
''Iya Bu, doakan aku. Doakan semoga aku bisa mewujudkan mimpi-mimpiku serta membantu ayah dan ibu,'' ucapnya agar sang ibu memberikannya restu.
Dengan berat hati, Sang Ibu pun melepas kepergian putrinya untuk merantau ke kota dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Untung saja Ia mendapatkan seorang majikan yang sangat baik hati. Hubungan mereka mungkin jika dilihat dari luar sama halnya seperti pembantu rumah tangga dan juga majikan pada umumnya. Namun di rumah itu, Ia diperlakukan dengan baik oleh majikannya dan sekeluarganya seperti saudaranya sendiri.
Setiap harinya ia bekerja membersihkan rumah dan juga mengasuh tiga orang anak laki-laki majikannya. Yang pertama kelas 5 SD, yang kedua masih TK besar, dan yang terakhir masih TK kecil.
Ketiga putra majikannya itu juga sangat baik, tidak rewel ataupun nakal seperti anak-anak lain pada umumnya. Mereka juga sangat patuh dan mudah untuk diajari sesuatu hal yang baik.
Dan dengan telaten ia mulai bisa membuat putra-putra majikannya itu menjadi anak yang pintar dan baik dari sifat maupun sikapnya.
Hingga, tanpa terasa ia sudah bekerja 6 tahun lamanya di tempat itu. Namun karena tidak ada perubahan dalam hal segi ekonomi, karena di zaman sekarang barang serba mahal apapun serba mahal. Ia juga punya kewajiban untuk membantu kedua orang tuanya.
Gaji yang menurutnya kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan, Ia pun memutuskan untuk mencari pekerjaan yang baru. Dan pada akhirnya ia pun memutuskan untuk pindah ke sebuah kota besar lainnya.
Ia ikut dengan temannya, namun mereka tidak akan bekerja bersama. Sebab temannya itu hanya membantunya mencarikan pekerjaan baru untuknya yang gajinya lumayan dari dari pada yang sebelumnya.
Kini ia bekerja disebuah rumah yang lumayan besar. Keluarga majikannya terdiri dari 3 orang. Ibu dan dua putra yang sudah besar.
''Wulan, apakah ini temanmu yang kau ceritakan itu?'' ucap wanita baru baya yang saat ini tengah berdiri di depan Rena.
''Iya Bu, perkenalkan teman saya ini namanya Rena. Dia teman sekampung dengan saya,'' ucap Wulan sambil memperkenalkan Rena.
''Rena ya, perkenalkan nama saya Rossa. Kamu bisa memanggil ku Bu Rossa saja. Saya memiliki dua orang Putra tapi Putraku sudah besar-besar. Yang satu umur 27 tahun, dan sebagai seorang Entertainment. Dan yang satunya umur 25 tahun bekerja sebagai seorang dokter. Mereka berdua jarang pulang. Jadinya, bisa dikatakan saya tinggal sendirian di rumah ini. Jadi kamu selain bersih-bersih, juga menemani saya supaya tidak sendirian lagi,'' ucap Bu Rossa.
''Baik bu,'' jawab Rena.
''Oh ya, soal gaji nanti kita bisa bicarakan. Kemarin Wulan sudah memberitahu saya,'' ucap Bu Rossa.
''Baik bu,''
Bu Rossa pun kemudian menunjukkan kamar untuk Rena. Bu Rossa meminta Wulan untuk menunjukkan sekeliling rumah dan memberitahu pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan oleh Rena. Rena cukup puas dengan pekerjaan barunya ini. Ia berharap semoga kedepannya ia bisa mengerjakannya dengan baik dan bisa betah nantinya.
"Masih adakah sebuah cinta yang tulus untukku di dunia ini? Mereka benar-benar terlihat serasi sekali," ( Rena )
...•••••••••••••...
Tanpa terasa Rena sudah satu minggu bekerja di rumah Bu Rosa.
Hari ini, kata Bu Rossa putra-putranya akan pulang ke rumah. Bu Rossa dan Rena pun mulai membersihkan rumah. Bahkan dari pagi hingga menjelang sore. Rena dan Bu Rossa juga sudah memasak berbagai makanan kesukaan putra-putra Bu Rossa.
''Oh iya, nanti sepertinya putra pertamaku Bryan akan pulang bersama tunangannya,''
''Oooooo.... yang kata ibu, namanya Non Natasya itu ya?'' Ucap Rena.
''Ya, dia Natasya, tunangan Bryan. Mereka sudah berpacaran sejak SMA. Dan baru 1 bulan yang lalu mereka bertunangan. Rencananya 1 bulan lagi mereka akan menikah. Tapi kamu tenang saja, Bryan dan juga Raka, mereka masing-masing sudah memiliki rumah sendiri. Jadi kalaupun mereka ke sini, paling menginap hanya dua sampai tiga hari saja, untuk menjengukku,''
''Oh begitu Bu,''
''Iya. Ya sudah sana, kamu mandi dulu. Aku akan membereskan beberapa makanan yang masih tertinggal di dapur nanti. Setelah itu, kamu ke sini lagi untuk menunggu kedatangan mereka. Biar kita bisa bergantian,'' ucap Bu Rossa.
''Baik bu,''
Rena pun kemudian pergi ke kamarnya dan mengambil pakaiannya untuk mandi. Setelah selesai, Rena pun kembali ke dapur untuk bergantian dengan Bu Rossa.
Tak lama setelah kepergian Bu Rossa, terdengar suara bel pintu rumah. Rena segera menaruh piring makanannya dan bergegas berlari keluar untuk segera membuka pintu gerbang.
Terlihat sebuah mobil mewah yang masuk ke dalam halaman rumah Bu Rossa, setelah Rena membuka pintu gerbangnya.
Braak....
Seorang perempuan cantik, tinggi dan anggun turun dari mobil. Lalu tak berapa lama kemudian seorang pria muda yang juga terlihat tampan ikut turun menyusul perempuan cantik yang baru saja turun dari mobil itu.
''Oh, kamu pembantu baru di sini ya?'' ucap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Rena sedikit kurang nyaman melihat tatapan perempuan itu. Rena pun hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
''Ibu ada di rumah kan Mbak?'' Tanya pria itu.
''Ada tuan. Ibu ada di rumah,'' jawab Rena.
Rena pun segera mempersilahkan pria dan wanita itu untuk masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama kemudian, Bu Rossa datang dan melihat mereka berdua.
''Wah, Putra kesayanganku sudah pulang. Mama pikir kamu sudah tidak ingat rumah lagi Bryan,'' ucap Bu Rossa sambik memeluk pria itu yang ternyata putra pertama bu Rossa.
''Sore Tante, ini oleh-oleh dari Jerman lo tante. Natasha membelikannya spesial untuk tante Rossa,'' ucap Natasha sambil menyodorkan sebuah paperbag kepada Bu Rossa.
''Ooooo..... ternyata itu non Natasha, tunangan putra Bu Rossa yaitu Tuan Bryan ya,'' batin Rena.
''Ren, tolong kamu ambilkan minum untuk Bryan dan juga Natasha ya,''
''Baik bu,''
Rena segera masuk ke dalam lagi dan membawa sebuah nampan yang berisi dua gelas minuman yang sudah dipersiapkan oleh Bu Rossa untuk Natasha dan juga Bryan.
Natasha dengan cepat mengambil minuman itu lalu meminumnya. Namun tiba-tiba Natasha memuntahkannya.
''Pyuh...'' Minuman apa ini! Kenapa rasanya asam sekali!'' ucap Natasha marah-marah sambil memandang sinis ke arah Rena.
''Maaf non, saya akan menggantinya,'' ucap Rena menunduk. kedua tangannya terlihat gemetaran.
''Kamu ini apa-apaan sih Natasha! Itu tadi aku yang membuatnya. Kenapa kamu malah memarahi Rena. Lagi pula, kalian baru bertemu sekali ini. Dari dulu kok sikapnya tidak berubah,'' ucap Bu Rossa dengan tatapan kesal.
''Mama, maafkan Natasha ya ma. Mungkin Natasha tidak bermaksud seperti itu. Natasha baru saja pulang dari Jerman. Mungkin iya masih kelelahan,'' ucap Bryan mencoba menenangkan mamanya.
''Astaga Bryan! Cinta kalau sudah masuk ke hati, bahkan langit pun terlihat gelap di matamu,'' celetuk Bu Rossa yang kemudian berdiri lalu meninggalkan putranya dan juga calon menantunya itu.
''Ini semua tuh gara-gara kamu ya! Dasar pembantu kampungan,'' ucap Natasha sambil menunjuk ke arah Rena.
''Tasya, Kamu apa-apaan sih? Kenapa tiba-tiba marah-marah!'' Bryan pun lama-lama menjadi kesal dengan sifat Natasha.
Natasha memang memiliki sifat yang angkuh. Karena ia sendiri seorang model dan juga influencer yang memiliki ribuan penggemar. Dari kecil pun sudah sering dimanjakan oleh keluarganya.
''Sayang, Kamu harusnya ngertiin aku dong. Aku benar-benar lelah. Tapi tiba-tiba dia memberi minuman yang tidak jelas rasanya itu,''
''Kan tadi Mama udah bilang kalau mama yang membuatnya,''
''Ya sudahlah. Terserah kamu,'' Natasha terlihat merajuk. Rena merasa tidak enak hati, namun tak lama kemudian terdengar suara panggilan dari Bu Rossa.
''Ren, ke sini sebentar.''
Rena segera bergegas menghampiri suara panggilan dari Bu Rossa.
''Iya Bu,''
''Ren, kamu bersihkan kamar tamu yang ada di lantai bawah. Biar nanti Natasha tidur di situ,'' ucap Bu Rossa yang masih dengan nada yang kesal.
Rena merasa heran. Soalnya kemarin Bu Rossa sudah menyuruhnya untuk membersihkan kamar yang ada di lantai atas sebelah kamar Bryan. Namun kenapa tiba-tiba Bu Rosa meminta Rena untuk membersihkan kamar tamu yang ada di lantai bawah. Yang notabenya kamar tamu itu diperuntukkan untuk tamu biasa.
''Baik bu,''
Meskipun penasaran, Rena pun tetap diam lalu bergegas pergi mengerjakan perintah yang sudah majikannya itu minta.
''Sayang, aku lelah. Aku akan istirahat. Kamarku masih di tempat biasa kan?'' ucap Natasha yang ingin melenggang pergi ke lantai atas.
Namun sebelum langkahnya menaiki tangga, suara dari Bu Rosa sudah menghentikan langkahnya.
''Kamarmu ada di lantai bawah. Di depan dekat dengan meja telepon,'' ucap Bu Rossa.
''Lo Tante, itu kan kamar tamu biasa. Biasanya kan aku tidur dekat kamar Bryan Tante,'' ucap Natasha tidak terima.
Karena memang betul biasanya setiap Natasha akan menginap, Natasha pasti akan tinggal di kamar persis sebelah kamar Bryan.
''Kalian kan akan menikah sebentar lagi. Bukankah seharusnya kalian itu dipingit? Ya, walaupun belum waktunya, setidaknya kalian latihan dulu lah. Jangan terlalu menempel terus,'' ucap bu Rossa yang sepertinya sengaja karena kesal dengan sifat Natasha tadi.
''Iih! Menyebalkan sekali,'' Natasha menghentakkan kakinya lalu bergegas pergi ke kamar tamu. Rupanya Rena sudah selesai membereskan kamar tamu. Ia kemudian membereskan bekas minuman yang tadi sempat Natasha tumpahkan.
''Maafkan tunangan saya ya mbak. Mungkin karena kelelahan, jadi terlihat seperti asal marah-marah,'' ucap Bryan menghampiri Rena yang sedang mengepel lantai dan juga mengelap meja.
''Iya tuan, tidak apa-apa.'' Jawab Rena dengan tersenyum.
Setelah itu Rena pun kembali ke dapur untuk membereskan beberapa piring kotor yang tadi di pakai untuk menyiapkan beberapa makanan yang akan mereka santap malam nanti.
"Dia sebenarnya perempuan yang baik, hanya saja ia harus bertemu dengan orang yang tidak tepat terlebih dahulu,"
...••••••••••••••••••••••••...
''Ya ampun, dunia itu memang adil ya. Terkadang yang cowok baik yang cewek yang sifatnya aneh. Tapi terkadang ceweknya yang baik cowoknya brengsek. Astaga, apakah memang seperti itu ya jalan hidup seseorang itu,'' batin Rena yang tiba-tiba kepikiran dengan jalan hidupnya sendiri yang juga bertemu dengan orang brengsek.
Setelah membersihkan dapur, Rena berniat untuk membersihkan kolam renang. Karena, katanya putra kedua bu Rossa juga akan pulang malam ini. Kata Bu Rossa, Putra keduanya itu sangat suka berenang.
Namun saat Rena hendak melangkahkan kaki menuju ke kolam renang, terdengar suara deru mobil yang keluar dari gerbang.
''Mungkin Tuan Bryan pergi dengan tunangannya,'' ucap Rena.
Rena pun kembali melanjutkan langkahnya. Namun, sebelum ia sampai di kolam renang, ia melihat Natasha ternyata sedang asyik berenang di kolam renang. Ia pun mengurungkan niatnya dan akan memutar badannya untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Namun sebelum kakinya melangkah, Natasha sudah melihatnya dan memanggilnya.
''Hei kau pembantu baru. Cepat kau ambilkan aku handuk itu. Aku ada urusan malam ini,''
''Baik non,''
Rena segera mengambilkan handuk yang ada di kursi dekat kolam renang, lalu menyerahkannya kepada Natasha.
Tanpa mengucapkan terima kasih, Natasha langsung melenggang pergi meninggalkan Rena yang masih berdiri memandangi tingkah Natasha yang aneh itu.
Bagaimana tidak aneh, sebab kolam renangnya kini semakin berantakan. Entah apa yang dipikirkan oleh Natasha. Ia berenang sambil membawa beberapa makanan, dan bahkan ada yang sampai masuk ke kolam renang.
''Astaga, umurnya sudah berapa? Sepertinya tidak jauh beda dengan umurku. Tapi kenapa kelakuannya sama seperti anak TK?'' Guman Rena.
Ia pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ya, bagaimana lagi. Nasib seorang pembantu, mau tidak mau ya harus iya yang harus membersihkannya. Tanpa terasa hampir 3 jam lamanya Rena membersihkan kolam renang serta mengepel pinggir-pinggiran kolam renang yang basah akibat cipratan-cipratan air, saat Natasha berenang tadi.
Dan tanpa ia sadari, seseorang kini sudah berdiri di belakangnya sambil tersenyum memandanginya.
''Ah, akhirnya selesai juga. Badanku lelah sekali,'' ucap Rena sambil melonggarkan tangan dan pinggangnya. Saat ia baru memutarkan pinggangnya ia sangat terkejut saat melihat di belakangnya ternyata ada seorang pria yang sejak tadi berdiri melihatnya.
''Maaf, anda siapa?'' Ucap Rena yang langsung berdiri kaku menatap mata pria itu.
''Oh, kau belum mengenalku?''
Rena mencoba mengingat-ingat pria itu.
''Ah! Maafkan saya tuan Raka, saya baru ingat,'' ucap Rena setelah ia mengingat bahwa pria itu adalah Raka. Putra kedua Bu Rossa. Kebetulan, sebelum putra-putranya pulang, Bu Rossa sudah memperlihatkan satu persatu foto putra-putranya itu kepada Rena.
''Mama di mana Mbak?''
''Bu Rossa sedang di kamar tuan.''
''Oh, ya sudahlah. Lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku hanya ingin duduk-duduk di sini,'' ucap Raka. Lalu ia pun duduk di kursi yang ada di dekat kolam renang itu.
''Saya sudah selesai kok tuan,''
''Ooh, ternyata sudah selesai. Sepertinya kau terlihat lelah sekali. Apa di sini tadi sedang diadakan pesta ulang tahun anak-anak? Kenapa tadi berantakan sekali?'' Ucap Raka yang kebetulan ia sudah melihat semuanya saat Rena mulai membersihkan kolam renang itu.
''Tidak tuan, tadi hanya non Natasya saja yang baru selesai berenang,''
''Astaga, perempuan itu ternyata,'' ucap Raka dengan nada sinis.
Rena sama sekali tidak mengerti. Kenapa Bu Rossa dan Raka terlihat tidak menyukai Natasha. Padahal sebentar lagi mereka akan jadi satu keluarga. Tapi, ya sudahlah. Lagi pula itu urusan mereka. Rena lebih memilih menyimpan rasa penasarannya itu.
''Oh ya mbak, sudah berapa lama Mbak kerja di sini?''
Mendengar pertanyaan Raka, membuat Rena menghentikan kembali langkahnya.
''Saya masih baru Tuan, karena baru pindah dari tempat kerja saya sebelumnya.''
''Oh, pindah tempat kerja? Memangnya kenapa dengan pekerjaan sebelumnya Mbak? Oh ya satu lagi, kamu belum memperkenalkan namamu,'' ucap Raka.
''Nama saya Rena tuan,''
''Ah, kenapa panggilanmu terdengar kaku sekali. Panggil saja aku Raka. Dan sepertinya aku lebih muda darimu bukan?''
''Maaf Tuan, sepertinya kurang pantas. Lagi pula saya mendengar dari panggilan-panggilan mbak-mbak yang ada di sekitar Perumahan sini. Mereka memanggil Tuan kepada tuannya mereka. Dan semuanya memanggil dengan panggilan yang sama.
''Eiits!'' Jangan samakan aku dengan mereka. Bagaimana kalau kamu panggil Mas saja. Kedengarannya itu jauh lebih baik daripada panggilan tuan. Seperti orang zaman dulu saja,'' ucap Raka sambil menggaruk tengkuk lehernya.
Rena tersenyum canggung. Namun Ia juga tidak bisa membantah ucapan Raka.
''Baiklah Mas,'' ucap Rena.
''Nah gitu dong. Itu sepertinya terdengar lebih lumayan daripada panggilan yang tadi.''
Rena tersenyum.
''Apakah Mas Raka ingin meminum sesuatu? Biar saya yang mengambilkannya. Atau ingin memakan cemilan?''
''Sepertinya minum kopi di sore hari lebih enak. Tapi kopi juga tidak terlalu bagus jika terlalu sering diminum,''
Rena baru ingat, jika Raka itu seorang dokter. Tentu saja ia paham dengan kesehatannya sendiri.
''Apakah Mas Raka sering meminum kopi?''
''Mau tidak mau. Karena terkadang saat melakukan pekerjaan yang berlebihan, kita banyak membutuhkan banyak tenaga bukan? Dan juga melawan rasa kantuk. Ya, meskipun kopi tidak sepenuhnya bisa mengurangi rasa kantuk itu.''
''Baiklah Tuan, Saya akan mengambilkannya,''
''Loh kok Tuan lagi!'' Raka baru menyadari kalau Rena memanggilnya dengan sebutan Tuan lagi.
''Hehehe... maaf Mas Raka. Saya lupa,'' ucap Rena.
'' Ya sudah sana. Oh aku lupa. Tolong sekalian ambilkan aku pisang goreng juga ya. Tadi aku sempat melihat di meja makan ada pisang goreng. Sepertinya enak sekali,''
''Baik mas Raka,''
Rena pun segera melenggang pergi menuju ke dapur untuk mengambilkan minuman dan juga pisang goreng untuk Raka.
''Ada apa Ren? Kenapa kamu terlihat buru-buru sekali?'' ucap bu Rossa yang baru saja menuruni tangga dan melihat Rena yang terlihat terburu-buru masuk ke dapur.
''Itu Bu, Mas Raka sudah datang,''
''Apa! Dasar anak nakal itu. Datang nggak bilang-bilang malah langsung ke belakang. Ngapain coba dia di sana?''
''Hehehe. Saya juga kurang tahu bu. Tapi tadi Mas Raka sedang duduk di pinggir kolam.
''Palingan dia ingin berenang. Oh ya, apakah tadi kolam renangnya baru saja dipakai?'' tanya Bu Rossa yang tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah.
''Iya bu, tadi non Natasha baru selesai berenang,''
'' Oh pantes saja Raka tidak jadi berenang. Anak itu mana mau air bekas kolam Natasha.''
''Tapi tadi saya sudah membersihkannya kok Bu,''
''Iya, tapi mungkin Raka akan berenang besok harinya. Ia menunggu air itu benar-benar jernih sepenuhnya dari bekas Natasha.
Rena menggaruk ujung dahinya. Ia benar-benar bingung dengan kondisi keluarga Bu Rossa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!